PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMBIAYAAN SYARIAH I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Yang dimaksud dengan: Adl adalah menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya, dan memberikan sesuatu hanya pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai posisinya. Tawazun adalah meliputi keseimbangan aspek material dan spiritual, aspek privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan keseimbangan aspek pemanfaatan dan kelestarian. Maslahah adalah merupakan segala bentuk kebaikan yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual serta individual dan kolektif serta harus memenuhi 3 (tiga) unsur yakni kepatuhan syariah (halal), bermanfaat dan membawa kebaikan (thoyib) dalam semua aspek secara keseluruhan yang tidak menimbulkan kemudaratan. Alamiyah adalah dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan, sesuai dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin). Gharar adalah transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah. Maysir adalah transaksi yang bersifat spekulatif (untung-untungan) yang tidak terkait langsung dengan produktifitas di sektor riil. Riba adalah pemastian penambahan pendapatan secara tidak sah (bathil) antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama
Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam-meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasiah). Dzalim adalah transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya. "Risywah" adalah tindakan suap dalam bentuk uang, fasilitas, atau bentuk lainnya yang melanggar hukum sebagai upaya mendapatkan fasilitas atau kemudahan dalam suatu transaksi. Objek Haram adalah suatu barang atau jasa yang diharamkan dalam syariah. Ayat 4 Ayat 5 Yang termasuk dalam Pembiayaan Jasa yang dapat dilakukan oleh Perusahaan Syariah diantaranya yaitu kegiatan memasarkan produkproduk jasa keuangan antara lain reksadana, asuransi mikro, atau produk-produk lain yang terkait dengan kegiatan jasa keuangan. Sebagai contoh kegiatan Pembiayaan Syariah yang menggunakan akad tunggal antara lain Pembiayaan Barang dengan menggunakan akad Murabahah. Sebagai contoh kegiatan Pembiayaan Syaraih yang menggunakan akad gabungan antara lain kartu kredit syariah (sharia card) yang dilakukan dengan menggunakan dengan menggunakan gabungan akad ijarah, akad qard, dan akad kafalah. a. Kafalah, dalam hal ini Penerbit Kartu adalah penjamin (kafil) bagi Pemegang Kartu terhadap Merchant atas semua kewajiban bayar (dayn) yang timbul dari transaksi antara Pemegang Kartu dengan Merchant, dan/atau penarikan tunai dari selain bank atau ATM
bank Penerbit Kartu. Atas pemberian Kafalah, penerbit kartu dapat menerima fee (ujrah kafalah). b. Qardh, dalam hal ini Penerbit Kartu adalah pemberi pinjaman (muqridh) kepada Pemegang Kartu (muqtaridh) melalui penarikan tunai dari bank atau ATM bank Penerbit Kartu. c. Ijarah, dalam hal ini Penerbit Kartu adalah penyedia jasa sistem pembayaran dan pelayanan terhadap Pemegang Kartu. Atas Ijarah ini, Pemegang Kartu dikenakan membership fee. Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Sebagai contoh penggunaan gabungan akad yaitu kartu kredit syariah (sharia card) yang menggunakan gabungan akad ijarah, akad qard, dan akad kafalah. Kartu kredit syariah (sharia card) merupakan alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan, di mana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh penerbit (acquirer), dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati (baik secara langsung atau secara angsuran). Cukup jelas Yang dimaksud dengan risiko Pembiayaan Syariah adalah ketidakmampuan/kegagalan Konsumen untuk memenuhi kewajiban membayar kepada Perusahaan Syariah.
Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Huruf a Huruf a Kegiatan yang dapat menyebabkan menurunnya rasio permodalan antara lain: a. kegiatan pembiayaan yang berdampak pada pembentukan pencadangan; b. pemberian bonus kepada direksi dan komisaris; dan c. penjualan aset dibawah nilai buku. Penilaian kualitas piutang Aset Produktif dilakukan atas saldo Aset Produktif, bukan berdasarkan jumlah angsuran pokok, margin, hasil investasi/bagi hasil, dan/atau imbal jasa (ujrah) yang telah jatuh tempo. Langkah yang dapat dilakukan Perusahaan Syariah untuk menjaga Aset Produktif tetap baik antara lain penerapan standar prosedur dan operasi yang memadai dan monitoring berkala atas kualitas Aset Produktif.
Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Ayat 4 Yang dimaksud dengan izin adalah izin usaha bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah atau izin UUS. Yang dimaksud dengan modal dan permodalan adalah: a. simpanan pokok, simpanan wajib dan hibah bagi Perusahaan Pembayaan Syariah yang berbentuk badan hukum koperasi; b. modal disetor bagi Perusahaan Pembayaan Syariah yang berbentuk badan hukum perseroan terbatas; atau c. modal kerja bagi UUS. Sedangkan yang dimaksud dengan sejak tanggal peningkatan modal dihitung sejak: a. tanggal persetujuan dan/atau pencatatan dari instansi yang berwenang mengenai peningkatan modal disetor bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah yang berbentuk badan hukum perseroan terbatas; dan b. tanggal rapat anggota mengenai peningkatan simpanan pokok, simpanan wajib dan hibah bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah yang berbentuk badan hukum koperasi; atau c. tanggal keputusan direksi Perusahaan Pembiayaan (atau pejabat yang berwenang) mengenai peningkatan modal kerja bagi UUS.
Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 Pasal 44 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Dalam hal UUS, penentuan pihak terkait dilakukan berdasarkan Perusahaan Pembiayaan induknya. Huruf j Ketergantungan keuangan (financial interdependence) sebagaimana dimaksud pada huruf j adalah kondisi dimana terdapat saling ketergantungan keuangan antara perusahaan pembiayaan dengan pihak lain antara lain berupa transaksi pinjam-meminjam dalam jumlah yang signifikan lebih besar dari nilai Ekuitas perusahaan pembiayaan, pinjaman subordinasi dan sebagainya.
Pasal 45 Pasal 46 Pasal 47 Pasal 48 Pasal 49 Pasal 50 Pasal 51 Pasal 52 Perusahaan yang terkait dengan kegiatan Perusahaan Pembiyaan antara lain: Dealer kendaraan bermotor, Biro penyedia Informasi perkreditan, penyedia alih daya di bidang penagihan, surveyor. Ayat 4 Ayat 5 Yang dimaksud dengan asosiasi adalah asosiasi Perusahaan Pembiayaan di Indonesia yang diakui oleh OJK. Yang dimaksud dengan pembiayaan dana secara tunai dalam ayat ini adalah penyaluran pembiayaan yang tidak didasari transaksi atas pengadaan barang atau jasa. Tidak termasuk dalam pengertian penyediaan dana secara tunai antara lain pemberian dana talangan (qardh) dalam rangka pembiayaan kartu kedit syariah, dana talangan (qardh) dalam rangka anjak piutang syariah.cukup jelas.
Pasal 53 Pasal 54 Pasal 55 Pasal 56 Pasal 57 Pasal 58 Pasal 59 Pasal 60 Pasal 61 Pasal 62 Pasal 63 Pasal 64 Pasal 65 Pasal 66 Pasal 67 Pasal 68 Pasal 69 Pasal 70
Pasal 71 Pasal 72 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR