COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING (CMHN)

dokumen-dokumen yang mirip
BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA NAMA KADER ALAMAT

BAB Kinerja Pengertian Menurut Ruky (2001), Kinerja atau prestasi adalah pengahlibahasaan dari kata Inggris

PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI Sehat Jiwaku Sehat keluargaku (UPK Puskesmas Siantan Hulu)

64 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA

BAB I PENDAHULUAN. mental dalam beberapa hal disebut perilaku abnormal (abnormal behavior). Hal

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

PENGARUH PELATIHAN KADER TERHADAP KEMAMPUAN KADER MELAKUKAN PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA DIRUMAH

Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menuju Desa Siaga Sehat Jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American Nurses

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. (Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional). Sistem MPKP ini

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS

KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial, kesehatan jiwa maupun persepsi kesehatan umum (Chan et al, 2006 cit

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. pada pasien (Gillies, 1989). Rumah Sakit Jiwa Derah Provsu telah menerapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sudut panang medis. Rentang adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut sudut

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BUKU PANDUAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN M.A KEPERAWATAN JIWA PRODI D III KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2014/ 2015

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) 32/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatus (AKN) meninnggal setiap 1 jam (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia hidup di lingkungan yang terus berubah, dan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT ( PERKESMAS ) PUSKESMAS KESAMBEN TAHUN I. Pendahuluan

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

PELATIHAN BASIC COURSE COMMUNITY MENTAL HEATLH NURSING BAGI PERAWAT PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

Tim Riset : Budi Anna Keliat Ni Made Riasmini Novy Helena C.D.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien

PERAN PERAWAT HOME CARE. Disampaikan oleh Djati Santosa.

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN JIWA PARIPURNA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

Depresi pada Lansia. Masalah Keperawatan Risiko Bunuh Diri

Koping individu tidak efektif

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang

Materi Konsep Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas di seluruh dunia (Prince et al, 2007). Meskipun penemuan terapi. mengakibatkan penderitaan yang besar pada individu,

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER)

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING (CMHN) A. Defenisi CMHN Comunity Mental Health Nursing adalah upaya untuk mewujudkan pelayanan kesehatan jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik. CMHN adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan paripurna, berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentang terhadap stres dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan. CMHN merupakan salah satu strategi berupa program peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diberikan kepada petugas kesehatan melalui pelatihan dalam rangka upaya membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan jiwa akibat dampak tsunami, gempa maupun bencana lainnya. Pelatihan yang dilakukan terdiri dari tiga tahapan yaitu Basic, Intermediate dan Advance Nursing Training. Sejalan dengan perkembangan ilmu kesehatan jiwa maka perawat CMHN perlu dibekali pengetahuan dan kemampuan untuk menstimulasi perkembangan individu di masyarakat maupun mengantisipasi dan mengatasi penyimpangan yang menyertai perkembangan psikososial individu di masyarakat. Perawat CMHN sebagai tenaga kesehatan yang bekerja dimasyarakat dan bersama masyarakat harus mempunyai kemampuan melibatkan peran serta masyarakat terutama tokoh masyarakat dengan cara melatih para tokoh masyarakat untuk menjadi kader kesehatan jiwa (Depkes, 2006). B. Fungsi CMHN Upaya yang digunakan untuk membantu masyarakat menyelesaikan masalah-masalah kesehatan jiwa akibat dampak konflik tsunami, gempa maupun bencana lain.

