BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan bahan material untuk. pembangunan konstruksi banyak melahirkan produk-produk baru.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bab VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. bahan dasar kayu, maka orang-orang mulai mencari alternatif lain dalam

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister Teknik Sipil Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

ANALISIS PERBANDINGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR PELAT LANTAI SISTEM KONVENSIONAL DENGAN SISTEM FLOOR DECK

PENGELOLAAN LIMBAH KONSTRUKSI PEKERJAAN BETON PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG TINGGI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DEKING BAJA DAN METODE KONVENSIONAL UNTUK PLAT LANTAI DIPERHITUNGKAN TERHADAP BIAYA, WAKTU DAN METODE PELAKSANAAN

Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penulangan beton dan formwork atau bekisting. Diantara ketiga komponen tersebut,

Kata kunci : bekisting Table Form System, zoning, siklus, biaya, waktu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sebagai salah satu kota yang berkembang dengan pesat di dunia

RING BALK. Pondasi. 2. Sloof

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

I. PENDAHULUAN. Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

1.1. JUDUL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI. Oleh : Joaozinho Dos Santos Araujo Fernandes Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing I. Dosen Pembimbing II

INOVASI PERUBAHAN PLAT LANTAI PEKERJAAN FISIK PEMBANGUNAN GEDUNG TERMINAL BANDARA SULTAN THAHA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. baik itu BUMN, BUMD, dan Swasta, untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (BEKISTING) memikul berat sendiri, beton basah, beban hidup dan peralatan kerja.

STUDI PERBANDINGAN BIAYA BEKESTING SEMI MODERN DENGAN BEKESTING KONVENSIONAL PADA BANGUNAN GEDUNG

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan Program S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik

INOVASI DALAM SISTEM PENAHAN BEBAN GRAVITASI UNTUK GEDUNG SUPER-TINGGI

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. mengetahui metode di lapangan, maka dibuatkan gambar shop drawing. Dimana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proyek yang berhasil adalah penggunaan biaya yang efisien. Material adalah salah

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Besi Dan Baja. A. Sejarah

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan sekarang, yaitu dengan pesatnya perkembangan pembangunan.

TUGAS AKHIR RC Denny Ervianto

METODE PELAKSANAAN DAN ANALISIS PERBANDINGAN KEBUTUHAN TULANGAN ANTARA GAMBAR KERJA DENGAN SNI 7394:2008 PADA PEMBANGUNAN RUKO R2 NO

Analisa Perbandingan Penggunaan Bekisting Semi Konvensional Dengan Bekisting Sistem Table Form Pada Konstruksi Gedung Bertingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom

ANALISIS DAN DESAIN / PERENCANAAN STRUKTUR SCAFFOLDING SEBAGAI ALAT PENYOKONG BEKISTING BETON TUGAS AKHIR FRANSISKA

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

Kata kunci : metode bekisting table form

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metodologi Pembahasan


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP, KOLOM, BALOK & PLAT LANTAI PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG RSUD BUDHI ASIH. Yusti prabowo

TUGAS AKHIR ANALISIS PRODUKTIVITAS PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI KONVENSIONAL DAN HOLLOW CORE FLOOR PANEL (HCFP)

VARIASI PENGGUNAAN JENIS MATERIAL BEKISTING PADA PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA DAN DURASI PELAKSANAAN PROYEK (194K)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. struktur ini memiliki keunggulan dibanding dengan struktur dengan sistem

BAB VII TINJAUAN KHUSUS CORE WALL

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU, PEKERJAAN BEKISTING PELAT LANTAI MENGGUNAKAN KAYU (MULTIPLEX) DAN PELAT BONDEK

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN KOLOM BALOK DAN PLAT LANTAI PADA PROYEK ITC POLONIA MEDAN LAPORAN

Dosen Pembimbing Ir. Sukobar, MT. NIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI STUDI. bekisting sistem multiflex and scaffolding dengan siitem PCH dari segi waktu dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Presentasi Tugas Akhir

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat menuntut adanya sarana dan prasarana yang menunjang. Salah satu

LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE BEKISTING ALLUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PLAT LANTAI PROYEK PEMBANGUNAN MENTENG PARK APARTEMEN

ANALISA PERBANDINGAN METODE PELAKSANAAN CAST IN SITU DENGAN PRACETAK TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK DIAN REGENCY APARTEMEN

BAB VII PENAMBAHAN BALOK STRUKTUR LANTAI ATAP AKIBAT BEBAN GONDOLA DAN ROOF TANK

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 29

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan teknologi konstruksi di Indonesia saat ini mengalami

