K O P A L SNI

dokumen-dokumen yang mirip
G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

SNI Gondorukem. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Lada hitam. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Inti kelapa sawit. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Minyak terpentin SNI 7633:2011

Desikator Neraca analitik 4 desimal

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

Pupuk dolomit SNI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

Pupuk super fosfat tunggal

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

SNI Standar Nasional Indonesia. Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

snl %ts Gara uii kadar abu, silika dan silikat dalam kayu dan PulP kayu snl Standar Nasional Indonesia rcs

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di. PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah.

BAB 3 BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

3. MATERI DAN METODE. Gambar 2. Alat Penggilingan Gabah Beras Merah. Gambar 3. Alat Penyosohan Beras Merah

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

r = pengulangan/replikasi 15 faktor nilai derajat kebebasan Penurunan bilangan peroksida pada minyak jelantah.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pupuk SP-36 SNI

BAB V METODOLOGI. Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : memanaskannya pada oven berdasarkan suhu dan waktu sesuai variabel.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

Biji mete kupas (cashew kernels)

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kandang A, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Industri keripik pisang milik Bapak Heriyanto di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2015 di Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu tempat pengolahan tempe milik pasangan

BAB 3 METODE PERCOBAAN. - Heating mantle - - Neraca Analitik Kern. - Erlenmeyer 250 ml pyrex. - Beaker glass 50 ml, 250 ml pyrex. - Statif dan klem -

Tabel Lampiran 1. Deskripsi profil tanah Andosol dari hutan Dusun Arca Order tanah : Andosol

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

METODE. Materi. Rancangan

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

PENGAMBILAN SAMPEL AIR

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

METODOLOGI PENELITIAN

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

Transkripsi:

K O P A L SNI 01-5009.10-2001 1. Ruang lingkup Standar ini menetapkan istilah dan definisi, klasifikasi mutu, syarat mutu, cara uji, pengemasan dan penandaan Kopal, sebagai pedoman pengujian Kopal yang diproduksi di Indonesia. 2. Acuan normatif 2.1 Keputusan Direksi Perum Perhutani No. 478/KPTS/Dir/1991 tanggal 10 Mei 1991 tentang Pedoman Sortasi Kopal. 2.2 ASTM E11 3. Istilah dan definisi Untuk keperluan standar ini selanjutnya digunakan istilah dan definisi sebagai berikut : 3.1 kopal getah padat yang diperoleh dari pohon Agatis (Agathis sp.), yang umumnya berwarna kuning bening atau kuning pucat 3. 2` kandungan kotoran banyaknya kotoran berupa tatal dan atau daun yang tercampur pada kopal dan tidak larut dalam larutan etanol toluol p.a 2 : 1 atau pelarut organik lain 3.3 kering keadaan butir kopal yang tidak melekat/menggumpal/menyatu/lengket 3.4 abu sisa pembakaran kopal pada suhu (625 ± 5) C dinyatakan dalam persen (%) 3.5 duplo pengujian yang dilakukan dua kali ulangan 4. Klasifikasi mutu Mutu kopal dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelas mutu sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Klasifikasi mutu Tanda mutu pada No M u t u Dokumen Kemasan Keterangan 1 Utama U U pada kemasan dengan cat hitam 2 Pertama P P sda 5. Persyaratan Mutu 5.1 Penetapan mutu kopal 5.1.1 Penetapan mutu kopal dapat dilakukan dengan cara uji visual dan atau uji laboratories. angin

5.1.2 Penetapan mutu kopal berdasarkan uji visual meliputi : warna, ukuran butir kopal dan kekeringan. 5.1.3 Penetapan mutu kopal berdasarkan uji laboratoris meliputi : bilangan asam, bilangan penyabunan, titik lunak, kadar abu dan kadar kotoran. Uji laboratoris dilaksanakan apabila diperlukan atau untuk pembuatan contoh standar mutu kopal. 5.2 Persyaratan umum 5.2.1 Uji visual Persyaratan umum uji visual meliputi : kopal harus bersih dan mempunyai bau khas kopal. 5.2.2 Uji laboratoris Bilangan asam : 125 150; Bilangan penyabunan : 140 170; Titik lunak : 90 o C 130 o C. 5.3 Persyaratan khusus Persyaratan khusus mutu kopal, dapat disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Persyaratan khusus mutu kopal Persyaratan mutu No Jenis uji Satuan U P A. Uji visual 1 arna - kuning bening - s/d pucat 2 Ukuran - besar kecil butir 3 Kekeringan - kering angin - B. Uji laboratoris 1 Kadar % maks 2,0 maks 5,0 kotoran 2 Kadar abu % maks 0,25 maks 0,5 6. Cara uji 6.1 Cara uji visual 6.1.1 Prinsip Pengujian dilakukan secara visual, dengan menggunakan uji organoleptik. 6.1.2 Peralatan Contoh standar mutu kopal, timbangan dan saringan/ayakan dengan ukuran 1 cm x 1 cm, kepang dari bambu, lembaran plastik, alat pemukul (palu) dan alat penampi (tampah) dan seng rata. 6.1.3 Prosedur pengujian 6.1.3.1 Uji warna Membandingkan warna contoh kopal dengan warna contoh standar mutu kopal pada tempat yang terang (dengan penerangan yang cukup). 6.1.3.2 Uji ukuran butiran Kopal diayak dengan saringan/ayakan ukuran 1 cm x 1 cm, di atas lembaran plastik. Kopal yang lolos dari ayakan disebut kopal butir kecil, sedangkan yang tidak lolos disebut kopal butir besar. 6.1.3.3 Uji kekeringan Kopal diayak dengan saringan/ayakan ukuran 1 cm x 1 cm. Butir kopal yang lolos dari ayakan menunjukkan butir kopal telah kering angin, sedangkan yang tidak lolos dan terlihat menggumpal/lengket, selanjutnya ditampi dengan alat penampi untuk memisahkan kopal butir besar yang kering udara dengan kopal yang masih basah/lembab, yang ditunjukkan dengan adanya butir kopal yang menggumpal/

