TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

MONITORING DAN EVALUASI PENEMPATAN DAN PELAKSANAAN TUGAS TENAGA PPL DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SKRIPSI OLEH: ADIL TRIANI DAELY

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN.

PERAT URAN DAERAH K ABUP AT EN BAT ANG NOMOR

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Hal ini dapat dipastikan bahwa desa memiliki potensi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. SISTEM MONITORING DAN EVALUASI PROYEK

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) Pusat Penyuluhan Pertanian. Tahun 2013

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 kiranya dapat

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI

I. PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang mempunyai peranan penting

MONITORING DAN EVALUASI PENEMPATAN DAN PELAKSANAAN TUGAS TENAGA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN (PPL) DI KABUPATEN LANGKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.13/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERIKANAN

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAPERATURAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI LAMPUNG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menuju kemandirian sebagai daerah otonom tersebut, pemerintah daerah

BUPATI PAKPAK BHARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN (LAKU)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 13/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERIKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penyuluhan Pertanian. Metode.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM.

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 01 TAHUN 2011 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 10 TAHUN 2010 T E N T A N G

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JASA TIRTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran 1. Karakteristik Sosial Ekonomi PPL Sampel di Kecamatan Secanggang, Kecamatan Selesai dan Kecamatan Salapian Tahun 2008

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU DAN CAPAIAN RENSTRA SKPK

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K

.000 WALIKOTA BANJARBARU

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BUPATI PAKPAK BHARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

MONITORING DAN EVALUASI PENGAWASAN PASAR AMAN DARI BAHAN BERBAHAYA

Tugas Pokok dan Fungsi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Pelalawan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PIAGAM AUDIT INTERNAL

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Penyuluhan Pertanian Penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas memberi dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya yang lama dengan cara-cara baru yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan teknologi pertanian yang lebih maju. Dengan demikian seorang penyuluh pertanian dalam kegiatan tugasnya yang diemban akan mempunyai tugas peranan yang erat, yaitu; a. Berperan sebagai pendidik, memberikan pengetahuan atau cara-cara baru dalam budidaya tanaman, agar para petani lebih terarah dalam usahataninya, meningkatkan hasil dan mengatasi kegagalan-kegagalan dalam usahataninya; b. Berperan sebagai pemimpin, yang dapat memimpin dan memotivasi para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerjanya, agar timbul keterbukaan dan mau menerapkan cara-cara bertani baru yang lebih berdayaguna dan berhasil guna, sehingga tingkat hidupnya akan lebih sejahtera; c. Berperan sebagai penasehat, yang dapat melayani, memberi petunjukpetunjuk dan membantu petani baik dalam bentuk peragaan atau memberikan contoh-contoh kerja dalam usahatani dalam memecahkan segala masalah yang dihadapi para petani (Kartasapoetra, 1994: 45).

Monitoring dan Evaluasi Monitoring (M) dan Evaluasi (E) sering sekali dijadikan satu kesatuan disebut Monitoring dan Evaluasi disingkat: M & E, walaupun antara keduanya terdapat perbedaan. Kedua kata ini dalam bahasa Indonesia sebagai padanan pengertian pemantauan untuk monitoring dan penilaian untuk evaluasi (Ginting, 2000: 3). Monitoring adalah suatu kegiatan observasi yang berlangsung terus menerus untuk memastikan dan mengendalikan keserasian pelaksanaan program dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Evaluasi adalah suatu teknik penilaian kualitas program yang dilakukan secara berkala melalui metode yang tepat. Pada hakekatnya evaluasi diyakini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas operasional suatu program dan berkontribusi penting dalam memandu pembuat kebijakan di seluruh strata organisasi. Dengan menyusun, mendesain evaluasi yang baik dan menganalisis hasilnya dengan tajam, kegiatan evaluasi dapat memberi gambaran tentang bagaimana kualitas operasional program, layanan, kekuatan dan kelemahan yang ada, efektifitas biaya dan arah produktif potensial masa depan (Riset Unggulan Terpadu, 2008: 5). Dengan menyediakan informasi yang relevan untuk pembuat kebijakan, evaluasi dapat membantu menata seperangkat prioritas, mengarahkan alokasi sumber dana, memfasilitasi modifikasi dan penajaman struktur program dan aktivitas serta memberi sinyal akan kebijakan penataan ulang personil dan sumber daya yang dimiliki. Disamping itu, evaluasi dapat dimanfaatkan untuk menilai dan meningkatkan kualitas serta kebijakan program. Monitoring dan evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian kegiatan program agar mencapai sasaran

