ARIA PRATAMA SURYA ANGGARA MMR Angkatan 7 Reguler Ujian Matrikulasi DMRS februari 2012

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS KESEHATAN UPT.PUSKESMAS MENGWI II Alamat : Jl. Raya Tumbak Bayuh

PANDUAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI PUSKESMAS DTP MANDE

SASARAN KESELAMATAN PASIEN

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

Keselamatan Pasien dalam Pelayanan Kesehatan

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai kematian.kesalahan atau kelalaian yang terjadi dapat disebabkan oleh

PEMERINTAH KABUPATEN ENDE DINAS KESEHATAN KABUPATEN ENDE PUSKESMAS KOTARATU. KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KOTARATU Nomor : / / / / 2017 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

Anna Ngatmira,SPd,MKM ( Jogjakarta, 25 November 2014)

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

PROGRAM KERJA RUANG BERSALIN DI RUMAH SAKIT MUNYANG KUTE REDELONG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. memperlihatkan bahwa kelahiran caesar darurat menyebabkan risiko kematian

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010).

TENTANG BUPATI SERANG,

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. di kawasan ASEAN yaitu sebesar 228/ kelahiran hidup (SDKI. abortus (11%), infeksi (10%), (SDKI 2012).

JCI - PATIENT CENTERED STANDARDS

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE)

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

KERANGKA ACUAN POSTNATAL CARE (PNC)

BUPATI MAGELANG PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

suplemen Informasi Jampersal

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta dalam menghadapi bencana, dapat

INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT RSUD dr. SOEDONO MADIUN TRIBULAN III TAHUN 2017

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I.Pengertian II. Tujuan III. Ruang Lingkup IV. Prinsip

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman.

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PONDOK BERSALIN DESA DAN PONDOK KESEHATAN DESA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI DI KAB TRENGGALEK

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR TETAP SIAGA DARURAT BENCANA

PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Klinik Bersalin di Gianyar 1

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

Panduan Identifikasi Pasien

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Transkripsi:

1 ARIA PRATAMA SURYA ANGGARA MMR Angkatan 7 Reguler Ujian Matrikulasi DMRS februari 2012 1. a) Ada 3 target dari 8 target MDGs yang sudah disepakati yang bisa dilakukan bidang kesehatan terutama di ruang lingkup rumah sakit yaitu: Target 4: menurunkan angka kematian bayi dan anak sebesar 2/3nya, dengan cara mengurangi resiko persalinan patologis, mencegah infeksi, dan peningkatan gizi. Pentingnya pemantauan ibu hamil selama proses kehamilannya sehingga dapat mengetahui apakah potensi kelahirannya aman bagi tingkat kesehatan dasar maupun harus dilakukan penangan lebih lanjut dari rumah sakit yang lebih berkompetensi. Pencegahan infeksi yang terjadi baik selama hamil, saat melahirkan, sampai setelah lahirnya bayi harus dilakukan rumah sakit karena infeksi termasuk penyebab kematian bayi yang cukup tinggi. Pengawasan imunisasi yang baik dan pemantauan berat badan/status gizi perkembangan anak bisa dilakukan rumah sakit dengan cara kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan rumah sakit. Target 5: meningkatkan kesehatan ibu, dengan menurunkan angka kematian ibu sebesar 3/4nya dengan cara keamanan persalinan (baik dari alat-alat pembantu persalinan maupun tenaga yang berkompetensi). Memberi edukasi terhadap ibu yang akan memulai kehamilan, sedang hamil serta rencana persalinan, sampai kesehatan pasca persalinan. Juga memberi informasi tentang jarak kehamilan berikutnya dan informasi tentang alat kontrasepsi. Target 6: memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya. Dengan cara mengendalikan penyebaran HIV dengan dibantu oleh pihak-pihak lain seperti kepolisian dan badan nasional. Rumah sakit membantu men-follow up pasien yang sudah positif HIV/AIDS dengan VCT, konseling, diagnostic, dan pengobatan. Rumah sakit juga harus cepat tanggap terhadap munculnya kasus-kasus menular sehingga dapat mengurangi munculnya kasus menular baru. b) Jampersal adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan oleh pemerintah yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk KB paska persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Sasaran jampersal adalah ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir agar dapat ditolong oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB untuk mendorong percepatan pencapaian MDGs. Jampersal untuk membantu masyarakat yang tidak memiliki asuransi/jaminan kesehatan sehingga tidak ada alasan untuk tidak mampu melahirkan di tempat yang baik.

