BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan untuk memperoleh keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aktiva,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan. Menurut Kasmir (2011) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan makin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan. 1) Sumber daya modal atau uang berhubungan dengan sejumlah uang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Optimalisasi Modal Kerja pada CV. Dharma Utama Batu. Metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja dalam Meningkatkan Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memanfaatkan sumber dana yang ada pada pengendaliannya. Untuk menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam era persaingan bisnis sekarang ini, modal merupakan salah satu faktor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gitosudarmo (2002:81), piutang merupakan aktiva atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA. perkembangan perusahaan tergantung dari cara pengelolaannya. Pengelolaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Sebelum membahas dan menganalisis pokok permasalahan, terlebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS. dalamnya kas, sekuritas, piutang, persedian, dan dan dalam beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Kerja Terhadap Profitabilitas pada perusahaan rokok GO-Public di Indonesia

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

BAB II LANDASAN TEORITIS. Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis

BAB II KERANGKA TEORI. menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut dimasa yang akan datang dan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk

BAB II TINJAUAN PUTAKA. Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian laporan keuangan lainnya yang diungkapkan oleh Munawir

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang dan jasa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, HIPOTESIS, DAN RERANGKA PENELITIAN. Riyanto dalam Akhmad Sakhowi dan Mahirun (2011:2) manajemen keuangan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

BAB 2 LANDSAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PENGOLAHAN MODAL KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian rentabilitas menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 304)

BAB II LANDASAN TEORI. pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan. pengertian laporan keuangan dari beberapa para ahli :

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kebutuhan perusahaan dalam aktiva lancar adalah untuk membiayai operasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Sartono. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 2008:17). Menurut para ahli lainnya, laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan (Djarwanto, 2004:5). Laporan keuangan terdiri dari neraca dan perhitungan rugi laba dan laporan perubahan modal, dimana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan laporan rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Tujuan laporan keuangan dibagi menjadi dua sesuai dengan kebijakan perusahaan dan harus diterapkan sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Harahap (2011:133). Tujuan laporan tersebut yaitu: 7

1. Tujuan umum Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima. 2. Tujuan Khusus Memberi informasi tentang kelayakan, kewajiban, kelayakan bersih, proyeksi laba, perubahan kelayakan dan kewajiban, serta informasi yang relevan. 2.1.2 Modal Kerja Modal kerja adalah dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan segari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah, membayar hutang dan pembayaran lainnya (Basyaib, 2007:123). Sedangkan definisi modal kerja menurut Djarwanto (2004:87) ada tiga definisi modal kerja yaitu: (1) Konsep Kualitatif; (2) Konsep Kuantitatif; dan (3) Konsep Fungsional. Modal kerja pada umumnya mempunyai tingkat keuntungan yang lebih rendah dibandingkan dengan investasi pada aktiva tetap. Maka dari itu modal kerja yang kecil akan lebih menguntungkan perusahaan atau profitabilitas perusahaan itu meningkat, sedangkan jika modal kerja terlalu kecil akan menaikkan resiko perusahaan (khususnya resiko likuiditas). 8

2.1.3 Jenis-jenis Modal Kerja Menurut Riyanto (1998:61), modal kerja digolonggkan menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang tetap harus ada dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatan usaha. Modal kerja permanen ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: (1) Modal Kerja Primer dan (2) Modal Kerja Normal 2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) Modal kerja variable adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja variabel dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: (1) Modal Kerja Musiman; (2) Modal Kerja Siklis; dan (3) Modal Kerja Darurat. 2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Modal Kerja Menurut Munawir (2004:117-119) faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya modal kerja adalah: 1. Sifat atau tipe perusahaan Modal kerja pada suatu perusahaan jasa relatif akan lebih kecil dibandingkan dengan modal kerja pada perusahaan industri, karena perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Sedangkan modal kerja pada suatu perusahaan industri relatif lebih 9

besar karena perusahaan industri harus mengadakan investasi dalam persediaan, baik bahan baku, barang dalam proses maupun barang jadi yang cukup besar agar perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam operasi sehari-hari. 2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut Semakin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau memperoleh barang tersebut, maka semakin besar pula modal kerja yang diperlukan. Disamping itu, harga pokok per satuan barang juga akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang diperlukan. Semakin besar harga pokok per satuan barang yang dijual maka semakin besar pula kebutuhan modal kerja untuk membiayainya. 3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang digunakan untuk memproduksi barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan.jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, maka akan sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan atau dagangan. Sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu pendek, maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan akan semakin besar. 10

