ANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUATAN POROS ALUMINIUM MENGGUNAKAN EMCO T.U CNC -2A SMKN2 PEKANBARU DENGAN ROUNDNESS TESTER MACHINE

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUBUTAN POROS ALUMINIUM PADA LATHE MACHINE TYPE LZ 350 MENGGUNAKAN ALAT UKUR ROUNDNESS TESTER MACHINE

MODIFIKASI MESIN BUBUT DENGAN PENAMBAHAN ALAT BANTU CEKAM UNTUK MEMBUAT KOMPONEN YANG MEMBUTUHKAN PROSES FREIS

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

STUDI KECERMATAN ALAT UKUR KEBULATAN (ROUNDNESS TESTER MACHINE) PRODUKSI LABORATORIUM PENGUKURAN UNIVERSIATAS RIAU

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

PENGARUH BEBERAPA PARAMETER PROSES TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN HASIL PEMESINAN GERINDA RATA PADA BAJA AISI 1070 DAN HSS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KECERMATAN ALAT UKUR ROUNDNESS TESTER MACHINE PRODUKSI LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK MESIN UNVERSITAS RIAU DENGAN METODE HELIX

BAB II LANDASAN TEORI

MEKANIKA Volume 12 Nomor 1, September Keywords : Digital Position Read Out (DRO)

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

PENGARUH GERAK MAKAN DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP HASIL KESILINDRISAN PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES BUBUT SILINDRIS

PENGARUH GERAK MAKAN DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP HASIL KESILINDRISAN PERMUKAAN BENDA KERJA ST 42 PADA PROSES BUBUT SILINDRIS

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 1-8 ISSN , e-issn

PENGARUH KECEPATAN MAKAN PADA GERAKAN INTERPOLASI LINIER DALAM PROSES PEMESINAN MILLING CNC

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris

PENGARUH PARAMETER PROSES TERHADAP KUALITAS GEOMETRIK HASIL PEMBUBUTAN POROS IDLER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Disusun oleh : Yulius Wahyu Jatmiko NIM : I

BAB II LANDASAN TEORI

MATERI KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL PENGARUH VARIASI GERAK MAKAN, KEDALAMAN POTONG DAN JENIS CAIRAN PENDINGIN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN PEMBUBUTAN BAJA ST 37

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PENGARUH SUDUT POTONG (RAKE ANGLE) PADA PROSES TURNING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN RINGKASAN

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340

INTEGRASI SISTEM INTERAKTIF DALAM SISTEM OPERASI MESIN BUBUT CNC UNTUK PENDIDIKAN

MATERI PPM PRINSIP PEMBUATAN PROGRAM CNC (Metode, Struktur, dan Eksekusi Program)

PENGARUH FEEDING DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL PEMBUBUTAN RATA PADA MATERIAL BAJA ST 37

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR

Mesin Milling CNC 8.1. Proses Pemotongan pada Mesin Milling

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

PENGARUH KEDALAMAN POTONG, KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GAYA PEMOTONGAN PADA MESIN BUBUT

Toleransi& Implementasinya

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TEKNIK PENYAYATAN PAHAT MILLING PADA CNC MILLING 3 AXIS TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BERKONTUR

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR)

JURNAL KONSENTRASI TEKNIK PRODUKSI

BAB III PERANCANGAN ALAT. Muiai. Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP. Sketsa alat. Desain gambar

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BANTU PEGANG (FIXTURE) UNTUK PROSES PENGELASAN SAMBUNGAN-T

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

DESAIN DAN PABRIKASI GERINDA TOOLPOST PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK SISTEM OPERASI MESIN MILLING CNC TRAINER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

c. besar c. besar Figure 1

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MEMPERGUNAKAN MESIN BUBUT (KOMPLEK)

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

PERBANDINGAN TINGKAT KEKASARAN DAN GETARAN PAHAT PADA PEMOTONGAN ORTHOGONAL DAN OBLIQUE AKIBAT SUDUT POTONG PAHAT

STUDI KEMAMPUAN DAN KEANDALAN MESIN FREIS C2TY MELALUI PENGUJIAN KARAKTERISTIK STATIK MENURUT STANDAR ISO Julian Alfijar 1 ), Purnomo 2 )

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan

PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/ PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

JUDUL : PEMBUATAN ALAT PENGUKUR KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA HASIL PROSES PEMESINAN YANG DIAPLIKASIKAN PADA KOMPUTER

