PEMANENAN AIR HUJAN SEBAGAI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH PENGUNGSI BENCANA BANJIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan fenomena lingkungan yang sering dibicarakan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

menyebabkan kekeringan di musim kemarau,

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

PENINGKATAN KINERJA SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PEDESAAN DI DUSUN DURENAN DESA PETUNGSEWU KECAMATAN WAGIR KABUPATEN MALANG

EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

Repository.Unimus.ac.id

POLA DAN PROSES KONSUMSI AIR MASYARAKAT PERMUKIMAN SEPANJANG SUNGAI JAJAR DI KABUPATEN DEMAK (Kecamatan Demak Kecamatan Kebonagung) TUGAS AKHIR

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH. air tanah dengan sumber air bersih lainnya yakni air PDAM.

I. PENDAHULUAN. khatulistiwa. Curah hujan di Indonesia cukup tinggi dan memiliki cadangan air

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian banjir dalam Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

LAPORAN SEMENTARA PENANGANAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA ALAM BANJIR DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2013

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan I - 1

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

BAB I PENDAHULUAN. hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

PEMBUATAN BRONCAPTUR DAN TANDON AIR SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN AIR BERSIH PEDESAAN

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ali Masduqi

MAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak digenangi air dalam selang waktu tertentu. (Pribadi, Krisna. 2008)

MITIGASI BENCANA BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Tris Eryando

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS LITER)

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

BAK PENAMPUNGAN SUMBER AIR/ MATA AIR

BAB I PENDAHULUAN. Bencana banjir merupakan limpahan air yang melebihi tinggi muka air

GENTONG PENAMPUNGAN CARA CETAKAN (KAPASITAS 250 LITER)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bencana banjir termasuk bencana terbesar di dunia. Data Guidelines for Reducing Flood

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMANENAN AIR HUJAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETAHANAN SUMBERDAYA AIR DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

Transkripsi:

2-011 PEMANENAN AIR HUJAN SEBAGAI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH PENGUNGSI BENCANA BANJIR Abdul Roviq 1, Hartuti Purnaweni 2, Suharyanto 3 1 Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Ilmu Lingkungan (MIL) Undip, 2 Pengajar di Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Lingkungan (MIL) Undip, 3 Pengajar Program Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil Undip E-mail: Abdulroviq9@gmail.com ABSTRAK Air bersih dan sanitasi merupakan kebutuhan penting pada saat terjadi bencana banjir, namun banjir menyebabkan kesulitan pemenuhan air bersih bagi pengungsi sehingga mengakibatkan munculnya berbagai macam penyakit seperti diare, muntaber ataupun penyakit kulit dan gatal-gatal, sehingga diperlukan konsep penanganan air bersih pada bencana banjir. Penelitian ini dilakukan di daerah rawan banjir di Kelurahan Wonosari Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Tujuan penelitian yaitu melakukan identifikasi tingkat manfaat penggunaan sumber air bersih alternatif bagi pengungsi banjir dengan sasaran penelitian mendapatkan informasi tentang pengadaan sumber air bersih alternatif oleh pengungsi banjir Kelurahan Wonosari yaitu dari sumber alami non perusahaan daerah air minum (non PDAM). Pemanfaatan sumber alami non PDAM dilakukan karena keterbatasan kemampuan Pemerintah Kota Semarang dalam menyediakan akses kebutuhan air bersih melalui PDAM. Sumber air bersih pengungsi korban banjir di Kelurahan Wonosari dapat diperoleh dari mengelola air melalui Pemanenan Air Hujan (PAH) secara individu. Alternatif lain dengan sistem pengolahan mobile yang dapat melayani kelompok lebih besar. Alternatif ini diusulkan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang sebagai dasar penempatan tenda pengungsi untuk kesiapsiagaan terhadap banjir yang mungkin terjadi lagi. Kata Kunci: Sumber Air Alternatif, Banjir, Pengungsi, Pemanenan Air Hujan. PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali pada saat terjadi maupun paska bencana banjir. Air tersebut adalah air bersih sebagaimana yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990 bahwa air bersih yang dimaksud adalah air bersih yang dapat digunakan untuk keperluan sehari hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Saat terjadi bencana banjir pengungsi kesulitan mendapatkan air bersih karena sumur penduduk tertutup lumpur dan kotoran, walaupun jika terdapat jaringan air bersih belum pada kondisi yang normal. Setelah banjir penduduk kesulitan mendapatkan air bersih, baik bagi penduduk yang tidak mau meninggalkan permukiman, maupun yang mengungsi ketempat lain. Sumur gali maupun sumur pompa terendam genangan banjir dalam beberapa hari, selain itu di tempat pengungsian tidak tersedia sarana air bersih maupun sanitasi yang memadai karena sebagaimana biasanya bantuan dari Pemerintah baru datang 2 sampai 3 hari setelah banjir terjadi, padahal kebutuhan air bersih bagi pengungsi banjir tidak dapat ditunda. Sementara pada paska banjir sumur gali ataupun sumur pompa tercemar baik secara kimia maupun bakteriologi. Kesulitan mendapatkan air bersih pada saat maupun paska bencana banjir berdampak pada timbulnya penyakit paska bencana banjir terkait air bersih seperti diare, muntaber ataupun penyakit kulit dan gatal-gatal. Oleh karena itu diperlukan konsep penanganan air bersih baik saat maupun paska bencana banjir.

