Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak (S

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada SMP X di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB 3 Metode Penelitian

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PUTRI

Bab IV Hasil dan Pembahasan. Hasil Analisis Deskriptif. Deskripsi data dilakukan untuk mengkategorikan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. ataupun signifikansi perbedaan kelompok (Azwar, Metode Penelitian, 1. Variabel tergantung : Perilaku seksual

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BABI PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

Hubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

2016 HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

PERSEPSI ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DI LINGKUNGAN XVII KELURAHAN TANJUNG REJO, MEDAN

BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. a. Di mulai dengan perumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 2 Tinjauan Pustaka

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Siswa Kelas XI SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114)

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pornografi, didefinisikan bahwa pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

ANALISIS PERILAKU SEKSUAL SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

PERSEPSI REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS PRANIKAH DI SMA X

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

Dinamika Kebidanan vol. 1 no. 2. Agustus 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Achmad Fariz Chariri Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

DAFTAR ISI. HALAMAN PERSETUJUAN... ii. HALAMAN PERNYATAAN... iv

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINGKAT PERILAKU PACARAN REMAJA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 ADIPALA CILACAP ARTIKEL SKRIPSI

Rina Indah Agustina ABSTRAK

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. apabila P > 0,05 dan diperoleh hasil sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB II LANDASAN TEORI. anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan,

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

HUBUNGAN PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS OLEH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku mereka (Chaffe dalam el-hakim, 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON FILM DRAMA ROMANTIS DENGAN KECENDERUNGAN SEKS PRANIKAH PADA REMAJA Ardhi Pratama Putra Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Media masa mempunyai pengaruh yang positif maupun negatif yang dapat mempengaruhi perilaku remaja. Salah satu pengaruh negatif media masa pada remaja yaitu kecenderungan seks pranikah pada remaja. Penelitian ini bertujuan menguji secara empiris adakah hubungan antara intensitas menonton film drama romantis dengan kecenderungan seks pranikah pada remaja. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja akhir yang berstatus mahasiswa fakultas psikologi tingkat awal semester 1 Universitas Gunadarma, Depok. Sampel yang dipilih adalah remaja akhir yang mempunyai rentang usia 18 sampai 21 tahun yang menyukai film drama romantis dan menonton televisi lebih dari 4 jam dalam sehari sebanyak 60 orang. Dari hasil analisis data diketahui kecenderungan seks pranikah dan intensitas menonton film drama romantis pada uji korelasi sebesar 0,658 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (ρ<0,01), dengan demikian terlihat adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara intensitas menonton film drama romantis dengan kecenderungan seks pranikah pada remaja.

Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak (Sri Rumini & Siti Sundari, 2004). Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan masalah seks pranikah sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman atau media massa (Syafrudin, 2008). Perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Mu tadin, 2002). Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan masalah seks pranikah sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman atau media massa (Syafrudin, 2008). Beberapa kajian menunjukkan bahwa remaja sangat membutuhkan informasi mengenai persoalan seksual dan reproduksi. Remaja seringkali memperoleh informasi yang tidak akurat mengenai seks dari teman-teman mereka, bukan dari petugas kesehatan, guru atau orang tua (Saifuddin & Hidayana, 1999). Ward, Gorvine dan Cytron-Walker (dalam Steven, Rebecca, David, Marc & Sandra, 2005) melakukan penelitian yang mempelajari persepsi remaja tentang hubungan seksual berdasarkan acara-acara yang memiliki waktu tayang utama (prime-time). Mereka menemukan bahwa para penonton yang memiliki sikap rekreatif atau permisif terhadap hubungan seksual cenderung mengidentifikasi diri secara kuat dengan banyak potret seksual TV, sehingga membenarkan dan memperkokoh keyakinan mereka tentang seks. Selain itu, remaja cenderung mengidentifikasikan dirinyai dengan tokoh utama dari program TV sehingga dapat mengidentifikasikan perilaku seksual yang digambarkan dalam program tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja paling tinggi hubungan antara orang tua dengan remaja, diikuti karena tekanan teman sebaya, religiusitas, dan eksposur media pornografi (Soetjiningsih, 2006).

