BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

GAMBARAN SKALA DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MARGOMULYO KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. progresteron berkurang (Siswono, 2004). menyikapi perubahan itu secara negatif karena mereka tidak terima dengan

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka tidak lagi merasa terabaikan di dalam masyarakat. Berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia bertambah, sedangkan proporsi penduduk berusia muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidak bahagiaan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap masalah kesehatan, khususnya terhadap kemungkinan jatuhnya

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

SRI REJEKI J

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada partisipasi masyarakat yang bersangkutan (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia (

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan. Perubahan-perubahan secara biologis maupun psikologis banyak terjadi saat seseorang memasuki usia senja. Dari aspek biologis lansia mengalami kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali terdiagnosis penyakit akibat kombinasi dari beberapa gejala lain selain penyakit yang diderita. Sedangkan dari faktor psikologis adalah timbulnya rasa kurang percaya diri, kecenderungan perenung atau pemikir, suka menyendiri dan memikirkan kesukaran dalam hidupnya. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, mayoritas lansia akan rentan mengalami depresi (Soejono, 2009 dalam Kusumowardani, 2014). Selain dari perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia, perbedaan faktor lingkungan tempat tinggal baik di rumah atau di panti sosial juga memunculkan banyak perbedaan dan merupakan penyebab utama lansia mengalami depresi (Darmojo dan Martono, 2004 dalam Ilham, 2013). Depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua terbesar kematian setelah serangan jantung. Hasil meta analisis dari berbagai Negara di dunia diperoleh prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5% dari seluruh jumlah lansia, terjadi pada lansia yang berumur 60 tahun keatas dengan perbandingan wanita dan pria adalah 14,1%:8,6% (Medicastore, 2008 dalam Rahman dkk, 2013). Di 1

2 Indonesia prevalensi depresi pada lansia sekitar 8-15% (Darmodjo, 2004 dalam Supriani 2014). Di Kabupaten Ponorogo sendiri angka kejadian depresi pada lansia meningkat dari tahun 2013 ke tahun 2014. Pada tahun 2013 kejadian depresi di Ponorogo sebanyak 18 orang, dan pada tahun 2014 mencapai 24 orang lansia. Jumlah tersebut hanya sebagian kecil kasus depresi yang terlapor di Ponorogo (BPS, 2015). Sementara prevalensi depresi pada lansia yang tinggal di Panti Sosial sebesar 30-45% (Rahman dkk, 2013). Sedangkan di Kecamatan Sukorejo khususnya di Dusun Gadel RT/RW 02/02 dengan lansia yang berjumlah 26 orang, sebagian besar lansia yang tinggal di desa tersebut jauh dari keluarga dan tinggal sendiri di rumah, sehingga lansia yang tinggal di rumah juga beresiko untuk mengalami depresi. Lansia yang tinggal di rumah banyak yang mengalami kesepian di hari tuanya, disebabkan oleh anak-anak mereka yang sibuk mencari kehidupannya sendiri sehingga tidak ada yang memberikan perhatian lebih kepada mereka. Hal-hal seperti ini yang membuat para lansia menjadi tidak sabar, seringkali marah-marah, merasa sendirian, merasa dibenci, selalu berpikir negatif tentang anak cucunya sampai merasa ingin mati saja agar tidak membebani anak-anak mereka. Penyebab depresi lansia yang tinggal di rumah biasanya merasa tertekan karena tidak boleh melakukan aktivitas apapun oleh keluarganya. Lansia yang pada dasarnya senang beraktivitas menjadi merasa tidak berguna karena tekanan dari keluarga yang melarangnya melakukan kegiatan apapun. Banyak lansia yang mengalami hal tersebut minta kepada keluarganya untuk di pindahkan ke panti sosial agar mendapatkan perhatian penuh dan tidak merepotkan anaknya. Demikian pula lansia yang hidup dijalanan, lansia yang

