BABI PENDAHULUAN. Peranan usaha milcro dan kecil dalam perekonomian nasional semakin

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

BPS KABUPATEN BATU BARA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

Statistik KATA PENGANTAR

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

Statistik KATA PENGANTAR

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pengamatan empiris menunjukkan bahwa tidak ada satupun

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. diikuti dengan adanya perubahan struktur ekonomi. Salah satu sektor di bidang

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri pengolahan

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BPS KABUPATEN MALINAU

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara


I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT 2014

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2015

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2015

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BPS PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan usaha milcro dan kecil dalam perekonomian nasional semakin penting karena kontribusi terhadap tenaga kerja dan Produk Domestik Bruto [PDB] dapat melebihi kontribusi usaha besar. Oleh sebab itu pemberdayaan usaha mikro dan kecil diharapkan dapat menurunkan pengangguran dan kemiskinan secara nasional. lnpres Nomor 6 Tahun 2007 merupakan wujud bahwa perhatian terhadap koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah dalam perekonomian nasional semakin penting. Pada umumnya, kontribusi usaha mikro, kecil dan menengah terhadap perekonomian nasional dapat ditinjau dari dua aspek penting, yaitu aspek pembentukan produksi agregat dan penyerapan tenaga kerja. Kontribusi usaha mikro, kecil dan menengah terhadap produksi agregat dan penyerapan tenaga kerja lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi usaha besar. Akan tetapi produktivitas usaha mikro dan kecil jauh lebih rendah dari produktivitas usaha sedang dan besar. Pendapatan tenaga kerja pada usaha mikro dan kecil lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan tenaga kerja pada usaha sedang dan besar. Lebih jauh dapat dikatakan bahwa usaha mikro dan kecil merupakan salah satu somber kemiskinan sebagai akibat dari produktivitas yang rendah. Keberhasilan pemberdayaan usaha mikro dan kecil serta usaha sedang dan besar secara otomatis akan mengurangi pengangguran dan kerniskinan jika pertumbuhan produksi dan pendapatan tenaga kerja pada usaha mikro dan kecil lebih tinggi dibandingkan.. 1

dengan pertumbuhan produksi dan pendapatan tenaga kerja pada usaha sedang dan besar. Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk 1990 penduduk Sumatera Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 berjumlah 10.26 juta jiwa, dan dari hasil Sensus penduduk 2000, jurnlah penduduk Surnatera Utara sebesar 11.51 juta jiwa. Selanjutnya dari basil estimasi jumlah penduduk keadaan Juni 2007 diperkirakan sebesar 12.834.371 jiwa, sedangkan jurnlah penduduk miskin sebesar 1.77 juta atau 13.90 persen darijumlah penduduk. [BPS, 2008]. Pada tahun 2007, jumlah penduduk Sumatera Utara yang merupakan angkatan kerja adalah sebanyak 5.65 juta jiwa yang terdiri dari 5.08 j uta jiwa terkategori bekerja dan sebesar 571 ribu jiwa terkategori mencari kerja dan tidak bekerja atau pengangguran terbuka. Penduduk Sumatera Utara yang bekerja ini sebagian besar bekerja pada sektor pertanian yaitu 47.60 persen. Sektor kedua terbesar dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 18.80 persen. Sektor lain yang cukup besar peranannya dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa-jasa, baik jasa perorangan, jasa perusahaan., dan jasa pemerintahan yaitu sebesar 12.90 persen. sementara penduduk yang bekerja di sektor industri pengolahan hanya sekitar 7.60 pc;rsen saja. Selebihnya bekerja di sektor penggalian dan pertambangan, sektor listrik, gas, dan air minum, sektor bangunan, sektor angkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan. DRB nominal Provinsi Surnatera Utara pada tahun 2007 sebesar Rp 181.82 triliun. Sektor industri pengolahan menyumbang sebesar Rp 45.53 triliun 2

