POLA PENANGANAN BENCANA ALAM ( Perspektif Kepolisian )

dokumen-dokumen yang mirip
INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB III LANDASAN TEORI

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MITIGASI BENCANA BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Tris Eryando

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Post Disaster Management Sebuah Pembelajaran dari Desa Sekoci, Besitang, Langkat

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGANBENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman.

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

UJI KOMPETENSI SEMESTER I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban paling tepat!

TAGANA Relawan Sosial Penanggulangan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya.

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tempat penyimpanan barang yang cukup rentan terhadap

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Manajemen Bencana. Suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengelola bencana dengan baik dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

WAKTU No. KEGIATAN INSTANSI Meletakkan. pengurangan risiko bencana

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 1 TAHUN22014 TENTANG

2015 D AMPAK PELATIHAN PROGRAM RESCUE TERHAD AP PENINGKATAN TANGGAP BENCANA PARA KAD ER TIM SEARCH AND RESCUE:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

INDIKATOR KINERJA UTAMA DAN TARGET PROGRAM

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG)

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO

BAB II DISASTER MAP. 2.1 Pengertian bencana

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 39 TAHUN

BAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR TETAP SIAGA DARURAT BENCANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

L/O/G/O.

KEBIJAKAN PENGELOLAAN MASALAH PENANGGULANGAN BENCANA BIDANG KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia sangatlah beragam baik jenis maupun skalanya (magnitude). Disamping

B U P A T I B A N D U N G

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

Transkripsi:

1

2

POLA PENANGANAN BENCANA ALAM ( Perspektif Kepolisian ) I. PENDAHULUAN Bencana alam merupakan suatu kejadian yang sifatnya kontijensi / tiba-tiba terjadi dan bahkan diluar dugaan / perkiraan manusia walaupun dapat diprediksi sebelumnya. Bencana alam menimbulkan banyak masalah baik harta, benda, kerusakan infrastruktur, kelaparan, kurang gizi, kematian, penyakit, kerusakan tata kehidupan sosial dan sebagainya. 3 Pasca bencanapun masih menyisakan berbagi bentuk maslah sosial seperti sampah, lumpur, datangnya berbagai penyakit, trauma dan sebagainya. Untuk menangani hal tersebut dari perspektif Kepolisian timbul pertanyaan apa yang harus dilakukan? dan bagaimana cara melakukan. Bencana alam bukan hanya masalah Polisi semata dan harus ditangani

secara integratif dan berkesinambungan melalui hubungan yang sinergis antar pemangku kepentingan (Stake Holders) yang terkait. Polisi sebagai institusi yang bertugas dalam bidang kemanusian, penanganan masalah-masalah sosial, aparat pelindung, pengayom dan penegak hukum sekaligusperan dan fungsinya adalah demi kemanusian dan untuk tetap menjaga dan melindungi harkat dan martabat manusia yang menjadi korban bencana alam. Sejalan dengan pemikiran tersebut diatas maka peran dan fungsi Polisi pada tingkat Polres dalam menangani bencana alam antara lain : Melakukan tindakan-tindakan pencegahan untuk menangani kemungkinan- kemungkinan terjadinya bencana alam. Menangani bencana alam yaitu tindakan-tindakan petugas Polisi saat terjadi bencana alam. Tindakan-tindakan petugas Polisi pasca bencana alam. 4 Tujuan dari penanganan bencana alam oleh kepolisian antara lain : 1. Melakukan pencegahan / untuk meminimalisir kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana alam yang disebabkan faktor kelalaian / karena tindakantindakan manusia.

2. 3. 4. 5. 6. 7. Membangun wadah yang merupakan representasi dari para Stake Holders (pemangku kepentingan) dalam mencari akara masalah dan menemukan solusi-solusi dalam menangani masalah bencana alam. Menyiapkan tempat-tempat evakuasi atau pengamanan bagi warga masyarakat yang menjadi korban bencana alam. Membantu pencarian bantuan maupun memperlancar dan mengamankan proses penampungan hinga pendistribusiannya. Menghubungi pihak-pihak terkait untuk meminimalisir jatuhnya korban. Membantu proses rehabilitasi pasca bencana alam Mengamankan lokasi, barang-barang milik warga yang mengungsi dan masih banyak lagi peran dan fungsi Polisi dalam menangani bencana. 5 II. BENCANA ALAM DAN BERMASALAHANNYA Permasalahan bencana alam begitu kompleks dan perlu penangan yang komprehensif dan perlu adanya Crisis Center (pusat pengamanan masalahmasalah krisis) atau Disaster Management. Bencana alam ada yang disebabkan karena faktor manusia, kerusakan infrastruktur atau karena alam sendiri.