yang diharapkan secara tepat waktu, tepat jumlah, tepat biaya, tepat mutu, dan tepat sasaran (Riset Unggulan Terpadu, 2008: 5). Pemantauan program, diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data/fakta) dan pengambilan keputusan-keputusan yang diambil dalam pelaksanaan program dengan maksud untuk menghindari terjadinya keadaankeadaan kritis yang akan mengganggu pelaksanaan program sehingga program tersebut tetap dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan (Mardikanto, 1993: 326). Dalam kaitannya dengan proyek/program, evaluasi didefinisikan sebagai suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak kegiatan-kegiatan proyek/program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan objektif. Sedangkan monitoring (pemantauan) meliputi kegiatan mengamati/meninjau kembali/mempelajari dan kegiatan menilik (mengawasi), yang dilakukan secara terus menerus atau berkala oleh pengelola proyek di setiap tingkatan pelaksanaan kegiatan, untuk memastikan bahwa pengadaan/penggunaan input, jadwal kerja, hasil yang ditargetkan dan tindakan-tindakan lainnya yang diperlukan berjalan sesuai dengan rencana (Sinar Tani, 2001: 359). Masalah utama dalam evaluasi adalah bahwa agen penyuluhan sering melihatnya sebagai suatu ancaman, terutama jika mereka kurang percaya diri atau tidak yakin akan penilaian atasannya terhadap tugas mereka. Ini dapat menjadi masalah yang gawat terutama pada budaya dimana kritik bisa menyebabkan kehilangan muka dan tidak bisa dilihat sebagai cara yang positif untuk membantu agen penyuluhan memperbaiki tugasnya. Oleh karena itu penting bagi agen

penyuluhan yang baik seharusnya tidak ragu-ragu terhadap penilaian tugasnya, dan berbicara dengan penuh keyakinan (Vandenban dan Hawskins, 1998: 241). Landasan Teori Penyuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu membawa semua penyuluhan pertanian kepada cita-cita yang telah digariskan, sedangkan yang disuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu menerima paket penyuluhan pertanian, agar nantinya dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari (Sastraatmadja, 1993: 27). Seorang penyuluh (extention worker/ agent) akan melaksanakan kegiatan-kegiatan penyuluhannya kepada para petani agar para petani dapat meningkatkan produksi usahataninya sehingga tercapai tingkat kesejahteraan hidupnya disamping tingkat kesejahteraan masyarakat pada umumnya dalam rangka terbentuknya masyarakat adil dan makmur, yang menjadi tujuan pembangunan. Penyuluh itu pada hakekatnya ialah memberikan bimbinganbimbingan kepada para petani yang tengah aktif bekerja, melaksanakan usahataninya sehingga petani dapat belajar sambil berbuat (Learning by doing) (Kartasapoetra, 1994: 17-18). Adapun yang menjadi tugas-tugas para penyuluh pertanian di lapangan adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasikan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani dan keluarganya dalam berusahatani. 2. Menginventarisasi data di wilayah kerjanya yang dapat di gunakan sebagai bahan dasar dalam penetapan materi.

3. Membantu menyusun programa penyuluhan pertanian 4. Menggali dan mengembangkan sumberdaya 5. Mengembangkan swadaya dan swakarsa petani dan keluarganya 6. Mengikhtiarkan kemudahan-kemudahan bagi para petani dan keluarganya antara lain dalam mendapatkan, sarana produksi, kredit dan alat-alat pertanian. 7. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dan keluarganya dalam penerapan berbagai teknologi pengelolaan hasil, pemasaran serta rekayasa sosial ekonomi. 8. Menyusun laporan secara periodik pelaksanaan intensifikasi 9. Menyusun rencana kerja penyuluhan pertanian di WKPP (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumut, 1994: 23). Penempatan PPL disesuaikan dengan kebutuhan atau sektor prioritas yang dikembangkan pada tiap desa, atau minimal tiap desa memiliki dua orang PPL yang menguasai bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan. Seorang penyuluh pertanian dikatakan profesional jika memenuhi 4 (empat) persyaratan yaitu: a. Kemampuan komunikasi, dalam hal ini seorang penyuluh tidak hanya memiliki kemampuan, memilih inovasi, memilih dan menggunakan saluran komunikasi yang efektif, memilih dan menerapkan metode penyuluhan yang efektif dan efisisen tetapi yang lebih penting adalah kemampuan dan keterampilan penyuluh untuk berempati dan bersimpati dengan sasarannya.

