II. DESKRIPSI PROSES

dokumen-dokumen yang mirip
Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. DESKRIPSI PROSES

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

PABRIK GLISEROL DARI COTTON SEED OIL DENGAN PROSES HIDROLISA KONTINYU

PABRIK ASAM OLEAT DARI MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN PROSES CONTINUOUS HIGH PRESSURE SPLITTING AND FRACTIONAL DITILLATION L/O/G/O

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

Lisa Monica Rakhma Yuniar Aulia Ningtyas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BILANGAN ASAM TERHADAP HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT M.YUSUF RITONGA. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

BAB II DESKRIPSI PROSES. adalah sistem reaksi serta sistem pemisahan dan pemurnian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESKRIPSI PROSES. pereaksian sesuai dengan permintaan pasar sehingga layak dijual.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

Jalan Raya. Sungai. Out. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES Hidrasi langsung α-pinene dengan menggunakan katalis Chloroacetic

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Gliserol dari Epiklorohidrin dan NaOH Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

II. DESKRIPSI PROSES

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. DESKRIPSI PROSES. Tahap-tahap reaksi formaldehid Du-Pont untuk memproduksi MEG sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi

II. DESKRIPSI PROSES. Pada proses pembuatan asam salisilat dapat digunakan berbagai proses seperti:

BAB II DESKRIPSI PROSES. sodium klorat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: Larutan NaCl jenuh dielektrolisa menjadi NaClO 3 sesuai reaksi:

IV. NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 11,4 juta ton dan 8 juta ton sehingga memiliki kontribusi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Xylen dari Etil Benzen Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Furfural dari Tongkol Jagung dengan Kapasitas ton/tahun. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Macam Proses Fat Splitting Gambar 2 : ilustrasi fat splitting Twitchell Proses

BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan banyak berdirinya pabrik kimia di Indonesia. Kebutuhan produk

TUGAS PRA RANCANGAN PABRIK GLISEROL DARI CPO (Crude Palm Oil) DAN AIR DENGAN PROSES CONTINUOUS FAT SPLITTING KAPASITAS 44.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan dalam menghadapi persaingan perdagangan internasional.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang

II. DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan Air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

II. DESKRIPSI PROSES. (2007), metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene dengan. memproduksi vinyl chloride monomer (VCM). Metode ini dilakukan

Oleh : PABRIK BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI (METODE FOOLPROOF)

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin

Dari pertimbangan faktor-faktor diatas, maka dipilih daerah Cilegon, Banten sebagai tempat pendirian pabrik Aseton.

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

A. Sifat Fisik Kimia Produk

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PRA-RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN MINYAK MAKAN MERAH DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN KAPASITAS TON / TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN A. : ton/thn atau kg/jam. d. Trigliserida : 100% - ( % + 2%) = 97.83% Tabel A.1. Komposisi minyak jelantah

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

Bab III Metodologi Penelitian

Transkripsi:

II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia adalah sistem pereaksian serta sistem pemisahan dan pemurnian. Proses perubahan bahan baku menjadi produk terjadi dalam sistem pereaksian. Sistem pemroses bagi sistem pereaksian adalah reaktor. Sistem pemisahan dan pemurnian bertujuan agar hasil dari sistem pereaksian sesuai dengan permintaan pasar sehingga layak dijual, serta kadang juga diperlukan untuk menyiapkan bahan baku atau pun intermediat agar konsentrasi atau keadaannya sesuai dengan katalis yang membantu penyelenggaraan reaksi. Pemilihan sistem pemisahan dan pemurnian tergantung pada perbedaan sifat fisik dan sifat kimia dari masing-masing komponen yang ingin dipisahkan. Perbedaan sifat fisik yang bisa dimanfaatkan untuk memisahkan komponen-komponen dari satu campuran adalah perbedaan fasa (padat, cair atau gas), perbedaan ukuran partikel serta perbedaan tekanan uap atau titik didih. Perbedaan sifat kimia yang bisa dimanfaatkan untuk memisahkan komponenkomponen suatu campuran adalah kelarutan. Sistem pemroses pemisahan dan pemurnian yang paling lazim di pabrik kimia adalah distilasi dan ekstraksi.