Tujuan penelitian, yaitu : Identifikasi sumber air bersih alternatif bagi pengungsi saat bencana maupun paska bencana banjir. Sasaran penelitian, yaitu : menyebarluaskan konsep pengadaan sumber air bersih bagi pengungsi saat bencana maupun paska bencana banjir. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksankan selama bulan Januari sampai dengan April 2013 dengan lokasi penelitian berada di Kelurahan Wonosari Kecamatan Ngaliyan yang merupakan salah satu wilayah yang masuk pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Bringin Kota Semarang dan merupakan daerah langganan banjir. Studi literatur tentang bencana banjir, identifikasi sumber air bersih saat dan paska bencana banjir, evaluasi kondisi sumber air di daerah rawan banjir. Pengadaan sumber air bersih alternatif pada saat bencana maupun paska bencana didaerah banjir adalah solusi pemenuhan air bersih yang aman sehingga akan terhindar dari berbagai macam penyakit. Sumber air bersih pada saat bencana banjir terdiri dari dua jenis,yaitu : (1). Sumber air baku dari alam (Non PDAM) : sungai, kali (sungai kecil), mata air, situ/genangan air; (2).Sumber air minum siap pakai, yaitu sumber air yang telah melalui pengolahan misalnya diolah oleh instalasi Sistem Penyediaan Air Minum dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sedangkan pertimbangan sumber air bersih pada saat banjir yaitu kualitas air hujan yang berlimpah yang memungkinkan untuk dikelola secara sederhana menjadi air bersih. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, survey dan penggunaan literatur tentang kualitas air hujan. Narasumber berasal dari masyarakat dan instansi pemerintah. Metode Analisis yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan data dan evaluasi standar minimal pemenuhan kebutuhan air bersih untuk pengungsi bencana banjir. 2. Pengumpulan data dan evaluasi kelayakan air hujan sebagai alternatif sumber air baku yang dapat diolah secara sederhana. HASIL DAN PEMBAHASAN Setiap musim hujan, Kelurahan Wonosari merupakan daerah yang menjadi langganan banjir. Kondisi paling parah dialami oleh warga yang bermukim di RW VI dan RW VII, karena kedua RW tersebut secara geografis terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bringin Kota Semarang. Banjir tahun 2010 merupakan kejadian terparah yang dialami oleh warga didaerah ini dan menyebabkan puluhan rumah warga tenggelam yang mengakibatkan hilangnya harta benda mereka, 7 orang meninggal dunia, 3 diantaranya adalah warga Kelurahan Wonosari dan lumpuhnya transportasi kota. Banjir di Kelurahan Wonosari terjadi karena adanya kiriman air yang berasal dari beberapa anak Sungai Bringin yang berada di daerah hulu. Karena tingginya curah hujan, maka air terakumulasi dan berkumpul sehingga mengakibatkan Sungai Bringin tidak mampu menampung air yang datang, sehingga mengakibatkan air meluap. Karakter banjir seperti ini digolongkan pada banjir bandang karena air bersumber dari wilayah hulu dan genangan air juga relatif lebih pendek (PROMISE Indonesia, 2009). Kondisi ini terjadi karena pada daerah hulu terdapat aktifitas di kawasan hutan lindung sebagai lahan konservasi yang dialihfungsikan sebagai kawasan pengembangan pemukiman kota yang mengakibatkan berkurangnya luasan tangkapan air (catchment area), berkurangnya daya serap air sebagian permukaan tanah dikarenakan semakin banyaknya permukaan tanah yang dipadatkan atau tertutup aspal dan bahan

