BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi mencari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK DAERAH BUPATI PURWAKARTA,

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah dalam rangka menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

PEMBUAT DOKUMEN. Kasubbag Program KADIPENDA Kasubbag Umum KADIPENDA Perda Pajak Dipenda Bupati INHU 2011

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. Jenis pajak yang ada di Negara Indonesia dibagi menurut :

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 1 (satu) disebutkan, bahwa Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Pajak

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 19 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kebudayaan manusia dalam era globalisasi menuntut

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 10 Tahun 2006 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2010 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK RESTORAN

- 1 - BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PENGGUNAAN LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

BUPATI TANGERANG, 3. Undang...

PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Supriyanto, 2011). (Supadmi, 2009).

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

11 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2002 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah; 12 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pajak Parkir;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT

WALIKOTA LHOKSEUMAWE

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR,

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 05 TAHUN 2008

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus

LEMBARAN DAERAH K O T A L H O K S E U M A W E

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memerhatikan masalah pembiayaan pembangunan menurut Waluyo (2011:2). Reformasi Perpajakan di Indonesia telah dilakukan pertama kali pada tahun 1983 dimana saat itu terjadi reformasi atau perubahan sistem mendasar atas pengelolaan perpajakan Indonesia dari sistem official assesment ke sistem self assesment. Perubahan sistem ini bertujuan untuk mengurangi kontak langsung antara Aparat Pajak dengan Wajib Pajak yang sebelumnya dikhawatirkan dapat menimbulkan pratek-praktek ilegal untuk menghindari atau mengurangi kewajiban perpajakan para Wajib Pajak yang bersangkutan menurut Sari (2013). Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan, wajib pajak yang selanjutnya disebut adalah orang pribadi atau badan, yang meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 1

2 Menurut Ratih (2014), Penerimaan pendapatan pajak agar dapat berlangsung secara maksimal tentunya membutuhkan kesadaran masyarakat untuk mematuhi kewajiban perpajakan yang berlaku. Persoalan mengenai kepatuhan pajak telah menjadi persoalan yang penting di Indonesia karena jika Wajib Pajak tidak patuh maka dapat menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan dan pelalaian pajak yang pada akhirnya akan merugikan negara yaitu berkurangnya penerimaan pajak. Pemberian kewenangan kepada daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah telah mengakibatkan pemungutan berbagai jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pemungutan ini harus dipahami oleh masyarakat sebagai sumber penerimaan yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Untuk mengatur tentang pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, pemerintah bersama dengan DPR telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian

3 disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001. Pajak-pajak daerah tersebut adalah: pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak hotel, pajak restoran,pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan, pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C. (Suryadi:2007). Menurut Jan Remmelink (2003) istilah sanksi dalam khasanah ilmu hukum tidak bisa dipisahkan dengan hukum pidana atau dengan kata lain istilah sanksi selalu melekat dalam hukum pidana. Umumnya sanksi itu muncul dalam bentuk pemidanaan, pengenaan secara sadar dan matang suatu azab oleh instansi penguasa yang berwenang kepada pelaku yang bersalah melanggar aturan hukum.instansi kekuasaan yang berwenang, hakim pidana, tidak sekadar menjatuhkan sanksi, namun juga menjatuhkan tindakan untuk pelanggaran norma yang dilakukan karena salah dan kadangkala juga karena kelalaian (Prihatno, 2011). Sanksi pajak berdasarkan pasal 7 UU KUP No.28 Tahun 2007 dikenakan apabila wajib pajak tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) tepat waktu sesuai dengan jangka waktu pemyampaian SPT atau batas waktu perpanjangan surat pemberitahuan dimana jangka waktu tersebut adalah sesuai dengan pasal 3 ayat 3 dan pasal 3 ayat 4 Undang Undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 28 tahun 2007 masing masing yang berbunyi : 1. Untuk surat pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa pajak.

4 2. Untuk Surat Pemberitahuan tahunan Pajak Penghasilan wajib pajak orang pribadi, paling lama 3 bulan setelahakhir tahun pajak. 3. Untuk surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan Wajib pajak Badan, paling lama 4 bulan setelah akhir tahun pajak. Sanksi perpajakan merupakan jaminan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan Mardiasmo (2011:59). Menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2010, adapun beberapa sanksi yang dietapkan untuk wajib pajak mengenai peraturan pajak reklame. Antara lain: 1. Dalam hal pembayaran pajak yang terutang dilakukan setelah melewati batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan. 2. Jatuh tempo pajak yang terutang ditetapkan Walikota 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak. 3. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipenuhi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya SKPD oleh wajib pajak atau penanggung pajak, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) dari pokok pajak setiap bulan dihitung dari pajak yang kurang dibayar atau terlambat dibayar yang ditagih melalui STPD.