2 2. Bencana gunung merapi merupakan bencana alam yang dapat di prediksi terjadinya tetapi tidak dapat diketahui waktunya, kekuatannya, sampai efek yang akan ditimbulkan. Sehingga daerah yang memiliki gunung merapi harus membentuk persiapan bila terjadi peristiwa bencana alam. Persiapan medical emergency yang harus dilakukan dalam upaya penanggulangan bencana gunung merapi adalah: 1. Melakukan kegiatan pra bencana (mitigasi) dengan cara penilaian bahaya (hazard assessment); mengidentifikasi populasi dan aset yang terancam, serta tingkat ancaman dengan pengetahuan tentang karakteristik sumber bencana, kemungkinan kejadian bencana, serta data kejadian bencana di masa lalu. Tahapan ini dapat menghasilkan peta potensi bencana yang sangat penting untuk merancang kedua unsur mitigasi lainnya. 2. Peringatan (warning); diperlukan untuk memberi peringatan kepada masyarakat tentang bencana gunung merapi yang akan mengancam. Sistem peringatan didasarkan pada data bencana yang terjadi sebagai peringatan dini serta menggunakan berbagai saluran komunikasi untuk memberikan pesan kepada pihak yang berwenang maupun masyarakat. Peringatan terhadap bencana yang akan mengancam harus dapat dilakukan secara cepat, tepat dan dipercaya. 3. Persiapan (prepraredness). Kegiatan kategori ini tergantung kepada unsur mitigasi sebelumnya (penilaian bahaya dan peringatan), yang membutuhkan pengetahuan tentang daerah yang kemungkinan terkena bencana dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan harus melakukan evakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah aman. Pada tahapan ini harus disiapkan: a. Dana (anggaran uang) untuk membantu proses penyiapan bahan baku maupun alat-alat bantu saat terjadinya bencana. b. Orang-orang yang siap dan bisa membantu jika terjadinya bencana baik dari bidang kesehatan, keamanan, sampai masyarakat sekitar yang sudah mendapat pengetahuan dan pelatihan mengenai bencana alam. c. Sarana dan prasarana dengan menyiapkan peralatan emergency seperti tempat kegawatdaruratan, obat obatan, tandu, oksigen, alat-alat bedah minor, tempat pengungsian yang aman, dan masih banyak lagi. d. Yang terpenting adalah early warning system baik dari sistem komando, search and rescue dapat berada pada komando, pelayanan gawat darurat medis, atau polisi atau suatu unit tersendiri yang sudah terlatih, saluran komunikasi atau alat tanda bahaya

(sirine) sehingga dapat meminimalisir terjadinya korban. Tetapi semua system harus terintegrasi dengan baik dan terkoordinasi. 3 3. Sasaran keselamatan pasien (6 sasaran) yang harus diterapkan di setiap RS adalah: 1) Ketepatan identifikasi pasien; Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien sering terjadi, terutama aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan.pada pasien yang tidak sadar, mengalami disorientasi, bertukar tempat tidur/kamar/lokasi di rumah sakit, ada kelainan sensori, atau tidak ada orang/keluarga yang mengantar. Sangat diperlukan untuk dua kali pengecekan yaitu: pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. sehingga tidak terjadi kesalahan saat pengenalan pasien, pemberian obat, darah (atau produk darah), mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis. 2) Peningkatan komunikasi yang efektif; Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon, pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan. Sehingga harus tercapai komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. 3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai; Obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius, obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (nama obat, bentuk, dan ucapan). Sehingga perlunya identifikasi jenis obat, lokasi penyimpanan, dan pemberian label yang jelas. 4) Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi; Kesalahan ini sering terjadi akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi, dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu, asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi. Sehingga harus selalu dikoreksi mengenai masalah ini.