8 Rangkaian sistem proses produksi ini dinamakan teknologi proses (biasa juga disebut proses). Pembentukan suatu produk dapat dilakukan dengan berbagai macam teknologi proses. A. Proses Pembuatan Asam Stearat Terdapat empat macam proses pembuatan asam stearat, yaitu proses twitchell, proses batch dengan menggunakan autoclave, proses continous, dan proses enzymatic (Gervajio, 2005). 1. Proses Twitchell Proses Twitchell merupakan suatu proses pembuatan asam lemak yang awal muncul. Proses ini biasa digunakan dalam industri kecil dan menengah karena beberapa keuntungan yang dimilikinya antara lain biaya awal yang rendah dan proses yang sederhana. Walaupun demikian terdapat kekurangan dalam proses ini, yaitu konsumsi energi yang tinggi, yield produk yang rendah dan waktu reaksi yang lama (Gervajio, 2005). Proses ini menggunakan reagen Twitchell dan asam sulfat sebagai katalis dalam proses hidrolisis minyak menjadi asam lemak. Deskripsi proses : Lemak dan minyak di campurkan dengan 1-2 % asam sulfat dan 0,75-1,25 % reagen Twitchell di dalam suatu reaktor tahan korosi. Campuran tersebut kemudian dididihkan pada tekanan atmosfir selama 36-48 jam dengan menggunakan steam. Proses tersebut di ulang sampai dua atau empat kali. Di akhir proses ditambahkan air dan campuran dididihkan untuk menghilangkan sisa asam yang masih tertinggal (Gervajio, 2005).

9 2. Proses Batch Dengan Menggunakan Autoclave Proses ini merupakan proses hidrolisis lemak dan minyak komersil yang tertua. Proses ini menggunakan katalis seperti zinc, magnesium atau kalsium oksida. Deskripsi proses : Lemak/minyak, air dan katalis dimasukkan ke dalam sebuah autoclave berbentuk silinder dengan panjang diameter 1.220-1.829 mm dan tinggi 6-12 m. Kemudian steam diinjeksikan secara kontinyu melalui bagian bottom autoclave. Hal ini dimaksudkan untuk menaikkan tekanan di dalam autoclave sampai mencapai 1.135 kpa. Setelah 6-10 jam sekitar 95 % lemak/minyak terkonversi menjadi asam lemak dan gliserol. Setelah direaksikan di dalam autoclave, isi autoclave kemudian dikirim ke dalam settling tank dimana akan terbentuk dua fasa, yaitu fasa asam lemak pada bagian atas dan fasa gliserin (sweet water) pada bagian bawah. Asam lemak kemudian dipisahkan dari sweet water, lalu dilakukan pencucian untuk menghilangkan pengotor dan asam mineral yang masih terkandung di dalamnya. (Gervajio, 2005). 3. Proses Hidrolisis Kontinyu Pada Tekanan dan Temperatur Tinggi Proses ini disebut juga dengan proses Colgate-Emery. Proses ini merupakan proses yang paling efisien dalam hidrolisis lemak/minyak menjadi asam lemak.