4. Syarat Penjualan Semakin lunak kredit yang diberikan perusahaan kepada para pembeli, akan mengakibatkan semakin besar jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam komponen piutang-piutang.untuk memperkecil risiko adanya piutang yang tidak dapat tertagih, sebaliknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada pembeli. Karena dengan itu diharapkan pembeli akan tertarik untuk membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut. 5. Tingkat perputaran persediaan Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan rendah. Untuk mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus disediakan perencanaan dan pengawasan yang teratur dan efisien. Semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil risiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan konsumen, dan disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dalam pemeliharaan selama periode tersebut. 2.1.5 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja 1. Sumber Modal Kerja Sumber modal suatu perusahaan pada umumnya berasal dari: a. Hasil operasi perusahaan, yaitu jumlah net income yang tampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. 11

Jumlah ini yang menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari operasi perusahaan. b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek). Surat berharga adalah salah satu elemen aktiva lancar yang dapat segera dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. c. Penjualan aktiva tidak lancar, aktiva tetap, dan investasi jangka panjang yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan yang dapat menambah modal kerja. d. Penjualan saham obligasi, yaitu dengan mengadakan emisi saham baru atau meminta pemilik perusahaan untuk menambah modal, dan selain itu perusahaan dapat mengeluarkan obligasi. 2. Penggunaan Modal Kerja Penggunaan modal kerja yang dapat mengakibatkan turunnya modal kerja, antara lain: a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, yang meliputi pembayaran gaji, upah, pembelian bahan atau barang dagangan, perlengkapan kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya. b. Kerugian-kerugian yang dialami oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga, maupun kerugian insidentil lainnya. c. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar atau tujuan tertentu dalam jangka panjang, seperti dana pelunasan obligasi, dana pensiun pegawai, dan ekspansi atau dana-dana lainnya. 12

d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja. e. Pembayaran hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk jangka panjang lainnya. f. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik dalam perusahaan perseroan atau persekutuan atau adanya pembayaran deviden dalam perseroan terbatas. 2.1.6 Kas a. Pengertian Kas Pengertian kas menurut beberapa ahli, antara lain sebagai berikut: 1) Menurut Gitosudarmo (2000:61) Kas dapat diartikan sebagai nilai uang kontan yang dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi likuiditasnya. 2) Menurut Atmaja (2008:385) Kas merupakan aktiva yang tidak memberikan penghasilan (non earning asset). Kas dibutuhkan untuk membayar gaji dan bahan baku, membeli aktiva tetap, membayar pajak, melunasi utang, membayar dividen, dan lain-lain. 13

3) Menurut Munawir (2002:158) Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi likuwiditasnya, berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuwiditasnya. 4) Menurut Hanafi (2011:537) Kas merupakan aset yang paling tidak produktif dibandingkan aset lainnya. Karena itu ditinjau dari sisi produktivitas, memegang asset seminimal mungkin merupakan pilihan yang baik untuk perusahaan. 5) Martono dan Harjito (2003:116) Kas merupakan salah satu dari bagian aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling likuid) dan paling mudah berpindah tangan dalam satu transaksi. Transaksi tersebut misalnya untuk pembayaran gaji atau upah pekerja, membeli aktiva tetap, membayar hutang, membayar dividen dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan. b. Tujuan Penyusunan Anggaran Kas Secara umum tujuan penyusunan anggaran kas, antara lain: 1. Menunjukkan posisi kas sebagai akibat perencanaan operasi 2. Menunjukkan kelebihan atau kekurangan kas 3. Menunjukkan kebutuhan mencari pinjaman atau menunjukkan tersedianya kas yang menganggur untuk investasi 4. Mengkoordinir kas dengan: 14