6

Faktor manusia contohnya : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Penebangan liar yang mengakibatkan gundul. Pembangunan yang sembarangan. Pembuangan sampah yang sembarangan. Pencemaran lingkungan Perusakan alam, lingkungan dan habitatnya. Penambangan liar, dsb Faktor kerusakan infrastruktur : 1) Bendungan jebol 2) Tanggul jebol 3) Rusaknya saluran-saluran pembuangan 4) Rusaknya alat-alat, listrik maupun mesin-mesin, dsb 7 Masalah- masalah yang ditimbulkan : 1) Kerusakan infrastruktur. 2) Kerusakan tempat tinggal 3) Terputus / terhambatnya transportasi

4) Terhambat / rusaknya produktilitas. 5) Terganggunya proses belajr / mengajar 6) Meningkatnya kriminlaitas. 7) Konflik antar warga masyarakat. 8) Masalah kesehatan 9) Kelaparan 10) Gizi, dsb III. POLA PENANGANAN BENCANA ALAM 8 Menangani bencana bukan berarti sebatas tindakan-tindakan saat terjadinya bencana tetapi juga pencegahan, penanganan saat kejadian dan tindakan rehabilitasi pasca bencana. A. Tindakan pencegahan (pra bencana) bencana alam. 1. Membangun Crisis Center (Pusat penanganan bencana) yang dikepalai oleh Kepala Daerah yang anggota-anggotanya dari berbagai Stake Holders yang merupakan respresentasi untuk mencari akar masalah dan menemukan solusi-solusinya (Pemda, Kesehatan,

Rumah sakit, Instansi terkait, DPRD, Sektor bisnis, LSM, Media, Masyarakat, Polisi, dsb) 2. Melakukan pendataan terhadap lokasi-lokasi rawan bencana alam sesuai dengan jenis dan bencana alamnya. 3. Menyiapkan kantong-kantong / tempat- tempat untuk mengungsi dan jalur jalur penyelamatan / evakuasi. 4. Menyiapkan tim-tim penanganan krisis sehingga saat kejadiansudah terorganisir dan siap bekerja. 5. Menyiapkan tempat-tempat penampungan bantuan dan proses pendistribusiannya. 6. Melakukan kegiatan-kegiatan edukasi baik melalui lembaga-lembaga pendidikan formal maupun nonformal. 7. Menyiapkan dan melatih tim SAR gabungan 8. Melakukan program-program terpadu seperti : a. Penanaman hutan baik digunung maupun di pantai. b. Kegiatan padat karya, pembersihan lingkungan, sungai, perbaikan / perawatan tanggul, bendungan / Dam c. Latihan evakuasi yang diikuti warga masyarakat. d. Sosialisasi terpadu baik langsung maupun tidak langsung e. Membangun jaringan ( Network ) 9. Menyiapkan tim-tim untuk tindakan tindakan darurat / kontijensi 9

bidang : a. Kesehatan b. Pelayanan umum ( dapur umum, tempat penampungan pengungsi ) c. Air bersih d. Pendidikan ( bila tempat belajar rusak / bencana cukup panjang) e. Layanan sosial / Konseling / pendampingan. f. Tim-tim pendampingan dan pengontrol relawan relawan g. Posko-posko darurat. h. Bantuan komunikasi, transportasi i. Alat-alat berat dan alat-alat pendukung SAR 10 B. Tindakan saat terjadi bencana Saat terjadi bencana kebingunan, panik, stress, salin berebut, saling menyalahkan, saling ingin cari selamat sendiri, banyak korban, dsb. Jika tindakan-tindakan di point A sudah dilakukan setidaknya baik tim pembantu, tim SAR maupun warga masyarakat lebih siap atau setidaknya mengetahui tindakan-tindakan yang harus dilakukan. Tindakan-tindakan saat terjadi bencana antara lain :

11

1. 2. 3. 4. 5. Membantu mengevakuasi korban Menyelamatkan, anak-anak, orang tua, wanita dan warga lainnya. Menyiapkan jalur-jalur evakuasi. Menyiapkan tempat-tempat pengusian. Menyiapkan tindakan-tindakan pelayanan publik seperti; a. Dapur umum b. Layanan kesehatan c. Penyediaan air bersih d. Pendataan e. Pencarian dan pendistribusian bantuan f. Pendidikan / pendampingan g. Mengamankan lokasi bencana dari tindakan-tindakan orang yang tak bertanggung jawab. h. Melakukan pencarian dan penyelamatan korban i. Melakukan tindakan-tindakan penyiapan rehablitasi kalau sudah memungkinkan. j. Melakukan kontrol sosial terhadap tindakan-tindakan yang telah dilakukan. 12 C. Tindakan pasca bencana

Tindakan pasca bencana dalam konteks ini difokuskan pada upaya-upaya rehabilitasi terhadap kerusakan-kerusakan akibat bencana baik secara fisik maupun kerusakan non fisik : 1. menyiapakn / membantu pembersihan / pembongkaran dan pembangunan lokasi bencana (setelah kondisi aman) 2. membantu warga untuk kembali ketempat tinggalnya dari tempat-tempat pengungsian / penampungan. 3. Membantu penyiapan sarana-saran kebersihan, kesehatan, air bersih, makanan dsb. 4. melakukan pelayanan sosial pasca bencana 5. Pengamanan lokasi saat pembersihan, pembangunan kembali 6. Melakukan pendampingan untuk kelompok-kelompok rentan. 13 IV. PENUTUP Pola-pola penanganan bencana ini bukan hal yang mutlak, ini juga merupakan point-point dasar yang harus terus dijabarkan secara detail melalui petunjukpetunjuk yang jelas ditiap-tiap kategori bencana karena satu bencana dengan

bencana yang lainnya bisa berbeda dan memiliki spesifikasi khusus dan penanganan khusus pula. Namun pembentukkan Crisis Center, penanganan melalui Disaster Management untuk tiap-tiap Kelurahan / Kotamadya harus ada dan ada sistem-sistem terpadu antar Stake Holders yang saling berhubungan secara sinergis dan didukung anggaran untuk penanganan masalah-masalah kontijensi khususnya bencana alam. 14

duli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Ped siaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanu Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan duli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Pe emanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli K siaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanu Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan duli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Pe emanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli Kemanusiaan Kami Peduli K Karena

16