Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

dokumen-dokumen yang mirip
SNI Standar Nasional Indonesia. Benih kapas. Badan Standardisasi Nasional ICS

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

Benih jambu mete (Anacardium occidentale L.)

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Uji cepat viabilitas benih tanaman kehutanan: tusam, mangium, sengon, mahoni dan gmelina

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

MATERI 5. UJI MUTU FISIK DAN KADAR AIR BENIH

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN

Cara uji berat isi beton ringan struktural

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Benih lada (Piper nigrum L)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG (Polyethylene

Jahe untuk bahan baku obat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

SNI Standar Nasional Indonesia. Biji kopi

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH DAN PENETAPAN BOBOT 1000 BUTIR BENIH

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ

PENETAPAN KADAR AIR PADA BERBAGAI METODE PENGHANCURAN BENIH JARAK PAGAR. Abstract Ratri Kusumastuti, SP PBT Pertama BBPPTP Surabaya

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

Bambu lamina penggunaan umum

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Kulit masohi SNI 7941:2013

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam

Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji)

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Pengaruh Lot Benih dan Kondisi Tingkat Kadar Air Benih serta Lama Penderaan pada PCT terhadap Viabilitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Tabel 1. Keterangan mutu label pada setiap lot benih cabai merah

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

SNI 0103:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas tisu toilet. Badan Standardisasi Nasional ICS

Cara uji ekstraksi kadar aspal dari campuran beraspal menggunakan tabung refluks gelas

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri Maulana Malik Ibrahim malang. Pada bulan Desember 2011 sampai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

Cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan batuan di laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

SNI Standar Nasional Indonesia. Mete gelondong. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

Semen portland campur

SNI Standar Nasional Indonesia. Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri

Kertas, karton dan pulp Cara uji kadar abu pada 525 o C

PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL (PTM) MUTU FISIK BENIH BEBERAPA KOMODITAS SAYURAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Desember 2016 April 2017 di

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengujian Daya Berkecambah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

Semen portland pozolan

III. BAHAN DAN METODE

Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung udara untuk beton. Badan Standardisasi Nasional. Revisi SNI

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Sumber Benih

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

Spesifikasi abu terbang dan pozolan lainnya untuk digunakan dengan kapur

Cara uji kimia - Bagian 1: Penentuan kadar abu pada produk perikanan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian produksi benih dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial

SNI Standar Nasional Indonesia. Lada hitam. Badan Standardisasi Nasional ICS

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

SNI Standar Nasional Indonesia. Gambir. Badan Standardisasi Nasional ICS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai dengan Bulan

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

Cara uji kelarutan aspal

Teknik Pengambilan Contoh Benih Kapas dalam Kemasan Plastik Di PT. Nusafarm Intiland corp Asembagus Jawa Timur

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Singkatan istilah... 1 5 Klasifikasi mutu... 1 6 Persyaratan... 2 7 Pengambilan contoh... 2 8 Cara uji... 5 9 Syarat lulus uji... 12 10 Laporan hasil... 12 11 Pengemasan dan penandaan... 12 12 Penyimpanan... 13 Bibliografi... 14 Tabel 1 Klasifikasi dan tanda mutu benih sengon... 2 Tabel 2 Persyaratan mutu benih sengon... 2 Tabel 3 Jumlah contoh primer yang dibutuhkan untuk wadah berkapasitas kurang dari 100 kg... 2 Tabel 4 Jumlah contoh primer yang dibutuhkan untuk wadah dengan kapasitas di atas 100 kg dan kelompok benih yang terhampar... 3 Tabel 5 Ukuran contoh benih sengon... 3 Tabel 6 Toleransi maksimum antar ulangan... 11 Gambar 1 Prosedur pembuatan contoh kerja dengan cara acak parohan... 5 i

Prakata Standar ini digunakan sebagai pedoman dalam pengujian benih khususnya benih sengon untuk menentukan mutu fisik dan fisiologis benih sehingga kualitas benih diketahui. Standar ini disusun Panitia Teknis 65-01, Pengelolaan Hutan yang telah dibahas dan pada rapat-rapat teknis dan disepakati dalam rapat konsensus nasional yang diadakan pada tanggal 16 Desember 2005 di Bogor. ii