Total modal kerja a) Penjualan b) Investasi c) Hutang 5. Menetapkan dasar kredit yang sehat 6. Menetapkan dasar yang sehat untuk pengendalian posisi kas c. Tahapan Penyusunan Anggaran Kas Penyusunan anggaran kas dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: a. Menyusun rencana penerimaan dan pengeluaran dari operasi perusahaan (transaksi operasi), rencana penerimaan dapat berasal dari penjualan tunai, penerimaan piutang jika penjualan dilakukan secara kredit, pendapatan bunga, pendapatan sewa dan pendapatan lainnya yang kemungkinan diperoleh perusahaan. Sedangkan untuk rencana pengeluaran meliputi pembelian tunai, pembayaran hutang, pembayaran gaji, pembayaran bunga dan pembayaran biaya-biaya lainnya. Dengan rencana penerimaan dan pengeluaran ini dapat diketahui pula adanya difisit atau surplus yang terjadi. b. Menyusun rencana transaksi financial, yaitu transaksi yang berhubungan dengan rencana kebutuhan dana yang diperoleh dari pinjaman-pinjaman menutup defisit yang terjadi beserta rencana pembayaran-pembayaran pinjaman tersebut beserta bunga. c. Menyusun anggaran kas final yaitu meliputi transaksi operasi dan transaksi financial. 15

2.1.7 Piutang a. Pengertian Piutang Pengertian piutang menurut beberapa ahli, antara lain sebagai berikut: 1) Menurut Yusuf (2001:52) Piutang adalah hak untuk menagih sejumlah uang dari sipenjual kepada sipembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi. 2) Menurut Prastowo dan Julianty (2002:147) Piutang berisikan pemberian kredit yang diberikan perusahaan kepada konsumennya ketika menjual barangnya. Mereka mengambil setiap bentuk penjualan kredit dimana perusahaan meneruskannya kembali kepada perusahaan lain. 3) Menurut Martono (2010:95) Piutang merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan / pembeli atau pihak lain yang menjual produk perusahaan secara kredit. 4) Menurut Riyanto (2001:88) Piutang adalah klaim atau tuntutan atas uang dari suatu perusahaan kepada pihak ketiga yang akan berakibat adanya penerimaan uang kas dimasa yang akan datang 5) Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:81) Piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan kredit. 16

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Piutang Menurut Gitosudarmo dan Basri (2000:89) besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Volume Penjualan Kredit Makin besar jumlah penjualan kredit dari keselurahan penjualan akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya makin kecil jumlah penjualan kredit dari keseluruhan piutang akan memperkecil jumlah piutang. 2. Syarat Pembayaran Bagi Penjualan Kredit Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya dan sebaliknya semakin semakin pendek batas waktu pembayaran kredit berarti semakin kecil besarnya jumlah piutang. 3. Ketentuan Tentang Batas Volume Penjualan Kredit Apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar maka besarnya piutang juga semakin besar 4. Kebiasaan Membayar Para Pelanggan Kredit Apabila kebiasaan membayar para pelanggan dari penjualan kredit mundur dari waktu yang dipersyaratkan maka besarnya jumlah piutang relatif besar. 5. Kegiatan Penagihan Piutang dari Pihak Perusahaan Apabila kegiatan penagihan piutang dari perusahaan bersifat aktif dan pelanggan melunasinya maka besarnya jumlah piutang relatif kecil, tetapi apabila kegiatan penagihan piutang bersifat pasif maka besarnya jumlah piutang relatif besar. 17