Adapun tugas dan fungsi dari perawat/petugas CMHN meliputi : I. Perencanaan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990 dalam Keliat et. al, 2006). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan dan dimana kegiatan itu dilakukan. Perencanaan yang matang akan memberi petunjuk dan mempermudah dalam melaksanakan suatu kegiatan. Tanpa perencanaan kegiatan akan menjadi tidak terarah sehingga hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diinginkan. Jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka pendek, menengah dan panjang. Perencanaan jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan satu tahun (Marquia & Houston, 1998 dalam Depkes, 2006). Kegiatan perencanaan yang akan digunakan dipelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan. Untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan tahunan dan bulanan. Perencanaan di pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah perencanaan kegiatan yang akan dilakukan oleh perawat supervisor, perawat CMHN di puskesmas dan kader kesehatan jiwa. Rencana jangka pendek yang diterapkan pada pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas terdiri dari rencana bulanan dan tahunan (Keliat et.al, 2006). 1) Rencana bulanan perawat CMHN Rencana bulanan adalah kegiatan yang akan dilaksanankan oleh perawat CMHN dan kader dalam waktu satu bulan. Rencana bulanan perawat meliputi dua aspek, yaitu: a. Kegiatan manajerial Contoh kegiatan : supervisi kader, rapat/pertemuan b. Kegiatan asuhan keperawatan Asuhan keperawatan pada pasien dan keluarga, yang terdiri dari : 1. Pendidikan kesehatan bagi kelompok masyarakat yang sehat, kelompok yang berisiko masalah psikososial dan kelompok keluarga pasien gangguan jiwa.

2. Asuhan keperawatan masalah psikososial 3. Asuhan keperawatan risiko masalah psikososial 4. Asuhan keperawatan gangguan jiwa 5. Kegiatan terapi aktifitas kelompok dan rehabilitasi untuk kelompok pasien yang mengalami gangguan jiwa. 2) Rencana tahunan perawat CMHN Setiap akhir tahun perawat melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahun berikutna. Rencana kegiatan tahunan mencakup : a. Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas berupa kegiatan yang dilaksanakan dan hasil evaluasi (wilayah kerja puskesmas dan Desa Siaga Sehat Jiwa). b. Penyegaran terkait dengan materi pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan untuk memantapkan hal-hal yang masih rendah. c. Pengembangan SDM (perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa) dalam bentuk rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal dan informal. II. Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas untuk mencapai suatu tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan untuk pengkoordinasian aktivitas yang tepat baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab (Keliat et.al, 2006). Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam pelayanan kesehatan jiwa komunitas menggunakan pendekatan lintas sektoral dan lintas program. Setiap perawat CMHN di puskesmas bertanggung jawab terhadap sejumlah desa yang menjadi area binaan. Desa siaga sehat jiwa dipimpin oleh perawat CMHN puskesmas yang bertanggung jawab terhadap dua desa atau lebih. Tokoh masyarakat didesa berperan sebagai penasehat atau pelindung kader kesehatan jiwa. Beberapa kader kesehatan jiwa bertanggung jawab terhadap masing-masing dusun yang melakukan kegiatan desa siaga sehat jiwa. Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian desa siaga sehat jiwa adalah :

a. Wilayah kerja puskesmas dibagi dua untuk 2 orang perawat CMHN. Misalnya ada 20 desa maka masing-masing perawat bertanggung jawab pada 10 desa. b. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat menetapkan satu desa untuk dikembangkan menjadi desa siaga sehat jiwa. c. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat pada tingkat desa menetapkan calon kader kesehatan jiwa pada tingkat dusun. Tiap dusun minimal 2 kader kesehatan jiwa. Pengelompokkan keluarga pada desa siaga sehat jiwa berdasarkan asuhan keperawatan yang diberikan yaitu asuhan keperawatan diberikan kepada keluarga yang sehat, risiko dan gangguan. Keluarga yang sehat dikelompokkan dalam usia: 1. Keluarga dengan bayi 0-18 bulan 2. Keluarga dengan kanak-kanak 18-36 bulan 3. Keluarga dengan pra sekolah 3-6 tahun 4. Keluarga dengan anak sekolah 6-12 tahun 5. Keluarga dengan remaja 12-18 tahun 6. Keluarga dengan dewasa muda 18-25 tahun 7. Keluarga dengan dewasa 25-65 tahun 8. Keluarga dengan lansia > 65 tahun III. Pengarahan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas Pengarahan adalah langkah ketiga dari fungsi manajemen yaitu pelaksanaan perencanaan kegiatan dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pengarahan pekerjaan diuraikan dengan jelas dalam bentuk tugas yang harus dilaksanakan. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan diperlukan iklim kerja yang menyenangkan, pengelolaan waktu secara efisien, keterampilan komunikasi yang baik, pengelolaan konflik, memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan pendelegasian dan supervisi, melakukan negosiasi dan advokasi lintas program dan sektor (Keliat et.al, 2006). Kegiatan pengarahan yang akan dilaksanakan pada pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah menciptakan budaya motivasi, menerapkan manajemen waktu, melaksanakan pendelegasian, melaksanakan supervisi dan komunikasi yang efektif, melakukan manajemen konflik.