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG PAHAT HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN ORTHOGONAL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MAKALAH KONFIGURASI PERMUKAAN DAN TOLERANSI SEMESTER GENAP 2015

SURAT KETERANGAN No : 339C /UN /TU.00.00/2015

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Mesin bubut (Turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas

PENGARUH VARIASI CUTTING FLUID DAN VARIASI FEEDING PADA PROSES PEMOTONGAN ORTHOGONAL POROS BAJA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN. Febi Rahmadianto 1)

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru,28293 Indonesia

STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT, PENGARUH RAKE ANGLE DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP TENAGA YANG DIPERLUKAN UNTUK PEMOTONGAN

KARAKTERISASI PAHAT BUBUT HIGH SPEED STEEL (HSS) BOEHLER TIPE MOLIBDENUM (M2) DAN TIPE COLD WORK TOOL STEEL (A8)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

PENGARUH PROSES BURNISHING TERHADAP KEKASARAN DAN KEKERASAN MILD STEEL MENGGUNAKAN MESIN BUBUT KONVENSIONAL

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN MOBIL KAYU DENGAN MESIN CNC ROUTER PADA INDUSTRI BATIK KAYU

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL DRILL JIG UNTUK PENGGURDIAN FLENS KOPLING

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR. Disusun Oleh : JOSSY KOLATA ( ) KELOMPOK 5

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK

Proses Kalibrasi Sumbu X, Y, Dan Z Pada Mesin CNC Router Kayu 3 Axis Menggunakan Alat Bantu Dial Indicator dan Block Gauge

Materi 3 Seting Benda Kerja, Pahat, dan Zero Offset Mesin Bubut CNC Tujuan :

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

Transkripsi:

ANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC Muhammad Yanis Jurusan Teknik Mesin-Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl.Raya Prabumulih km 32, Inderalaya-Ogan Ilir (30662) Abstrak Banyak komponen mesin khususnya komponen mesin atau peralatan yang berputar, memiliki penampang berbentuk bulat. Suatu komponen dengan permukaan silindris dengan tingkat kebulatan yang baik (sesuai toleransi yang ditentukan) sangat dibutuhkan, hal ini ak an berhubungan dengan fungsi komponen tersebut. Ketidakbulatan (out of roundness) merupakan salah satu jenis kesalahan bentuk (geometrik) dan dapat dipergunakan untuk mengetahui beberapa kesalahan bentuk lainnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui besar kesalahan geometrik yang terjadi pada pembuatan komponen menggunakan mesin bubut CNC dengan melakukan pengukuran profil kebulatan. Nilai kebulatan yang didapat juga akan digunakan untuk mencari nilai kesalahan geometrik lain, yaitu kesejajaran, ketegaklurusan dan toleransi geometrik. Dari hasil pengujian didapat bahwa kesalahan geometrik terbesar (ketidakbulatan) rata-rata 44,7 μm yang terjadi di posisi terluar dari tumpuan/pencekam. Kesalahan lain yaitu ketegaklurusan 5,5 μm, ketidaksejajaran 4,5 μm, dan toleransi kesalahan terbesar adalah 6,4 μm. Dengan demikian mesin bubut CNC yang dipakai masih mampu membuat komponen yang teliti dilihat dari segi kesalahan geometrik yang terjadi. Nilai kesalahan geometrik masih dibawah nilai toleransi (50 μm). Kata kunci : Ketelitian geometrik, kebulatan, toleransi dimensi, toleransi geometrik, kesejajaran dan ketegaklurusan. I. PENDAHULUAN Kualitas komponen yang dibuat menggunakan mesin perkakas dinilai dari ketelitian dimensi, geometrik (bentuk) dan kekasaran permukaan (surface roughness). Mesin perkakas tersebut terdiri atas mesin perkakas konvensional dan mesin perkakas CNC (computer Numerical Control). Sesuai kelebihan yang dimiliki mesin perkakas CNC (lebih teliti, lebih tepat, produktif dan kompleksitas tinggi), maka sudah tentu komponen yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang lebih tinggi dari mesin perkakas konvensional (Rochim T., 2007). Banyak komponen mesin atau peralatan lainnya, khususnya komponen mesin atau peralatan yang berputar, memiliki penampang berbentuk bulat. Suatu komponen dengan permukaan silindris dengan tingkat kebulatan yang baik (sesuai toleransi yang ditentukan) sangat dibutuhkan, hal ini akan berhubungan dengan fungsi komponen tersebut. Peran kebulatan pada fungsi suatu komponen diantaranya membagi beban sama rata, mempelancar pelumasan, menentukan ketelitian putaran, menentukan umur komponen dan menentukan kondisi suaian (Rochim T., 2001). Ketidakbulatan (out of roundness) merupakan salah satu jenis kesalahan bentuk (geometrik) dan umumnya berkaitan erat dengan beberapa kesalahan bentuk lainnya, yaitu kesamaan sumbu, kelurusan, ketegaklurusan dan kesejajaran. Suatu komponen dengan kebulatan ideal sangat sulit untuk dibuat, sehingga dapat dipastikan akan terjadi suatu ketidakbulatan pada komponen tersebut. Walaupun secara visual penampang suatuk omponen berbentuk bulat, namun bila dilakukan pembesaran maka akan terlihat suatu ketidakbulatan terjadi pada penampang tersebut. Keterbatasan yang ada pada proses pembuatan menyebabkan hal tersebut tidak dapat dihindarkan, sehingga ketidakbulatan yang terjadi harus ditolerir dalam batas-batas tertentu sesuai dengan tujuan dan fungsi dari komponen tersebut. 50 Analisis Profil kebulatan untuk menentukan kesalahan giometrik pada pembuatan Komponen

