BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Bagian Pendahuluan ini akan menguraikan rencana penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya. Optimalisasi serta peningkatan efektivitas dan efisiensi di

BAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

I. PENDAHULUAN. keluar beberapa peraturan pemerintah yaitu undang undang 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah, Undang Undang 33 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah di Indonesia kini sedang mengalami masa transisi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas tentang kebijakan mengenai Sistem Pengendalian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Good Governance Government adalah pemerintahan yang paling. diimpikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, dimana pemerintahannya

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi Salam sejahtera bagi kita semua,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manajemen sektor publik melalui perwujudan New Public

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/ DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Namun demikian, masih banyak

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah merupakan hal yang. pemberi pelayanan publik kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Rochmansjah (2010) ditandai dengan adanya penyelenggaraan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

BAB I PENDAHULUAN. Idealnya Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) mendapatkan opini

BAB. I PENDAHULUAN. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa: Pengelolaan Barang Milik Daerah

-4- (2) Badan dipimpin oleh Kepala Badan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BABl PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif

BAB I PENDAHULUAN. yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah. Pemerintah Daerah memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu wujud keberhasilan pemerintah adalah dengan mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan lebih rinci lagi dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan sektor publik khususnya laporan keuangan. pemerintah adalah wujud dan realisasi pengaturan pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manajemen keuangan daerah tidak terlepas dari perencanaan dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang penelitian. Dimulai ketika runtuhnya orde baru dan dimulainya era reformasi,

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan pemerintah merupakan komponen penting dalam

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 2016, serta pengamatan langsung kondisi tahun 2017 diperoleh simpulan hasil sebagai

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PENGENDALIAN INTERNAL BARANG MILIK DAERAH (BMD) PADA DINAS PPKAD KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik terutama di bidang keuangan, maka diperlukanlah suatu reformasi keuangan negara. Reformasi keuangan Negara tersebut ditandai dengan adanya Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 mengenai Perbendaharaan Negara. Reformasi bidang keuangan Negara ini mencakup reformasi di bidang pengelolaan barang milik/kekayaan Negara. Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara ini merupakan salah satu unsur penting yang harus dilakukan oleh pemerintah. Hal tersebut dikarenakan Barang Milik Negara merupakan semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau pun berasal dari perolehan lainnya yang sah. Dikarenakan perolehannya berasal dari APBN atau perolehan lain yang sah, maka diperlukan pengelolaan yang baik sehingga menghasilkan suatu laporan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tidak hanya pemerintah pusat yang harus mengelola barang milik negara, namun pemerintah daerah pun memiliki kewajiban yang sama dalam hal pengelolaan barang milik daerah. Adanya pelimpahan wewenang dari pusat pada daerah merupakan salah satu alasan mengapa daerah harus mengelola barang milik daerahnya. Otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang No 33 Tahun 2004 1

2 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, mengakibatkan daerah memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk mengatur urusan pemerintahannya dan mengelola sumberdaya daerah demi terciptanya suatu kesejahteraan masyarakat di daerahnya. Pengelolaan barang milik daerah ini merupakan bagian dari pengelolaan keuangan daerah yang dilaksanakan terpisah dari pengelolaan barang milik Negara. Di dalam Permendagri nomor 17 tahun 2007 mengenai Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, mengatakan bahwa barang milik daerah dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan lainnya yang sah. Barang milik daerah sendiri adalah potensi ekonomi yang dimiliki setiap daerah. Potensi ekonomi bermakna adanya manfaat finansial dan ekonomi yang bisa diperoleh pada masa yang akan datang, yang bisa menunjang peran dan fungsi pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan publik kepada masyarakat. (syukriy.wordpress.com) Pengelolaan barang milik daerah merupakan salah satu unsur penting yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah, sebab pengelolaan barang milik daerah ini akan berpengaruh terhadap nilai pada laporan keuangan pemerintah daerah terutama pada neraca pemerintah daerah. Pengelolaan barang milik daerah sendiri dimulai dari perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaaan, penerimaan penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan

3 pengawasan dan pengendalian, pembiayaan serta tuntutan ganti rugi, hal tersebut disebutkan didalam Permendagri nomor 17 tahun 2007 mengenai Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah serta Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah. Kompleksnya pengelolaan barang milik daerah ini, masih membuat beberapa daerah di Indonesia belum melaksanakan pengelolaannya secara baik terutama dalam hal penatausahaan barang milik daerah. Penatausahaan barang milik daerah sendiri terdiri atas pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan barang milik daerah. Barang milik daerah yang dikelola di pengguna anggaran maupun kuasa pengguna anggaran haruslah dilaporkan dengan baik karena akan berpengaruh pada neraca pemerintah daerah dan terhadap pengamanan aset daerah itu sendiri. Hal tersebut jika tidak dilakukan dengan baik, maka akan mengakibatkan laporan pemerintah daerah maupun keamanan aset daerah tidak dapat dipertanggungjawabkan karena data yang masuk dalam laporan tidak relevan, imbasnya adalah munculnya opini BPK seperti wajar dengan pengecualian, tidak wajar dan tidak memberikan pendapat dikarenakan terdapatnya temuan BPK dalam pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya hasil pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia. Berikut merupakan temuan BPK terhadap pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia yang diambil dari Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Tahun 2010, terkait dengan pelaporan barang milik daerah.