atau 25.04 persen, sektor pertanian menyumbang sebesar 22.56 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 19.17 persen dan sektor lainnya menurnbang sebesar lainnya menyumbang sebesar 33.23 persen. Jurnlah usaha industri pengolahan golongan sedang dan besar di Sumatera Utara pada tahun 2007 tercatat sebanyak 1207 perusahaan. Pada tahun 2007, nilai output industri sedang dan besar mencapai Rp 81.61 triliun dengan nilai tambah atas dasar harga pasar sebesar Rp 24.1 7 triliun rupiah. Nilai tambah terbesar pada tahun 2007 terdapat pada industri makanan, rninuman dan tembakau, yaitu sebesar Rp 14.35 triliun. Kemudian diikuti oleh industri kimia, batu bara, karet, dan plastik sebesar Rp 4.88 triliun. Nilai tambah terkecil pada tahun yang sama terdapat pada industri pengolahan lainnya sebesar Rp I 9.87 milyar. Sedangkan jwnlah tenaga kerja industri golongan sedang dan besar sebanyak 157614 jiwa Perbandingan dari sisi nilai tambah atau PDRB sektor industri pengolahan di atas menjelaskan bagaimana peranan industri golongan mikro dan kecil relatif tinggi baik dari sisi ketenagakerjaan dan pembentukan PDRB. Pada tahun 2007, swnbangan sektor industri pengolahan terhadap PDRB sebesar 45.53 triliun dan dari sumbangan ini kontribusi industri pengolahan besar dan sedang sebesar Rp 24.17 triliun atau 53.09 persen. Dengan kata lain sumbangan industri pengolah golongan mikro dan kecil sebesar Rp 21.36 triliun atau 46.91 persen. Perbandingan dari sisi tenaga kerja juga ditunjukkan bahwa peranan industri pengolahan golongan mikro dan kecil adalah relatif tinggi. Pada tahun 2007, jwnlah tenaga kerja sektor industri pengolahan sebesar 386080 jiwa [7.60 persen dari otal tenaga kerja Sumatera Utara] dengan tenaga kerja sektor industri.. pengolahan golongan sedang dan besar sebesar 157614 jiwa atau 40.82 persen. 3

Dengan kata lain tenaga kerja sektor industri pengolahan golongan mikro dan kecil sebanyak 228466 jiwa atau 59.18 persen. Tabell.l Jumlah Usaha Mikro Dan Kecil Serta Jumlah Pekerja di Provinsi Sumatera Utara, 2006 Klasifikasi Baku Lapangan Usaba Indonesia Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Eceran Besar Penyediaan Akomodasi dan Makanan Transportasi, Pengangkutan dan Komunikasi Perantara Keuangan Real Estate, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan Lainnya Jasa Peroran an an Mela ani Rumahtangga Jumlah Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2008. Usaha 76857 604 7652 500498 16833 1 99361 2253 40462 17751 11019 82817 34231 1045158 9649 204494 1046 45986 879852 323993 128790 9892 62260 220280 29359 154837 36359 2106797 Pada Tabel 1.1 ditunjukkan jum1ah tenaga kerja dan jumlah unit usaha mikro dan kecil. Pada tahun 2006, jumlah usaha mikro dan kecil sebanyak 1045158 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 3151955 jiwa [tenaga kerja dan pengusaha]. Sedangkan jumlah tenaga kerja usaha sedang dan besar adalah sebanyak 1833415 jiwa atau 63.22 persen tenaga kerja pada usaha mikro dan kecil dan 36.78 persen pada usaha sedang dan besar. Fenomena pemberdayaan usaha mikro kecil pada sektor industri pengolahan ditunjukkan oleh peranan terhadap penyerapan tenaga kerja adalah lebih besar akan tetapi peranan terhadap PDRB lebih kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa produktivitas usaha mikro dan kecil lebih rendah dari produktivitas usaha sedang dan besar. Faktor apa yang menyebabkan 4