b. Sikap penyuluh, yang meliputi menghayati dan bangga dengan profesinya, meyakini bahwa inovasi yang disampaikan bermanfaat bagi sasarannya dan mencintai masyarakat sasarannya. c. Kemampuan pengetahuan penyuluh, tentang isi, fungsi, manfaat dan nilai-nilai yang terkandung dapat disampaikan baik secara ilmiah maupun praktis d. Karakteristik sosial budaya penyuluh, seorang penyuluh perlu memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat sasarannya (Ekstensia, 2000. vol.12: 6). Penyuluh adalah petugas pemerintah, selain itu sebagai menusia tentunya memerlukan perangsang-perangsang bagi kehidupan hidupnya serta pelaksanaan tugasnya, karena itu selain gaji atau honor yang layak diterima olehnya, juga biaya-biaya lainnya seperti uang jalan, uang kerja bimbingan dan sebagainya. Disamping gaji dan biaya-biaya diatas diperlukannya sarana-sarana dan fasilitas penyuluhan pertanian yang perlu dimantapkan meliputi; bangunan, tanah sawah atau daratan, mobilitas dan perlengkapan dalam proses penyuluhan (Kartasapoetra, 1994: 106-107). Dengan melaksanakan monitoring, berarti ingin diketahui secara tepat dan pasti mengenai pengamatan atas bukti dan fakta tentang proses dan pencapaian tujuan yang diharapkan dan penemuan hambatan-hambatan maupun faktor pendorong mencapai keberhasilan (Ginting, 2000: 6). Tujuan dari evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektifitas dan dampak dari kegiatan dengan pandangan untuk menyempurnakan kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan program dan

pengambilan keputusan dimasa depan. Dan monitoring dilaksanakan agar proyek dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan menyediakan umpan balik bagi pengelola proyek, menyempurnakan rencana operasional proyek, dan mengambil tindakan yang korektif tepat pada waktunya jika terjadi masalah dan hambatan (Sinar Tani, 2001: 361) Manfaat dari evaluasi dan monitoring diantaranya penyuluh pertanian setiap saat harus mengambil keputusan dan kemudian melakukan tindakan yang menurut anggapannya merupakan tindakan yang terbaik, untuk memeriksa tingkat keberhasilan program penyuluhan pertanian dan mengupayakan perbaikan yang diperlukan, timbulnya rasa aman bagi pegawai yang melaksanakan pekerjaannya dengan baik, evaluasi menyeluruh yang baik merupakan landasan terbaik bagi hubungan masyarakat, serta tumbuhnya sikap professional diantara sesama penyuluh pertanian yang menggunakan teknik evaluasi yang ilmiah (Sinar Tani, 2001: 361-362). Profesionalisme peran penyuluh dalam kaitannya dengan kualifikasi yang dimiliki dan tugas pokok yang dilaksanakan untuk mencapai keberhasilan penyuluh menurut Rogers (1983) dalam buku Ekstensia 2000 paling tidak ada tiga (3) hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan keberhasilan seorang penyuluh: 1. Kemauan dan kemampuan penyuluh untuk menjalin hubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui para tokoh masyarakat, pemuka adat, lembaga swadaya masyarakat) dengan masyarakat sasarannya. 2. Kemauan dan kemampuan penyuluh untuk menjadi perantara antara sumber-sumber inovasi dengan pemerintah (lembaga penyuluhan), swasta (petani maju, produsen dll) dan masyarakat sasarannya.

3. Kemauan dan kemampuan penyuluh menyesuaikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan kebutuhan-kebutuhan yang dapat dirasakan oleh pemerintah (lembaga penyuluhan) dan masyarakat sasarannya (Ekstensia, 2000. vol.12: 8). Kerangka Pemikiran Penyuluh pertanian kaitannya dengan pelaksanaan tugas dalam pembangunan pertanian seringkali diungkapkan sebagai ujung tombak. Hal ini berarti ujung tombaklah yang harus membawa dan menggerakkan bagian-bagian lainnya kearah sasaran penyuluhan. Oleh karena itu kemampuan para penyuluh pertanian menjadi sangat penting dalam membuka sasaran agar seluruh batang dari tombak turut mengena sasaran. Penempatan PPL disesuaikan dengan kebutuhan atau sektor prioritas yang dikembangkan pada tiap desa, atau minimal tiap desa memiliki satu orang PPL yang menguasai bidang pertanian. Dalam pelaksanaan tugas PPL terdapat beberapa tugas pokok diantaranya yaitu, mengidentifikasikan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani dan keluarganya dalam berusahatani; menginventarisasi data di wilayah kerjanya yang dapat di gunakan sebagai bahan dasar dalam penetapan materi; membantu menyusun programa penyuluhan pertanian; menggali dan mengembangkan sumberdaya; mengembangkan swadaya dan swakarsa petani dan keluarganya; mengikhtiarkan kemudahan-kemudahan bagi para petani dan keluarganya antara lain dalam mendapatkan, sarana produksi, kredit dan alat-alat pertanian; meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dan keluarganya dalam