4 1. Di Provinsi Riau, proses penyusunan laporan tidak sesuai dengan ketentuan, yaitu penatausahaan aset tetap belum tertib karena SKPD secara akuntansi belum menyelenggarakan buku besar dan atau buku pembantu aset tetap. Hasil pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa berdasarkan data pengurus barang SKPD menunjukan, nilai aset tetap senilai Rp 14.300.000.000.000,00 memiliki perbedaan nilai dengan data KIB/Daftar Rekapitulasi Mutasi Barang senilai Rp 5.090.000.000.000,00, hal ini mengurangi keandalan nilai aset tetap yang dilaporkan neraca. 2. Di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, proses penyususnan laporan tidak sesuai dengan ketentuan, yaitu penatausahaan aset tetap milik Pemerintah Daerah Pelalawan tidak tertib senilai Rp 1.960.000.000.000,00. Penyajian aset tersebut tidak didukung dengan laporan barang milik daerah, dan dokumen pendukung aset yang memadai seperti kartu inventaris barang (KIB) dan buku inventaris. 3. Di kabupaten Keerom, Provinsi Papua, sistem informasi akuntansi dan pelaporan tidak memadai, yaitu saldo aset tetap dalam neraca senilai Rp 34.000.000.000.000,00 tidak dapat dijelaskan. Kartu inventaris barang (KIB) dan daftar inventaris barang (DIR) pada aset belum dibuat oleh seluruh SKPD. Kepala Bidang Aset Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset (DPKA) belum menghimpun laporan barang pengguna semesteran dan tahunan (LBPS dan LBPT)

5 serta laporan barang milik daerah (BMD). Hal tersebut mengakibatkan aset tetap tidak dapat diyakini kewajarannya. (www.bpk.go.id) Selain daerah yang disebutkan di atas, Provinsi Jawa Barat Sendiri yang membawahi 48 SKPD atau OPD pun masih memiliki permasalahan dalam pelaporan barang milik daerah. Permasalahan barang milik daerah selalu menjadi penghalang besar bagi Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK. Dari hasil pemeriksaan laporan keuangan pemerintah Provinsi Jawa Barat yang dilakukan oleh BPK menunjukan bahwa permasalahan barang milik daerah terutama dalam hal penatausahaan yaitu dibagian pelaporan barang milik daerah menjadi permasalahan yang krusial, sehingga menjadi salah satu penyebab keluarnya opini Wajar Dengan Pengecualian, salah satunya terjadi pada tahun 2010. Berikut temuan BPK atas pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2010 Nomor 24A/LHP/XVIII.BDG/08/2010 yang dikemukakan dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD Provinsi Jawa Barat Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2010, bukti terlampir. 1. Penyajian aset tetap per 31 Desember 2010 sebesar Rp 13.290.000.000.000,00 mengandung permasalahan yaitu belum mencakup tanah dan bangunan yang sudah diserahkan oleh Pemerintah Pusat dan saat ini dikuasai oleh Balai Besar Pengawasan

6 Obat dan Makanan serta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2. Sebanyak 31 bidang tanah dan 34 unit bangunan masih dicatat dengan nilai Rp 1,00 atau Rp 0,00. 3. Sebanyak 37 unit bangunan Dinas Pendidikan senilai Rp 8.110.000.000,00, peralatan mesin pada Dinas Kesehatan senilai Rp 7.710.000.000,00 dan Sekretariat Daerah senilai Rp 23.200.000.000,00 tidak jelas keberadaan fisiknya. Dilihat dari permasalahan tersebut, jelas bahwa pengendalian intern di dalam pengelolaan barang milik daerah terutama dalam hal pelaporan barang milik daerah masih sangat lemah. Masih banyak pemerintah daerah di Indonesia, salah satunya adalah Pemerintah Provinsi Jawa Barat sendiri yang kurang melakukan pengendalian secara maksimal terhadap pelaporan barang milik daerah. Lemahnya pengendalian intern akan mengakibatkan tujuan dari suatu organisasi atau pemerintah tidak akan tercapai. Pengendalian intern menjamin organisasi mencapai tujuannya, hal tersebut dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 mengenai Pengendalian Internal Pemerintah dimana untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Tujuan dari pengendalian intern pemerintah sendiri adalah memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara,