c. Perputaran Piutang Piutang dalam suatu perusahaan hendaknya harus selalu dalam keadaan berputar. Makin cepat perputaran piutang makin baik pula kondisi keuangan perusahaan. Tingkat perputaran piutang dapat diketahui dari jumlah penjualan kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang (Riyanto,2012:90). Pernyataan tersebut dapat disajikan dalam bentuk rumus sebagai berikut: Perputaran piutang = Piutang Rata-rata = Penjualan Kredit Piutang Rata rata Piutang Awal +Piutang Akhir 2 Rata-rata Pengumpulan Piutang = 360 hari Perputaran Piutang Tinggi rendahnya perputaran piutang akan mempengaruhi besar kecilnya modal yang diinvestasikan kedalam piutang. Semakin tinggi perputaran piutang, akan semakin pendek pula waktu terikat modal terhadap piutang, oleh karena itu untuk mempertahankan penjualan kredit tertentu, dengan naiknya perputaran akan dibutuhkan modal yang lebih kecil untuk diinvestasikan dalam piutang. 2.1.8 Persediaan a. Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut beberapa ahli, antara lain sebagai berikut: 1) Menurut Rangkuti (2007:2) Persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta 18

barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu. 2) Menurut Riyanto (2012:69) Persediaan merupakan elemen utama dari modal kerja yang merupakan aktiva dalam keadaan selalu berputar dan terus-menerus mengalami perubahan. 3) Menurut Assuari (1993:219) Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya suatu proses produksi. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Persediaan Menurut P.Suyadi (2001:71) faktor yang mempengaruhi jumlah persediaan adalah: 1. Perkiraan pemakaian bahan baku Penentuan besarnya persediaan bahan yang diperlukan harus sesuai dengan kebutuhan pemakaian bahan tersebut dalam satu periode produksi tertentu. 2. Harga bahan baku Harga bahan yang diperlukan merupakan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi besarnya persediaan yang harus diadakan. 19

3. Biaya persediaan Terdapat beberapa jenis biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku, adapun jenis biaya persediaan adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan bahan gudang. 4. Waktu menunggu pesanan (Leadtime) Adalah waktu antara tenggang waktu sejak pesanan dilakukan sampai dengan saat pesanan tersebut masuk kegudang. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Persediaan Menurut Riyanto (2001:74) besar kecilnya persediaan yang dimiliki perusahaan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan kehabisan persediaan yang akan menghambat atau mengganggu jalannya produksi. 2. Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume sales yang direncanakan. 3. Besar pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapatkan biaya pembelian yang minimal. 4. Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan diwaktuwaktu yang akan datang. 5. Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material. 6. Harga pembelian bahan mentah. 20

7. Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan digudang. 8. Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya. d. Manfaat Memiliki Persediaan Bahan bagi Perusahaan Persediaan merupakan elemen utama terbesar dari modal kerja yang merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar dimana secara terusmenerus mengalami perubahan. Oleh karena itu menurut Assuari (2004:170) persediaan yang diadakan mulai dari yang bahan mentah sampai dengan barang jadi memiliki manfaat bagi perusahaan, antara lain: 1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan. 2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. 3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu ada dalam pasaran. 4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi. 5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya dimana keinginan pelangga pada suatu waktu dapat dipenuhi adalah memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut. 7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya. 21

e. Perputaran Persediaan Perputaran persediaan adalah perputaran penjualan atas dana yang terdapat dalam persediaan, yaitu barang atau bahan yang dibeli atau diproduksi oleh perusahaan yang dipergunakan dalam proses produksi atau siap dijual satu periode akuntansi (Sugiono,2008:58). Cara pengukuran tingkat perputaran persediaan dalam suatu periode tertentu dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: Perputaran Persediaan = Penjualan Persediaan Kali Rata-rata umur persediaan = 365 (jumlah hari dalam satu tahun ) Perputaran Persediaan 2.1.9 Profitabilitas a. Pengertiaan Profitabilitas Pengertian profitabilitas menurut beberapa ahli, antara lain sebagai berikut: 1) Menurut Harahap (2008:304) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. 2) Menurut Darsono (2006:55) Profitabilitas adalah kemampuan manajemen untuk memperoleh laba, yang terdiri dari laba kotor, laba operasi, dan laba bersih. 22

b. Pengukuran Tingkat Profitabilitas Menurut Syamsudin (1985:53) para pemilik perusaahan terutama pihak manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan karena disadari bahwa betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahaan. Untuk itu ada beberapa indikator rasio profitabilitas yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, antara lain: 1. Return On Assets (ROA) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu (Hanafi dan Halim, 2007:84). ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Return On Assets (ROA) = Laba Setelah Pajak Total Aktiva x 100% 2. Return Of Equity (ROE) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2007:84). ROE dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Return On Equity (ROE) = Laba Bersih Setelah Pajak Modal Sendiri x 100% 3. Net Profit Margin (NPM) Rasio ini diinterprestasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) diperusahaan pada periode tertentu (Hanafi dan Halim, 2007:84). NPM dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 23

