Merenungi Makna di Balik Penetapan Waktu Shalat Thursday, 25 April :16

dokumen-dokumen yang mirip
AYO BUDAYAKAN SHOLAT SUBUH DI MASJID

Hujan, Nikmat Yang Dikufuri

malam bentangkan gelap, ia berdiri menyesali diri karena takut tiada tara menjadi teman kesedihan pada siang hari

Bimbingan Islam di Musim Hujan

BAB V PENUTUP. 1. Dalam hadits-hadits Nabi saw. waktu Shalat Isya dimulai pada

Mula Kata, Bismillah

BAB IV TINJAUAN KARYA. berarti telah ada penghargaan terhadap hasil kreatifitas.

Image not found Dari Lima Waktu.jpg. Buah dari Lima Waktu

Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir

Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir. Disebarluaskan melalui:

Mendidik Anak dengan Tauhid

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

PANITIA STUDI ISLAM DAN TAFAKKUR ALAM (SITA) XV DEWAN KESEJAHTERAAN MASJID NURUL FALAH SEKOLAH TINGGI PERIKANAN

Written by Administrator Wednesday, 09 June :03 - Last Updated Thursday, 14 October :21

[Nasihat Islam Tentang Hari Esok]

TEMA MASA RAYA NATAL : JAWABAN ALLAH ATAS PENANTIAN MANUSIA

Khutbah Jum'at. Taubat. Bersama Dakwah 1

Kedudukan Akal Dalam Islam

BAGI ORANG MUSLIM, SHOLAT SEBAGAI KEWAJIBAN ATAUKAH KEBUTUHAN?

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS.

Mempersembahkan... SEQ. Training Kewirausahaan. Menjadi Pebisnis Amanah & Tawadhu

Tegakkan Shalat Dengan Berjamaah

Sebuah Renungan Tentang Haji

Khutbah Jum'at. Menyambut Ramadhan 1432 H. Bersama Dakwah 1

???????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Puasa sesuai Al Qur'an dan Hadist

1. Jangan sekali-kali fikir bahawa kita akan masih hidup setelah menghabiskan solat ini.

(S.S.) أ

IBADAH ASPEK RITUAL UMAT ISLAM

Oleh: Hafidz Abdurrahman

DZIKIR PAGI (Dibaca dari shalat subuh hingga terbit matahari)

NIAT DAN BACAAN SHALAT

Takabur, Sikap Sombong Kepada Allah

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.11 Nabi Dawud AS. dan Nabi Sulaiman AS.

Khutbah Jum'at. Sebelum Ramadhan Pergi. Bersama Dakwah 1

Kepatuhan Seorang Hamba

Nasehat Bagi Orang Yang Melalaikan Shalat

TIDAK SEKADAR PUASA BADANI

Kemana Tujuan Hidupmu?

SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT. Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya:

Lailatul Qadar. Rasulullah SAW Mencontohkan beberapa amal khusus terkait Lailatul Qadar ini, di antaranya:

Keistimewaan Hari Jumat

PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid

PANDUAN SOLAT SUNAT DO A DAN WIRID

BAB IV ANALISIS. A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah. Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.6 Nabi Ibrahim AS., Nabi Ismail AS., Nabi Luth AS., dan Nabi Ishaq AS.

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA)

Menyibak Kegelapan: Kapan Sebuah Hari Dimulai?

Mengenai mayat Musa ini iblis sempat berdebat dengan malaikat Tuhan yang bernama Mikhael (Yudas 1 : 9).

Assalamu alaikum wr. wb.

Marhaban Yaa Ramadhan 1434 H


Memperhatikan dan Menasihati Pemuda Untuk Shalat

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-LAIL

Cara menyempurnakan Solat Sunat Taubat

Mam MAKALAH ISLAM. Tuntunan Islam tentang Gerhana

Ditulis oleh : Hajar Abdullah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Mengenal Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah

MUNGKIN KU SALAH MENGARTIKAN

ngin Ahmar From: hamba Allah Add to Contacts SIM

Bab I Apa Sih Kuncinya?