7 keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Untuk itu pemerintah daerah harus membangun sistem pengendalian intern yang andal hingga mampu mencegah terjadinya penyimpangan atau hambatan dalam pencapaian tujuan entitas. Seluruh komponen pengendalian intern yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta monitoring harus dibangun secara memadai. Jika pengendalian intern dilakukan secara maksimal, maka kualitas laporan keuangan pemerintah daerah akan terjamin. Kualitas laporan keuangan dilihat dari tercapainya karakteristik kualitatif laporan keuangan yang terdiri dari relevan, handal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami. (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010). Adanya temuan BPK terhadap laporan pemerintah Provinsi Jawa Barat yang mengakibatkan keluarnya opini Wajar Dengan Pengecualian, akan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, seperti belum relevannya laporan keuangan yang dapat dilihat dari penyajian aset tetap per 31 Desember 2010 belum lengkap karena belum mencakup tanah dan bangunan yang sudah diserahkan oleh Pemerintah Pusat dan saat ini dikuasai oleh Balai Besar PPOM dan BKKBN. Dengan adanya pengendalian intern terhadap permasalahan yang terjadi, maka akan menghasilkan laporan keuangan pemerintah daerah yang berkualitas.

8 Penelitian ini merujuk kepada penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh: 1. Pengendalian Intern terhadap Keandalan Laporan Keuangan Daerah penelitian tersebut diperoleh bahwa pengaruh sistem pengandalian internal terhadap keandalan laporan keuangan berpengaruh sebesar 72%. 2. Neneng Siti Halimah Sistem Pengendalian Internal terhadap Transparansi dan! " diperoleh bahwa pengaruh SPI sebesar 73,6%. 3. # alian Intern dalam Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) terhadap Kualitas Laporan Keuangan Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN) (studi kasus di Kantor Wilayah Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi!! pengaruh sistem pengandalian intern terhadap kualitas laporan keuangan berpengaruh sebesar 71,1%.

9 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian di Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang berjudul: ORAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat diteliti oleh penulis dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh lingkungan pengendalian dalam pelaporan barang milik daerah terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat? 2. Apakah terdapat pengaruh penilaian risiko dalam pelaporan barang milik daerah terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat? 3. Apakah terdapat pengaruh kegiatan pengendalian dalam pelaporan barang milik daerah terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat? 4. Apakah terdapat pengaruh informasi dan komunikasi dalam pelaporan barang milik daerah terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat? 5. Apakah terdapat pengaruh pemantauan dalam pelaporan barang milik daerah terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat?

10 6. Apakah terdapat pengaruh pengendalian intern dalam pelaporan barang milik daerah terhadap kualitas laporan keuangan? 1.3 Batasan Masalah Mengingat keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori-teori dan agar penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasi akan diteliti. Untuk itu terdapat batasan masalah, yaitu: 1. Penelitian difokuskan pada pengendalian intern yang meliputi lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, pemantauan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah yang merupakan adopsi dari COSO (The Committee of Sponsoring Organization of Treadway Commission). 2. Penelitian berkaitan dengan pengendalian Intern dalam pelaporan barang milik daerah di Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 3. Penelitian difokuskan pada persepsi dan tanggapan responden terkait pengendalian intern dalam pelaporan barang milik daerah terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 4. Tempat penelitian yaitu pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang dibatasi pada organisasi perangkat daerah atau satuan kerja perangkat daerah seperti Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat, Sekretariat Dewan Provinsi Jawa Barat, Dinas Provinsi Jawa Barat, dan Badan Provinsi Jawa Barat serta auditor Inspektorat Provinsi Jawa Barat.

11 5. Alat bantu yang digunakan untuk mengolah data dan analisis data statistik menggunakan software SPSS 20.0. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian intern dalam pelaporan barang milik daerah terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan pengendalian dalam pelaporan barang milik daerah secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2. Untuk mengetahui pengaruh penilaian risiko dalam pelaporan barang milik daerah secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 3. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan pengendalian dalam pelaporan barang milik daerah secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 4. Untuk mengetahui pengaruh informasi dan komunikasi dalam pelaporan barang milik daerah secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 5. Untuk mengetahui pengaruh pemantauan dalam pelaporan barang milik daerah secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

12 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi untuk pihak-pihak terkait, antara lain: 1. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana menambah pengetahuan mengenai pengendalian intern, pelaporan barang milik daerah serta mengetahui seberapa besar pengaruh pengendalian intern dalam pelaporan barang milik daerah terhadap kualitas laporan keuangan, selain itu sebagai bahan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dalam bidang kajian yang sama. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi bagi perkembangan ilmu pengetahuan mengenai sistem pengendalian intern dalam pelaporan barang milik daerah terhadap kualitasnya laporan keuangan. 3. Bagi Instansi Pemerintah Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan peningkatan dalam sistem pengendalian intern terutama dalam pelaporan barang milik daerah sehingga dapat dihasilkan laporan keuangan yang relevan, handal, dan dapat dibandingkan serta dipahami sesuai dengan karakteristik kualitatif laporan keuangan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.