1. Manajemen Waktu Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dimiliki. Pada desa siaga sehat jiwa manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan rencana kegiatan bulanan untuk perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa masyarakat. Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui instrumen evaluasi perencanaan. 2. Pendelegasian Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendelegasian dilaksanakan melalui proses : a. Buat rencana tugas yang perlu diselesaikan b. Identifikasi kemampuan kader kesehatan jiwa yang akan melaksanakan tugas c. Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya d. Jika kader kesehatan jiwa tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah tertentu maka perawat CMHN harus bias menjadi contoh peran dan menjadi nara sumber untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi e. Evaluasi kinerja setelah tugas selesai 3. Supervisi Supervisi adalah proses memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Kegiatan supervisi dilaksanakan untuk menjamin kegiatan pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Fasilitator nasional, fasilitator provinsi dan dinas kesehatan melakukan supervise satu kali sebulan terhadap fasilitator lokal, perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa masyarakat, fasilitator lokal dan kepala puskesmas melakukan supervisi dua kali seminggu terhadap perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa. Sedangkan perawat CMHN melakukan supervisi satu kali seminggu terhadap kader kesehatan jiwa. Hal yang di supervisi adalah kemampuan fasilitator local, perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa dalam melaksanakan tugasnya terkait aspek manajerial dan asuhan keperawatan.

4. Manajemen Konflik Konflik adalah perbedaan pandangan dan ide antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda konflik mungkin terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan manajemen konflik. Cara penanganan konflik ada beberapa macam yaitu bersaing, berkolaborasi, menghindar, mengakomodasi dan berkompromi. Penanganan konflik yang diterapkan dalam pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah dengan cara kolaborasi. Cara ini adalah salah satu bentuk kerja sama berbagai pihak yang terlibat konflik dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan menemukan persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Untuk itu pembudayaan kolaborasi antar pihak-pihak terkait menjadi prioritas utama dalam menyelenggarakan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas. C. Dasar pembentukan CMHN Konflik berkepanjangan disertai bencana tsunami dan gempa bumi tanggal 26 desember 2004 di Nangroe Aceh Darussalam ( NAD ) telah berlalu, namun dampaknya masih sangat dirasakan oleh semua masyarakat dengan berbagai kondisi. Dampak tersebut dapat berupa kehilangan sanak saudara, kehilangan harta benda, kerusakan lingkungan, dan sebagainya. Semua ini dapat menimbulkan berbagai masalah psikososial seperti ketakutan, kehilangan, trauma paska bencana, bahkan timbul masalah kesehatan jiwa yang lebih berat seperti depresi, perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Kondisi-kondisi seperti ini penanganan yang cepat, tepat dan akurat. Untuk menangani masalah tersebut perlu dipikirkan serta pelayanan, sumber daya manusia, kompetensi, maupun biayanya. Saat ini sarana pelayanan keperawatan jiwa yang ada di NAD adalah Badan Pelayanan Keperawatan Jiwa ( BPKJ ) dengan bed occupation rate ( BOR ) 130%, sumber daya manusia yang kurang dan anggaran yang juga tidsak memadai. Oleh karena itu perlu ada strategi lain untuk memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa kepada masyarakat dengan menggunakan pendekatan Comunity Mental Health Nursing (CMHN ) / Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas ( KKJK ). KKJK merupakan salah satu upaya yang digunakan untuk membantu masyarakat menyelesaikan masalah-masalah kesehatan jiwa akibat dampak konflik, tsunami, gempa maupun bencana lainnya.