Urgensi (Pentingnya) Tauhid dan Pembagiannya. Urgensi (Pentingnya) Tauhid dan Pembagiannya

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

ORIENTASI RASA. Oleh Maria Dorotea

Mam MAKALAH ISLAM. Haji Syiar Islam Terbesar

KEBERPALINGAN MANUSIA DARI KEBENARAN YANG HAKIKI

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi

Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Bagaimana Kita Merespon Perintah Puasa

DAFTAR TERJEMAH No. BAB Hal Terjemah

AYAT-AYAT AL-QUR AN Tentang ALAM SEMESTA

Beriman sebuah kata yang mudah sekali untuk diucapkan, mudah

BAB V PEMBAHASAN. bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang

Menyambut Keagungan Ramadhan. Written by Friday, 06 August :30

Isra Mi'raj dan Makna Fundamental Shalat

MENGENAL ISLAM. Syari ah Islam bertujuan untuk mewujudkan hal-hal berikut:

Hakikat Hidup Sukses: Tafsir QS. Ali Imran 185

Sifat Surga dan Penghuninya

Ruang Rinduku. Part 1: 1

Kedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim

Khutbah Jum'at. Memaafkan Sesama Sebelum Ramadhan Tiba. Bersama Dakwah 1

Secara bahasa kata Islam berasal dari akar kata s-l-m : Penyerahan diri, pasrah, tunduk dan patuh dari makhluk kepada Khaliknya. Damai dan aman.

MATERI 1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH SESUDAH INI. "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka."

dengan dunianya? Mereka saling menonjolkan

MAKNA WAKTU SHOLAT WAJIB. Artinya: Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS.

MENGIKUTI HAWA NAFSU

BAB I PENDAHULUAN. Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan

Matahari dan Kehidupan Kita

Bulan Penuh Rahmat itu Telah Meninggalkan Kita. Written by Mudjia Rahardjo Friday, 15 November :41 -

BAB VI SHALAT WAJIB. Standar Kompetensi (Fiqih) 6. Mema hami Tatacara. Kompetensi Dasar 6.1 Menjelaskan. Indikator

PROPOSAL RAMADHAN 1430 H PROGRAM

Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran

KELAS BIMBINGAN MENENGAH PEPERIKSAAN AKHIR TAHUN TAHUN 2015 FIQH ISLAMI KBM 1

Jalan Lurus. Oleh Nurcholish Madjid

BAB XIII SALAT JAMAK DAN QASAR

Transkripsi:

Shalat adalah ibadah yang telah ditentukan waktunya. (QS. An-Nisa: 103). Setiap waktu shalat adalah pembuka titik balik dan cermin bagi umat manusia untuk mengejawantahkan rasa syukur atas kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah SWT di setiap waktu. Bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari (Subuh). Segala puji bagi-nya di langit, di bumi, pada malam hari dan pada siang hari (Zuhur). (QS. Ar-Rum: 17-18) Pergantian waktu siang dan malam, pergantian bulan ke bulan, tahun ke tahun dan seterusnya adalah sunatullah tak terelakkan. Begitu pun dengan waktu shalat yang terus berputar dari siang ke malam. Perputaran itu adalah adalah siklus yang berjalin kelindan dengan penggenapan-penggenapan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia. Allah SWT tentu memiliki maksud tertentu dalam penetapan waktu-waktu shalat, dan kita sebagai makhluk yang diberi akal diharapkan untuk berusaha menyingkap maksud tersebut, walaupun secara hakikat, hanya Allah SWT yang mutlak mengetahui maksud-maksud tersebut. Saat fajar datang, suara-suara azan diperdengarkan, pintu-pintu keberkahan terbuka lebar menyambut para manusia yang larut dalam keterlelapan. Fajar atau waktu Subuh adalah sebuah mukadimah di mana langit yang gelap perlahan berubah menjadi terang yang menandakan sebuah hari dimulai. Di waktu ini Allah SWT memerintahkan seluruh manusia untuk melaksanakan shalat Subuh dan memanjatkan rasa syukur karena masih diberi kenikmatan hidup untuk menghirup udara dunia dan menikmati pesona langit yang terang-benderang. Allah mempersilakan manusia untuk selalu mengharapkan perlindungan dari-nya, Tuhan yang menguasai Fajar (QS. Al-Falaq: 1). Pagi adalah simbol kebangkitan, simbol semangat dalam menyambut datangnya hari di mana kita semua memulai aktivitas. Waktu Zuhur adalah titik pertengahan hari di mana garis bumi dan langit tegak lurus ke atas cakrawala dan matahari tepat berada di titik zenit kulminasi. Di waktu ini Allah SWT mempersilakan kita untuk memanjatkan rasa syukur kepada-nya di tengah rehat sejenak atas tekanan-tekanan pekerjaan. Ibadah shalat Zuhur selayaknya kita gunakan sebagai media untuk 1 / 8