Penelitian ini bertujuan mengetahui besar kesalahan geometrik yang terjadi pada pembuatan komponen menggunakan mesin bubut CNC (TU2A EMCO - Austria) dengan melakukan pengukuran profil kebulatan. Kesalahan geometrik yang dicari adalah kebulatan pada posisi tertentu dari komponen, kesejajaran, ketegaklurusan dan toleransi. Manfaat dari pengujian ini adalah ingin melihat apakah mesin bubut CNC yang dipakai, apakah masih dapat membuat komponen yang teliti dilihat dari kesalahan geomterik yang terjadi. Hal ini dipandang perlu karena mesin yang ada tersebut sudah mulai tua. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebulatan Pada umumnya suatu profil kebulatan dikatakan bulat sempurna bila jarak titik-titik yang terdapat pada bentuk geometrik tersebut memiliki jarak yang sama terhadap sebuah titik yang disebut dengan titik pusat. Suatu profil kebulatan dikatakan tidak bulat sempurna jika terjadi ketidakbulatan yang ditandai dengan adanya perbedaan jarak antara titik-titik pada bentuk geometrik tersebut terhadap titik pusatnya. ISO/R 1101 mendefenisikan toleransi kebulatan sebagai daerah toleransi pada bidang penampang yang dibatasi oleh dua lingkaran konsentrik dengan selisih radius sebesar harga toleransinya (Rochim T., 2001). Adanya ketidakbulatan cetakan pada proses ekstrusi atau penarikan(drawing). Adanya ketidakbulatan bahan yang mencolok pada proses gerinda tanpa senter. (Rochim T., 2001) 2.2. Pengukuran Kebulatan Pengukuran kebulatan dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang memiliki dua sensor yang saling bertolak belakang (180 o ), misalnya mikrometer. Dengan menggunakan mikrometer penampang poros dengan dua tonjolan beraturan (elips) akan dapat diketahui ketidakbulatannya, yaitu dengan mengukur diameter pada sisi terjauh dan diameter pada sisi terdekat. Tetapi alat ukur tersebut tidak dapat digunakan untuk mengetahui ketidakbulatan poros yang memiliki tonjolan berjumlah ganjil beraturan, karena alat ukur tersebut akan menunjukkan hasil yang selalu sama. Mengurangi sifat adhesive pada pahat potong dan geram. Gambar 2. Pengukuran kebulatan dengan dua sensor Pengukuran alat ukur dengan tiga sensor tersebut dapat disetarakan dengan cara pengukuran menggunakan blok-v (V block dengan sudut 60 o ) dan jam ukur. Gambar 1. Toleransi untuk geometrik kebulatan Hal-hal yang berhubungan dengan proses pembuatan yang dapat menyebabkan terjadinya ketidakbulatan pada komponen yang dibuat adalah sebagai berikut : Keausan yang terjadi pada bantalan poros utama mesin bubut atau mesin gerinda yang digunakan. Lenturan yang terjadi pada benda karja atau pada mesin perkakas yang diakibatkan oleh gaya pemotongan yang cukup besar. Kesalahan posisi senter pemegang. Tekanan alat pemegang atau pencekam pada komponen yang berdinding tipis. Terjadi chatter pada proses pemotongan. Gambar 3. Pengukuran kebulatan dengan blok-v (60 o ) dan jam ukur tidak selalu menunjukkan adanya ketidakbulatan; tergantung pada bentuk profil kebulatan poros yang diukur. Pengukuran kebulatan poros dilakukan dengan cara meletakkan pada blok-v dan kemudian memutarnya dengan menempelkan sensor jam ukur di atasnya. JURNAL REKAYASA SRIWIJAYA No. 1 Vol. 19, Maret 2010 51