INOVASI PROYEK PUSDIKLAT KEJAKSAAN RI CEGER PEMBANGUNAN KAWASAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN TERPADU SDM KEJAKSAAN RI

BAB. IV. ANALISIS dan PEMBAHASAN

Assalamu alaikum wr.wb

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

STUDY PERBANDINGAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG METODE PELAKSANAAN PRECAST

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) C-41

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Crane konstruksi pertama kali diciptakan oleh orang Yunani kuno dan didukung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan Pekerjaan Balok Dan Plat Lantai Pada Gedung 2 Lantai 5 Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Selatan

Kata Kunci : halfslab, plat komposit bondek, metode plat lantai.

BAB I PENDAHULUAN. borepile, pile cap, raft foundation, tie beam dan dinding penahan tanah. Serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi konstruksi pada saat ini mengalami kemajuan pesat yang ditandai dengan hadirnya berbagai jenis material dan peralatan yang modern terutama dalam bidang konstruksi. Pada zaman dahulu dengan peralatan yang sederhana dapat didirikan bangunan-bangunan monumental yang sampai saat ini masih tetap dikagumi. Dalam perkembangan bidang konstruksi sekarang ini, sangat banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kerja, baik secara struktur maupun manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk memperbaiki mencapai hasil kerja yang lebih baik. Dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi semakin besar proyek yang dikerjakan semakin besar pula kendala yang akan dihadapin oleh perusahaan jasa konstruksi. Oleh karena itu, perusahaan jasa konstruksi harus memiliki pertimbangan yang matang dalam perencanaan, pelaksanaan dan mempunyai inovasi-inovasi yang semakin modern. meliputi peralatan yang semakin canggih, metode pengerjaan yang simple dan efisien, serta material yang modern. Semua inovasi tersebut sangat membantu dalam proses pengerjaan dilapangan yang berpengaruh dalam hal efisiensi biaya, mutu, dan waktu pelaksanaan tanpa mengurangi kualitasnya. Pemilihan suatu metode sangat penting dalam pelaksanaan suatu proyek kontruksi karena dengan metode pelaksanaan yang tepat dapat memberikan hasil yang maksimal terutama jika ditinjau dari segi efesiensi biaya yang digunakan maupun dari efesiensi segi waktu yang diperlukan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat dalam bidang konstruksi saat ini inovasi yang dimunculkan adalah penggunaan baja ringan. Awalnya baja ringan digunakan sebagai bahan penutup atap tetapi saat ini I-1

penggunaan baja ringan mulai dikembangkan secara intensif yang berbentuk lembaran bergelombang sebagai pengganti pelat lantai konvensional maupun pre-cast. Jika pada pengerjaan pelat lantai system konvensional dahulunya menggunakan dua lapis tulangan, sekarang penggunaan tulangan bisa dilakukan dengan satu lapis ditambah dengan menggunakan sistem bondeck yang sekaligus merangkap fungsi sebagai bekisting pada pengerjaan pelat lantai. Pada umumnya bahan bangunan struktur gedung bertingkat menggunakan bahan dari campuran beton yang dicor di tempat (cast in situ), karena mempunyai keunggulan seperti mudah dibentuk. Dalam metode pengecoran di tempat, bekisting (formwork) dan perancah (shore) disiapkan sepenuhnya di lapangan, pekerjaan dilanjutkan dengan pembesian, dan pengecoran beton. Perkerasan beton secara alamiah menuntut waktu tertentu sampai tiba saatnya untuk membongkar bekisting dan perancah. Bekisting merupakan struktur sementara karena sampai batas waktu tertentu akan dibongkar, sedangkan struktur beton merupakan struktur permanen. Struktur-struktur sementara adalah sebagai alat penghubung antara desain dan pelaksanaan konstruksi. Strukturstruktur permanen tidak bisa dibangun tanpa struktur-struktur sementara tersebut. Pada pelaksanaan struktur atas (superstructure) bangunan gedung bertingkat merupakan proses yang berulang (pekerjaan kolom, balok, dan lantai), sehingga untuk memenuhi aspek kecepatan konstruksi diperlukan sejumlah bekisting. Periode siklus bekisting yang sedang berfungsi mencakup serangkaian kurun waktu (durasi) untuk: (a) Pemasangan bekisting, (b) Pemasangan pembesian, (c) Pengecoran beton, (d) Pengerasan beton, (e) Pembongkaran bekisting sebagian atau seluruhnya, dan (f) Pemindahan bekisting sebagian atau seluruhnya. Sementara itu, periode siklus pengecoran beton (lantai) adalah durasi dari pemasangan bekisting sampai pengecoran I-2