10 Hidrolisa lemak/minyak dengan H 2 O merupakan metode yang umum dipakai untuk menghasilkan asam lemak. Reaksi ini akan menghasilkan gliserol sebagai produk samping. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : CH 2 COOC 17 H 35 CH 2 OH CHCOOC 17 H 35 + 3 H 2 O (l) 3 C 17 H 35 COOH (l) + CH 2 OH CH 2 COOC 17 H 35 (l) CH 2 OH (l) Tristearin Air Asam Stearat Gliserol Reaksi ini dilakukan pada suhu 240 o C 260 o C dan tekanan 45 50 bar. Pada proses ini derajat pemisahan mampu mencapai 99 %. Hal yang membuat proses ini kurang efisien adalah karena proses ini memerlukan energi yang cukup besar dan komponen-komponen minor yang ada di dalamnya seperti β-karoten mengalami kerusakan. Temperatur dan tekanan yang tinggi membuat waktu reaksi menjadi semakin singkat. Derajat splitting semakin tinggi walau tanpa menggunakan katalis. Walaupun demikian, pemakaian katalis sangat dimungkinkan untuk semakin meningkatkan derajat splitting. (Gervajio, 2005). Deskripsi proses : Lemak/minyak dialirkan ke dalam fat splitting reaktor melalui suatu pompa bertekanan tinggi. Kemudian air dialirkan ke dalam fat splitting reaktor dengan rasio 40-50 % berat lemak/minyak. Proses

11 splitting dilakukan dengan menambahkan steam pada temperatur 250-260 o C (Gervajio, 2005). 4. Proses Hidrolisa Dengan Enzim Lipase Hidrolisa CPO secara enzimatik dilakukan dengan cara immobilized enzim lipase. Pada proses ini, kebutuhan energi yang diperlukan relatif kecil jika dibandingkan dengan proses hidrolisa CPO dengan H 2 O pada suhu dan tekanan tinggi. Pada proses ini, pemakaian enzim lipase dilakukan dengan cara berulang-ulang (reuse), karena harga enzim lipase yang sangat mahal. Reaksi yang terjadi pada proses hidrolisa secara enzimatik sama sepert reaksi hidrolisis yang terjadi pada proses hirolisis lemak atau minyak dengan menggunakan temperatur dan tekanan tinggi. Reaksi ini dilakukan pada kondisi optimum aktifitas enzim lipase yaitu pada suhu 35 o C dan ph 4,7-5. Derajat pemisahan pada proses ini mampu mencapai 90 % (Gervajio, 2005). B. Pemilihan Proses 1. Berdasarkan Reaksi dan Kondisi Operasi Dari keempat proses tersebut di atas, yang akan digunakan dalam perancangan pabrik asam stearat adalah proses hidrolisis kontinyu pada tekanan dan temperatur tinggi dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :

12 1. Proses hidrolisis kontinyu pada tekanan dan temperatur tinggi memiliki konversi yang lebih besar dibandingkan dengan proses yang lainnya. 2. Penggunaan air untuk proses hidrolisis lebih murah dan mudah terjangkau jika dibandingkan dengan penggunaan enzim lipase yang mahal. 3. Proses pemisahan antara air dengan asam lemak setelah proses hidrolisis lebih mudah dan sederhana jika dibandingkan dengan menggunakan enzim lipase ataupun reagen Twitchell. Perbandingan beberapa proses asam stearat dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1. Perbandingan Proses Pembuatan Asam Stearat No. Item Twitchell Process Jenis Proses Batch Process Colgate Emery Process Enzymatic Process 1. Konversi 75 % 95 % 99 % 90 % 2. Waktu hidrolisis 24 Jam 6-10 jam 1-3 Jam 72 Jam 3. Konsumsi energi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah 4. Kualitas produk Rendah Tinggi Medium Tinggi 5. Katalis Zn Twitchell Katalis atau Katalis Mg Enzim Reagent - reagent Katalis Lipase Katalis H 2 SO 4 CaO 2 6. Aspek lingkungan Kurang baik Kurang baik Baik Baik Sumber : JAOCS, Vol 56, 1979

