BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN DI AL WUSTHO ISLAMIC DIGITAL BOARDING COLLEGE CEMANI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

KIAI WAHID HASYIM SANG PEMBAHARU PESANTREN. Oleh, Novita Siswayanti, MA. *

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu untuk dapat bersaing di zaman yang semakin maju. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB IV PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. rangka memenangkan persaingan tersebut. Dengan globalisasi disemua

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PONDOK PESANTREN DALAM UNCERTAINTY SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA

2015 POLA ADAPTASI SOSIAL BUDAYA KEHIDUPAN SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL BAROKAH

BAB I PENDAHULUAN. yaitu (1) innovation and creativity (45%), (2) net working (25%), (3) technology

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Islam tertua di Indonesia, yang keberadaannya masih eksis hingga

BAB I` PENDAHULUAN. Hlm.1. 1 Faturrahman.dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher: Jakarta, 2012,

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2003), 1. 2

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan selalu menjadi bagian penting dari kehidupan manusia. Jadi pendidikan

EFEKTIVITAS MODEL PELATIHAN KOMUNIKASI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI MUDARRIS DISERTASI

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Pondok Pesantren TPI Al Hidayah Plumbon Limpung

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bab I, Pasal 1 ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang masih konsisten

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan sistem pendidikan yang dibuat pemerintah kolonial Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk memanusiakan manusia. Artinya pendidikan pada dasarnya adalah sebagai upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Quran menjelaskan bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu.

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

Pondok Pesantren Modern berwawasan lingkungan di Semarang

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Press, Jakarta, 2007, Hlm. 4. Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, Hlm. 189

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I ini dipaparkan tentang : a. Konteks Penelitian, b. Fokus

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Nabi saw dan sahabat dikenal istilah kuttab, yaitu suatu. al-qur'an bagi anak-anak. Anak-anak duduk membentuk lingkaran

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang pasti akan dialami oleh setiap individu atau organisasi. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. agar bisa memenuhi kebutuhan pendidikan di masa sekarang dan yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik ke arah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab. Untuk. hal itu terjadi walaupun memakan waktu lama.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Meity H. Idris, Peran Guru dalam Mengelola Keberbakatan Anak, Cet.2, PT Luxima Metro Media, Jakarta, hlm, 171.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB VI PENUTUP. temuan penelitian tentang kepemimpinan Kiai dalam pembaruan pondok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Hadis dan merancang segenap kegiatan pendidikannya. 2. madrasah, yakni pendidikan Islam yang diselenggarakan di lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2004, Hlm 3. 2 T. Syafaria, Interpersonal Intellegense, Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum dan pendidikan adalah dua hal yang saling terkait dan tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Sistem pendidikan modern tak mungkin berjalan baik tanpa melibatkan keikutsertaan kurikulum. Tak mungkin pula ada kegiatan pendidikan tanpa kurikulum. Dalam kurikulum itulah tersimpul segala sesuatu yang harus dijadikan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan. Pemikiran tentang adanya kurikulum adalah setua dengan adanya sistem pendidikan itu sendiri. 1 Oleh karena itu kaitannya dengan dunia pendidikan pengembangan dan pembenahan kurikulum harus senantiasa dilakukan secara berkesinambungan, baik dari segi isi dan muatan maupun dari segi waktu dan periodisasi evaluasinya. Di lihat dari segi substansi, maka kurikulum harus berkesinambungan antara satu jenjang dengan jenjang yang lainnya, sehingga tidak terjadi replikasi, sedangkan dari segi waktu perubahan sosial itu selalu terjadi secara dinamis agar mampu melakukan rekayasa perubahan-perubahan sosial. 2 Perubahan kurikulum hendaknya 1 Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1 2 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 65. 1

adaptif terhadap perubahan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan, disamping itu kurikulum harus bisa memberikan arahan dan patokan keahlian kepada peserta didik setelah menyelesaikan suatu program pengajaran. Maka, wajar apabila kurikulum selalu berubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi. 3 Pengembangan kurikulum juga merupakan bagian yang sangat esensial dalam proses pendidikan, karena kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi dan gender. 4 Dalam konteks pendidikan di pesantren, menurut Nur Cholis Madjid istilah kurikulum tidak dikenal di dunia pesantren, terutama masa pra kemerdekaan, walaupun sebenarnya materi pendidikan sudah ada dan ketrampilan juga diajarkan di dunia pesantren, kebanyakan pesantren tidak merumuskan dasar dan tujuan pesantren secara eksplisit dalam bentuk kurikulum. Tujuan pesantren ditentukan oleh kebijakan Kiai sesuai dengan perkembangan pesantren tersebut. 5 3 Khaerudin dan Makhfud Junaidi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jogjakarta : Pilar Media, 2007), hlm. 23 4 Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 6 2006), hlm.1 5 Dwi Priyanto, Inovasi Kurikulum Pesantren, (Purwokerto: Ibda, 2