Net Profit Margin (NPM) = Laba Bersih Setelah Pajak Penjualan x 100% 2.1.10 Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Profitabilitas Perputaran kas menunjukkan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan. Semakin tinggi perputaran kas disuatu perusahaan akan semakin baik, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya maka keuntungan yang diperoleh perusahaan akan semakin besar. Setiap perusahaan pasti memiliki kas dan surat berharga yang biasanya disebut juga dengan alat likuid. Perusahaan melakukan investasi kedalam alat likuid karena terdapat faktor ketidakpastian antara arus kas masuk dan arus kas keluar. Apabila arus kas keluar lebih besar dari pada arus kas masuk disertai perusahaan tidak memiliki persediaan kas dan surat berharga, maka perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan. 2.1.11 Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan penjualan kredit (Munawir, 2002:75). Piutang muncul karena perusahaan melakukan penjualan secara kredit untuk meningkatkan volume usahanya. Piutang merupakan tingkat likuiditas yang tinggi daripada inventory. Piutang merupakan salah satu elemen dari aktiva lancar, dimana aktiva lancar merupakan dari modal kerja. Semakin cepat periode berputarnya piutang menunjukkan semakin cepat perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan kredit tersebut, sehingga profitabilitas perusahaan tersebut juga ikut meningkat. 24

2.1.12 Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas Setiap perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, perdagangan maupun perusahaan jasa mempunyai persediaan. Tanpa adanya persediaan yang memadai kemungkinan besar perusahaan tidak bisa memperoleh keuntungan yang diinginkan sebab proses produksinya akan terganggu. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut (Munawir, 2010). 2.1.13 Penelitian Terdahulu Penelitian sejenis yang meneliti tentang pengaruh penggunaan modal kerja terhadap profitabilitas dilakukan oleh Wijayanti (2005) dengan mengambil data penelitian dari tahun 1999 sampai 2003, pada PT.Matahari Putra Prima,Tbk di Bursa Efek Surabaya (BES). Permasalahan yangterjadi sehubungan dengan perputaran modal kerja pada PT. Matahari Putra Prima,Tbk yaitu perputaran modal kerja yang dimiliki perusahaan pada tahun 2002 mengalami penurunan. Dan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa hal yang perlu diperhatikan dalm meningkatkan perputaran modal adalah tingkat persediaan. Semakin sering persediaan diganti (dijual dan dibeli kembali) maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan semakin rendah. Untuk mencapai persediaan yang tinggi diperlukan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien. 25

Semakin tinggi tingkat persediaan akan mengurangi resiko kerugian karena penurunan harga, perubahan permintaan atau perubahan mode juga menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan dari persediaan dengan melakukan hal-hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan perputaran modal kerja dan juga laba perusahaan akan meningkat. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Pramestia (2011) yang meneliti tentang Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas PT. Ultra Jaya Milk di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa permasalah yang terjadi dimana pengaruh modla kerja ternyata berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Dan dengan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa elemen-elemen modal kerja yang terdiri dari kas, piutang dan persediaan secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. Untuk mendapatkan profitabilitas perusahaan dapat menekan biaya-biaya operasional perusahaan agar dapat meningkatkan laba perusahaan. 26

2.2 Rerangka Pemikiran Gambar 1 Rerangka Pemikiran 2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara dari suatu rumusan masalah penelitian yang mungkin benar atau salah, karena jawaban yang diberikan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. 27

Hipotesis akan ditolak jika terdapat kepalsuan dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan. Berdasarkan latar belakang, perumusan maslah, tujuan penelitian dan tinjauan teoretis yang telah diuraikan, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan food & beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan food & beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan food & beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 28