penerapan berbagai teknologi pengelolaan hasil, pemasaran serta rekayasa sosial ekonomi; menyusun laporan secara periodik pelaksanaan intensifikas; dan menyusun rencana kerja penyuluhan pertanian di WKPP. Pos penyuluhan desa berada dibawah koordinasi Badan Penyuluhan. Badan Penyuluhan yang berada langsung dibawah koordinasi dan pembinaan Dinas Pertanian Kabupaten Humbang Hasundutan secara berangsur-angsur membentuk tim penyuluhan pertanian di Wilayah Kerja PPL masing-masing dan menyusun jadwal penyuluhannya. Dalam pelakasanaannya para penyuluh pertanian turun bersama-sama pada jadwal yang telah ditentukan untuk melakukan penyuluhan dengan materi yang disesuaikan dengan kebutuhan petani saat itu, sehingga ada waktu tertentu dalam suatu wilayah kerja PPL akan dapat dicapai target penyuluhan yang diinginkan. Program penyuluhan pertanian adalah rencana kegiatan penyuluhan pertanian yang akan dilaksanakan di setiap wilayah kerja sebagai salah satu bagian program pembangunan pertanian, yang disusun secara tertulis dan sistematis setiap setahun sekali. Program penyuluhan pertanian tersebut berisikan unsur-unsur keadaan, tujuan, masalah dan cara mecapai tujuan. Penyusunannya disesuaikan dengan kondisi petani di wilayah kerja yang bersangkutan. Dalam cara mencapai tujuan perlu menentukan kombinasi metode penyuluhan pertanian yang tepat untuk diterapkan. Beberapa metode penyuluhan pertanian yang dapat digunakan adalah metode pendekatan perorangan, metode pendekatan kelompok dan metode pendekatan massal. Monitoring dipandang sebagai teknik manajemen dengan agen penyuluhan yang mengumpulkan data didalamnya sejalan dengan diterapkannya

program penyuluhan serta permasalahan yang dihadapi dalam upayanya berada pada jalur yang benar. Sedangkan evaluasi adalah alat manajemen yang berorientasi pada tindakan dan proses. Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta konsekuensinya ditentukan sesistematis dan seobjektif mungkin. Data ini digunakan untuk memperbaiki kegiatan sekarang dan yang akan datang seperti dalam perencanaan, program, pengambilan keputusan dan pelaksanaan program untuk mencapai kebijaksanaan penyuluhan yang lebih efektif. Adapun program yang dimonitoring dan dievaluasi adalah keberhasilan pelaksanaan tugas pokok PPL. Pelaksanaan tugas yang telah dilakukan PPL harus dievaluasi untuk melihat apakah PPL tersebut masih efektif dalam melaksanakan tugasnya dan sesuai dengan kondisi yang ada. Monitoring dan evaluasi sangat diperlukan untuk menemukan bukti apakah PPL dapat meraih hasil sesuai dengan yang direncanakan dan memberi keyakinan apakah kegiatan penyuluhan pertanian telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan kriteria yang dapat dipercaya. Dengan demikian, penyuluh pertanian akan menerapkan cara-cara berpikir yang lebih objektif dan sistematik mengenai pekerjaan dan hasil kerjanya. Dalam menjalankan tugasnya, PPL tentunya sering menemui berbagai kendala-kendala di lapangan misalnya kurangnya tersedia materi penyuluhan, metode yang dugunakan kurang tepat, alat peraga penyuluhan yang tidak lengkap serta topografi lokasi yang sangat sulit untuk dijangkau. Sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah pelaksanaan tugas tenaga PPL.

Penyuluhan Pertanian Petugas PPL Penempatan PPL Tugas Pokok Penyuluh Pertanian 1. Mengidentifikasikan masalah 2. Menginventarisasi data di wilayah kerjanya sebagai bahan dasar dalam penetapan materi 3. Membantu menyusun programa penyuluhan 4. Menggali dan mengembangkan sumber daya 5. Mengembangkan swawadaya dan swakarsa petani 6. Menyediakan sarana produksi, kredit dan alatalat pertanian 7. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani 8. Menyusun laporan secara periodik 9. Menyusun rencana kerja penyuluhan pertanian di WKPP Program Kerja Penyuluhan Metode Penyuluhan Monitoring Pelaksanaan Tugas PPL Evaluasi Masalah Pelaksanaan Upaya Pelaksanaan Berhasil Tidak Berhasil Keterangan : : menyatakan Hubungan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Monitoring dan Evaluasi Penempatan dan Pelaksanaan Tugas Tenaga PPL di Kabupaten Humbang Hasundutan.