beton. Semakin cepat siklus pengecoran beton, makin besar keperluan jumlah bekisting. Oleh karena itu waktu siklus tersebut perlu dipertimbangkan pada pekerjaan bekisting. Kecepatan waktu siklus pengecoran lantai dipengaruhi oleh ketersediaan bekisting dan aspek produksi, sedangkan siklus bekisting dipengaruhi oleh kekuatan beton. Selain itu, dengan waktu siklus yang cepat, bekisting dan perancah akan mendukung beberapa tingkat lantai untuk menahan beban-beban konstruksi. Sebagai akibatnya lantai yang paling bawah harus dapat menahan distribusi beban konstruksi, sehingga diperlukan kekuatan yang cukup meskipun belum berumur 28 hari. Kekuatan dari lantai beton umur muda ini, perlu dievaluasi untuk menentukan waktu siklus pengecoran lantai dan waktu pembongkaran bekisting yang aman selama proyek berlangsung. Dalam siklus hidup bekisting terdapat aspek penting, yaitu biaya, kecepatan, keselamatan dan kualitas. Waktu siklus pengecoran lantai merupakan bagian dari aspek kecepatan, sehingga bila tidak direncanakan dengan baik akan berdampak pada aspek yang lainnya. Banyak kegagalan atau keruntuhan struktur bangunan yang berkaitan dengan pelepasan (pembongkaran bekisting) terlalu awal karena keterbatasan waktu. Tetapi keruntuhan struktur bangunan tersebut tidak semuanya dipublikasikan, seperti pada proyek Pertokoan di Jalan Gajah Mada dan proyek Universitas, keduanya berlokasi di Jakarta dengan tingkat keruntuhan total pada saat pelaksanaan.selama ini di dalam memperhitungkan waktu siklus pengecoran lantai pada proyek konstruksi, sering kali berdasarkan pada pengalaman proyek sebelumnya yang sukses. Padahal bila ditinjau terhadap aspek biaya, bekisting merupakan komponen biaya yang paling besar dari struktur beton bertulang. Biaya bekisting untuk memenuhi persyaratan-persyaratan kualitas dan keselamatan kerja, biayanya dapat mencapai lebih dari 60 persen dari total I-3

biaya beton. Sementara itu, Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keekonomisan struktur beton, haruslah terpusat pada pengurangan biaya bekisting. Bondek adalah lembaran-lembaran panel yang terbuat dari pelat baja dengan ketebalan 0,75 mm sampai dengan 1 mm, dengan lebar 60 cm sedangkan panjang tergantung permintaan, tetapi dibatasi maksimum 12 meter. Keuntungan Bondek untuk pembuatan pelat terletak pada meniadakan / mengganti tulangan positif (tarik) pada pelat, menghemat bekisting karena Bondek sekaligus berfugsi sebagai bekisting, serta scaffolding yang digunakan dapat berjarak lebih dari 3 meter, sehingga menghemat penggunaan scaffolding itu sendiri dan bagian bawahnya dapat di gunakan untuk lalu lintas pekerjanya sehingga tidak mengganggu aktivitas pekerjaan lain. Serta mengurangi waktu (durasi) pekerjaan karena tidak ada bongkaran bekisting plat lantai dan pemasanganya pun lebih mudah dari pada bekisting konvensional. Dari segi kualitas, penggunaan bondek sebagai pengganti tulangan positif dalam plat lantai akan menghasilkan aksi komposit karena struktur tersebut merupakan struktur yang terdiri dari dua material dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan sifat gabungan yang baik, diharapkan setelah mengetahui keungulan dari bondek. Suatu pertimbangan yang penting pada pelaksanaan konstruksi bangunan gedung bertingkat dari sistem bekisting yang digunakan. Melihat kebutuhan material proyek pembangunan gedung bertingkat hingga mencapai Lima belas lantai dan jangka waktu pembangunan yang begitu singkat, jika pekerjaan bekisting dengan bekisting konvensional yang menggunakan material kayu akan membutuhkan dana yang begitu besar. Karena pekerjaan bekisting ini mempunyai pengaruh pembiayaan langsung I-4