merenungkan segala perbuatan kita, kesibukan kita, mungkin juga kekhilafan kita akan nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, dan juga kelalaian kita akan karunia Allah SWT yang termanifestasi penuh di dalam tubuh kita. Nabi SAW pernah berkata, Ka lau aku membaca subhânallâh walhamdu lillâhi wa lâ ilâha illallâh wallâhu akbar, maka bacaan itu lebih aku sukai dari pada (men dapatkan kekayaan sebanyak) apa yang berada di ba wah sorot matahari. (HR. Muslim) Saat matahari rebah di bibir senja, Allah SWT mempersilakan kita untuk kembali berdiri menghadap kiblat memuji Kebesaran-Nya. Waktu Asar mungkin seperti musim gugur, usia senja, dan penghabisan waktu. Senja menyerukan kepada seluruh makhluk untuk bertafakur dan melakukan perenungan atas perbuatan-perbuatan yang telah kita lakukan, dan mensyukuri atas kesehatan, kebaikan, dan rezeki yang baik. Redupnya matahari mungkin dapat kita jadikan sandaran logika bahwa segala sesuatu di dunia ini tidaklah kekal. Mungkin kita yang rindu pada keabadian kelak dapat menunjukkan kepatuhan kita kepada Allah SWT dengan menyucikan diri dan melaksanakan shalat dengan khusyuk. Waktu Maghrib adalah momentum yang mungkin akan mengingatkan kita tentang kematian. Sebuah transisi dari terang menuju gelap. Langit yang menghitam adalah perwakilan dari keterasingan diri yang menciut di hadapan malam. Magrib adalah ruang dan waktu yang menantang keterbatasan indra penglihatan kita. Di waktu ini kita dipesilakan untuk kembali berdiri sembari mensyukuri nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Rasa lelah karena bekerja seharian niscaya luluh di tengah sujud karena mengharapkan rida Allah SWT. Malam semakin pekat, bintang-gemintang bermunculan, sebuah hamparan tanda kebesaran-nya. Waktu Isya datang dan mungkin akan mengingatkan kita tentang ruang yang gelap, langit seperti dililit jubah hitam. Ketika malam datang, jiwa kita terkungkung dalam ketidakberdayaan, lemah, dan miskin. Itu mungkin itu sebabnya dahulu Nabi Ibrahim AS membuang keyakinannya akan bintang yang pernah ia anggap sebagai Tuhan, Saya tidak menyukai hal-hal yang terbenam. (QS. Al-An am: 76). Di waktu ini Allah SWT mempersilakan kita untuk meminta perlindungan dari Allah SWT, Tuhan yang akan menjauhkan kita dari kejahatan malam yang gelap gulita. (QS. Al-Falaq: 3) Malam mungkin dapat mengingatkan kita pada kekuasaan Allah SWT sang pengubah siang dan malam. Kegelapan mungkin dapat mengajarkan betapa rapuhnya entitas kita yang selalu ketakutan akan ruang sempit dalam kubur, alam barzakh. Sungguh betapa kita sangat membutuhkan belas kasih Allah SWT. Tidak ada yang mampu kita perbuat selain meminta setitik cahaya dari-nya untuk kita bawa serta di alam yang tak memiliki penerangan sama sekali 2 / 8