pengerasan jalan lainnya, serta kondisi jaringan drainase kurang memadai (adanya pendangkalan dan kurang lancar) atau tidak berfungsi secara optimal (Sucipto, 2007) Berdasarkan data penelitian, ketinggian banjir yang menggenangi permukiman warga mencapai 0,5-2 meter menyebabkan sebagian besar warga harus mengungsi. Topografi Kelurahan Wonosari yang berbukit memudahkan warga untuk mengungsi dirumah warga lain yang lokasinya berada di perbukitan sehingga tidak terjangkau dari banjir dan aman untuk dijadikan tempat pengungsian. Kelompok Siaga Bencana (KSB) yang beranggotakan warga setempat bertugas mengkoordinir dan mendistribusikan warga ketempat pengungsian terdekat, pada setiap pengungsian oleh KSB biasanya telah terdata jumlahnya, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah jalur evakuasi, distribusi bantuan dan memetakan sumberdaya lainnya. Berikut data tempat pengungsian dan jumlah pengungsinya. Tabel 1. Tempat pengungsian dan jumlah pengungsi di Kelurahan Wonosari Tempat Pengungsian Jumlah Pengungsi Rumah Bapak Eko 20 orang Rumah Bapak Slamet 35 orang Rumah Bu Endang 80 orang Rumah Bapak Jailani 45 orang Rumah Bapak Asrofin 40 orang Rumah Bapak Kurdi 25 orang Rumah Ketua RW VII 50 orang Sumber : Kelompok Siaga Bencana Kel. Wonosari 2011 Menurut KSB Wonosari, salah satu kebutuhan terpenting pada saat terjadi bencana banjir adalah kebutuhan air bersih, karena pada saat kondisi banjir beberapa sumber air baku seperti sumur, mata air dan air sungai telah terkena lumpur dan kotor, sementara jika menggunakan air bersih yang berasal dari PDAM Tirto Moedal tidak mungkin tersedia, sebab di wilayah RW VI dan RW VII Kelurahan Wonosari tidak dapat mengakses sumber air yang difasilitasi oleh Pemerintah oleh karena itu salah satu jalan keluarnya adalah menggunakan air hujan dengan menggunakan instalasi yang cukup sederhana. Ketersedianya air bersih dari pemanenan air hujan cukup membantu menghindarkan para pengungsi dari beberapa penyakit yang disebabkan oleh banjir seperti ; penyakit pencernaan, diare, penyakit kulit dan lainnya. Karena biasanya distribusi bantuan air bersih dari Pemerintah datangnya satu dua hari setelah banjir selesai. Secara kuantitas, ketersediaan air bersih yang berasal dari pemanenan air hujan masih sangat terbatas sebab yang tersedia hanya berada pada tempat pengungsian rumah Bapak Jailani dengan kapasitas tampungan mencapai 600 liter. Pemanenan air hujan yang berada di rumah Bapak Jailani pada awalnya merupakan satu contoh pemanenan air hujan diantara 5 lokasi pada proyek percontohan yang dilaksanakan oleh