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) 1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan istilah dan definisi, klasifikasi mutu, persyaratan, cara uji, pengemasan dan penandaan yang berkaitan dengan mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen). 2 Acuan normatif SNI 01-5006.7-2002, Tanaman kehutanan Bagian 7 : Istilah dan definisi yang berhubungan dengan perbenihan dan pembibitan tanaman kehutanan. 3 Istilah dan definisi 3.1 benih murni benih dari jenis yang disebutkan, meliputi benih mengkerut, benih pecah, benih yang masih memiliki ukuran lebih besar dari setengahnya dan benih berpenyakit 3.2 benih segar tidak tumbuh benih selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. 3.3 kecambah yang tidak sempurna bentuknya kecambah yang lemah perkembangannya atau strukturnya tidak sempurna 3.4 kotoran semua bahan yang tidak termasuk benih murni atau benih lain CATATAN Istilah dan definisi lainnya mengacu kepada SNI 01-5006.7-2002, Tanaman kehutanan Bagian 7 : Istilah dan definisi yang berhubungan dengan perbenihan dan pembibitan tanaman kehutanan. 4 Singkatan istilah UKDdp adalah Uji Kertas Digulung didirikan dalam plastik; UDK adalah Uji Diatas Kertas 5 Klasifikasi mutu Mutu benih sengon didasarkan pada mutu fisik dan fisiologis. Mutu benih sengon dibagi dalam tiga kelas dan tanda mutu, dapat dilihat pada Tabel 1. 1 dari 14

Tabel 1 Klasifikasi dan tanda mutu benih sengon No Klasifikasi Tanda mutu pada dokumen dan kemasan 1. Mutu pertama P 2. Mutu kedua D 3. Mutu ketiga T 6 Persyaratan 6.1 Mutu fisik Kadar air maksimum ditetapkan 5 % sampai dengan 8 %, kemurnian ditetapkan minimum 90 %, dan berat 1000 butir ditetapkan 21 g sampai 25 g. 6.2 Mutu fisiologis Persyaratan mutu fisiologis dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Persyaratan mutu benih sengon No Klasifikasi Mutu fisiologis (daya kecambah) (%) 1. Mutu pertama > 90 2. Mutu kedua 80 <90 3. Mutu ketiga 70 <80 7 Pengambilan contoh 7.1 Kelompok benih (seed lot) Berat maksimum kelompok benih 1000 kg. 7.2 Contoh benih 7.2.1 Pengambilan contoh primer Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas yang terlatih dan berpengalaman dalam penarikan contoh benih, dan atas permintaan petugas, pemilik benih memberikan informasi tentang lot benih. Contoh primer diambil dari berbagai posisi dan lapisan dalam suatu wadah menggunakan alat pengambil contoh benih (seed trier test) atau tangan dengan intensitas penarikan dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3 Jumlah contoh primer yang dibutuhkan untuk wadah berkapasitas kurang dari 100 kg No Jumlah wadah Jumlah contoh primer 1. 1-4 3 contoh primer dari tiap wadah 2. 5 8 2 contoh primer dari tiap wadah 3. 9 15 1 contoh primer dari tiap wadah 4. 16 30 15 contoh primer 2 dari 14

