BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya teknologi informasi dan komunikasi yang terus berkembang, memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan mahluk individu dan juga mahluk sosial. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rasisme merupakan salah satu isu global yang tidak pernah berakhir. Dari

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Film merupakan salah satu produk media massa yang perkembangannya tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. budaya yang melatar belakanginya. Termasuk pemakaian bahasa yang tampak pada dialog

BAB I PENDAHULUAN. 3 sehingga dapat menjadi sebuah text. Sebagai sebuah text film merupakan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan terjadi peningkatan pada komunikasi antarbudaya (Sihabudin, 2013 : 2-3).

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam reaksi oleh lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi karena lesbian

BAB I PENDAHULUAN. demikian, timbul misalnya anggapan bahwa ras Caucasoid atau ras Kulit

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembuatan film, pasti mengharapkan filmnya ditonton orang sebanyakbanyaknya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi telah mempengaruhi kehidupan kita tanpa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Disadur dari

BAB I PENDAHULUAN. dan film terhadap masyarakat, hubungan antara televisi, film dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini film adalah media yang paling populer. Kemunculan sebuah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah Tidak akan ada Indonesia, jika yang ada hanyalah ke-ika-an, ketunggalan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup yang sering disebut movie. Film secara kolektif sering

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah unsur-unsur tadi, film itu sendiri mempunyai banyak unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan komunikasi yang menggunakan media massa. 1 Dengan caranya

BAB II KAJIAN TEORI Film

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia, negara kepulauan yang terkenal dengan keindahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi diartikan sebagai sebuah proses penyampaian pesan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Fenomena iluminati sebenarnya sudah ada sejak lama, teori

43 Pengertian Paradigma selanjutnya dijelaskan :Penulisan menggunakan paradigma konstruksivis untuk mengetahui pendapat para komunitas maupun penikmat

BAB IV PENUTUP. peneliti menemukan makna-makna atas pelanggaran-pelanggaran kode etik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang bersifat deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengamat perkotaan, yang dikutip dari okezone.com (4 Oktober 2012)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB I PENDAHULUAN. daya cipta dari beberapa cabang seni sekaligus. 1 Gambar bergerak adalah bentuk

BAB I PENDAHULUAN. individu dalam kegiatan sehari-hari. Media massa ini digunakan untuk

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif interpretatif.

BAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam biografi Soekarno yang ditulis oleh Cindy Adams pada tahun 1965

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB I PENDAHULUAN. ialah komunikasi melalui tanda (sign) yang mempunyai makna dan arti yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I. dalam dialog komik membuat pembaca secara langsung mampu. mengintepretasikan gambaran perasaan yang sedang di alami tokoh.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dianggap telah mapan dan dominan di dalam komunitas ilmiah. 55 Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message) dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian unsur patriotisme dalam film Sang Kiai akan dilaksanakan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB I PENDAHULUAN. disajikan oleh media sering dibentuk sedemikian rupa, sehingga menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. media visual yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada awalnya film merupakan hanya sebagai tiruan mekanis dari realita atau

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan nilai-nilai dan penelitian normativ yang dibaurkan dengan berita dan

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,

BAB I PENDAHULUAN. Ade Irwansyah (2009: 14) berpendapat, sejak awal abad ke-20, film telah

BAB I PENDAHULUAN. realitas yang tumbuh, serta berkembang di dalam masyarakat, kemudian

BAB I PENDAHULUAN. yang di tayangkan oleh stasiun tv contohnya seperti film. pada luka-luka yang dialami Yesus dalam proses penyaliban.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda. Penggolongan manusia tersebut disebut dengan ras

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia yang mengglobal ini, media massa telah menjadi alat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film adalah sebuah sarana atau alat untuk menyampaikan pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film yang dibuat untuk memberikan pesan dan terkadang menggambarkan realita yang ada. Pesan yang disampaikan melalui film biasanya disajikan dalam bentuk yang menarik dan ringan sehingga dapat diterima oleh banyak kalangan masyarakat. Film merupakan teks yang memuat serangkaian citra fotografi yang dapat menciptakan suatu ilusi gerak dan tindakan dalam kehidupan nyata. Film yang dalam perkembangannya berhasil menggabungkan fotografi dan perekaman suara mampu menimbulkan imajinasi, ketegangan, ketakutan dan benturan emosional penonton, sehingga seolah-olah mereka ikut merasakan menjadi bagian dari cerita dalam film tersebut. (Danesi, 2010: 134) Film mampu memanipulasi kenyataan tanpa menghilangkan kredibilatasnya, sehingga mampu menarik orang banyak dalam waktu yang relatif singkat. Sehingga khalayak perlu memperhatikan unsur ideologi dan propaganda terselubung dan tersirat dalam banyak fenomena hubungan umum, fenomena yang merefleksikan kondisi masyarakat dan mungkin bersumber dari keinginan untuk memanipulasi (McQuail, 2003: 14). 1