Pemerintah Kota Semarang yang bekerjasama dengan perguruan tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Kota Semarang dalam rangka mengurangi dampak perubahan iklim di Kota Semarang pada sektor air bersih. Kelurahan Wonosari terpilih sebagai pelaksanaan proyek tersebut karena wilayah ini pada saat musim kemarau mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih (ACCRN, 2011). Dalam buku Introduction to International Disaster Management (2007) disebutkan bahwa ada beberapa alternatif penyediaan air bersih pada kondisi banjir : a. Penyediaan air melalui tangki truk, kapal, atau dari tangki yang didatangkan dari luar daerah banjir. b. Air botol kemasan c. Menemukan sumber penyaluran air terdahulu yang belum rusak akibat banjir. d. Menambah jaringan penyaluran air daerah namun terbatas akibat kondisi banjir. e. Melakukan pemompaan dari sumber air yang belum terkontaminasi ke lokasi pengungsian f. Melakukan proses pengolahan air banjir itu sendiri untuk menghasilkan air bersih sebagai contoh menggunakan filter. g. Mobilisasi pengungsi ke lokasi dimana banyak sumber air. Proses pemanenan air hujan merupakan bagian dari menemukan sumber air terdahulu yang belum rusak akibat banjir dan sistem ini merupakan alternatif yang sangat baik untuk memperoleh air bersih pada kondisi darurat. Bahkan dapat mengurangi genangan air yang mengakibatkan banjir serta mempertahankan kualitas dan meningkatkan kuantitas air tanah (PerMenLH, 2009) Rangkaian unit sistem pemanenan air hujan yang berada di Kelurahan Wonosari menggunakan sistem rumah tangga (domestik) sehingga peralatan yang digunakan memakai peralatan yang sederhana yang diantaranya adalah dengan memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat seperti atap rumah warga. Air hujan yang mengenai atap rumah kemudian ditangkap oleh talang dan air hujan dialirkan pada bak tandon dengan memanfaatkan gravitasi bumi. Komponen tersebut terdiri dari : a. Atap rumah : Unit penangkap air hujan b. Talang Air : Unit proses yang menangkap air dari atap rumah untuk kemudian dialirkan melalui pipa. c. Filter : Unit yang berfungsi menyaring air hujan, unit ini terbuat dari pipa penyaring. d. Pipa connection : material ini terbuat dari pipa PVC yang menghubungkan talang ke wadah atau tandon. e. Tandon penampung : sebagai wadah tampungan air, wadah ini dapat terbuat dari drum atau tong bekas. f. Sumur resapan : tanah yang digali menyerupai pembuatan sumur kemudian diisi dengan batu kecil, memiliki manfaat sebagai tempat untuk menampung luapan air dari tandon yang berlebih untuk kemudian dimasukkan kedalam tanah agar tanah terisi oleh air hujan. Kelurahan Wonosari dan Kota Semarang pada umumnya memiliki curah hujan rata-rata 2.000/mm per tahun (Bappeda, 2011) dan kualitas air hujan yang dihasilkan memiliki kualitas sebagaimana yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No.416 Tahun 1990 tanpa ditambahkan bahan kimia seperti asam sulfat dan kapur, cukup dengan filterisasi dan air dimasak hingga mendidih maka air tersebut dapat dikonsumsi untuk air minum. Pembuatan sistem pemanenan air hujan dengan model