lengket. Untuk memperbaiki mutu kopal, kopal yang masih basah/lembab dihamparkan di atas kepang dari bambu untuk dikering-udarakan lebih lanjut. Kopal yang masih menggumpal/lengket sebelumnya dihancurkan dengan menggunakan alat pemukul. 6.1.3.4 Uji kebersihan Membandingkan contoh kopal dengan kebersihan contoh standar mutu kopal pada tempat yang terang (dengan penerangan yang cukup). 6.1.3.5 Uji bau Contoh kopal di uji dengan indra penciuman hingga tercium bau khas kopal. 6.2 Cara uji laboratoris 6.2.1 Bahan Bahan yang digunakan meliputi : larutan campuran etanol - toluol proanalisis (p.a.) 2 : 1, larutan standar KOH 0,5 N, larutan indikator phenolphthalein (PP) 1 % dalam alkohol 95 %, larutan KOH 0,5 N dalam alkohol 95 % dan larutan standar HCl 0,5 N. 6.2.2 Peralatan Timbangan analitik, buret 50 ml, erlenmeyer 300 ml, alat ukur titik lunak (melting point apparatus), cawan porselin, tanur listrik, desikator, pipet 25 ml, oven, kondensor refluk, gelas piala 400 ml, penangas dan saringan/ayakan 200 mesh. 6.2.3 Pengambilan contoh Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung dengan maksimum 30 karung tiap partai barang, kemudian dari tiap karung diambil sebanyak ± 100 gram sebagai contoh. Contoh contoh tersebut diaduk/dicampur hingga merata, kemudian dibagi menjadi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Kemudian contoh dibungkus dalam kantong plastik rangkap dua, bersih, kering dan tidak cacat. Kantong plastik ditutup rapat sehingga tidak ada kebocoran, disegel dan diberi etiket (label) yang bertuliskan nomor karung, tanggal pengambilan contoh serta identitas pengambil contoh. 6.2.4 Prosedur kerja pengujian 6.2.4.1 Uji bilangan asam 6.2.4.1.1 Prinsip Banyaknya KOH (mg) untuk menetralkan 1 gram lemak yang terkandung dalam senyawaan kopal. 6.2.4.1.2 Prosedur Timbang dengan teliti ± 4 gram contoh kopal yang telah dibuat serbuk halus dalam Erlenmeyer 300 ml. Larutkan dengan larutan etanol toluol proanalisis (p.a.) 2 : 1 sebanyak 100 ml. Panaskan sampai suhu 60 C 70 C, kemudian kocok sampai larut. Tambahkan 3 tetes indikator PP 1 %. Dalam keadaan yang masih panas titrasi dengan KOH 0,5 N. Titik akhir titrasi dicapai apabila penambahan 1 tetes basa menghasilkan sedikit perubahan warna yang jelas dan dapat bertahan selama ± 15 detik. Lakukan pekerjaan dua kali (duplo). Perhitungan bilangan asam dicari dengan rumus : V x N x 56,1 Bilangan asam = ------------------------ V adalah volume KOH 0,5 N yang diperlukan (ml). N adalah normalitas KOH. 56,1 adalah berat molekul KOH.