produktivitas usaha mikro dan kecil lebih rendah dari usaha sedang dan besar di Provinsi Sumatera Utara? Alasan utama rendahnya produktivitas usaha mikro dan kecil adalah struktur ketenagakerjaan dan permodalan. Dari Tabel 1.2 ditunjukkan struktur pendidikan pengusaha mikro dan kecil di Provinsi Sumatera Utara. Tabel1.2 Struktur Pendidikan Pengusaha Mikro dan Kecil di Provinsi Sumatera Utara, 2006 Tidak Tamat SMTP dan Perguruan Klasifikasi Baku Lapangan Usaba Indonesia SDdanSD SMTA Tinggi (Jiwa) [Jiwa) IJiwaJ Pertambangan dan Penggalian 1455 1817 50 Industri Pengolahan 36612 38167 2078 Listrik., Gas dan Air 215 369 20 Konstruksi 1927 52 17 508 Perdagangan Eceran Besar 153444 328158 18896 Penyediaan Akomodasi dan Makanan 62051 103045 3235 Transportasi, Penganglcutan dan Komunikasi 27813 67836 37 12 Perantara Keuangan 147 1312 794 Real Estate, Persewaan dan J asa Perusahaan 8340 25800 6322 Jasa Pendidikan 582 4856 12313 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1422 2709 6888 Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan Lainnya 22828 56672 3317 Jasa Perorangan yang Melayani Rumahtangga 2l388 12442 401 Jumlab [Jiwa} 338224 648400 58534 Somber: Data d10lah dan BPS Provms1 Sumatera Utara, 2008. Dari Tabel 1.2 dan Tabel 1.3 ditunjukkan bahwa pendidikan pengusaha dan tenaga kerja pada mikro dan kecil tidak tamat SD dan tamat SD sebesar 32.36 persen, tamat SMTP dan SMT A sebesar 62.04 persen dan Perguruan Tinggi sebesar 5.60 persen. Oleh sebab itu pengusaha mikro dan kecil didominasi oleh pendidikan tamatan SMTP dan SMT A. Dominasi pendidikan pengusaha dan tenaga kerja pada usaha mikro dan kecil merupakan salah satu masalah peningkatan produktivitas usaha mikro dan kecil. 5

Tabel1.3 Struktur Pendidikau Tenaga Kerja Usaha Mikro dan Kecil di Proviosi Sumatera Utara, 2006 TidakTamat SMTPdan Klasifikasi Baku Lapangan Usaba Indonesia SDdanSD SMTA Pertambangan dan Penggalian 2933 3663 lndustri Pengolahan 73801 76936 Listrik, Gas dan Air 433 744 Konstruksi 3884 10516 Perdagangan Eceran Besar 309308 661491 Penyediaan Akomodasi dan Makanan 125080 207715 Transportasi, Pengangkutan dan Komunikasi 56065 136742 Perantara Keuangan 296 2645 Real Estate, Persewaan dan Jasa Perusabaan 16812 52007 Jasa Pendidikan 1173 9789 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2866 5461 Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan Lainnya 46016 114238 43113 25080 681781 1307025 101 4189 40 1024 38090 6521 7483 1601 12744 24820 13885 6686 808 117991 Fenomena struktur pendidikan pengusaha dan tenaga kerja pada usaha mikro dan kecil diikuti oleh sumber kepemilikan modal. Pada Tabel 1.4 ditunjukkan sumber kepemilikan modal usaha mikro dan kecil di Provinsi Surnatera Utara. Surnber kepemilikan modal usaha mikro dan kecil merupakan milik sendiri sebesar 89.24 persen, sebahagian pihak lain sebesar 7.36 persen dan semua pihak lain sebesar 3.40 persen. Indikator surnber kepemilikan modal ini menjelaskan bahwa dominan usaha kecil dan mikro dibiayai dengan modal sendiri. Modal seperti ini mengandung biaya modal dan risiko usaha yang tinggi dan merupakan masalah dalam peningkatan produktivitas usaha mikro dan kecil. 6

Klasifikasi Baku Lapangan Usaba Indonesia Tabel1.4 Modal Usaha Mikro dan Kecil di Provinsi Sumatera Utara, 2006 Sebahagian Pihak Lain Semua Pihak Lain Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Eceran Besar Penyediaan Akomodasi dan Makanan Transportas~ Pengangkutan dan Komunikasi Perantara Keuangan Real Estate, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan Lainnya Jumlah Somber: BPS Provinsi Surnatera Utara, 2008. 2988 66929 554 6187 448657 158664 79484 1478 38392 10544 9606 76085 33131 932699 233 101 7386 2542 32 18 1029 436 43075 8766 8201 1466 7099 12778 488 287 1740 330 1294 59 13 71 3 700 5382 1350 267 833 76939 35520 Modal usaha milcro dan kecil di atasjuga menjelaskan bahwa 89.24 persen usaha mikro dan kecil tidak akses terhadap pinjaman perbankan, koperasi, lembaga keuangan bukan bank, modal ventura, perorangan, keluarga dan lainnya. Jurnlah usaha rnikro dan kecil yang tidak dan mempunyai akses terhadap pinjaman ditunjukkan pada Tabel 1.5. Jumlah usaha mikro dan kecil yang mempunyai akses terhadap pinjaman pinjaman perbankan, koperasi, lembaga keuangan bukan bank, modal ventura, perorangan, keluarga dan lainnya adalah sebesar 10.76 persen. Dari persentase ini diketahui bahwajumlah usaha milcro dan kecil yang mempunyai akses pinjaman kepada lembaga keuangan bank hanya 24080 unit usaha atau 2.30 persen, sedangkan jumlah unit usaha yang memjmnyai akses pinjaman kepada keluarga 28713 unit atau 2.75 persen. 7