4 5) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Sehingga rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (dari WHO Patient Safety) dan menerapkan program hand hygiene yang efektif untuk pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. 6) Pengurangan risiko pasien jatuh. Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. 4. a) Alasan AMDAL dibuat sebelum mendirikan RSUD yaitu untuk melakukan suatu studi kelayakan, karena sudah diatur dalam undang-undang dan peraturan pemerintah, dengan menghendaki agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan beroperasinya awal proyek pembangunan sampai proses berjalannya RSUD tersebut. semua harus terintegrasi baik dari pemerintah, partisipasi masyarakat, maupun manfaat bagi pemrakarsa untuk mengetahui masalah-masalah lingkungan yang akan datang. Dokumen AMDAL: 1. Dokumen Kerangka Acuan-Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Dokumen ini merupakan ruang lingkup dan kedalaman kajian analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang akan dilaksanakan sesuai hasil proses screening wajib AMDAL. KA-ANDAL harus disetujui dahulu baru dokumen yang lain bisa dibuat (dokumen berikutnya). 2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Dokumen ini memuat telaah yang cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana pembanguan RSUD berdasarkan arahan yang telah disepakati dalam dokumen KA-ANDAL yang sudah disepakati.

5 3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) Dokumen ini memuat berbagai upaya kelola terhadap dampak besar dan penting yang ditimbulkan oleh pembangunan RSUD tersebut terhadap lingkungan hidup. 4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Dokumen ini memuat berbagai rencana pemantauan terhadap berbagai komponen lingkungan hidup yang telah dikelola akibat terkena dampak besar dan penting dari rencana pembangunan RSUD. b) Paradigma Kesehatan Lingkungan, mencakup 4 simpul yaitu: 1. Simpul 1 (sumbernya) Jenis dan volume kegiatan yang dilakukan di lokasi, lamanya kegiatan, bahaya fisik yang ada di lokasi, perubahan-perubahan yang dilakukan (baik dalam ukuran maupun bentuk), kegiatan penanggulangan yang direncanakan dan yang telah dikerjakan, serta laporan pelaksanaan pengendalian mutu. 2. Simpul 2 (media lingkungan) Riwayat latar belakang, kepedulian kesehatan masyarakat, penduduk, penggunaan lahan dan sumber daya alam, pencemaran lingkungan, dan jalur penyebaran pencemar di lingkungan. 3. Simpul 3 (tubuh manusia) Terdiri dari fitrah pemajanan, dosis, waktu, dosis representatif dan waktu pemajanan. 4. Simpul 4 (dampak kesehatan) Dari bidang kesehatan, bidang perindustrian, bidang prasarana wilayah, bidang energi dan sumber daya mineral, sampai bidang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Sehingga dari simpul-simpul diatas untuk mencapai kesehatan lingkungan dapat dicapai dengan pengendalian agen-agen penyebab dan menjaga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat baik yang berada dilingkungan RSUD tersebut maupun masyarakat luas. 5. a) Perlukah rumah sakit mengalokasikan CSR? Perlu, karena sesuai aturan AMDAL yang telah disepakati, juga dapat menjaga aspek lingkungan yang baik, membantu kesejahteraan masyarakat sekitar, sehingga menjadikan rumah sakit tersebut dapat diterima masyarakat dengan baik.

6 b) Mengapa perusahaan perlu BSR? Konsep BSR menekankan pada kepedulian merek kepada masalah sosial masyarakat dan bagaimana mengelola merek melalui kegiatan kepedulian sosial tersebut. Tentu saja, bicara soal strategi, kita berbicara tentang perencanaan. Rencana-rencana tersebut adalah: 1. Kepedulian sosial seharusnya bukan hanya tanggung jawab korporat tetapi juga berbagai merek yang dikelola yang dikelola perusahaan tersebut. 2. Aktivitas sosial yang dilakukan punya nilai strategis terhadap pengelolaan merk, bukan sekedar mendapat pujian dari masyarakat, oleh karena itu strategi yang dijalankan harus sejalan dengan strategi merk. Banyak aktivitas kepedulian sosial hanya menjadi bagian dari aktivitas public relations (PR). Padahal pada saat memiliki sasaran, BSR haruslah diorganisasikan dengan baik. 3. Menjalankan program BSR lebih menarik karena bisa dikaitkan dengan program marketing yang kreatif dan kompetitif sehingga mereka bisa menjalankan kepedulian sosial yang lebih kreatif. Sasaran yang bermisi sosial bisa menjadi marketing objective. Copyright 2012 APSA