kecuali cahaya yang kita bawa sendiri. Seluruh waktu shalat menunjuk pada revolusi yang berani, yang bernas, dan hanya mampu dibaca oleh orang-orang mau merenunginya. Kepastian akan turunnya karunia Allah SWT di waktu-waktu shalat yang ia tetapkan sungguhlah jelas. Karena memang waktu-waktu itu adalah hasil dari kebijaksanaan-nya yang sempurna. (wallahu a lam Bishawab) Hijrah Saputra Merenungi Makna di Balik Penetapan Waktu Shalat Shalat adalah ibadah yang telah ditentukan waktunya. (QS. An-Nisa: 103). Setiap waktu shalat adalah pembuka titik balik dan cermin bagi umat manusia untuk mengejawantahkan rasa syukur atas kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah SWT di setiap waktu. Bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari (Subuh). Segala puji bagi-nya di langit, di bumi, pada malam hari dan pada siang hari (Zuhur). (QS. Ar-Rum: 17-18) Pergantian waktu siang dan malam, pergantian bulan ke bulan, tahun ke tahun dan seterusnya adalah sunatullah tak terelakkan. Begitu pun dengan waktu shalat yang terus berputar dari 3 / 8

siang ke malam. Perputaran itu adalah adalah siklus yang berjalin kelindan dengan penggenapan-penggenapan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia. Allah SWT tentu memiliki maksud tertentu dalam penetapan waktu-waktu shalat, dan kita sebagai makhluk yang diberi akal diharapkan untuk berusaha menyingkap maksud tersebut, walaupun secara hakikat, hanya Allah SWT yang mutlak mengetahui maksud-maksud tersebut. Saat fajar datang, suara-suara azan diperdengarkan, pintu-pintu keberkahan terbuka lebar menyambut para manusia yang larut dalam keterlelapan. Fajar atau waktu Subuh adalah sebuah mukadimah di mana langit yang gelap perlahan berubah menjadi terang yang menandakan sebuah hari dimulai. Di waktu ini Allah SWT memerintahkan seluruh manusia untuk melaksanakan shalat Subuh dan memanjatkan rasa syukur karena masih diberi kenikmatan hidup untuk menghirup udara dunia dan menikmati pesona langit yang terang-benderang. Allah mempersilakan manusia untuk selalu mengharapkan perlindungan dari-nya, Tuhan yang menguasai Fajar (QS. Al-Falaq: 1). Pagi adalah simbol kebangkitan, simbol semangat dalam menyambut datangnya hari di mana kita semua memulai aktivitas. Waktu Zuhur adalah titik pertengahan hari di mana garis bumi dan langit tegak lurus ke atas cakrawala dan matahari tepat berada di titik zenit kulminasi. Di waktu ini Allah SWT mempersilakan kita untuk memanjatkan rasa syukur kepada-nya di tengah rehat sejenak atas tekanan-tekanan pekerjaan. Ibadah shalat Zuhur selayaknya kita gunakan sebagai media untuk merenungkan segala perbuatan kita, kesibukan kita, mungkin juga kekhilafan kita akan nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, dan juga kelalaian kita akan karunia Allah SWT yang termanifestasi penuh di dalam tubuh kita. Nabi SAW pernah berkata, Ka lau aku membaca subhânallâh walhamdu lillâhi wa lâ ilâha illallâh wallâhu akbar, maka bacaan itu lebih aku sukai dari pada (men dapatkan kekayaan sebanyak) apa yang berada di ba wah sorot matahari. (HR. Muslim) 4 / 8