3 awalnya tinggal di jalanan merasa senang tinggal di panti karena kehidupannya yang lebih meningkat dan jauh dari kemiskinan. Sedangkan penyebab depresi lansia yang tinggal di panti biasanya karena hidup sendiri, merasa kesepian, merasa dianggap orang yang lemah oleh lingkungannya, tertekan karena perlakuan keluarga yang kurang menghormatinya, merasa dibuang oleh keluarga dan lain-lain (Kaplan & Saddock, 1998 dalam Kusumowardani, 2014). Mereka mengatakan sedih karena jauh dari keluarga atau orang yang sangat dicintainya. Selain itu lansia yang pensiun dari pekerjaannya kemudian tinggal di panti merasa tidak berguna karena sudah tidak mempunyai penghasilan sendiri dan berkurang hubungannya dengan masyarakat (Watson, 2006). Adanya depresi yang berkelanjutan akan mengakibatkan krisis mental dengan disertai gejala rasa putus asa, rasa cemas yang hebat, rasa tidak berharga, gangguan nafsu makan, gangguan tidur berat, serta aktivitas lain yang apabila tidak segera teratasi maka lansia tersebut akan jatuh ke keadaan yang lebih buruk dan berisiko percobaan bunuh diri (Nugroho, 2000 dalam Kusumowardani, 2014). Tinggal bersama keluarga dianggap lebih membahagiakan lansia karena mereka berada di tengah keluarganya. Selain itu lansia juga dapat bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, sehingga keluarga dan masyarakat harus memberikan dukungan, perhatian penuh dan perawatan yang benar kepada lansia dengan melibatkan lansia dalam kegiatan sehari-hari di rumah dan di masyarakat seperti posyandu lansia (Soepangat, 2004 dalam Supriani, 2011). Sedangkan lansia yang tinggal di panti, lingkungan panti dapat memberikan kesenangan tersendiri karena sosialisasi dilingkungan yang

4 memiliki tingkat usia sebaya. Lansia yang tinggal di panti harus diberikan perawatan, dukungan penuh oleh petugas panti dan kegiatan-kegiatan seperti senam lansia, membuat kerajinan, bimbingan spiritual, dan jadwal kunjungan bagi keluarga yang akan menjenguk. Hal tersebut dapat meningkatkan rasa senang lansia karena menjadi lebih dekat dengan keluarga. Selain itu petugas panti juga harus mencukupi kebutuhan nutrisi dan aktivitas lain yang dapat meningkatkan rasa bahagia. Adanya perawatan dan dukungan penuh yang diberikan oleh keluarga maupun petugas panti maka kualitas hidup lansia akan selalu dalam kondisi stabil dan lansia juga terhindar dari terjadinya depresi (Sa abah, 2000 dalam Supriani, 2011). Melihat keragaman masalah karena banyaknya lansia yang mengalami depresi atau dampak akibat depresi pada lansia tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan judul Studi Komparasi Kejadian Depresi Lansia Tinggal di Rumah dan di Panti Sosial untuk mengetahui perbedaan kejadian depresi pada lansia yang tinggal di rumah maupun di panti sosial. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, bagaimana perbedaan kejadian depresi lansia yang tinggal di rumah dan di panti sosial? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui perbedaan kejadian depresi lansia yang tinggal di rumah dan di panti sosial.

5 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi kejadian depresi lansia yang tinggal di rumah. 2. Mengidentifikasi kejadian depresi lansia yang tinggal di panti sosial. 3. Menganalisa perbedaan kejadian depresi lansia yang tinggal di rumah dan di panti sosial. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi Iptek Diharapkan dapat sebagai bahan untuk pengembangan ilmu keperawatan gerontik 2. Bagi Institusi Fakultas Ilmu Kesehatan Untuk dunia pendidikan Keperawatan khususnya Institusi Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo diharapkan dapat menambah wacana studi dalam ilmu keperawatan gerontik tentang perbedaan kejadian depresi lansia tinggal di rumah dan di panti sosial. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam melaksanakan penelitian khususnya tentang kejadian depresi lansia. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Masyarakat Diharapkan dapat menambah wawasan atau informasi tentang perawatan lansia di rumah agar terhindar atau mengurangi depresi yang dialami lansia.