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media massa, tabu-larangan, norma-norma di masyarakat, serta pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan (Sarwono, 2003). Hubungan seksual diantara sepasang manusia merupakan suatu proses keintiman heteroseksual. Menurut Walker (1996) terdapat suatu proses peningkatan dalam keintiman tersebut, yaitu: a) Sentuhan, biasanya berupa pegangan tangan, pelukan. b) Ciuman, biasanya berupa kecupan sampai deep kissing. c) Bercumbu, merupakan gerakan meraba-raba daerah erotik dari pasangan. d) Hubungan seksual/sexual intercourse yaitu hubungan fisik yang dicirikan dengan terjadinya penetrasi alat kelamin laki-laki ke alat kelamin perempuan. Sebuah studi yang dilakukan melibatkan 1.762 remaja berusia antara 12 hingga 17 tahun, menemukan bahwa mereka yang lebih banyak menonton pertunjukan TV yang secara eksplisit mengandung adegan-adegan seksual, cenderung melakukan hubungan seksual dalam waktu 12 bulan, dibandingkan rekan-rekannya yang kurang banyak menonton pertunjukan serupa (Collins, dalam Santrock 2007). Berdasarkan teori kultivasi dan seksualitas, terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seksual. Dalam teori kultivasi diuraikan sebuah proses dimana isi media mempengaruhi informasi, keyakinan, sikap dan nilai para penonton, dan selanjutnya dapat mempengaruhi perilaku penonton. Dampak sosial televisi terjadi secara bertahap dan perlahan-lahan seiring dengan waktu, terakumulasi dengan paparan yang berulang-ulang pada pesan-pesan televisi (Dorr & Rabin dalam Lackner, 2000).

Metode Subjek Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja akhir yang berstatus mahasiswa fakultas psikologi tingkat awal semester 1 di Universitas Gunadarma yang menyukai film drama romantis dan menonton televisi lebih dari 4 jam dalam sehari, dimana responden memiliki rentang usia antara 18 sampai 21 tahun sehingga peneliti bisa mendapatkan jumlah responden yang lebih banyak pada rentang usia tersebut. Alat Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini adalah: 1. Skala kecenderungan seks pranikah yang disusun berdasarkan dimensi seks pranikah menurut Walker (1996) yaitu sentuhan, ciuman, bercumbu dan hubungan seksual/sexual intercourse. 2. Skala intensitas menonton yang diukur menggunakan parameterparameter baku seperti frekuensi, durasi dan atensi pemirsa atau penonton. Hasil Penelitian Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Bivariate Pearson satu ekor pada program SPSS ver. 16 for windows, diketahui intensitas menonton dan kecenderungan seks pranikah pada uji korelasi Bivariate sebesar 0,680 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (ρ<0,01). Dari hasil tersebut, terlihat adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara intensitas menonton film drama romantis dan kecenderungan seks pranikah pada remaja yang berstatus sebagai mahasiswa semester satu fakultas psikologi di Universitas Gunadarma, artinya tinggi rendahnya kecenderungan seks pranikah pada remaja dapat dijelaskan dengan tinggi rendahnya intensitas menonton film drama romantis. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hipotesis penelitian ini diterima, artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara intensitas menonton film drama romantis dan kecenderungan seks pranikah pada remaja yang berstatus sebagai mahasiswa semester satu fakultas psikologi di Universitas Gunadarma, artinya tinggi rendahnya kecenderungan seks pranikah pada remaja dapat dijelaskan dengan tinggi rendahnya intensitas menonton film drama romantis. Berdasarkan perhitungan ini diketahui bahwa mean empirik pada skala intensitas menonton film drama romantis lebih besar dari pada mean hipotetik MH SDH < x MH + SDH (24 < x 28). Standar deviasi hipotetik (SDH) yang diperoleh sebesar 8. Artinya, secara umum subjek penelitian memiliki intensitas menonton film drama romantis dalam kategori rata-rata atau sedang. Berdasarkan perhitungan ini pula diketahui bahwa mean empirik pada skala kecenderungan seks pranikah lebih besar dari pada mean hipotetik MH SDH < x MH + SDH (42 < x 46). Standar deviasi hipotetik (SDH) yang diperoleh sebesar 14. Artinya, secara umum subjek penelitian ini juga memiliki kecenderungan seks pranikah dalam kategori rata-rata atau sedang. Kesimpulan Analisis menunjukan bahwa hipotesis yang telah dirumuskan diterima, dapat dilihat pada tabel korelasi di atas bahwa hasil analisis data antara intensitas menonton film drama romantis dengan kecenderungan seks pranikah menunjukan koefisien korelasi sebesar 0,680 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (ρ<0,01). Hal ini menunjukan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara intensitas menonton film drama romantis dengan kecenderungan seks pranikah, artinya semakin tinggi intensitas menonton film drama romantis, maka semakin tinggi pula kecenderungan seks pranikah. Sebagai informasi tambahan dari hasil penelitian ini, Hasil dari penelitian ini sejalan dengan beberapa teori yang mengatakan bahwa ada keterkaitan antara intensitas menonton film drama romantis dengan kecenderungan seks pranikah.