Cara tersebut merupakan cara klasik untuk mengetahui kebulatan. Agar titik pusat benda ukur tidak berpindah, maka benda ukur dapat diputar di antara dua senter, sementara itu sensor jam ukur akan merasakan perubahan permukaan benda ukur. Cara pengukuran seperti ini hanya bisa dilakukan bila benda ukur mempunyai lubang senter, sementara itu dengan cara ini ketelitian putaran sangat dipengaruhi oleh posisi senter, bentuk senter dan ketidakbulatan senter. Meskipun cara-cara pengukuran kebulatan seperti tersebut di atas memiliki berbagai kelemahan, akan tetapi cara-cara tersebut masih sering dilakukan. Gambar 4. Pengukuran kebulatan diantara dua senter Gambar 5. Prinsip kerja alat ukur kebulatan (Rochim T., 2001) 2.3. Parameter Kebulatan Untuk dapat menyatakan tingkat ketidakbulatan suatu benda ukur maka perlu ditetapkan suatu parameter kebulatan. Parameter kebulatan dapat dihitung berdasarkan profil kebulatan, relatif terhadap lingkaran referensinya. Dalam hal ini terdapat empat jenis lingkaran referensi yang dapat digunakan dalam menentukan harga parameter kebulatan. Empat lingkaran referensi untuk menentukan parameter kebulatan : 1. Lingkaran luar minimum (minimum circumscribed circle) Merupakan lingkaran terkecil yang mungkin dibuat diluar profil kebulatan tanpa memotong profil tersebut. Ketidakbulatan adalah sama dengan jarak radial dari lingkaran tersebut ke lekukan paling dalam. 2. Lingkaran dalam maksimum (maximum inscribed circle) Merupakan lingkaran terbesar yang mungkin dibuat di dalam profil kebulatan tanpa memotong profil tersebut. Ketidakbulatan sama dengan jarak radial dari lingkaran tersebut ke tonjolan yang paling luar. 3. Lingkaran daerah minimum (minimum zone circle) Dua buah lingkaran konsentris yang melingkupi profil kebulatan sedemikian rupa sehingga jarak radial antara kedua lingkaran tersebut adalah yang terkecil. Titik tengah dari lingkaran minimum tersebut disebut dengan minimum zone center (MZC). Sedang ketidakbulatan adalah selisih radius kedua lingkaran tersebut dan dinamakan minimum radial zone (MRZ). 4. Lingkaran kuadrat terkecil (least square circle) Merupakan lingkaran yang ditentukan berdasarkan profil kebulatan sedemikian rupa sehingga jumlah kuadrat jarak dari sejunlah titik dengan interval sudut yang sama pada profil kebulatan ke lingkaran referensi adalah paling kecil. Titik tengah lingkaran kuadrat terkecil dinamakan least square center (LSC). Jarak radial harga mutlak rata-rata antara profil kebulatan dengan lingkaran kuadrat terkecil disebut mean line average (MLA). Ditinjau dari segi teori maka parameter kebulatan mean line average (MLA) dapat dianggap paling baik untuk menyatakan harga ketidakbulatan serta titik pusat (LSC) dengan teliti. ISO menganjurkan penggunaan lingkaran daerah minimum sebagai referensi untuk menghitung harga ketidakbulatan, karena MRZ yang diperoleh adalah setaraf dengan defenisi toleransi kebulatan. Jenis karakteristik geometrik yang dapat dikontrol dengan suatu toleransi serta simbol yang digunakan diperlihatkan tabel (1). 52 Analisis Profil kebulatan untuk menentukan kesalahan giometrik pada pembuatan Komponen