D. Program CMHN Membentuk desa siaga sehat jiwa, yaitu: a. Pendidikan kesehatn jiwa untuk masyarakat sehat b. Pendidikan kesehatan jiwa untuk resiko masalah psikososial c. Resiko jiwa untuk mengalami gangguan jiwa d. Terapi aktivitas bagi pasien gangguan jiwa mandiri e. Rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri f. Askep bagi keluarga pasien gangguan jiwa E. Tujuan CMHN 1. Tujuan umum : Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa bagi masyarakat sehingga tercapai kesehatan jiwa masyarakat secara optimal. 2. Tujuan khusus : a. Menjelaskan konsep keperawatan kesehatan jiwa komunitas b. Menerapkan komunikasi terapeutik dalam memberikan pelayanan / asuhan keperawatan jiwa c. Menjelaskan peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa dalam memberikan pelayanan keperawatan d. Bekerjasama dengan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan peran dan fungsinya e. Menerapkan konsep pengorganisasian masyarakat dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa f. Memberikan asuhan keperawatan pada anak dan remaja dengan gangguan jiwa : depresi dan perilaku kekerasan g. Memberikan asuhan keperawatan pada usia dewasa yang gangguan jiwa dengan masalah : harga diri rendah, perilaku kekerasan, resiko bunuh diri, isolasi diri, halusinasi, waham dan defisit perawatan diri

h. Memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan jiwa : depresi dan demensia i. Mendokumentasikan asuhan keperawatan jiwa komunitas F. Kegiatan CMHN I. PERMAINAN : Aku cinta semua orang dan Ayam-bebek AKU CINTA SEMUA ORANG No. Ucapan Gaya Aku cinta semua orang. Kedua tangan direntangkan dan membuat lingkaran 1 kedua tangan disilangkan di depan dada Yang tinggi. Kedua tangan ke atas dan digerakkan, kedua telapak kaki di 2 angkat 3 Yang pendek. Tubuh ditekuk dan kedua tangan menyentuh ujung kaki 4 Yang gemuk. Kedua tangan direntangkan Dan yang kurus. Kedua tangan menyilang di dada, tangan kanan menyentuh 5 bahu kiri, dan tangan kiri menyentuh bahu kanan Aku cinta semua orang. Kedua tangan direntangkan dan membuat lingkaran 6 kedua tangan disilangkan di depan dada AYAM-BEBEK No. Gaya Nyanyian 1 Ayam 3x. Mengepak-ngepakkan tangan 3x 2 Bebek. Mengegolkan panggul pinggang dan pantat 1x 3 Bebek. 3x Mengegolkan panggul pinggang dan pantat 3x 4 Ayam. Mengepak ngepakkan tangan 1x Ayam mematok bebek. Mengepakkan tangan; kelima jari dari kedua tangan 5 dipertemukan di depan dada (membuat gerakan saling mematok); mengegolkan panggul pinggang dan pantat 6 Bebek mematok ayam Mengegolkan panggul pinggang dan pantat, kelima jari kedua tangan dipertemukan didepan dada ( membuat gerakan saling mematok)

7 mengepakkan tangan. Ayam bebek patok- patokan Mengepakkan tangan; kelima jari dari kedua tangan dipertemukan di depan dada ( membuat gerakan saling mematok) II. SENAM LANSIA Lakukan hal ini disaat peserta sudah mulai jenuh dan konsentrasinya mulai menurun. III. SEVEN GUN (untuk melatih konsentrasi) Peserta diminta untuk berhitung, misal 123...dst, jika sampai pada hitungan yang ada angka tujuh dan kelipatan tujuh, peserta tidak boleh menyebutkan angka tetapi menembak dengan mengatakan dor...dor.... Contoh: 123456, dor...dor... begitu seterusnya. G. Kerjasama Lintas Sektor dan Lintas Program a. Lintas sektor 1) Kepala puskesmas 2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota 3) Dinas Kesehatan Provinsi 4) Departemen Kesehatan b. Lintas Program 1) DPRD 2) BAPEDA 3) Dinas Sosial 4) Dinas Agama 5) Pemuka Masyarakat H. Lokasi CMHN Tempat yang dapat diadakan CMHN adalah tempat yang terkena dampak bencana atau konflik.

I. Pengorganisasian CMHN a) Pendekatan : 1) Perencanaan sosial (social planning) Keputusan program pemenuhan dan penyelesaian masalah didasarkan atas faktafakta yang didapatkan di lapangan dan fokusnya pada penyelesaian tugas. Pendekatan ini diperlukan pada kondisi yang memerlukan penyelesaian masalah dengan segera. Hal ini telah dilakukan pada awal terjadi tsunami dan gempa bumi. 2) Aksi sosial (social action) Program pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah pada satu area tertentu dilakukan oleh sekelompok ahli dari tempat lain. Hal ini dilakukan jika pada tempat kejadian belum dapat diidentifikasi sumber daya yang digunakan. Hal ini juga telah dilakukan dan berlangsung sampai saat ini. 3) Pengembangan masyarakat (Comunity development) Program pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah ditekankan pada peran serta masyarakat, pemberdayaan masyarakat atau peningkatan kemampuan masyarakat dalam menyelesaikan masalah dan saling memberi bantuan dalam mengidentifikasi masalah atau kebutuhan serta penyelesaian masalah. 4) Penerapan a) Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta sumber daya yang ada di masyarakat. Cara memeperoleh data dapat dilakukan melalui : Informasi dari masyarakat tentang anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa Informasi dari perawat komunitas Menentukan sendiri dengan melakukan pengkajian langsung baik perorangan, keluarga maupun kelompok Melalui pertemuan-pertemuan formal dan informal

b) Mengelompokkan data yang dikumpulkan dengan cara : Jika ditemukan anggota masyarakat yang masih sehat maka diperlukan program pencegahan dan peningkatan kes-wa agar tidak terjadi masalah psikososial dan gangguan jiwa. Jika ditemukan masyarakat yang mengalami masalah psikososial maka diperlukan program untuk intervensi pemulihan segera Jika ditemukan kasus gangguan jiwa maka diperlukan intervensi pemulihan segera dan rehabilitasi c) Merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan terhadap kasus. Perawat kesehatan jiwa komunitas membuat jadual dalam melakukan tindakan terhadap kasus dengan menggunakan modul asuhan keperawatan, meliputi : Jadwal aktivitas harian sesuai dengan program kerja harian Jadwal kunjungan terhadap kasus-kasus yang ditangani sesuai dengan program pemulihan d) Melakukan evaluasi tindak lanjut Mencatat kemajuan perkembangan pasien dan kemampuan keluarga merawat pasien Jika kondisi kasus berkembang kearah yang lebih baik, maka diteruskan rencana asuhan yang telah ditetapkan sampai pasien mandiri Jika ditemukan tanda dan gejala yang memerlukan pengobatan, maka perawat kesehatan jiwa komunitas dapat memberikan obat sesuai dengan standar pendelegasian program pengobatan serta memonitor pengobatan Jika dengan perawatan dan pengobatan pasien tidak mengalami perubahan (kondisi bertambah berat), maka pasien dirujuk ke puskesmas Jika setelah dirujuk pasien tidak mengalami perubahan, maka dikonsultasikan dengan tim kesehatan jiwa tingkat kabupaten Jika kondisi pasien tetap tidak mengalami perubahan, maka dirujuk ke rumah sakit umum atau rumah sakit jiwa dengan rekomendasi tim kesehatan jiwa tingkat kabupaten

J. Rehabilitasi Pasien Rehabilitasi pasien laki-laki dengan cara diberi keterampilan untuk membuat telur asin, membuat batu bata, ternak dan berdagang. Sedangkan perempuan diberi keterampilan menyulam, menjahit dan memasak. K. Piramida 1. Perawatan Mandiri Individu dan Keluarga Masyarakat baik individu maupun keluarga diharapkan dapat secara mandiri memelihara kesehatan jiwanya. Pada tingkat ini sangat penting pemberdayaan keluarga dengan melibatkan mereka dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya. Perawat dan petugas kesehatan lain dapat mengelompokkan masyarakat dalam : a) Masyarakat sehat jiwa b) Masyarakat yang mempunyai masalah psikososial c) Masyarakat yang mengalami gangguan jiwa 2. Pelayanan Formal dan Informal Diluar Sektor Kesehatan Tokoh masyarakat, kelompok formal dan informal diluar tatanan pelayanan kesehatan merupakan target pelayanan kesehatan jiwa. Kelompok dimaksud adalah : a) TOMA : agama, wanita, keuchik, kepala dusun, kepala lorong b) Pengobatan tradisional : orang pintar c) Guru Mereka dapat menjadi target pelayanan, karena mereka juga bagian dari kelompok perawatan mandiri individu dan keluarga. Selanjutnya mereka dapat menjadi mitra tim kesehatan yang intregasikan dengan perannya dimasyarakat untuk itu mereka perlu