5 Kota Bandung merupakan salah satu daerah yang diberi kewenangan untuk melaksanakan otonomi daerah dan salah satu pendapatan daerah yang diperoleh Kota Bandung berasal dari sektor pajak, Kota Bandung memiki peluang untuk menggali pajak daerah terutama dari pajak hotel dan restoran, hiburan, reklame, dan sebagainya. Adapun pendapatan pajak Kota Bandung yang diperoleh selama tahun 2008-2013 adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Perubahan (Rp) % Pertumbuhan 2008 322.880.537.428 297.398.936.477 - - 2009 283.908.133.020 372.423.970.433 75.025.033.956 25.23 2010 416.051.806.357 440.331.559.083 67.907.588.650 18.23 2011 719.575.563.243 675.486.246.658 235.154.678.575 53.40 2012 934.809.515.372 993.092.334.694 317.606.088.036 47.02 2013 1.407.759.106.133 1.442.775.238.323 449.682.903.629 45.28 Rata-Rata 680.830.776.926 703.584.714.278 229.075.260.369 37.83 Sumber: Disyanjak Kota Bandung Dari tabel 1.1 di atas terlihat laju pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung dari tahun 2008-2013 mengalama peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Dari media online yang bersumber dari jabar.tribunnews yang diterbitkan oleh TSM (2013) yaitu pada bulan Agustus tahun 2013 Pendapatan Asli Daerah telah mencapai 45,28% dari target yang sudah ditentukan yaitu sebesa Rp. 1.407 triliun. Hal ini berbanding lurus dengan realisasi yang diperoleh

6 hingga bulan Desember yaitu mencapai Rp. 1.442 triliun yang tentunya melebihi target yang telah dianggarkan.

7 Tabel 1.2 Sumber dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Tahun 2013 NO Uraian Tahun 2013 % Realisasi Pendapatan (Rp) Pendapatan Asli Daerah (RP) Kontribusi 1 Pajak Daerah 1.194.087.447.016 1.442.775.238.323 82.76 2 Retribusi Daerah 115.506.811.284 1.442.775.238.323 8.01 3 4 Hasil pengel. Kekayaan Daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah Sumber: Disyanjak Kota Bandung 11.662.442.681 1.442.775.238.382 0.81 121.518.537.342 1.442.775.238.282 8.42 Dilihat dari semua komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pajak Daerah merupakan penyumbang terbesar, sehingga muncul anggapan bahwasanya Pendapatan Asli Daerah (PAD) identik dengan Pajak Daerah. Berdasarkan table 1.2 pada tahun 2013 Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung 82.76% diperoleh dari Pajak Daerah. Sesuai Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, ada beberapa jenis pajak yang masuk kas Dispenda Kota Bandung diantaranya Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, dan yang terakhir Pajak Parkir. Karena pendapatan atas pajak reklame menunjukan kenaikan dan penurunan pada setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

8 Tahun Anggaran (Rp) Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan Pajak Reklame Kota Bandung Tahun (2008 2013) Realisai pajak Reklame (Rp) Perubahan (Rp) Sanksi (%) % Pertumbu han 2008 21.536.019.428 16.799.009.478-12 - 2009 20.969.377.479 32.445.842.669 15.646.833.191 10 93.14 2010 13.000.000.000 11.616.090.321-20.829.752.348 18-64.20 2011 12.000.000.000 15.606.524.773 3.990.434.452 14 34.35 2012 15.500.000.000 18.512.330.978 2.905.806.205 16 18.62 2013 18.500.000.000 17.603.910.300-908.420.678 18 4.91 Rata-rata 16.917.566.151 18.763.951.420 160.980.164 2.44 15.00 Sumber: Disyanjak Kota Bandung Berdasarkan tabel 1.3 Laju Perumbuhan Pajak Reklame di Kota Bandung cenderung berfluktuatif seperti penurunan yang terjadi pada tahun 2010 dan tahun 2013, akan tetapi penurunan yang cukup drastis terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar -20.905 miliar. Dalam media online bisnis.com yang diberitakan oleh Ringkang (2012) bahwa menurut Sekertaris Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung pertumbuhan pajak reklame yang fluktuatif menyulitkan untuk menentukan target terhadap Pendapatan Asli Daerah. Pertumbumbuhan fluktuatif diperkirakan karena maraknya reklame ilegal yang juga merugikan pengusaha reklame yang selalu berusaha mengurusperizinan.(yt Sudianti, 2014) Menurut Arsa Bandi (2012), terdapat kemungkinan pemilik reklame menghindari pengurusan izin karena adanya anggapan bahwa dalam pengurusan izin harus melewati birokrasi yang berbelit belit, memerlukan waktu lama dan memerlukan biaya yang tidak sedikit, yang tanpa disadari, tindakan ini merupakan tindakan yang melanggar hukum.menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Reklame