Tabel 3 (lanjutan) No Jumlah wadah Jumlah contoh primer 5. 31-59 20 contoh primer 6. > 60 30 contoh primer Tabel 4 Jumlah contoh primer yang dibutuhkan untuk wadah dengan kapasitas di atas 100 kg dan kelompok benih yang terhampar No Berat kelompok benih Jumlah contoh primer 1. Sampai dengan 500 kg Minimal 5 contoh primer 2. 501 3.000 kg 1 contoh primer tiap 300 kg, tapi tidak kurang dari 5 contoh primer 3. 3.001 20.000 kg 1 contoh primer tiap 500 kg, tapi tidak kurang dari 10 contoh primer 4. > 20.001 kg dan diatasnya 1 contoh primer tiap 700 kg, tapi tidak kurang dari 40 contoh primer 7.2.2 Pengambilan contoh komposit Contoh diperoleh dengan cara mengambil sebagian kecil benih yang berasal dari contoh primer kemudian mencampurkannya. 7.2.3 Pengambilan contoh kiriman a) Dilakukan dengan mengurangi contoh komposit. b) Pengurangan dilakukan dengan menggunakan alat pembagi contoh benih (seed sample devider) atau dengan cara acak parohan. c) Apabila tidak mungkin dilakukan pembuatan contoh kiriman, contoh komposit langsung dikirim semuanya. d) Apabila contoh komposit sama dengan contoh kiriman, maka contoh komposit dianggap sebagai contoh kiriman. e) Uraian ukuran contoh benih disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Ukuran contoh benih sengon No Uraian Berat minimum contoh (g) 1. Contoh kiriman 110 2. Contoh kerja kemurnian 55 3. Contoh kerja kadar air 10 4. Contoh kerja perkecambahan 25 5. Contoh kerja berat benih 30 6. Contoh uji ulang dan disimpan 45 3 dari 14

7.2.4 Penanganan contoh kiriman a) Contoh kiriman diberi identitas yang sesuai dengan lot. b) Contoh kiriman dikemas dalam wadah kedap. c) Tanggal penerimaan, tanggal kirim, dan identitas contoh kiriman dicatat setelah contoh diterima oleh instansi penguji. d) Contoh kiriman segera diuji setelah tiba di instansi penguji. Apabila tidak mungkin dilaksanakan pengujian pada hari penerimaan benih, contoh kiriman disimpan dengan menggunakan wadah kedap pada temperatur 18 C -20 C dan kelembaban 50%-60 %. e) Untuk uji ulang, sisa contoh kiriman disimpan maksimum selama 1 tahun dengan kondisi penyimpanan seperti disebutkan di atas. 7.2.5 Pembuatan contoh kerja a) Berat minimum contoh kerja disesuaikan dengan ukuran sebagaimana tercantum pada Tabel 5. b) Contoh kerja diambil dari contoh kiriman yang telah diaduk merata. c) Contoh kerja dibuat menggunakan alat pembagi contoh benih atau dengan cara acak parohan dapat dilihat pada Gambar 1. 4 dari 14

1 2 5 6 9 10 4 3 8 7 11 12 1 + 2 + 3 + 4 1 + 3 5 + 6 + 7 + 8 6 + 8 9 + 10 + 11 + 12 10 + 11 Contoh kerja KETERANGAN - Contoh kiriman atau contoh komposit dihamparkan, kemudian dibagi menjadi empat bagian, yaitu : 1, 2, 3, dan 4; - Bagian 1 dan 3 dicampur, kemudian dihamparkan dan selanjutnya dibagi menjadi empat bagian, yaitu : 5, 6,7, dan 8; - Bagian 6 dan 8 dicampur, kemudian dihamparkan dan selanjutnya dibagi menjadi empat bagian, yaitu : 9,10,11, dan 12; - Bagian 10 dan 11 menjadi contoh kerja; - Pemilihan dua bagian tersebut dilakukan secara acak Gambar 1 Prosedur pembuatan contoh kerja dengan cara acak parohan 8 Cara uji 8.1 Penentuan kadar air 8.1.1 Prinsip Metode yang ditetapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi, atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin. 5 dari 14