Gambar 6. Grafik polar dari empat jenis lingkaran referensi untuk menentukan parameter kebulatan yaitu R = R max R min (titik pusat masing-masing lingkaran referensi bisa berlainan). Tabel 1. Jenis toleransi bentuk dan posisi menurut standar ISO III. METODOLOGI PENELITIAN Analisis kualitas geometrik dari komponen yang dibuat dengan melihat hasil yang didapat dari pengukuran profil kebulatan. Nilai kebulatan tersebut ditampilkan dalam grafik polar. Untuk mendapatkan data tersebut langkah-langkah yang akan dilakukan adalah melakukan pengujian berdasarkan prosedur seperti gambar (8). Langkah awal yang dilakukan untuk pengukuran kebulatan adalah pembuatan benda kerja; secara otomatis dari program CNC yang telah disiapkan sebelumnya. Bentuk benda kerja yang dibuat seperti gambar (9). Pengukuiran kebulatan dilakukan dengan cara benda kerja tidak dilepas (metode dua senter) dan pada ujung bebas di center dengan tailstock. Dial stand dilekatkan pada lintasan luncur (guide ways) mesin perkakas disesuaikan posisinya didekat titik pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan memutar JURNAL REKAYASA SRIWIJAYA No. 1 Vol. 19, Maret 2010 53

benda kerja berselang 10 o ( benda kerja ditandai berjarak 10 o ). Setiap pengukuran, jarum dial indicator diangkat untuk menghindari kesalahan pengukuran dan kerusakan sensor. Pengujian dilakukan di Lab. CNC-CAD/CAM Fakultas Teknik Unsri. Studi Lit. Mulai Identifikasi dan Perumusan Masalah Pahat dari jenis karbida (sudut potong utama 90 0, Sudut geram, 0 = 0 o, Sudut sisi miring λ s = 0 o ) Bentuk benda kerja yang dibuat seperti ditunjukkan gambar di bawah ini. Posisi A merupakan titik referensi pengukuran kebulatan. Posisi A berjarak ± 10 mm dari pencekam spindel mesin bubut dan kebulatan titik ini dianggap mempunyai kesalahan yang sangat kecil. Posisi 1 sampai dengan posisi 5 tempat dilakukan pengukuran kebulatan yang akan dipakai untuk analisis kesalahan geometrik. Persiapan : Mesin, B.Kerja, Program CNC Tidak Pembuatan Benda Kerja yang akan Diukur Kebulatannya Pengukuran Kebulatan Analisa Data, Grafik Polar Kelayakan Hasil Ya Kesimpulan Selesai Gambar 7. Prosedur penelitian analisa kebulatan 3.1. Bahan dan Peralatan Pengujian Karena keterbatasan mesin CNC yang digunakan, pengujian menggunakan material Aluminium berdiameter awal 40 mm. Mesin CNC yang ada hanya mampu melakukan pemesinan untuk material Aluminium atau Kuningan dan tidak sanggup untuk material yang lebih keras seperti baja. Bahan dan peralatan pengujian yang digunakan dalam pengambilan data terdiri atas : Mesin bubut CNC-EMCO Mier TU2A-Austria, daya maksimum 0,75 kw Benda kerja hasil bubut (material aluminium) Dial stand Dial indicator ( kecermatan 0,001 mm) Gambar 8. Posisi pengukuran pada benda kerja 3.2. Data Kondisi Pengujian : Kondisi dan variabel pengujian yang diambil dengan menyesuaikan kondisi mesin yang digunakan serta pahat yang ada sebagai berikut : Pahat Sudut potong utama, r = 90 o Putaran spindel 1500 rpm Kecepatan makan 100 mm/min Kedalaman makan 0,25 mm, finishing 0,05 mm IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Data Analisa data dilakukan dengan men-plot data hasil pengukuran kebulatan kedalam grafik polar. Dari grafik inilah akan dilakukan penentuan ketidakbulatan, penyimpangan terhadap kebulatan ideal, kesejajaran, ketegaklurusan dan toleransi dari titik yang diukur. Skala untuk setiap grafik disesuaikan nilai yang didapat sehingga ada kesesuaian dalam penggambaran di grafik polarnya. Berikut hasil pengukuran kebulatan yang langsung diplot grafik polar. 54 Analisis Profil kebulatan untuk menentukan kesalahan giometrik pada pembuatan Komponen