9 (ASPER) Kota Bandung, menyatakan banyaknya perizinan yang harus dilakukan sangat menyulitkan pengusaha reklame untuk mengembangkan lokasi baru. Berdasarkan uraian permasalahan diatas, upaya pemerintah kota Bandung untuk menertibkan reklame liar yaitu agar memperbaiki tata ruang kota Bandung, selain itu agar tidak ada lagi pengusaha hasil usahanya tidak berkontribusi kepada pajak daerah. Menurut Hidayat (2000) dalam Rahmi (2013), mengemukakan bahwa apa yang dilakukan daerah dengan berupaya optimal untuk meningkatkan Pendapatan Asli Derah (PAD) adalah salah satu upaya untuk memperkuat kemandirian keuangan daerah. Pelaksanaan administrasi pajak daerah berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 dalam pasal 2 terdiri dari: Pendaftaran dan Pendataan; Penetapan; Penyetoran; Angsuran dan Permohonan Penundaan Pembayaran; Pembukuan dan pelaporan; Keberatan dan banding; Penagihan; Pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi; dan Pengembalian kelebihan pembayaran. Jika pelaksanaan administrasi pajak tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan secara efektif maka tujuan dalam memperoleh penerimaan pajak pun akanoptimal. Pemkot Bandung sebagai suatu organisasi pemerintah yang besar dalam pelaksanaan kegiatan administrasi perpajakan daerahnya belum mencapai tingkat optimal. Hal ini ditunjukkan dengan fenomena-fenomena yang terjadi seperti terhitung sejak 2008 hingga pertengahan 2009, tercatat tunggakan pajak daerah dari para wajib pajak di Kota Bandung mencapai lebih dari Rp 4 miliar.

10 Berdasarkan data Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Kota Bandung, dari total pajak daerah pada 2008 lalu sebesar Rp2,8 miliar, baru tertagih Rp1,1 miliar atau Rp1,7 miliar belum terbayarkan. Sementara untuk tunggakan pajak hingga pertengahan tahun ini mencapai 2,3 miliar. Hasilnya, jika diakumulasi total bisa mencapai Rp4 miliar. Fenomena lainnya yang terjadi yaitu pelaksanaan administrasi pajak daerah pada dispenda Kota Bandung dirasakan kurang efektif,karena banyak yang masih menggunakan sistem manual padahal kemajuan teknologi sudah sangat pesat. Upaya pemerintah daerah harus terus ditingkatkan dalam mengembangkan administrasi pajak daerah agar upaya dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah dapat terlaksana dengan baik (Ulam Sinaga:2011). Fenomena yang terjadi diatas menunjukkan bahwa belum sepenuhnya pemerintah daerah menjalankan administrasi pajak daerah dengan baik. Faktor yang dapat menimbulkan ketidakefektifan pelaksanaan sistem administrasi pajak daerah disini masalah pada sistem yang diimplementasikan, dan sumber daya manusia yang belum sepenuhnya mendukung implementasi sistem tersebut. Pada dasarnya adanya pelaksanaan administrasi pajak yang baik akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Ditinjau dari lembaga pemungutnya pajak pengertian pajak daerah menurut Siahaan (2005:4) Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerahkepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yangseimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan perundang-undanganyang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraanpemerintah daerah.

11 Berdasarkan fenomena yang ada pada saat ini masih ada wajib pajak yang belum patuh dalam melaksanakan kewajibannya karena berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata masih banyak maraknya reklame ilegal yang juga merugikan pengusaha reklame yang selalu berusaha mengurus perizinan dan pengusaha hasil usahanya tidak berkontribusi kepada pajak daerah.berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Sanksi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasi masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana gambaran penerapan sanksi pajak reklame di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung periode 2008-2013? 2. Bagaimana gambaran pendapatan asli daerah di Kota Bandung periode 2008-2013? 3. Apakah penerapan sanksi pajak reklame berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah di Kota Bandung periode 2008-2013? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data serta informasi yang meupakan gambaran nyata mengenai pengaruh penerapan sanksi pajak

12 terhadap pendapatan asli daerah pada Pemerintahan Kota Bandung. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui bagaimana gambaran penerapan sanksi pajak reklame di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung periode 2008-2013. 2. Mengetahui bagaimana gambaran pendapatan asli daerah di Kota Bandung periode 2008-2013. 3. Mengetahui apakah penerapan sanksi pajak reklame berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah di Kota Bandung periode 2008-2013. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan menghasilan informasi yang akurat dan valid, disamping itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan, diantaranya : 1. Untuk Penulis Hasil penelitian ini akan memberikan wawasan pengetahuan mengenai bagaimana penerapan sanksi pajak reklame terhadap peningkatan asli daerah dan memahami perbandingan antara konsep teori yang diberikan selama perkuliahan dengan penerapan dalam suatu instansi. 2. Untuk Instansi Pemerintahan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintahdaerah khususnya pemerintah daerah Kabupaten Bandung dalammemaksimalkan penerimaan dan menentukan kebijakan

13 dalampermasalahan pajak daerahdalam menunjang peningkatan pendapatan asli daerah. 3. Untuk akademis Penelitian ini dapat dijadikan referensi dan informasi yang dapat memberikan perbandingan dalam melakukan penelitian dalam bidang yang sama. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung yanng berlokasi di Jalan Wastukencana No. 2 Bandung. Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan bulan April 2015.