Saat matahari rebah di bibir senja, Allah SWT mempersilakan kita untuk kembali berdiri menghadap kiblat memuji Kebesaran-Nya. Waktu Asar mungkin seperti musim gugur, usia senja, dan penghabisan waktu. Senja menyerukan kepada seluruh makhluk untuk bertafakur dan melakukan perenungan atas perbuatan-perbuatan yang telah kita lakukan, dan mensyukuri atas kesehatan, kebaikan, dan rezeki yang baik. Redupnya matahari mungkin dapat kita jadikan sandaran logika bahwa segala sesuatu di dunia ini tidaklah kekal. Mungkin kita yang rindu pada keabadian kelak dapat menunjukkan kepatuhan kita kepada Allah SWT dengan menyucikan diri dan melaksanakan shalat dengan khusyuk. Waktu Maghrib adalah momentum yang mungkin akan mengingatkan kita tentang kematian. Sebuah transisi dari terang menuju gelap. Langit yang menghitam adalah perwakilan dari keterasingan diri yang menciut di hadapan malam. Magrib adalah ruang dan waktu yang menantang keterbatasan indra penglihatan kita. Di waktu ini kita dipesilakan untuk kembali berdiri sembari mensyukuri nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Rasa lelah karena bekerja seharian niscaya luluh di tengah sujud karena mengharapkan rida Allah SWT. Malam semakin pekat, bintang-gemintang bermunculan, sebuah hamparan tanda kebesaran-nya. Waktu Isya datang dan mungkin akan mengingatkan kita tentang ruang yang gelap, langit seperti dililit jubah hitam. Ketika malam datang, jiwa kita terkungkung dalam ketidakberdayaan, lemah, dan miskin. Itu mungkin itu sebabnya dahulu Nabi Ibrahim AS membuang keyakinannya akan bintang yang pernah ia anggap sebagai Tuhan, Saya tidak menyukai hal-hal yang terbenam. (QS. Al-An am: 76). Di waktu ini Allah SWT mempersilakan kita untuk meminta perlindungan dari Allah SWT, Tuhan yang akan menjauhkan kita dari kejahatan malam yang gelap gulita. (QS. Al-Falaq: 3) Malam mungkin dapat mengingatkan kita pada kekuasaan Allah SWT sang pengubah siang dan malam. Kegelapan mungkin dapat mengajarkan betapa rapuhnya entitas kita yang selalu 5 / 8

ketakutan akan ruang sempit dalam kubur, alam barzakh. Sungguh betapa kita sangat membutuhkan belas kasih Allah SWT. Tidak ada yang mampu kita perbuat selain meminta setitik cahaya dari-nya untuk kita bawa serta di alam yang tak memiliki penerangan sama sekali kecuali cahaya yang kita bawa sendiri. Seluruh waktu shalat menunjuk pada revolusi yang berani, yang bernas, dan hanya mampu dibaca oleh orang-orang mau merenunginya. Kepastian akan turunnya karunia Allah SWT di waktu-waktu shalat yang ia tetapkan sungguhlah jelas. Karena memang waktu-waktu itu adalah hasil dari kebijaksanaan-nya yang sempurna. (wallahu a lam Bishawab) Hijrah Saputra Merenungi Makna di Balik Penetapan Waktu Shalat Shalat adalah ibadah yang telah ditentukan waktunya. (QS. An-Nisa: 103). Setiap waktu shalat adalah pembuka titik balik dan cermin bagi umat manusia untuk mengejawantahkan rasa syukur atas kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah SWT di setiap waktu. Bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari (Subuh). Segala puji bagi-nya di langit, di bumi, pada malam hari dan pada siang hari (Zuhur). (QS. Ar-Rum: 17-18) Pergantian waktu siang dan malam, pergantian bulan ke bulan, tahun ke tahun dan seterusnya adalah sunatullah tak terelakkan. Begitu pun dengan waktu shalat yang terus berputar dari siang ke malam. Perputaran itu adalah adalah siklus yang berjalin kelindan dengan 6 / 8