8.1.2 Peralatan a) oven; b) wadah (cawan atau aluminium foil); c) desikator; d) timbangan analitik; e) tang penjepit; f) moisture tester. 8.1.3 Persiapan 8.1.3.1 Ketentuan a) Untuk penentuan kadar air, contoh kiriman hanya dapat diterima apabila dikirim dalam wadah kedap. b) Penentuan kadar air segera dimulai setelah benih diterima. 8.1.3.2 Contoh kerja a) Contoh kerja diambil secara acak dan cepat sesuai dengan prosedur pada 7.2.1 b) Penentuan dilakukan pada dua contoh kerja (ulangan) dengan berat masing-masing 5 g. 8.1.4 Prosedur 8.1.4.1 Penimbangan Penimbangan dilakukan dalam gram hingga ketelitian 3 desimal. 8.1.4.2 Pengeringan a) contoh kerja diletakkan merata pada permukaan wadah; b) wadah dan penutup ditimbang sebelum dan sesudah pengisian benih; c) wadah terbuka diletakkan di dalam oven suhu 103 C ± 2 C selama 24 jam; d) wadah dan penutupnya dimasukkan desikator selama 30 sampai 45 menit untuk pendinginan; e) wadah, penutup dan isinya ditimbang. Kelembaban relatif ruang di dalam laboratorium disyaratkan lebih rendah dari 70%. 8.1.5 Pernyataan hasil a) Kadar air dinyatakan dalam persen dan berat dihitung dalam 1 desimal terdekat, dengan rumus: (M2-M3) KA (%) = x 100 (M2-M1) dengan: M1 M2 M3 berat wadah dan tutup (g) berat wadah, tutup, dan isinya sebelum pengeringan (g) berat wadah, tutup, dan isinya setelah pengeringan (g) 6 dari 14

b) Pengujian diterima dan kemudian dihitung rata-ratanya jika perbedaan antara dua penentuan kadar air lebih kecil dari 0,3 %. 8.1.6 Pelaporan hasil Persen kadar air dinyatakan dengan satu angka desimal pada analisis dokumen. 8.2 Analisis kemurnian 8.2.1 Prinsip Dilakukan untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain, dan kotoran dari contoh benih yang mewakili kelompok benih. 8.2.2 Peralatan a) meja analisis; b) kaca pembesar; c) scalpel; d) pinset; e) spatula; f) ayakan; g) timbangan analitis dengan ketelitian 1 desimal. 8.2.3 Persiapan a) Contoh kerja diambil secara acak sesuai dengan prosedur pada 7.1.2. b) Berat minimum contoh kerja seperti tercantum pada Tabel 5, ditimbang dengan ketelitian 1 (satu) desimal. 8.2.4 Prosedur a) Contoh kerja yang sudah ditimbang, dipisahkan menjadi komponen penyusunnya seperti yang tercantum pada 8.2.1.; b) setiap komponen ditimbang hingga 0,1 g terdekat; c) berat setiap komponen dinyatakan dalam persen hingga 1 desimal. 8.2.5 Pernyataan hasil a) Persentase berat masing-masing bagian dinyatakan berdasarkan penghitungan dengan rumus berikut: k 1 benih murni (%) = x 100 k 1 + k 2 + k 3 k 2 benih lain (%) = x 100 k 1 + k 2 + k 3 7 dari 14

k 3 kotoran (%) = x 100 k 1 + k 2 + k 3 dengan: k 1 k 2 k 3 nilai berat benih murni (g) nilai berat benih lain (g) nilai berat kotoran (g) b) Jumlah berat ketiga komponen benih dibandingkan dengan berat awal contoh kerja untuk mengetahui berat tambahan atau berat yang hilang selama analisis. c) Apabila terdapat ketidaksesuaian lebih dari 5% perlu dilakukan pengujian ulang. 8.2.6 Pelaporan hasil Berat setiap komponen dinyatakan dalam 1 desimal dalam analisis dokumen dengan total persentase sebesar 100. 8.3 Penentuan berat 8.3.1 Prinsip Menghitung berat per 1000 butir 8.3.2 Peralatan a) alat penghitung benih; b) timbangan analitik. 8.3.3 Persiapan Contoh kerja merupakan seluruh benih murni yang diperoleh dari hasil pemisahan pada analisis kemurnian, dapat dilihat pada 8.2 8.3.4 Prosedur a) Contoh kerja dihitung sebanyak 100 butir benih dengan ulangan 8 kali yang diambil secara acak; b) setiap ulangan ditimbang dan dinyatakan dalam gram; c) keragaman (s 2 ), simpangan baku (s), dan koefisien keragaman (CV) dihitung dengan rumus: n (Σx 2 ) (Σx) 2 s 2 = n (n-1) 8 dari 14