Pesantren sebagai lembaga pendidikan islam di Indonesia yang pada umumnya menyelenggarakan berbagai satuan pendidikan, baik dalam bentuk sekolah maupun madrasah, juga seyogyanya menjadikan prinsip pengembangan kurikulum yang bermuatan nilai-nilai multikultural tersebut dalam kegiatan perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulumnya. Namun dalam praktiknya, butir ini tidak mudah dilakukan oleh pesantren, terutama pesantren tradisional (salafiyah). Bagi pesantren tradisional, kegiatan perencanaan, implementasi dan evaluasi kurikulum merupakan kegiatan yang belum populer di kalangan pengelola pesantren. Kegiatan pendidikan pesantren tradisional pada umumnya merupakan hasil improvisasi dari seorang Kiai secara intuitif yang disesuaikan dengan perkembangan pesantrennya. 6 Secara garis besar pesantren menghadapi tantangan makro dan mikro. Pada dataran makro, pesantren ditantang untuk menggarap triumvirat kelembagaan, yakni keluarga, lingkungan kerja dan pesantren itu sendiri. Sedangkan pada dataran mikro, pesantren dituntut untuk menata ulang interaksi antara santri dan Kiai, konsep pendidikan yang digunakan serta kurikulum yang diterapkan. Baik tantangan makro maupun mikro 6 Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren (Telaah terhadap Kurikulum Pondok Pesantren Islam Assalam Surakarta),, hlm. 7 3

keduanya harus direspon pesantren melalui langkah-langkah strategis, sehingga dapat membuahkan hasil yang memuaskan. 7 Apabila pondok pesantren tidak beranjak ke modernisasi dan hanya berkutat serta mempertahankan tradisi pengajarannya yang khas tradisional tanpa ada pembaharuan sistem dan metodologi, maka selama itu pula pesantren harus siap ditinggalkan oleh masyarakat. Oleh karena itu mensinergikan tradisionalisme pesantren dengan modernitas dalam konteks pengajaran/pembelajaran merupakan pilihan sejarah yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, sebab jika tidak demikian eksistensi pesantren akan semakin sulit bertahan di tengah-tengah kemajuan globalisasi yang makin kompetitif. 8 Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang tertua di Indonesia, dan diakui atau tidak sudah menjadi sub-kultur bagi pembangunan Bangsa dan Negara. Sebab kontribusi lembaga pendidikan Islam ini terhadap Pendidikan Nasional dapat dirasakan terutama pengembangan fitrah peserta didik, termasuk membumikan akhlak, moral dan etika serta pencerdasan spiritual pada peserta didik. Melihat kontribusi pesantren tersebut, maka diperlukan penajaman kurikulum, sehingga eksistensi pesantren ke depan 7 Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta : erlangga, 2007), hlm. 76 8 Moh. Yasin Abidin, Eksistensi Pondok Pesantren Sebagai Sub Sistem Pendidikan Nasional dalam Perspektif Undang-undang No 2 Tahun 2003, Forum Tarbiyah, III, 2, (Desember 2005), hlm. 27 4

dapat dipertahankan. Oleh karena itu arah pengembangan dan pembinaan kurikulum pesantren yang representatif ke depan adalah mengimplementasikan tiga keunggulan, unggul dari kajian kitab kuningnya, unggul dari sektor bahasa dan unggul dari sisi sains dan teknologi. Hal ini mengindikasikan bahwa pondok pesantren harus melakukan pembenahan dan inovasi baru agar tetap mampu meningkatkan program pendidikannya. Pondok pesantren Taman Pelajar Islam Al-Hidayah (dalam uraian selanjutnya digunakan TPI Al-Hidayah) adalah pondok pesantren yang didirikan oleh K.H. Sya ir Salamah pada tahun 1951 yang bertempatkan di desa Plumbon Kec. Limpung Kab. Batang. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian di Pondok Pesantren TPI Al-Hidayah karena setelah melakukan survey pendahuluan, pondok pesantren TPI Al- Hidayah yang telah berdiri pada tahun 1951 ini, sejak masa-masa awal berdirinya sampai sekarang tampak telah mampu menjawab tuntutan masyarakat pada umumnya. Fakta ini diperoleh dari dokumen yang menyatakan bahwa selain melaksanakan kurikulum salafiyah seperti model bandongan, sorogan, halaqoh, mukhafadzoh dan musyawaroh, pesantren ini juga melaksanakan kurikulum khalafiyah atau modern yaitu dengan didirikannya lembaga atau sekolah formal yaitu seperti MI, MTs dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mana sistem Pendidikannya selain menggunakan Kurikulum Nasional juga memasukkan Kurikulum Klasikal atau Kepesantrenan yang telah memberikan 5