memiliki kemampuan melalui pelatihan konseling, kes-wa, relawan kes-wa, psikososial, pola asuh. 3. Pelayanan Kesehatan Jiwa Melalui Pelayanan Kesehatan Dasar a) Semua pemberi pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat yaitu praktik pribadi dokter/ bidan/ psikolog, dan semua sarana pelayanan kesehatan merupakan mitra kerja tim kesehatan jiwa. Untuk itu mereka memerlukan penyegaran & penambahan pengetahuan tentang pelayanan kesehatan jiwa agar dapat memberikan pelayanan kesehatan jiwa komunitas bersamaan dengan pelayanan kesehatan yang dilakukan. Dan juga mereka dapat merujuk pasien dengan masalah kesehatan jiwa kepada perawat kesehatan jiwa komunitas (community mental health nurses) b) Pelatihan yang perlu diberikan adalah konseling, deteksi dini dan pengobatan segera, keperawatan jiwa dasar. Penanggung jawab pelayanan ini adalah penanggung jawab pelayanan kesehatan jiwa komunitas di tingkat Puskesmas. 4. Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat a) Tim kesehatan jiwa terdiri dari psikiater, psikolog klinik & perawat jiwa/ dalam kondisi tertentu dapat dokter umum plus, perawat plus & psikolog plus. Tim berkedudukan ditingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Tim bertanggung jawab terhadap program pelayanan kesehatan jiwa di daerah pelayanan kesehatan Kabupaten/ Kota.

b) Tim akan bergerak secara periodik ke tiap-tiap Puskesmas untuk memberi konsultasi, supervisi, monitoring dan evaluasi. Pada saat tim mengunjungi Puskesmas, maka penanggung jawab pelayanan kesehatan jiwa komunitas di Puskesmas akan: Mengkonsultasikan kasus-kasus yang tidak berhasil. Misalnya : kasus gangguan jiwa yang tidak ada perubahan. Hasil konsultasi dapat berupa program terapi/ rekomendasi untuk merujuk ke RS (RSU/RSJ) Melaporkan hasil dan kemajuan pelayanan yang telah dilakukan 5. Unit pelayanan kesehatan jiwa di RSU a) Rumah sakit umum daerah pd tingkat Kabupaten / Kota diharapkan menyediakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap bagi pasien gangguan jiwa dengan jumlah tempat tidur terbatas sesuai kemampuan. Sistem rujukan dari Puskesmas/ tim Kes wa masyarakat Kabupaten / Kota ke RSU dan sebaliknya harus jelas. b) Pada saat ini belum semua memiliki rawat jalan / inap kesehatan jiwa di RSU. 6. Rumah sakit jiwa Rumah sakit jiwa merupakan pelayanan spesialistik kesehatan jiwa yang difokuskan pada pasien gangguan jiwa yang tidak berhasil dirawat di keluarga / Puskesmas/ RSU. Sistem rujukan dari RSU dan rujukan kembali ke masyarakat yaitu Puskesmas harus jelas agar kontinuitas pelayanan di keluarga dapat berjalan. Pasien yang telah selesai dirawat di RSJ dirujuk kembali ke Puskesmas. Penanggung jawab pelayanan kes wa masyarakat di Puskesmas bertanggung jawab terhadap lanjutan asuhan di keluarga.