n p m Gambar 9. Grafik kebulatan pengukuran posisi 1 (1 skala dalam grafik = 3 μm) Gambar 12. Grafik kebulatan pengukuran posisi 5 (1 skala dalam grafik = 3 μm) n q Gambar 10. Grafik kebulatan pengukuran posisi 2 (1 skala dalam grafik = 3 μm) Gambar 13. Grafik kebulatan pengukuran posisi 1 (1 skala dalam grafik = 1 μm) Dari ke-5 grafik itu maka dapat ditentukan data sebagai berikut : a. Ketidakbulatan masing-masing titik pengamatan. o Penentuan ketidakbulatan dan penentuan jarak titik tengah MZC dengan titik tengah grafik polar dilakukan dengan p dua cara yaitu dengan lingkaran daerah minimum (MZC) dan lingkaran kudrat terkecil (LSC). Lingkaran daerah minimum (MZC) MZC = Jari-jari lingk maks. Jari-jari lingk min. Gambar 11. Grafik kebulatan pengukuran posisi 3 (1 skala dalam grafik = 3 μm) JURNAL REKAYASA SRIWIJAYA No. 1 Vol. 19, Maret 2010 55

Tabel 2. Harga ketidakbulatan berdasarkan MZC Posisi Ketidak bulatan μm Jarak titik tengah grafik dengan titik tengah MZC, μm posisi 1 40 m = 7 posisi 2 36 n = 5 posisi 3 32 o = 4 posisi 4 26 p = 4 posisi 5 4 q = 1,5 Lingkaran kuadrat terkecil (LSC) Untuk menentukan ketidak bulatan menggunakan pers. berikut (Rochim T., 2001) : x a 2 n (1) y b 2 n (2) R r n (3) dimana : a = Jarak titik tengah grafik dengan titik tengah profil kebulatan (MZC) arah x b = Jarak titik tengah grafik dengan titik tengah profil kebulatan (MZC) arah y R = Jari-jari lingkaran rata-rata dari LSC profil kebulatan (ketidakbulatan) n = Jumlah data Tabel 4. Harga ketidakbulatan rata-rata berdasarkan MZC & LSC Posisi Ketidak bulatan rata-rata, R Jarak titik tengah grafik dengan titik pusat profil, posisi 1 44,65 μm m = 6,38 μm posisi 2 39,80 μm n = 5,18 μm posisi 3 33,65 μm o = 4,45 μm posisi 4 30,25 μm p = 3,64 μm posisi 5 10,20 μm q = 2,17 μm b. Ketidak sejajaran sumbu antara posisi 1 dan posisi 3, dicari menggunakan persamaan berikut : Ketidaksejajaran 1dan 3 m - o MxH posisi (4) dimana M adalah pembesaran (M=1) dan H adalah jarak posisi 1 dan posisi 3 (H = 30 mm), maka didapat ketidak sejajaran = 0,064 μm. c. Ketidaksejajaran bidang posisi 4 dan posisi 5 dicari dari jarak antara masing-masing MZC yaitu dari grafik didapat = 4,5 μm. Hasil perhitungan untuk seluruh posisi pengamatan didapat nilai sebagai berikut : Tabel 3. Harga ketidakbulatan berdasarkan LSC Posisi Jarak (a) μm Jarak (b) μm Ketidak bulatan (R) μm Jarak titik tengah grafik ke titik pusat profil, μm 1 3,0 1,5 49,3 m = 7,76 2 6,1 4,8 43,6 n = 4,90 3 4,6 1,7 35,3 o = 3,35 4 2,8 1,7 34,5 p = 3,28 5 1,9 2,1 16,4 q = 2,83 Bila dirata-ratakan untuk kedua cara tersebut, maka nilai ketidakbulatan dan jarak titik tengah grafik dengan titik pusat profil kebulatan menjadi sebagai berikut : Gambar 14. Profil kebulatan gabungan posisi 4 dan posisi 5 (1 skala = 3 μm) d. Ketegaklurusan posisi 4 dan posisi 5 terhadap posisi 3 adalah jarak posisi 4 dan posisi 5 ke posisi 3 dan dari grafik didapat = 4,5 μm. dan 5,5 μm. 56 Analisis Profil kebulatan untuk menentukan kesalahan giometrik pada pembuatan Komponen