dengan: x berat tiap ulangan (g) n jumlah ulangan (8) s = s 2 s CV = x 100 X1 dengan: X1 rata-rata berat 100 butir d) pengujian diulang sebanyak 2 kali 8 ulangan, jika nilai koefisien keragaman lebih dari 4,0; e) keragaman, simpangan baku, dan koefisien keragaman dengan jumlah ulangan 16 (2 x 8 ulangan) dihitung kembali dengan menggunakan rumus di atas. 8.3.5 Pernyataan hasil a) Berat rata-rata 1000 butir benih dinyatakan dalam g, dihitung dengan menggunakan rumus: Berat 1000 butir benih (g) = 10 x X1 dengan: X1 rata-rata berat 100 butir b) Jumlah benih per kg dihitung dengan menggunakan rumus: 1000 Jumlah benih per kg = x 1000 Berat 1000 butir 8.3.6 Pelaporan hasil Berat 1000 butir benih dan jumlah benih/kg ditulis dalam dokumen 8.4 Daya berkecambah 8.4.1 Prinsip Uji daya berkecambah dilakukan untuk menentukan potensi maksimum perkecambahan kelompok benih. 8.4.2 Bahan dan peralatan 8.4.2.1 Bahan a) campuran pasir: tanah (1:1) halus dan steril; 9 dari 14

b) tanah dan kompos tidak direkomendasikan kecuali untuk kondisi khusus; c) kertas merang steril (untuk germinator); d) plastik. 8.4.2.2 Peralatan a) germinator; b) petridish; c) sprayer; d) pinset; e) bak kecambah; f) ayakan; g) alat sterilisasi media; h) oven; i) alat press. 8.4.3 Persiapan 8.4.3.1 Contoh kerja 400 benih yang terdiri dari 4 ulangan, masing masing sebanyak 100 benih diambil secara acak dari benih murni. 8.4.3.2 Rumah kaca a) Suhu, kelembaban, dan cahaya di dalam rumah kaca diatur dengan ketentuan: - suhu 30 C 40 C; - kelembaban relatif 47% - 78%; - cahaya 5180 lux 19400 lux. b) Campuran pasir dan tanah yang digunakan sebagai media disterilkan terlebih dahulu. c) Benih dari contoh kerja (lihat 8.4.3.1) yang akan ditanam, direndam terlebih dahulu menggunakan air yang telah mendidih dan dibiarkan dingin selama 24 jam. 8.4.3.3 Germinator a) Suhu, kelembaban relatif, dan cahaya di dalam germinator diatur dengan ketentuan: - suhu 29 C 32 C; - kelembaban relatif 68% - 72%; - cahaya 107 lux 189 lux. b) Kertas merang yang digunakan sebagai media disterilkan terlebih dahulu dengan cara dimasukkan ke dalam oven dengan temperatur 103 C + 2 C selama 24 jam. 8.4.4 Prosedur 8.4.4.1 Rumah kaca a) Media yang telah disterilkan (lihat 8.4.3.2) disiram hingga jenuh. b) Benih yang telah diberi perlakuan pendahuluan seperti pada 8.4.3.2 ditanam dengan jarak seragam pada media. 10 dari 14