7. Peran dan fungsi perawat CMHN a) Pemberi asuhan keperawatan secara langsung (practitioner) : Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien untuk membantu pasien mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan meningkatkan fungsi kehidupannya. b) Pendidik (educator) Perawat memberikan pendidikan kesehatan jiwa kepada individu dan keluarga untuk mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan mengembangkan kemampuan keluarga dalam melakukan 5 tugas kesehatan keluarga. c) Koordinator (coordinator) Melakukan koordinasi dalam kegiatan : Penemuan kasus Rujukan L. Asuhan Keperawatan Menurut Keliat et.al (2006), salah satu pilar praktek keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, keluarga, kelompok dan komunitas secara sistematis dan terorganisir. Perawat CMHN bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan jiwa komunitas kepada kelompok keluarga yang sehat jiwa, kelompok pasien dan keluarga yang risiko masalah psikososial dan kelompok pasien dan keluarga dengan gangguan jiwa. Perawat CMHN di NAD telah dibekali pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di masyarakat. Dalam rangka mengaplikasikan konsep keperawatan kesehatan jiwa komunitas digunakan pendekatan proses keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien. Pendekatan yang digunakan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi : I. Pengkajian Pengkajian awal dilakukan dengan menggunakan pengkajian 2 menit berdasarkan keluhan pasien. Setelah ditemukan tanda-tanda yang menonjol yang mendukung adanya gangguan jiwa maka pengkajian dilanjutkan dengan menggunakan format pengkajian kesehatan jiwa. Data yang dikumpulkan mencakup keluhan utama, riwayat kesehatan jiwa, pengkajian psikososial dan pengkajian status mental. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan pasien dan keluarga, pengamatan langsung terhadap kondisi pasien serta melalui pemeriksaan. II. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan dapat dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian, baik masalah yang bersifat aktual (gangguan kesehatan jiwa) maupun yang berisiko mengalami gangguan jiwa. Jika perawat menemukan anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa maka perawat harus berhati-hati dalam penyampaiannya kepada pasien dan keluarga agar tidak menyebutkan gangguan jiwa karena hal tersebut merupakan stigma dalam masyarakat. Adapun diagnosa keperawatan yang diidentifikasi penting untuk pasca bencana adalah : a. Masalah kesehatan jiwa pada anak/remaja : 1) Depresi 2) Perilaku kekerasan b. Masalah kesehatan jiwa pada usia dewasa : 1) Harga diri rendah 2) Perilaku kekerasan 3) Risiko bunuh diri 4) Isolasi sosial 5) Gangguan persepsi sensori : halusinasi 6) Gangguan proses pikiran waham 7) Defisit perawatan diri

c. Masalah kesehatan jiwa pada lansia : 1) Demensia 2) Depresi III. Perencanaan Keperawatan Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa yang mencakup tindakan psikoterapeutik yaitu penggunaan berbagai teknik komunikasi terapeutik dalam membina hubungan dengan pasien, pendidikan kesehatan tentang prinsipprinsip kesehatan jiwa dan gangguan jiwa; perawatan mandiri (aktivitas kehidupan sehari-hari) meliputi kebersihan diri, makan dan minum, buang air besar dan buang air kecil; terapi modalitas seperti terapi aktivitas kelompok, terapi lingkungan dan terapi keluarga; tindakan kolaborasi (pemberian obat-obatan dan monitor efek samping). Dalam menyusun rencana tindakan harus dipertimbangkan bahwa untuk mengatasi satu diagnose keperawatan diperlukan beberapa kali pertemuan hingga tercapai kemampuan yang diharapkan baik untuk pasien maupun keluarga. Rencana tindakan keperawatan ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan komunitas. a. Pada tingkat individu difokuskan pada peningkatan keterampilan dalam ADL dan keterampilan koping adaptif dalam mengatasi masalah. b. Pada tingkat keluarga difokuskan pada pemberdayaan keluarga dalam merawat pasien dan mensosialisasikan pasien dengan lingkungan. c. Pada tingkat kelompok difokuskan pada kegiatan kelompok dalam rangka sosialisasi agar pasien mampu beradaptasi dengan lingkungan. d. Pada tingkat komunitas difokuskan pada peningkatan kesadaran masyarakat tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, menggerakkan sumber-sumber yang ada dimasyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh pasien dan keluarga. IV. Tindakan Keperawatan Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien saat ini. Perawat bekerjasama dengan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain dalam melakukan tindakan. Tujuannya adalah memberdayakan pasien dan keluarga agar mampu mandiri memenuhi kebutuhannya serta meningkatkan keterampilan koping dalam menyelesaikan masalah. Perawat