13 2. Berdasarkan Keuntungan Berikut ini merupakan perbandingan konversi stearin menjadi asam lemak dengan menggunakan keempat proses hidrolisis yang telah dijelaskan sebelumnya : Tabel 2.2. Konversi Proses-proses Pembuatan Asam Stearat No. Jenis Proses Konversi 1. Proses Twitchell 75 % 2. Proses batch dengan menggunakan autoclave 95 % 3. Proses hidrolisis kontinyu pada temperatur dan tekanan tinggi 97-99 % 4. Proses hidrolisis dengan enzim lipase 90 % Berdasarkan perbandingan konversi antara keempat jenis proses, maka dapat diketahui bahwa proses hidrolisis secara kontinyu pada temperatur dan tekanan tinggi lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan ketiga jenis proses yang lainnya. C. Analisis Kelayakan Ekonomi Awal Basis : 1 kg Crude Stearin Komposisi Crude Stearin : 90 % Stearin 10 % Olein Massa Stearin = 0,9 x 1 kg = 0,9 kg Massa Olein = 0,1 x 1 kg = 0,1 kg Mol Stearin = 0,9 kg : 890 kg / kmol = 0,0010 kmol = 1,0112 mol Mol Olein = 0,1 kg : 884 kg / kmol = 0,0001 kmol = 0,1131 mol

14 Konversi : 98 % Mol Stearin = 1,0112 mol x 0,98 = 0,9910 mol Mol Olein = 0,1131 mol x 0,98 = 0,1109 mol Stoikiometri : Reaksi 1 : merupakan reaksi antara stearin dengan air menghasilkan asam stearat dan gliserol. C 57 H 110 O 6 (l) + 3 H 2 O (l) 3 C 17 H 35 COOH (l) + C 3 H 8 O 3 (l) Mula-mula : 0,9910 2,9730 0 0 Beraksi : 0,9910 2,9730 2,9730 0,9910 Setimbang : 0 0 2,9730 0,9910 Reaksi 2 : merupakan reaksi antara olein dengan air menghasilkan asam oleat dan gliserol. C 57 H 104 O 6 (l) + 3 H 2 O (l) 3 C 17 H 33 COOH (l) + C 3 H 8 O 3 (l) Mula-mula : 0,1109 0,3326 0 0 Beraksi : 0,1109 0,3326 0,3326 0,1109 Setimbang : 0 0 0,3326 0,1109 Sehingga massa produk asam lemak dan gliserol dapat diperoleh sebagai berikut : Asam stearat Asam oleat Gliserol = 2,9730 mol x 284 = 844,3416 gr = 0,8443 kg = 0,3326 mol x 282 = 93,7873 gr = 0,0938 kg = (0,9910 + 0,1109) x 92 = 101,3721 gr = 0,1014 kg

15 Harga : Asam stearat Asam oleat Gliserol Tristearin : Rp 9.579/kg (http://icispricing.com) : Rp 12.834/kg (http://icispricing.com) : Rp 12.369/kg (http://icispricing.com) : Rp 3.162/kg (http://icispricing.com) Harga Jual - Modal = Keuntungan Keuntungan = [ (0,8443 kg x Rp 9.579) + (0,0938 kg x Rp 12.834) + (0,1014 x Rp 12.369) ] [ 1 kg x Rp 3.162 ] = Rp 7.383,5995 D. Uraian Singkat Proses Pembuatan Asam Stearat Menurut Gervajio pada tahun 1995, proses pembuatan asam stearat dari tristearin ini dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu : 1. Proses Persiapan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan ialah tristearin yang nantinya akan dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserin dengan menggunakan air. Tristearin yang digunakan sebagai bahan baku berwujud padat, oleh karena itu, sebelum dialirkan ke dalam fat splitting reaktor tristearin yang digunakan dilelehkan terlebih dahulu di dalam feed preheater pada temperatur 120 o F. Selain stearin, air yang digunakan untuk proses hidrolisis merupakan deminerlized water. Sebelum direaksikan dengan tristearin, air