antara kedua lingkaran tersebut adalah yang terkecil. Sementara itu cara LSC berdasarkan perhitungan rata-rata untuk setiap data. Penyimpangan terbesar terjadi pada titik terjauh dari tumpuan, hal ini wajar karena di posisi tersebut timbul defleksi yang terbesar. Besar penyimpangan maksimum adalah 44,65 μm. Kesalahan lain yaitu ketidaksejajaran 4,5 μm, ketegaklurusan 5,5 μm dan toleransi kesalahan terbesar adalah 6,38 μm. Dengan demikian mesin bubut CNC yang dipakai masih dapat membuat komponen yang teliti dilihat dari segi kesalahan geometrik yang terjadi, terutama untuk komponen berukuran kecil. Gambar 15. Profil kebulatan gabungan posisi 3 dengan posisi 4 (1 skala = 3 μm) V. KESIMPULAN Dari hasil analisa data maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Gambar 16. Profil kebulatan gabungan posisi 3 dengan posisi 5 untuk menentukan ketegaklurusan (1 skala = 3 μm) Suatu komponen dengan kebulatan ideal sangat sulit untuk dibuat, sehingga dapat dipastikan akan terjadi suatu ketidakbulatan pada komponen tersebut. Kesalahan geometrik yang terjadi dari komponen pengujian yang dibuat tidak terlalu besar (dibawah 50 μm). Kesalahan terbesar berada di posisi terjauh dari tumpuan dengan besar ketidakbulatan 44,65 μm. Kesalahan lain yaitu ketidaksejajaran 4,5 μm, ketegaklurusan 5,5 μm dan toleransi kesalahan terbesar adalah 6,38 μm. Dengan demikian mesin bubut CNC yang dipakai masih dapat membuat komponen yang teliti dilihat dari segi kesalahan geometrik yang terjadi, terutama untuk komponen berukuran kecil. e. Nilai toleransi untuk masing masing posisi Nilai toleransi ditentukan dari jarak titik tengah grafik dengan titik pusat profil kebulatan dibagi pembesaran grafik. Pembesaran untuk data diatas adalah M = 1, sehingga nilai toleransi kesalalahan untuk posisi 1 sampai dengan posisi 5 adalah : 6,38 μm ; 5,18 μm ; 4,45 μm ; 3,64 μm ; 2,17 μm. IV. PEMBAHASAN Penentuan ketidak bulatan antara cara MZC dan LSC terdapat perbedaan, namun pebedaan itu masih dibawah nilai toleransi kebulatan secara umum yaitu 50 μm. MZC dihitung berdasarkan pendekatan yang dicari dengan membuat dua buah lingkaran konsentris yang melingkupi profil kebulatan sedemikian rupa sehingga jarak radial VI. DAFTAR PUSTAKA [1]. Kalpakjian S, Manufacturing Engineering and Technology, Second Edition, Eddison-Wesley Publishing Co, 1992. [2]. Lab. CNC-CAD/CAM,, Petunjuk Pemrograman- Pelayanan EMCO TU 2A, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unsri, inderalaya, 2008. [3]. Lab. Metrologi Industri, Metrologi Industri- Petunjuk Praktikum, Departemen Teknik Mesin FTI - ITB, Bandung, 2001. [4]. Reeve C.P., The Calibration of a Roundness Standard, National Engineering Lab., National Bureau of Standard NBSIR 79-1758, Washington, D.C, 2005. [5]. Rochim Taufiq, Wirjomartono S.H., Spesifikasi, Metrologi dan Kontrol Kualitas Geometrik, JURNAL REKAYASA SRIWIJAYA No. 1 Vol. 19, Maret 2010 57

Modul 0, Lab. Metrologi Industri, Departemen Teknik Mesin FTI - ITB, Bandung, 1996. [6]. Rochim Taufiq, Spesifikasi, Metrologi dan Kontrol Kualitas Geometrik, Modul 3 & 4, Lab. Metrologi Industri, Departemen Teknik Mesin FTI - ITB, Bandung, 2001. [7]. Rochim Taufiq, Spesifikasi, Metrologi dan Kontrol Kualitas Geometrik Buku 1, Penerbit ITB Bandung, 2007. [8]. Wibowo Agung, Analisis Kebulatan Berdasarkan Lingkaran Daerah Minimum dengan Metode Pendekatan Bertahap, Tesis S2, Teknik Produksi, Teknik Mesin FTI ITB, Bandung,1998. 58 Analisis Profil kebulatan untuk menentukan kesalahan giometrik pada pembuatan Komponen