Untuk itu film merupakan media yang sangat kuat melebihi media yang lain baik radio, majalah. Karena film tidak hanya mengandung unsur audio atau visual saja melainkan keduanya. Melalui film, masyarakat dapat melihat dan mendengar suatu pesan dengan jelas. Film dapat dikatakan sebagai konstruksi ulang dari sebuah realita yang ada untuk kemudian disampaikan dan diterima oleh orang banyak. Pembuat film menggunakan film sebagai alat untuk mengajak khalayak setuju dengan ideologi dan sudut pandang mereka, sehingga bagi mereka yang tidak bisa memilah informasi dan pesan yang dibuat oleh si pembuat film akan dapat dengan mudah terpengaruh oleh sudut pandang si pembuat film. Pengaruh film yang sangat besar tidak hanya timbul di gedung bioskop saja tapi sampai pada aktivitas sehari-hari. Biasanya penonton pada usia muda seperti remaja dan anak-anak lebih mudah terpengaruh seperti menirukan tingkah laku tokoh dalam film yang mereka tonton (Effendy, 2003: 208). Seperti film Tanda Tanya yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film ini menarik untuk diteliti karena menuai banyak kontroversi saat film ini ditayangkan. Film ini mengandung unsur SARA yang cukup kuat karena keinginannya yang memperlihatkan pluralisme beragama, namun di sisi lain film ini secara jelas menggambarkan kekerasan yang terjadi dalam masyarakat kita sendiri yaitu Indonesia. Indonesia masih cukup kental dengan pandangan rasismenya. Hal ini terbukti dengan kutipan dari Kompas.com 2

yang mengatakan bahwa ketika film ini baru ditayangkan banyak pihak yang memberikan respon negatif seperti MUI (Majelis Ulama Indonesia), GP Ansor/ Banser NU dan FPI (Front Pembela Islam) yang tidak setuju dengan ditayangkannya film ini karena dianggap mencemarkan nama-nama yang terlibat dan berkaitan dengan agama dan ras. Dalam menganalisis fenomena-fenomena kekerasan yang terjadi di film Tanda Tanya (?) ini, peneliti menggunakan teknik analisis semiotika Charles Sanders Peirce untuk mendeskripsikan tanda-tanda kekerasan dan menggambarkan bagaimana simbol-simbol tersebut tidak hanya tampak dalam perbuatan yang terlihat tetapi juga dalam kata-kata dengan menggunakan objek-objek yang membawa informasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Sobur, 2009: 15). Mengambil kutipan dari okezone.com film Tanda Tanya menduduki peringkat pertama pada awal pekan ketika film tersebut ditayangkan dengan mencapai jumlah penonton mencapai 70.498 orang mengalahkan film lainnya seperti 13 Cara Memanggil Setan, Skandal,Oh Tidak!, dan lain-lain. Berikut lima film teratas dalam periode film yang berdekatan dengan jadwal tayang film Tanda Tanya: 3

Tabel 1.1 Peringkat Film Tanda Tanya Judul Film Jumlah Penonton Tanda Tanya 70.498 orang 13 Cara memanggil Setan 51.061 orang Skandal 49.969 orang Virgin 3: Satu Malam 29.585 orang Mengubah Segalanya Oh Tidak! 658 orang Film ini menjadi menarik diteliti karena film ini memberikan banyak opini di dalam masyarakat yang menimbulkan kontroversi bahkan menyinggung beberapa pihak. Pesan pluralisme yang ingin disampaikan tidak semuanya diterima secara positif karena dalam film ini unsur kekerasannya juga terlihat dengan jelas sehingga dapat memberikan kesan yang buruk bagi beberapa pihak. oleh karena itu pihak-pihak seperti MUI dan Banser NU merasa citra mereka disinggung sebagai salah satu oknum yang terlibat didalam film tersebut. Film bertemakan kekerasan juga menarik untuk diteliti karena kekerasan merupakan salah satu tindakan yang mudah ditiru oleh orang lain sehingga bisa memberikan efek yang luas bagi masyarakat jika kita tidak mampu mengolah informasi yang ada. Kekerasan yang ingin dikaji dalam penelitian ini dapat dilihat dari visual dan non visualnya. Kekerasan visual dapat dilihat dari adegan, cara pengambilan gambar, pencahayaan, dan lain-lainnya. sedangkan kekerasan 4

non-visualnya dapat diteliti melalui dialog antar tokoh, nada bicara dan pemilihan kata yang digunakan oleh karakter didalam film tersebut. Meskipun mendapat banyak kecaman dari berbagai pihak, Film ini mampu bertahan dan menarik banyak penonton serta secara sadar maupun tidak sadar, film ini merefleksikan realitas kehidupan kita yang sebenarnya kemudian dikemas dengan tayangan yang menarik dan memberikan banyak pemikiran baru tentang hidup berdampingan dalam perbedaan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: - Bagaimana representasi kekerasan dalam film Tanda Tanya? - Apa makna visual dan non visual yang terkandung dalam film Tanda Tanya yang bersifat ikonik, simbolik dan indeksial? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dibuatnya penelitian ini, yakni: - Mengetahui representasi kekerasan akibat rasisme dalam film Tanda Tanya. - Menjelaskan tanda visual dan non visual yang terkandung dalam film Tanda Tanya yang bersifat ikonik, simbolik dan indeksial. 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan studi komunikasi dan kebudayaan agar dapat lebih 5

menghargai budaya lain tanpa adanya kekerasan. Selain itu diharapkan penelitian ini juga dapat dijadikan referensi untuk penelitian serupa khsusnya penelitian tentang film. 1.4.2. Kegunaan Praktis Sedangkan kegunaan praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi dan gambaran terhadap kekerasan yang ditimbulkan akibat adanya rasisme dalam lingkungan beragama dan tanda-tanda tersebut dapat dikaji secara mendalam melalui metode semiotika. 6