I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

IV. METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh :

II. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

RINGKASAN PENDAHULUAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

IV METODE PENELITIAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DALAM SUHU BEKU TERHADAP KADAR PROTEIN,KADAR LEMAK DAN KADAR ASAM LAKTAT SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE)

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

III KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

I. PENDAHULUAN. Pertanian sebagai salah satu sektor yang dapat diandalkan dan memiliki

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. lengkap dan telah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Susu dapat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:HK TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PEMBUATAN MIE TEPUNG KULIT PISANG KEPOK SKRIPSI

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Indonesia sebagai negara

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI TERHADAP RENCANA PENDIRIAN PETERNAKAN SAPI PERAH

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian

I. PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

PEMANFAATAN KARAGENAN DAN ASAM SITRAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS TAHU

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian pada suatu negara akan didukung dengan kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

IV. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat-zat dalam Susu Nilai Kandungan

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan strategi pemasaran untuk mengetahui motif yang mendasari

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

III. METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman sumber daya alam. Salah satu keragaman sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal adalah komoditas peternakan. Berdasarkan neraca ekspor impor peternakan Indonesia tahun 2004-2008, Indonesia memiliki neraca negatif, dimana nilai impor lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspor. Dari tahun ke tahun, Indonesia memiliki peningkatan rata-rata nilai impor sebesar 11,98 persen/tahun (Lampiran 1). Selain itu, volume impor input dan hasil ternak di Indonesia terus meningkat. Volume impor susu meningkat sebesar 1,71 persen/tahun, daging meningkat sebesar 44,77 persen/tahun, dan telur meningkat sebesar 19,38 persen/tahun (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa peternakan Indonesia belum mampu memenuhi permintaan dalam negeri. Peternakan merupakan subsektor penting dan memiliki peluang yang sangat besar dalam hal peningkatan permintaan baik dalam negeri maupun luar negeri. Dalam jangka panjang, permintaan terhadap komoditas peternakan terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan, perbaikan tingkat pendidikan, urbanisasi, perubahan gaya hidup (life style) dan peningkatan kesadaran akan gizi seimbang. Hal ini terlihat dari pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 3,06 persen/tahun (Lampiran 3) dan tingkat pengeluaran rata-rata per kapita makanan masyarakat Indonesia sebesar 8,22 persen/tahun (Lampiran 4). Pendapatan Domestik Bruto (PDB) peternakan tumbuh sebesar 3,63 persen/tahun antara tahun 2000-2006. Pertumbuhan tersebut di atas laju pertumbuhan sektor pertanian (2,66 persen/tahun), subsektor tanaman pangan (2,05 persen/tahun), subsektor perkebunan (3,24 persen/tahun), dan subsektor kehutanan (-0,07 persen/tahun) (BPS berbagai terbitan, diacu dalam Ilham 2007). Pada tahun 2009, PDB peternakan menyumbangkan kontribusi sebesar 1,9 persen (BPS RI 2010). Salah satu penyumbang PDB peternakan terbesar pada tahun 2007 berada pada provinsi Jawa Barat yaitu sebesar Rp 273,995 milyar (Lampiran 5). Kabupaten Bogor merupakan salah satu bagian dari Provinsi Jawa Barat yang melakukan pengembangan agribisnis peternakan. Salah satu jenis ternak 19

yang sedang dikembangkan dan menjadi komoditas unggul Kabupaten Bogor pada tahun 2009 ialah Kambing perah Peranakan Etawa (PE) 1. Kambing PE merupakan komoditas baru di Indonesia yang memiliki prospek pengembangan yang baik. Umumnya kambing ini lebih dominan digunakan sebagai sumber daging dibandingkan dengan sumber susu. Susu kambing belum dikenal secara luas seperti susu sapi. Komposisi susu kambing memiliki kemiripan dengan air susu ibu (ASI) sehingga susu kambing dapat digunakan sebagai pengganti ASI. Kandungan susu kambing dengan ASI tidak jauh berbeda bahkan kalsium dan mineralnya jauh lebih tinggi daripada ASI dan susu sapi. Dalam Tabel 1 ditunjukan komparasi antara ASI, susu kambing, dan susu sapi. Tabel 1. Perbandingan Komposisi Susu Sapi, Susu Kambing, dan Air Susu Ibu per 100 gram Komposisi Kimia Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat (gr) Kalori (kal) Fosfor (gr) Magnesium (gr) Besi (gr) Natrium (gr) Kalium (gr) Thiamin (mg) Vitamin A (IU) Ribotlapin (mg) Niacin (mg) Vitamin B 6 (mg) Asam Askorbat (mg) Trytophan (gr) Threonine (gr) Isoleusine (gr) Leucine (gr) Susu Sapi 3,30 3,30 4,70 61,00 19,00 13,00 49,00 152,00 126,00 0,16 0,08 0,94 0,15 0,20 0,32 Susu Kambing Sumber : USDA (1976) dalam Setiawan T dan Tarsius A (2005) 3,60 4,20 4,50 69,00 134,00 14,00 50,00 204,00 185 0,14 0,28 1,29 0,16 0,21 0,31 Air Susu Ibu 1,00 4,40 6,90 70,00 32,00 3,00 0,03 17,00 51,00 0,01 241,00 0,18 0,01 5,00 0,02 0,15 0,06 0,10 1 Ant. 2010. Komoditas Unggulan 2009. http://disnakan.bogorkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=187&itemid=25 4&limit=1&limitstart=1 [15 November 2009] 20