bekerja dengan pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka dan memfasilitasi pengobatan melalui kolaborasi dan rujukan. V. Evaluasi Asuhan Keperawatan Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan pasien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah. Kemampuan yang diharapkan adalah : a. Pada tingkat individu diharapkan pasien mampu : 1) Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai kemampuannya 2) Membina hubungan dengan orang lain dilingkungannya secara bertahap 3) Melakukan cara-cara menyelesaikan masalah yang dialami b. Pada tingkat keluarga diharapkan keluarga mampu : 1) Membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien hingga pasien mandiri 2) Mengenal tanda dan gejala dini terjadinya gangguan jiwa 3) Melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa atau kekambuhan 4) Mengidentifikasi perilaku pasien yang membutuhkan konsultasi segera 5) Menggunakan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat seperti tetangga, teman dekat dan pelayanan kesehatan terdekat. VI. Monitoring dan Evaluasi Menurut Mockler (1984) dalam Keliat et.al (2006) pengendalian manajemen adalah kegiatan sistematis yang terdiri dari menentukan standar prestasi kerja, menetapkan tujuan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan evaluasi kinerja. Hasil evaluasi kinerja dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, untuk mengetahui pencapaian tujuan dan penyimpangan serta mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk memastikan bahwa sumber daya yang digunakan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Pengendalian manajemen merupakan proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang telah dilakukan sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin kualitas penampilan kerja. Kegiatan monitoring dan evaluasi pada pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas ditujukan pada fasilitator lokal, perawat CMHN, kader kesehatan jiwa dan pasien dan keluarga.

M. Pelayanan Kesehatan Jiwa Pelayanan kesehatan jiwa komprehensif meliputi : a) Pencegahan Primer Fokus : Pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan kesehatan dan pecegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan : Mencegah terjadinya gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa. Target : Anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu : anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Aktivitas : o Program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan, program sosialisasi, manejemen stres, persiapan menjadi orang tua. o Program dukungan sosial pada anak yatim piatu, kehilangan pasangan, kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah atau tempat tinggal. o Program penccegahan penyalahgunaan obat o Program pencegahan bunuh diri

b) Pencegahan Sekunder Fokus : Deteksi dini masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan segera. Tujuan : Menurunkan kejadian gangguan jiwa. Target : Anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah dan gangguan jiwa. Aktivitas : o Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lainnya, penemuan langsung. o Melakukan penjaringan kasus. c) Pencegahan tersier Fokus : Peningkatan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan : Mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan akibat gangguan jiwa. Target : Anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan.

Aktivitas : o Program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-sumber di masyarakat seperti sumber pendidikan, dukungan masyarakat (tetangga, teman dekat, tokoh masyarakat), pelayananan terdekat yang terjangkau masyarakat. o Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri. o Program sosialisasi. o Program mencegah stigma. N. Konsep Recovery a) Medis Obat antidepresan : impramin, maprotilin, kalxetin, diaseptam. Antipsikotik : haloperidol, chlorpromazin. Obat antiansietas. Lanjutkan obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala hilang. b) Non medis Terapi Yoga Olahraga Meditasi

DAFTAR PUSTAKA UI, Fikep dan WHO. Modul basic course Comunity Mental Health Nursing. Jakarta : Universitas Indonesia Anonymous. e.d. Hubungan motivasi internal dan eksternal dengan kinerja petugas CMHN. Universitas SumateraUtara (USU). Khasanah, Arifah Nur. (2011). Tutor Community Mental Health Nursing (CMHN). Arifah Territoire. Diakses pada tanggal 24 May 2012 dari http://arifahpratidina.blogspot.com/2011/04/tutor-community-mental-health-nursing.html