terhadap proyek pembangunan. Pemilihan metode bekisting yang tepat, dapat membawa dampak yang signifikan dalam terselesaikannya proyek pembangun untuk pelaksanaan pekerjaan plat lantai. Hasil yang akan didapat pada pekerjaan ini lebih berpengaruh pada ketepatan, dan kecepatan dalam bekerja dari hal yang telah terjadi dilapangan diharapkan pengunaan bondek pada proyek konstruksir dapat memecahkan permasalahan dalam penggunaan bekisting. Berdasarkan uraian-uraian di atas, bahwa dalam pelaksanaan struktur beton bertulang yang dicor ditempat diperlukan bekisting dan perancah, sebagai proses dalam memenuhi durasi dan kemajuan proyek. Dalam operasi bekisting dan perancah, periode siklus bekisting dan perancah perlu direncanakan untuk memenuhi aspek kecepatan dan keamanan pada struktur bangunan. Selain itu, penggunaan sistem bekisting yang tepat dapat mempercepat proses konstruksi, tetapi disisi lain proses konstruksi tersebut dibatasi oleh ketersediaan bekisting dan perancah untuk memenuhi aspek waktu dan biaya. Oleh sebab itu dalam periode siklusbekisting perlu dikaji terhadap faktor-faktor pengaruh yang saling terkait. Atas dasar hal tersebut, maka pelaksanaan bekisting dan waktu siklus pengecoran lantai dalam proses konstruksi menjadi penting untuk diteliti. Dalam kesempatan ini, akan menganalisa tentang perhitungan volume pekerjaan pelat lantai dan membuat analisa biaya sehingga diperoleh efisiensi dari segi biaya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk memilih judul Kajian Review Design Penggunaan Floor Deck System Untuk Bekisting Struktur Plat Lantai Guna Mendapatkan Nilai Efesiensi Biaya. Dari hasil analisa biaya pekerjaan bekisting struktur pelat latai G1 G10,untuk bekisting sistem konvesional sebesar Rp.1.415.025.452 sedangkan sistem bondeck sebesar Rp.1.294.667.504. Dari hasil perbandingan rencana angaran biaya antara pelat lantai sistem konvensional dengan sistem bondeck di dapat selisih biaya I-5

sebesar Rp.120.357.948, mempunya profit 8.51 persen dari bekisting konvensional. Dengan pertimbangan nilai yang cukup besar maka kajian ini layak untuk dilakukan. Dan berikut lampiran peta Proyek Hotel Resinda secara umum agar dapat bermanfaat dan mendapatkan gambaran daerah ini. Hotel Resinda Karawang Barat Gambar 1.1. Peta situasi lokasi Hotel Resinda Karawang Barat ( Sumber : Google Map) 1.2 Perumusan Masalah Penulis yakin bahwa Bondek pasti memiliki kekurangan apabila tidak digunakan sebagaimana mestinya. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, maka perumusan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah : a. Bagaimana pemasangan bekisting pada pelat lantai dengan cara memakai bondek dan dengan cara konvensional? b. Bagaimana perbandingan metode pelaksanaan dan waktu yang dibutuhkan dalam pemasangan bekisting dengan cara memakai bondek dan dengan cara konvensional? c. Dari luasan bangunan yang ada apakah penggunaan bondek tercapai reduksi biaya konstruksi optimum pada konstruksi lantai? I-6

d. Diantara dua metode tersebut, sistem mana yang paling menguntungkan baik dari segi waktu? e. Apakah penggunaan Bondek untuk pekerjaan plat lantai dapat mereduksi biaya konstruksi? f. Bagaimana analisis perbandingan biaya struktur pelat lantai system konvensional dengan sistem bondeck? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan antara lain: a. Mengetahui metode pelaksanaan pemasangan bekisting konvensional dan bondek pada pelat lantai. b. Membandingkan metode pelaksanaan bekisting konvensional dan bondekdari segi waktu. c. Untuk menganalisis penyediaan material bekisting dan bondek terhadap waktu siklus (cycle time) pengecoran lantai. d. Menganalisa metode pelaksanaan bekisting konvensional dan bondekdari segi waktu. e. Mengetahuibiaya antara struktur pelat lantai system konvensional dengan sistem bondeck. f. Membandingkan biaya antara struktur pelat lantai system konvensional dengan sistem bondeck. 1.4 Hipotesis Pembangunan sistem lantai komposit dalam kajian bekisting sistem bondeck diharapkankan akan dapat menggantikan penggunaan bekisting lantai konvensional I-7