Manfaat susu kambing yang tinggi membuat masyarakat yang sadar akan kesehatan memberikan perhatian khusus terhadap susu ini. Kandungan protein, lemak, kalori, fosfor, kalium, dan vitamin A dalam susu kambing lebih tinggi dibandingkan susu sapi. Menurut para ahli, komposisi kimia susu kambing (kandungan protein 4,3 persen dan lemak 2,8 persen) dan bentuk morfologisnya sangat unik. Ini disebabkan butiran lemak susu sangat homogen dan berdiameter sangat kecil (mikro) sehingga sangat mudah diserap oleh organ pencernaan. Susu kambing yang diproduksi saat ini belum dapat memenuhi permintaan konsumen yang cenderung tinggi. Hal ini dikuatkan oleh ketua Asosiasi Peternak Kambing Perah Indonesia yang mengatakan dari kebutuhan 6.000 liter per hari hanya baru seperempatnya yang bisa terpenuhi 2. Kelangkaan susu kambing ini disebabkan oleh masih rendahnya populasi Kambing PE, terutama di Kabupaten Bogor, yaitu sebesar 4,39 persen dari total kambing yang ada (Lampiran 6). Pada tahun 2008 hingga tahun 2009, terjadi peningkatan jumlah Kambing PE di Kabupaten Bogor sebesar 100,62 persen (Gambar 1). Hal ini merupakan suatu peluang bisnis yang membuat sebagian orang tergiur dengan usaha ini. Salah satu peternakan di Kabupaten Bogor yang mengusahakan kambing perah ialah CV Ettawa Dairy Farm. 6000 Perkembangan Populasi Ternak Kambing PE 4000 2000 0 2007 2008 2009 Kambing PE Gambar 1. Perkembangan Populasi Ternak Kambing PE Tahun 2007-2009 Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor (2009), diolah 2 Adijaya D. 2008. Tangguk Rezeki dari Susu Kambing. http://www.trubusonline.co.id/members/ma/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=10&artid=1511 [2 Februari 2010] 21

CV Ettawa Dairy Farm merupakan peternakan kambing perah yang melakukan usaha di bidang pembakalan kambing dan penghasil susu kambing. Peternakan ini berdiri dua tahun yang lalu dengan jumlah kambing sebanyak 48 ekor. Saat ini, kambing yang dimiliki bertambah menjadi 60-70 ekor kambing. Usia peternakan yang terbilang masih muda, membuat peternakan ini perlu usaha keras dalam pengelolaan dan pemasaran susu kambing yang dihasilkan. 1.2. Perumusan Masalah Pengembangan usaha kambing perah mempunyai peluang pasar yang cukup tinggi di Kabupaten Bogor. Hal ini terlihat dari daya dukung kesesuaian iklim dan aksesibilitas ke berbagai daerah konsumen seperti Jakarta, Bandung, dan Sukabumi. Kebutuhan investasi usaha kambing perah memerlukan investasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan sapi perah dan relatif lebih mudah dalam manajemen, sederhana dan tidak membutuhkan tempat yang luas, perkembangbiakan relatif lebih cepat dibandingkan dengan ternak besar. Selain itu, harga dan permintaan susu kambing memiliki prospek yang baik. Susu kambing memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan susu sapi. Susu kambing dapat dijual dengan harga Rp 12.000,00/liter hingga Rp 100.000,00/liter, sedangkan susu sapi hanya berkisar Rp 4.000,00/liter hingga Rp 5.000,00/liter (Sodiq & Abidin 2008). Harga susu yang tinggi dengan investasi yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan usaha ternak sapi perah, membuat usaha ini dapat berkembang di masa yang akan datang. Menurut ketua Asosiasi Peternak Kambing Perah Indonesia, produksi susu kambing saat ini belum dapat memenuhi permintaan susu kambing di Industri. Di Kabupaten Bogor, beberapa peternak hanya mampu memenuhi permintaan susu kambing sebesar 67,08 persen (Tabel 2). 22