6.2.4.2 Uji titik lunak 6.2.4.2.1 Prinsip Suhu pada saat kopal menjadi lunak, diukur dengan alat ukur titik lunak, dinyatakan dalam derajat Celcius ( 0 C) 6.2.4.2.2 Prosedur Hancurkan contoh kopal sampai sebesar butiran beras. Satu butir contoh ditaruh di atas gelas objek alat ukur titik lunak (melting point apparatus). Setelah alat dipanaskan, catat suhu pada saat contoh mulai mengalami perubahan bentuk dari padat menjadi lunak, suhu pada saat itu dicatat sebagai titik lunak kopal yang diuji. 6.2.4.3 Uji kadar abu 6.2.4.3.1 Prinsip Contoh diabukan pada suhu (625 ± 5) C, sisa hasil pengabuan dihitung sebagai abu dalam contoh. 6.2.4.3.2 Prosedur Timbang dengan teliti ± 5 gram contoh kopal yang telah dibuat serbuk halus dalam cawan porselen 100 ml. Arangkan contoh dengan tanur listrik selama ± 1 jam. Sempurnakan pemijaran dengan jalan menempatkan cawan dalam tanur pada suhu (625 ± 5) C sampai diperoleh abu berwarna abu abu. Pijarkan kembali cawan tersebut pada tanur listrik selama ± 30 menit, dinginkan dalam desikator dan timbang berat tetap. Lakukan pekerjaan dua kali (duplo). Perhitungan kadar abu total dicari dengan rumus : ( 2 - ) Abu total ( % ) = ------------------------- x 100 % ( 1 - ) adalah berat cawan kosong (g). 1 adalah berat cawan dan contoh (g). 2 adalah berat cawan dan abu (g). 6.2.4.4 Uji bilangan penyabunan 6.2.4.4.1 Prinsip Banyaknya KOH (mg) untuk menyabunkan 1 gram lemak baik asam lemak bebas maupun terikat yang terkandung dalam senyawaan kopal. 6.2.4.4.2 Prosedur Timbang dengan teliti ± 4 gram contoh kopal yang telah dibuat serbuk halus dalam erlenmeyer 300 ml. Larutkan dengan larutan etanol toluol p.a. 2 : 1 sebanyak 100 ml dan masukkan larutan KOH 0,5 N sebanyak 50 ml. Panaskan erlenmeyer di atas penangas dan dihubungkan dengan kondensor refluk selama ± 1 jam. Titrasi kelebihan larutan KOH sewaktu larutan masih panas dengan HCl 0,5 N dan indikator PP 1 %. Buat penetapan blangko yang terdiri dari 100 ml larutan etanol toluol p.a. 2 : 1 dan 50 ml larutan KOH 0,5 N yang sama dalam waktu dan kondisi yang sama. Perhitungan bilangan penyabunan dicari dengan rumus :

( V 2 - V 1 ) x N x 56,1 Bilangan penyabunan = ------------------------------------ V 1 adalah volume HCl 0,5 N yang dibutuhkan untuk titrasi contoh (ml). V 2 adalah volume HCl 0,5 N yang dibutuhkan untuk titrasi blangko (ml). N adalah normalitas HCl yang digunakan. 56,1 adalah berat molekul KOH. 6.2.4.5 Uji kadar kotoran 6.2.4.5.1 Prinsip Bahan tak larut dalam etanol toluol p.a. 2 : 1 ditentukan dengan penyaringan saringan / ayakan 200 mesh. 6.2.4.5.2 Prosedur Timbang dengan teliti ± 50 gram contoh yang telah dibuat serbuk halus kemudian larutkan dalam gelas piala 400 ml dengan larutan etanol toluol p.a. 2 : 1 sebanyak ± 200 ml, panaskan pada temperatur 60 C 70 C aduk hingga larut. Contoh yang sudah larut dalam pelarut etanol toluol p.a. 2 : 1 segera disaring melalui saringan 200 mesh. Bilas saringan dengan larutan etanol toluol p.a. 2 : 1 Saringan beserta isi dipanaskan dalam oven 105 C 110 C selama ± 1 jam, kemudian dinginkan selama ± 15 menit dan ditimbang. Lakukan perkerjaan dua kali (duplo). Perhitungan bahan tak larut dalam etanol toluol p.a. 2 : 1 dicari dengan rumus : ( 1-2 ) Kadar kotoran = ------------------------- x 100 % 1 adalah berat saringan + isi sebelum dipanaskan (g). 2 adalah berat saringan + isi setelah dipanaskan (g). 6.3 Syarat lulus uji Kopal dianggap lulus uji apabila hasil ujinya sesuai dengan persyaratan umum dan persyaratan khusus. 7. Pengemasan dan penandaan 7.1 Pengemasan. Kopal dikemas dalam karung goni dilapisi kantong plastik dengan berat bersih 50-70 kg atau sesuai permintaan. 7.2 Penandaan. Kopal yang telah diuji harus diberi tanda dengan cat hitam pada karung goni antara lain : buatan Indonesia, nama barang, TPP (Tanda Pengenal Perusahaan), nomor karung, berat kotor, berat bersih, mutu barang.