berdasarkan kualiti bahan, harga dan waktu pelaksanaan struktur plat lantai. Penggunaan lantai komposit ini memenuhi kehendak industri pembinaan moderen. Dimana faktor waktu dan biaya menjadi sangat penting. Apabila dilakukan dengan cara bondeck akan dapat dicapai efisiensi dan efektifitas yang lebih tinggi jelas baik dari segi biaya dan waktu, dibandingkan dengan bekisting konvensional. 1.5 Batasan Penelitian Didasarkan pada permasalahan yang ada di rangkum bagian maka dilakukan pembatasan penelitian berikut ini yaitu: a. Studi perbandingan dilakukan pada proyek Hotel Padma Karawang Barat yang menggunakan struktur pelat lantai sistem konvensional, kemudian akan dikonversi menggunakan metode sistem bondeck dengan mutu material dan tenaga kerja yang sama dan luasan yang sama sebagai bahan perbandingan. b. Biaya yang diperhitungkan hanya biaya material dan biaya pekerja/upah (labour/man power) tanpa memperhitungkan biaya peralatan. c. Analisis biaya menggunakan SNI (Standar Nasional Indonesia) dengan harga material dan upah pekerja 2015. d. Lingkup pembahasan hanya dilakukan sampai pada struktur pelat lantai konvensional mulai G1 G5 sedangkan wilayah kajian menggunakan bondeck mulai G6 G10. e. Biaya langsung yang diperhitungkan adalah biaya material dan upah. f. Biaya tidak langsung seperti overhead, profit, dan pajak tidak diperhitungkan. I-8

1.6 Manfaat Penelitian Manfaat teoritis yang diperoleh adalah sebagai berikut: a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang teknik sipil. b. Memberikan sumbangan penting dan memperluas wawasan bagi kajian manajemen konstruksi dalam melaksanakan pekerjaan struktur beton bertulang di lapangan. Sedangkan manfaat praktis yang diperoleh adalah sebagai berikut: a. Mengetahui perbandingan biaya struktur antara pelat lantai sistem konvensional dengan sistem bondeck. c. Memberikan solusi dan alternatif dalam proses pengerjaan pelat lantai kepada pelaku kontruksi. d. Untuk membantu kontraktor maupun pelaksana di lapangan. 1.7 Sistematika Penulisan Laporan tugas akhir ini disusun dalam tiga bagian yang mencakup bagian awal, bagian pokok dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari pengantar, daftar isi tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. Pada bagian akhir terdiri daftar pustaka dan lampiran. Sedangkan sebagian isi dari penyusunan laporan tugas akhir ini terletak pada bagian pokok yang terdiri dari lima bab, secara garis besar sistematika penulisan pada bagian pokok laporan tugas akhir adalah sebagai berikut : BAB I: PENDAHULUAN Pada bab ini menyajikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini memberikan penjelasan secara garis besar mengenai penyusunan skripsi yang didalamnya memuat uraian singkat tentang latar belakang I-9

pemilihan masalah yang mendasari penulisan skripsi, perumusan masalah yang menjelaskan permasalahan yang akan dicari pemecahannya,tujuan penelitian yang ingin dicapai, batasan penelitian yang membatasi ruang lingkup penelitian agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas dan diakhir bagian akan diberikan ulasan singkat mengenai sistematika penulisan skripsi yang menunjukkan kerangka berpikir penulis pada skripsi ini. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini diuraikan mengenai teori-teori dan konsep-konsep yang digunakan oleh penulis sebagai landasan dalam penulisan skripsi yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan dan teori tersebut disesuaikan dengan pemecahan masalah untuk mencapai tujuan yang didapat dari studi literature dan internet. Pada bagian ini menyajikan penjabaran pengertian manajemen pada proyek konstruksi serta pengertian keterlambatan proyek. BAB III: METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini memberikan penjelasan secara singkat metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam melakukan kegiatan penelitian mulai dari hal-hal yang berhubungan dengan desain penelitian, metode pengumpulan data, metode analisa data dan pengolahan data serta kerangka kerja penelitian. BAB IV: ANALISIS DATA DAN HASIL Pada bagian ini berisi tentang pemaparan data yang telah dikumpulkan serta beberapa analisis yang dilakukan untuk mengolah data tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah. I-10

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN Bagian ini merupakan bagian akhir dari penyusunan skripsi. Bagian ini berisi kesimpulan dari seluruh kajian yang telah dilakukan, agar tercapainya tujuan dari penelitian penulis dan merupakan penutup dari tugas akhir ini. I-11