penggenapan-penggenapan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia. Allah SWT tentu memiliki maksud tertentu dalam penetapan waktu-waktu shalat, dan kita sebagai makhluk yang diberi akal diharapkan untuk berusaha menyingkap maksud tersebut, walaupun secara hakikat, hanya Allah SWT yang mutlak mengetahui maksud-maksud tersebut. Saat fajar datang, suara-suara azan diperdengarkan, pintu-pintu keberkahan terbuka lebar menyambut para manusia yang larut dalam keterlelapan. Fajar atau waktu Subuh adalah sebuah mukadimah di mana langit yang gelap perlahan berubah menjadi terang yang menandakan sebuah hari dimulai. Di waktu ini Allah SWT memerintahkan seluruh manusia untuk melaksanakan shalat Subuh dan memanjatkan rasa syukur karena masih diberi kenikmatan hidup untuk menghirup udara dunia dan menikmati pesona langit yang terang-benderang. Allah mempersilakan manusia untuk selalu mengharapkan perlindungan dari-nya, Tuhan yang menguasai Fajar (QS. Al-Falaq: 1). Pagi adalah simbol kebangkitan, simbol semangat dalam menyambut datangnya hari di mana kita semua memulai aktivitas. Waktu Zuhur adalah titik pertengahan hari di mana garis bumi dan langit tegak lurus ke atas cakrawala dan matahari tepat berada di titik zenit kulminasi. Di waktu ini Allah SWT mempersilakan kita untuk memanjatkan rasa syukur kepada-nya di tengah rehat sejenak atas tekanan-tekanan pekerjaan. Ibadah shalat Zuhur selayaknya kita gunakan sebagai media untuk merenungkan segala perbuatan kita, kesibukan kita, mungkin juga kekhilafan kita akan nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, dan juga kelalaian kita akan karunia Allah SWT yang termanifestasi penuh di dalam tubuh kita. Nabi SAW pernah berkata, Ka lau aku membaca subhânallâh walhamdu lillâhi wa lâ ilâha illallâh wallâhu akbar, maka bacaan itu lebih aku sukai dari pada (men dapatkan kekayaan sebanyak) apa yang berada di ba wah sorot matahari. (HR. Muslim) Saat matahari rebah di bibir senja, Allah SWT mempersilakan kita untuk kembali berdiri menghadap kiblat memuji Kebesaran-Nya. Waktu Asar mungkin seperti musim gugur, usia senja, dan penghabisan waktu. Senja menyerukan kepada seluruh makhluk untuk bertafakur dan melakukan perenungan atas perbuatan-perbuatan yang telah kita lakukan, dan mensyukuri atas kesehatan, kebaikan, dan rezeki yang baik. Redupnya matahari mungkin dapat kita jadikan sandaran logika bahwa segala sesuatu di dunia ini tidaklah kekal. Mungkin kita yang rindu pada keabadian kelak dapat menunjukkan kepatuhan kita kepada Allah SWT dengan menyucikan diri dan melaksanakan shalat dengan khusyuk. Waktu Maghrib adalah momentum yang mungkin akan mengingatkan kita tentang kematian. Sebuah transisi dari terang menuju gelap. Langit yang menghitam adalah perwakilan dari keterasingan diri yang menciut di hadapan malam. Magrib adalah ruang dan waktu yang 7 / 8

menantang keterbatasan indra penglihatan kita. Di waktu ini kita dipesilakan untuk kembali berdiri sembari mensyukuri nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Rasa lelah karena bekerja seharian niscaya luluh di tengah sujud karena mengharapkan rida Allah SWT. Malam semakin pekat, bintang-gemintang bermunculan, sebuah hamparan tanda kebesaran-nya. Waktu Isya datang dan mungkin akan mengingatkan kita tentang ruang yang gelap, langit seperti dililit jubah hitam. Ketika malam datang, jiwa kita terkungkung dalam ketidakberdayaan, lemah, dan miskin. Itu mungkin itu sebabnya dahulu Nabi Ibrahim AS membuang keyakinannya akan bintang yang pernah ia anggap sebagai Tuhan, Saya tidak menyukai hal-hal yang terbenam. (QS. Al-An am: 76). Di waktu ini Allah SWT mempersilakan kita untuk meminta perlindungan dari Allah SWT, Tuhan yang akan menjauhkan kita dari kejahatan malam yang gelap gulita. (QS. Al-Falaq: 3) Malam mungkin dapat mengingatkan kita pada kekuasaan Allah SWT sang pengubah siang dan malam. Kegelapan mungkin dapat mengajarkan betapa rapuhnya entitas kita yang selalu ketakutan akan ruang sempit dalam kubur, alam barzakh. Sungguh betapa kita sangat membutuhkan belas kasih Allah SWT. Tidak ada yang mampu kita perbuat selain meminta setitik cahaya dari-nya untuk kita bawa serta di alam yang tak memiliki penerangan sama sekali kecuali cahaya yang kita bawa sendiri. Seluruh waktu shalat menunjuk pada revolusi yang berani, yang bernas, dan hanya mampu dibaca oleh orang-orang mau merenunginya. Kepastian akan turunnya karunia Allah SWT di waktu-waktu shalat yang ia tetapkan sungguhlah jelas. Karena memang waktu-waktu itu adalah hasil dari kebijaksanaan-nya yang sempurna. (wallahu a lam Bishawab) Hijrah Saputra 8 / 8