Tabel 2. Jumlah Produksi dan Permintaan Susu Kambing di Beberapa Peternakan Kambing Perah Kabupaten Bogor No. Peternakan Produksi Rata-rata (liter/hari) Permintaan Rata-rata (liter/hari) 1. PT. Caprito Agrindo Prima 100 150-50 2. Ponpes Darul Falah 7 20-13 3. Peternakan Cordero 25 40-15 4. Bangun Karso Farm 50 70-20 5. CV Fida 20 50-30 6. Ponpes Sahid 20 35-15 7. An Noer 65 100-35 8. PT. Gizi Dewata Utama 28 10 18 9. Ibu Sukarti 5 7-2 10. CV Ettawa Dairy Farm 6 4 2 Total 326 486-160 Sumber: Saputro (2009), diolah Selisih (liter/hari) Berdasarkan Tabel 2, jumlah permintaan susu kambing lebih tinggi dibandingkan dengan produksinya. Dari jumlah permintaan susu kambing sebanyak 486 liter/hari, 10 orang peternak kambing perah di Kabupaten Bogor hanya mampu memenuhi sebesar 326 liter/hari. Ini merupakan suatu peluang pasar. Namun, kondisi berbeda dialami CV Ettawa Dairy Farm. Permintaan susu kambing di peternakan ini lebih kecil dibandingkan dengan produksi susu kambing yang dihasilkan. Hal ini terlihat dari banyaknya persediaan susu kambing yang belum terjual setiap harinya (Tabel 3). Tabel 3. Jumlah Produksi dan Permintaan Susu Kambing CV Ettawa Dairy Farm Bulan Produksi (L) Permintaan (L) Target Penjualan (L) Persentase (%) Desember 2009 255 146 255 57,25 Januari 2010 224 117 224 52,23 Februari 2010 180 121 180 67,22 Maret 2010 175 95 175 54,29 Rata-rata 57,75 60 Sumber: CV Ettawa Dairy Farm (2010) Tingkat penjualan yang hanya 60 persen dari proses produksi membuat perusahaan perlu kerja keras untuk mengembalikan biaya produksi yang dikeluarkan. Berdasarkan pengakuan pemilik perusahaan, hingga saat ini 23

perusahaan belum mampu mendapatkan keuntungan dari usaha ternak kambing perah. Oleh karena itu, diperlukan analisis kelayakan finansial. Kelayakan finansial digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha dan manfaat bersih yang akan didapatkan perusahaan selama umur proyek. Penentuan kelayakan finansial dapat membantu rancangan strategi pemasaran yang akan dilakukan. Apabila suatu perusahaan memiliki kelayakan usaha berarti usaha tersebut memiliki aliran kas yang baik. Kas yang baik dapat menjadi acuan perusahaan dalam merancang strategi pemasaran., sehingga strategi pemasaran dapat sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan. Analisis strategi pemasaran dilakukan untuk meningkatkan penjualan perusahaan sehingga sesuai dengan target perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan analisis kelayakan finansial dan strategi pemasaran susu kambing pada peternakan CV Ettawa Dairy Farm. 1) Bagaimana kelayakan usaha peternakan kambing perah CV Ettawa Dairy Farm dilihat dari aspek finansial? 2) Bagaimana lingkungan eksternal dan internal peternakan kambing perah CV Ettawa Dairy Farm? 3) Bagaimana strategi pemasaran susu kambing pada peternakan kambing perah CV Ettawa Dairy Farm? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi dan menganalisis kelayakan aspek finansial peternakan kambing perah CV Ettawa Dairy Farm 2) Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi peternakan kambing perah CV Ettawa Dairy Farm 3) Menganalisis strategi pemasaran susu kambing pada peternakan kambing perah CV Ettawa Dairy Farm 24

1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna banyak pihak diantaranya: 1) Bagi CV Etawa Dairy Farm, hasil penelitian ini digunakan sebagai informasi bahan pertimbangan dalam menjalankan usaha, menyusun rencana usaha serta strategi pemasaran di masa depan. 2) Bagi investor, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan investasi di masa yang akan datang. 3) Bagi penulis, hasil penelitian ini merupakan bentuk aplikasi ilmu yang telah didapatkan selama masa perkuliahan dan sebagai sarana informasi dunia usaha di bidang peternakan 4) Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan informasi untuk mendirikan atau mengembangkan peternakan kambing perah di dunia usaha. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Kegiatan penelitian ini dibatasi pada aspek-aspek yang berkepentingan langsung pada peternakan kambing perah CV Ettawa Dairy Farm, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini difokuskan pada usaha ternak kambing perah yang menghasilkan anak kambing dan susu kambing. Penelitian ini digunakan untuk melihat tingkat kelayakan finansial dan strategi pemasaran pada peternakan tersebut. Kriteria kelayakan finansial yang digunakan ialah net present value (NPV), internal rate of return (IRR), net benefit-cost ratio (Net B/C), payback periode (PP), dan analisis switching value. Analisis strategi pemasaran meliputi analisis internal dan eksternal, analisis SWOT, analisis IE, dan analisis QSPM. Hasil penelitian ini dibatasi pada tahap pemberian alternatif strategi pemasaran yang diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, sedangkan implementasi diserahkan pada pihak manajemen. 25