16 dipanaskan terlebih dahulu di dalam sebuah heater pada temperatur 140 o F. 2. Proses Hidrolisis Stearin Setelah dipanaskan, tristearin dan air dialirkan ke dalam reaktor dengan menggunakan pompa bertekanan tinggi. Tristearin dan air kemudian dikontakkan. Waktu kontak yang diperlukan antara stearin dan air ialah 3 jam. Sedangkan temperatur dan tekanan yang diperlukan di dalam reaktor ialah 260 o C dan 725 psia. Untuk mencapai temperatur tesebut digunakan steam dengan tekanan 800 psia. Reaksi yang terjadi pada proses hidrolisis adalah sebagai berikut : CH 2 COOC 17 H 35 CH 2 OH CHCOOC 17 H 35 + 3 H 2 O (l) 3 C 17 H 35 COOH (l) + CH 2 OH CH 2 COOC 17 H 35 (l) CH 2 OH (l) Tristearin Air Asam Stearat Gliserol Dari fat splitting reaktor, asam stearat, asam oleat, unreacted feed, gliserol dan air pada temperatur 260 o C keluar dari fat splitting reaktor. 3. Dekantasi Asam Lemak Crude fatty acid yang keluar dari fat splitting reaktor masih mengandung air dan gliserol. Oleh karena itu diperlukan proses pemisahan untuk memisahkan asam stearat dari air.

17 Proses pemisahan dilakukan dengan menggunakan sebuah tangki dekantasi. Air dan gliserol yang terkandung didalamnya keluar dari bagian bawah dekanter. Sedangkan asam lemak yang terdiri dari asam oleat dan asam stearat serta unreacted feed keluar dari bagian atas dekanter. 4. Distilasi Asam Lemak Asam lemak yang keluar dari tangki dekantasi masih mengandung sejumlah stearin dan olein yang tidak bereaksi. Feed yang tidak bereaksi ini dapat mempengaruhi tingkat kemurnian dan kualitas produk akhir. Oleh karena itu perlu dilakukan pemisahan antara campuran asam stearat dan asam oleat dengan lemak yang tidak bereaksi ini. Proses pemisahan dilakukan dengan menggunakan sebuah kolom distilasi. Asam lemak yang memiliki titik didih lebih rendah akan teruapkan dan keluar melalui bagian atas kolom distilasi. Sedangkan unreacted feed akan keluar dari bagian bawah kolom distilasi dan di reaksikan kembali untuk menghasilkan asam lemak. 5. Kristalisasi Asam Stearat Setelah keluar dari kolom distilasi, akan dilakukan pemisahan kembali antara asam stearat dengan asam lemak. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan perbedaan tingkat kejenuhan asam lemak pada larutan tertentu dan temperatur tertentu. Proses kristalisasi dilakukan dengan menggunakan pelarut dan pendinginan dengan menggunakan refrigerant amonia pada temperatur -30 o C. Kristal asam stearat yang terbentuk nantinya akan dipisahkan dari

18 larutan filtrat-nya yang terdiri dari asam stearat yang tidak mengkristal, asam oleat dan etil asetat di dalam sebuah centrifuge. 6. Drying Kristal-kristal asam stearat yang telah terpisah dari larutan filtratnya masih mengandung sedikit etil asetat dan asam oleat. Oleh karena itu, dilakukan distilasi untuk mengeluarkan toluene, benzene dan xylene dari asam stearat. 7. Purifikasi Asam Oleat Filtrat yang keluar dari dryer yang masih mengandung solvent akan dikeluarkan solvent-nya untuk digunakan kembali. Setelah terpisah dari solvent-nya, masing-masing produk kemudian masuk ke dalam tangki penyimpanannya masing-masing. 8. Proses Penanganan Produk Samping Produk samping yang terbentuk ialah gliserol. Dari proses reaksi hidrolisis tristearin dengan air, dihasilkan gliserol yang masih bercampur dengan air yang disebut dengan sweet water. Untuk meningkatkan nilai jual dari produk samping ini, maka perlu dilakukan proses pemekatan kandungan air yang bercampur dengan gliserol. E. Basis Perancangan Kebutuhan asam stearat di Indonesia pada tahun 2006 berdasarkan data Biro Pusat Statistik sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1 mencapai 6.759.231 kg/tahun. Perkiraan trend kebutuhan asam stearat di Indonesia pada

19 tahun 2014 secara pendekatan linier mencapai 39.304 ton/tahun. Kapasitas pabrik asam stearat akan dirancang sebesar 20.000 ton per tahun.