Tabell.S Jumlah Usaha Mikro dan Kecil yang Menggunakan Jasa Pinjaman di Provinsi Sumatera Utara, 2006 Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia TidakAda Pinjaman [Unit] Ada Pinjaman [Unit) Usaha Pertambangan dan Penggalian 2988 Industri Pengolahan 66929 Listrik, Gas dan Air 554 Konstruksi 6187 Perdagangan Eceran Besar 448657 Penyediaan Akomodasi dan Makanan 158664 Transportasi, Pengangkutan dan Komunikasi 79484 Perantara Keuangan 1478 Real Estate, Persewaan dan Jasa Perusahaan 38392 Jasa end.idikan 10544 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9606 Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan Lainnya 76085 33131 J umlah 932699 Somber: Data diolah dari BPS Provinsi Sumatera Utara, 2008. 334 9928 50 1465 51841 9667 19877 775 2070 7207 1413 6732 1100 112459 3322 76857 604 7652 500498 168331 99361 2253 40462 17751 11019 82817 34231 1045158 Keberhasilan pemberdayaan usaha mikro dan kecil akan mengurangi pengangguran angkatan kerja dan peningkatan pendapatan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Utara. Penurunan pengangguran angkatan kerja dan peningkatan pendapatan tenaga kerja dapat dianalisis melalui studi Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Output Usaha Mikro Dan Kecil Di Provinsi Sumatera Utara. 1.2 Rumusan Masalah Secara konseptual, usaha mikro dan kecil menghadapi masalah inovasi produksi dan teknologi, pennodalan dan pembiayaan dan sumber daya manusia. Pemberdayaan usaha mikro dan kecil merupakan sinergi dimana usaha mikro dan kecil memanfaatkan teknologi produksi secara efisien. Oleh sebab itu strategi 8

kebijakan untuk mengurangi pengangguran angkatan kerja dan peningkatan pendapatan tenaga kerja di Provinsi Surnatera Utara adalah analisis teknologi produksi usaha mikro dan kecil. Oleh sebab itu permasalahan yang akan diteliti adalah 1. Apakah parameter produktivitas, tenaga kerja, modal dan jurnlah usaha mikro dan kecil mempengaruhi nilai tambah output usaha mikto dan kecil di Provinsi Surnatera Utara? 2. Seberapa besar kontribusi daya serap tenaga kejja untuk menurunkan pengangguran angkatan kerja dan peningkatan pendapatan tenaga kerja dari usaha mikro dan kecil di Provinsi Surnatera Utara? 1.3 Tujuan Penelitian Rencana studi Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Output Usaha Mikro Dan Kecil Di Provinsi Sumatera Utara dilakukan melalui data sekunder kinerja usaha mikro dan kecil. Hasil kajian akademis studi ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis besar pengaruh parameter produktivitas, tenaga kerja, modal dan jurnlah usaha mikro dan kecil terhadap nilai tambah output usaha mikro dan kecil di Provinsi Sumatera Utara. 2. Menganalisis besar kontribusi daya serap tenaga kejja untuk menurunkan pengangguran angkatan kerja dan peningkatan pendapatan tenaga kelja dari usaha mikro dan kecil di Provinsi Sumatera Utara..

1.4 Manfaat Penelitian Fakta empiris di atas menunjukkan bahwa usaha mikro dan kecil mempunyai kontribusi besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan kontribusi rendah terhadap nilai tarnbah output di Provinsi Sumatera Utara. Oleh sebab itu manfaat penelitian terdiri dari: 1. Sebagai instrumen untuk mengetahui potensi skala ekonomis penggunaan tenaga kerja dan modal usaha mikro dan kecil di Provinsi Sumatera Utara. 2. Sebagai instrumen pembantu dalam perumusan strategi pemberdayaan usaha mikro dan kecil untuk mengurangi pengangguran angkatan kerja dan peningkatan pendapatan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Utara. z? 10