Salah satunya teori yang dikemukakan oleh Gerbner (1976). Ia menguraikan sebuah proses dimana isi media mempengaruhi informasi, keyakinan, sikap, dan nilai para penonton, dan selanjutnya dapat mempengaruhi perilaku penonton. Saran 1. Bagi Subjek Penelitian Dari riset ini didapat bahwa ada keterkaitan antara intensitas menonton film drama romantis dengan kecenderungan seks pranikah. Oleh karena itu, diharapkan penelitian ini akan memberikan pengetahuan baru bagi para remaja bahwa secara umum remaja memiliki kecenderungan seks pranikah yang ratarata/sedang yang dipengaruhi oleh informasi negatif dalam siaran-siaran atau film di televisi. Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menonton film-film yang berisikan informasi yang positif dan juga melakukan aktifitas positif lainnya untuk mengalihkan keseringan dalam kegiatan menonton. Dengan demikian remaja akan lebih dapat terjauh dari dampakdampak negatif yang didapat dari siaran-siaran atau film yang ditonton. 2. Saran untuk Penelitian Lebih Lanjut Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang intensitas menonton film drama romantis dan kecenderungan seks pranikah, diharapkan agar dapat lebih memfokuskan pada item-item yang kurang mendekati kriteria untuk ditinjau lebih lanjut serta hal-hal yang mungkin memiliki pengaruh terhadap kedua variabel diatas, misalnya dengan subjek penelitian remaja yang bertempat dikos-kosan, atau dengan menggunakan subjek penelitian dengan jumlah yang lebih banyak jika tersedia waktu, tenaga dan biaya yang mencukupi sehingga hasil penelitian akan lebih representatif dalam menggambarkan populasi yang hendak diteliti. Peneliti juga menyarankan, jika peneliti selanjutnya hendak menggunakan angket sebagai alat pengumpul data agar mengurangi jumlah item pada skala yang hendak dijadikan sebagai alat ukur. Dengan demikian diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan baik yang sekarang maupun terdahulu khususnya dibidang Psikologi Perkembangan.

DAFTAR PUSTAKA Gerbner. (1976). Cultivation theory. Diakses pada tanggal 24 juni 2011, dari http://en.wikipedia.org/wiki/cultivation_theory Lackner, T.M. (2000). Enchaning children s educational television with design rationales and justifications. Los Angeles: University of California. Mu tadin Z. (2002). Pendidikan seksual pada remaja. Diakses tanggal 23 juni 2011, dari http//:www.epsikologi.com Rumini S. & Sundari S. (2004). Perkembangan anak dan remaja. Jakarta : PT Rineka Cipta. Saifuddin, A.F & Hidayana, I.M. (1999). Seksualitas remaja. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Santrock, J.W. (2007). Adolescence: Perkembangan remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga. Alih bahasa oleh : Benedictine W Sarwono, W.S. (2003). Psikologi remaja. Jakarta: Grafindo Pers. Steven C.M., Rebecca L.C., David E.K., Marc E., & Sandra H.B. (2005). Social cognitive processes mediating the relationship between exposure to television s sexual content and adolecent s sexual behavior. Journal of Personality and Social Psychology, 89(6), 914-924 Syafrudin. (2008). Remaja dan hubungan seksual pranikah. Diakses pada tanggal 23 juni 2011, dari http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1799376- remaja-dan-hubungan seksual-pranikah/. Walker, R. (1996). Sex and relationship: The complete family guide. London: Sage Publication. Ltd.