6 2. Bagi Petugas Panti Sosial Meningkatkan pelayanan dan program-program bimbingan kepada lansia agar meingkatkan kondisi psikososial lansia atau terhindar dari depresi 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan untuk peneliti selanjutnya sebagai referensi untuk melihat lebih lanjut tentang depresi yang terjadi pada lansia. Diharapkan dapat meningkatkan jumlah responden dan metode dalam pengumpulan data sehingga hasil penelitian bersifat lebih menggali, lebih akurat sehingga bisa mendapatkan informasi secara luas dan mendalam dari penelitian ini. 1.5 Keaslian Penelitian Sebatas pengetahuan peneliti, belum ada yang meneliti tentang Studi Komparasi Kejadian Depresi Lansia Tinggal di Rumah dan di Panti Sosial. Akan tetapi ada beberapa penelitian yang memiliki kesamaan. Setiap peneliti memiliki unsur persamaan dan perbedaan masing-masing dari konsep yang mereka teliti, antara lain penelitian yang dilakukan oleh: 1. Supriani, Anik. (2011). Tingkat Depresi Pada Lansia ditinjau dari Tipe Kepribadian dan Dukungan Sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat depresi pada lansia ditinjau dari tipe kepribadian dan dukungan sosial. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan kuesioner. Sampel yang diambil secara quota sampling yaitu lansia di panti Werdha Mojopahit sebanyak 30 responden. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan analisa data menggunakan Kruskal-Wallis dan Friedman test. Hasil penelitian

7 menunjukkan bahwa perbedaan mempengaruhi jenis kepribadian introvert dan ekstrovert pada tingkat depresi pada lansia (p=0,000). Ada perbedaan pengaruh dukungan sosial kurang dan baik pada tingkat depresi pada lansia (p=0,001). Tidak ada efek interaksi tipe kepribadian dan dukungan sosial dengan tingkat depresi (p=0,000). Sehingga tipe kepribadian introvert dengan dukungan sosial kurang menyebabkan tingkat depresi. Diharapkan keluarga dan staf perawat memahami tipe kepribadian lansia dan memberikan dukungan kepedulian sosial dari lansia untuk mengurangi tingkat depresi pada lansia. Dalam penelitian tersebut terdapat persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama meneliti tentang tingkat depresi pada lansia, namun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel, tempat, waktu, metode dan hasil penelitian. Penelitian Anik Supriani membahas tentang tingkat depresi lansia yang ditinjau dari tipe kepribadian dan dukungan sosial, sedangkan penelitian ini membahas tentang perbedaan tingkat depresi lansia yang tinggal di rumah dan di panti sosial. 2. Rezki, Eka dkk. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Depresi Terhadap Pasien Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat depresi terhadap pasien lansia di panti sosial tresna Werdha Gau Mabaji Gowa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian metode Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mbaji Gowa. Pengambilan sampel menggunakan teknik

8 Nonprobability sampling dengan jenis Purposive Sampling. Didapatkan 50 responden sesuai dengan criteria inklusi. Data diolah dengan menggunakan uji chi-square. Hasil didapatkan pengaruh antara kehilangan dengan tingkat depresi terhadap lansia (p<0,002). Terdapat pengaruh antara kehilangan dan kecemasan dengan tingkat depresi terhadap pasien lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa. Dalam penelitian tersebut terdapat persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama meneliti tentang tingkat depresi pada lansia, namun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel, tempat, waktu, metode dan hasil penelitian. Penelitian Eka Rezki dkk membahas tentang factor yang mempengaruhi tingkat depresi lansia yang tinggal di panti, sedangkan penelitian ini membahas tentang perbedaan tingkat depresi lansia yang tinggal di rumah dan di panti sosial. 3. Yuliati, Amalia dkk. (2014). Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Jumlah sampel adalah 210 responden yang dipilih dengan multistage randomsampling. Uji Mann Whitney dan Kruskal Wallis (alpha 0,05) digunakan untuk analisis data. Tidak terdapat perbedaan kualitas hidup lansia di komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia (p=0,100).berdasarkan domain kualitas hidup terdapat perbedaan berdasarkan domain fisik, psikologis, sosial dan lingkungan antara lansia

9 yang tinggal di komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Dalam penelitian tersebut terdapat persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu responden penelitian adalah lansia, namun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel, tempat, waktu, metode dan hasil penelitian. Penelitian Amalia Yuliati membahas tentang perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia, sedangkan penelitian ini membahas tentang perbedaan tingkat depresi lansia yang tinggal di rumah dan di panti sosial.