8.4.4.2 Germinator a) Uji perkecambahan dengan germinator menggunakan metode uji UKDdp dan UDK. b) Media yang telah disteril (lihat 8.4.3.3) dilembabkan dengan cara direndam dalam air kemudian dipress hingga air keluar atau disemprot dengan air hingga lembab. c) Benih yang berasal dari contoh kerja (lihat 8.4.3.1) diletakkan dengan jarak seragam pada media. 8.4.5 Pernyataan hasil a) Pernyataan hasil diperoleh berdasarkan penilaian pada: - kecambah normal, terdiri dari kecambah sempurna, kecambah dengan sedikit cacat, dan kecambah dengan infeksi sekunder.; - kecambah abnormal, terdiri dari kecambah rusak, kecambah yang tidak sempurna bentuknya, dan kecambah busuk. - benih segar, diketahui dengan melihat keadaan embrio dengan cara uji tetrazolium atau uji pembelahan benih; - benih keras; - benih mati. b) Penilaian dilakukan pada hari ke-6 hingga hari ke-8. c) Persentase kecambah dinyatakan dalam persen berdasarkan penghitungan dengan rumus berikut: Kecambah normal persen kecambah = x 100 % Jumlah benih d) Persen kecambah rata-rata dihitung sebagai rata-rata dari 4 ulangan dengan pembulatan sampai keangka bulat terdekat (> 0,5 dibulatkan ke atas). e) Persen kecambah abnormal, benih segar, benih keras, dan benih mati, dihitung dengan cara yang sama. f) Hasil uji kecambah hanya diterima jika perbedaan antara hasil ulangan tertinggi dan terendah masih dalam batasan seperti tercantum pada tabel 6. Tabel 6 Toleransi maksimum antar ulangan Rata-rata daya berkecambah Toleransi Rata-rata daya berkecambah Toleransi (%) (%) 99 5 89-90 12 98 6 87-88 13 97 7 84-86 14 96 8 81-83 15 95 9 78-80 16 93-94 10 73-77 17 91-92 11 67-72 18 11 dari 14

g) Perbedaan tidak melebihi batas toleransi, jika lebih, uji perkecambahan ditolak dan perlu dilakukan uji ulang. h) Uji ulang juga dilakukan apabila: - hasil diragukan karena serangan jamur dan atau bakteri; - terdapat bukti kesalahan kondisi pengujian, penilaian, dan penghitungan kecambah. 8.4.6 Pelaporan hasil a) Hal-hal yang dilaporkan adalah: - lamanya pengujian; - persen kecambah normal, abnormal, benih segar, benih keras, dan benih mati. - Apabila persentase setiap kriteria pengujian adalah nol, maka dalam analisis dokumen ditulis 0 8.4.7 Masa berlaku uji Masa berlaku uji perkecambahan adalah 6 bulan. 9 Syarat lulus uji Benih contoh uji dianggap lulus uji apabila kemurniannya disyaratkan 90% dan daya berkecambah minimum mutu ketiga (T). 10 Laporan hasil Hasil pengujian dinyatakan dalam bentuk tabel. 11 Pengemasan dan penandaan 11.1 Pengemasan Benih yang layak atau siap edar dikemas dalam kemasan kedap udara. 11.2 Penandaan Benih benih yang layak edar dan telah dikemas pada kemasannya diberikan tanda sebagai berikut: a) jenis; b) jumlah benih c) asal benih; d) mutu benih (kadar air, kemurnian, berat 1000 butir, dan daya kecambah); e) tempat pengujian; f) waktu pengujian; g) instansi/pihak penguji; h) batas waktu kadaluarsa; i) tanda atau simbol instansi atau pihak penguji; 12 dari 14

j) lokasi atau alamat tujuan pengguna benih, bila telah disetujui penggunaannya. 12 Penyimpanan Benih-benih yang telah dikemas dan diberi tanda, disimpan pada ruangan dengan suhu 18 C -20 C dengan kelembaban 50%-60 %. 13 dari 14

Bibliografi Iriantono D, Nurhasybi, Yulianti, Buharman, Suhariyanto, Sudrajat. 2000. Pedoman Standardisasi Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Tanaman Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Bogor ISTA. 1999. Seed Testing Rules. 2002. Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik Fisiologi Benih. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. Jakarta. SNI 01-5006.8-2002 Tanaman kehutanan Bagian 8 : Cara uji mutu fisik dan fisiologis benih Gmelina (Gmelina arborea Roxb.). 14 dari 14