rumah tangga (domestik) membutuhkan biaya antara Rp 2 3 juta/unit mampu menghasilkan air bersih antara 500 750 liter, menurut sebagian besar masyarakat cukup murah apalagi jika biaya pengerjaanya dilakukan dengan cara gotong royong, maka biayanya akan lebih murah. Sistem ini cocok dikembangkan di wilayah rawan banjir pada saat maupun paska bencana banjir untuk mendapatkan sumber air bersih yang kualitasnya terjaga daripada menggunakan air banjir yang resiko tercemar sangat tinggi. Hal ini sepadan dengan kebutuhan air bersih yang diperlukan oleh pengungsi bencana banjir. Menurut U.S. Agency for International Development (USAID) 2007 dijelaskan bahwa kebutuhan air bersih yang diperlukan oleh pengungsi meliputi: a. Kebutuhan untuk minum : 3-4 liter per orang per hari b. Masak dan bersih-bersih : 2 3 liter per orang per hari c. Kebutuhan untuk sanitasi : 6 7 liter per orang per hari d. Kebutuhan untuk cuci pakaian : 4 6 liter per orang per hari Sehingga total kebutuhan air bersih yang diperlukan oleh pengungsi adalah antara 15 20 liter per orang per hari. Kelurahan Wonosari telah melakukan upaya untuk pemenuhan kebutuhan air bersih bagi pengungsi korban banjir, meskipun masih meskipun masih terbatas upaya ini adalah sebagai untuk mengembangkan alternatif sumber air bersih dibawah keterbatasan Pemerintah dalam penyediaan air bersih ketika kondisi darurat. Oleh karena itu ketersediaan air bersih tetap terjaga untuk mengantisipasi banjir yang akan datang, maka kelompok siaga bencana harus mampu mendorong masyarakat dan Pemerintah untuk mengurangi dampak banjir yang akan datang. KESIMPULAN DAN SARAN Kota Semarang merupakan wilayah rawan banjir di Indonesia, untuk pemenuhan kebutuhan pada saat terjadi bencana perlu dikembangkan sistem pemanenan air hujan. Penempatan lokasi sistem pemenenan air hujan pada daerah berbukit harus memperhitungkan potensi kerawanan bencana lainnya seperti bencana longsor. Penggunaan air bersih bagi pengungsi yang berasal air hujan, sebaiknya dilakukan filterisasi lagi karena diduga terdapat bakteri E. coli sehingga jika air tersebut akan dikonsumsi untuk air minum harus dimasak terlebih dahulu. Penting untuk dilakukan sosialisasi pemanenan air hujan, untuk dapat mengurangi kejadian banjir akibat run off air hujan yang berasal dari daerah hulu. DAFTAR PUSTAKA Asian Cities Climate Reciliens Network, 2011. Analisis Data, GAP, Proyeksi dan Pemilihan Lokasi Pemanenan Air Hujan Dalam Rangka Mengurangi Kerentanan Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia. Coppola, D. P., 2007. Introduction to International Disaster Management. Oxford: Elsevier.

Donny Aznan, 2012, Adaptasi Perubahan Iklim dan Bencana Terhadap Ketahanan Pangan,Seminar Sehari Masyarakat Hidrologi Indonesia, Jakarta 20 Maret,2012 Koran Tempo, 2010. Korban Bencana Banjir di Kelurahan Wonosari http://www.tempo.co/read/news/2010/11/10/177290750/banjir-semarang- Tewaskan-Dua-Orang-Lima-Hilang Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Kualitas Air Minum Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Pemanfaatan Air Hujan. PROMISE Indonesia, 2009. Banjir dan Upaya Penanggulangannya, Bandung : ITB Sucipto & Agung Sutarto, 2007. Analisa Kapasitas Tampungan Sistem Drainase Kali Bringin Untuk Pengendalian Banjir Wilayah Drainase Semarang Barat. Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan No 1 Vol. 9 Januari 2007 Sugiyono,2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana DISKUSI Penanya 1: Ika Furi Handayani Apakah air hujan di Semarang aman terhadap zat yang berbahaya? Semarang cenderung hujan asam sehungga kandungan Mn tinggi dan E-Coli tinggi. Ketika E-Coli tinggi, air perlu dimasak sebelum dikonsumsi Penanya 2: Tutik Wuri Handayani Bagimana pemanenan air hujan dilakukan? Bagaimana kondisi ph? Air hujan jatuh di atap, dialirkan melalui tabung, difilter, masuk ke tandon, masuk ke sumur resapan. Penanya 3: Budi Utami Dalam Prakteknya, apakah pemanenan air hujan apakah dibutuhkan penyaring? Terdapat literatur yang menyatakan beberapa teknis pemanenan air hujan, untuk menambah kualitas maka perlu diadakan filter air. Penanya 4: Sri Dwiastuti Apakah air hujan sudah benar-benar layak konsumsi? Apakah sudah melalui uji laboratorium? Pemanfaatan air hujan harus dimasak terlebih dahulu. Menurut data BLH Semarang yang didapat, tiap wilayah punya kadar kebersihan air masing-masing.