pengajaran keagamaan islam dan pembiasaan akhlak yang baik serta memberikan pembinaan ketrampilan dan keahlian praktis kepada peserta didiknya. Dengan berkembangnya program pendidikan pondok pesantren TPI Al Hidayah kepercayaan masyarakat semakin meningkat. Hal ini terbukti sejak berdirinya sampai sekarang pesantren TPI Al-Hidayah telah ikut berperan aktif terhadap program pemerintah, yaitu dalam rangka membantu usaha pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam bidang sosial dan pendidikan. Dari hasil survei dokumen lainnya, menunjukkan bahwa proses inovasi kurikulum di Pondok Pesantren TPI Al Hidayah Plumbon Limpung Batang pada komponen metode dan proses pembelajaran sudah mengadopsi sekolah formal yang pada umumnya tidak dilakukan di pesantren salaf, hal itu dimulai sejak tahun 1987 atau setelah 27 tahun berdiri, kurikulumnya disusun sendiri oleh pesantren berdasarkan tingkat kompleksitas ilmu, keberhasilan santri dimulai dengan hasil tes semester atau ujian akhir. Ada 4 tingkatan dalam jenjang pendidikannya, yaitu dimulai sekolah persiapan (SP) atau tingkat awal, tingkat wustho (tsanawi), tingkat atas (ulya) dan takhasus (tingkat lanjut) meskipun belum diimbangi dengan media komunikasi yang canggih. Sedangkan materi yang diajarkan selain bersumber pada kitab kuning juga diajarkan pendidikan ketrampilan dan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Selain itu sistem pembelajaran 6

yang diterapkan di pondok pesantren TPI Al-Hidayah masih melestarikan sistem salaf, namun tidak menutup kemungkinan untuk selalu mengadakan inovasi sistem pendidikan yang berkembang yaitu dengan mengadopsi metode-metode sekolah formal, yang disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi, Hal ini dilakukan karena dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan sehingga Pondok Pesantren TPI Al Hidayah Plumbon Limpung Batang dapat eksis ditengah-tengah arus global yang syarat akan kompetitif. Mengapa harus inovasi kurikulum? Karena pada dasarnya kurikulum merupakan bagian yang esensial dalam proses ataupun tujuan pendidikan. Sasaran yang ingin dicapai bukanlah sematamata memproduksi bahan pelajaran semata melainkan lebih dititikberatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Selain itu kurikulum juga harus menunjukkan pada apa yang seharusnya dipelajari, bukan mengapa hal itu harus dipelajari oleh peserta didik. Maka sejatinya pengembangan atau inovasi kurikulum merupakan suatu proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dan terarah dengan didasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi belajar-mengajar yang lebih baik. Dengan kata lain pengembangan kurikulum adalah kegiatan untuk menghasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah penyusunan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang dilakukan 7

selama periode waktu tertentu. 9 hal ini mengidentifikasikan bahwasanya kurikulum tidak bisa dipisahkan dengan yang namanya dunia pendidikan. Berangkat dari deskripsi diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian karya ilmiah dengan judul Inovasi Kurikulum di Pondok Pesantren Taman Pelajar Islam (TPI) Al- Hidayah Plumbon, Limpung, Batang B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana Inovasi Kurikulum di Pondok Pesantren TPI Al- Hidayah Plumbon, Limpung, Batang? 2. Bagaimana Karakteristik Inovasi Kurikulum di Pondok Pesantren TPI Al-Hidayah Plumbon, Limpung, Batang? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dari permasalahan-permasalahan tersebut diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mendeskripsikan Inovasi Kurikulum Pondok Pesantren TPI Al-Hidayah Plumbon, Limpung, Batang. 9 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 38. 8

b. Untuk mengetahui Karakteristik Inovasi Kurikulum di Pondok Pesantren TPI Al-Hidayah Plumbon, Limpung, Batang. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara teoritis 1) Sebagai sumbangan informasi bagi pengelola pesantren untuk memperhatikan kurikulum dan metode pembelajaran di pondok pesantren. 2) Memberikan pengetahuan, wawasan bagi pengelola pesantren yang berguna untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikan pesantren. 3) Memberikan sumbangan secara teoritis untuk memperkaya khasanah keilmuan dan sebagai tolak ukur bagi peneliti dan pengelola pesantren. b. Secara praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi semua pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan dan memberikan sumbangan yang bernilai ilmiah bagi pengembangan khazanah ilmu pengetahuan, khususnya di lembaga pendidikan pesantren serta sebagai pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. 9