INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
AKTIVITAS SESAR LEMBANG DI UTARA CEKUNGAN BANDUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan metode Single Event Determination(SED), alur kedua

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16

IDENTIFIKASI LETAK DAN JENIS SESAR BERDASARKAN METODE GAYABERAT SECOND VERTICAL GRADIENT STUDI KASUS SESAR LEMBANG, KOTA BANDUNG, JAWA BARAT

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kejadian Rangkaian Gempa Bumi Morotai November 2017

S e l a m a t m e m p e r h a t i k a n!!!

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE JANUARI Oleh ZULHAM SUGITO 1

ANALISIS HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE FEBRUARI 2018 (GEMPABUMI PIDIE 08 FEBRUARI 2018) Oleh ZULHAM SUGITO 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai Pada bulan November 2012 hingga April 2013 dan bertempat

MODEL KECEPATAN 1-D GELOMBANG P DAN RELOKASI HIPOSENTER GEMPA BUMI DI BENGKULU MENGGUNAKAN METODE COUPLED VELOCITY HIPOCENTER

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA

RELOKASI HIPOSENTER GEMPA BUMI DI SULAWESI TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEIGER DAN COUPLED VELOCITY-HYPOCENTER

Gempa Bumi Bandung 22 Juli 2011

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA

III. TEORI DASAR. Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi

BAB I PENDAHULUAN. vulkanik aktif yang berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi.indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Metode geofisika yang digunakan adalah metode seimik. Metode ini

Dosen Pembimbing: Prof.Dr.rer.nat. Bagus Jaya Santosa, SU. Jadilah Masyarakat Sadar Bencana dan Survive Melewatinya

Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010

MODUL III EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA BUMI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

ANALISA SESAR AKTIF MENGGUNAKAN METODE FOCAL MECHANISM (STUDI KASUS DATA GEMPA SEPANJANG CINCIN API ZONA SELATAN WILAYAH JAWA BARAT PADA TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gempabumi Sumba 12 Februari 2016, Konsekuensi Subduksi Lempeng Indo-Australia di Bawah Busur Sunda Ataukah Busur Banda?

Karakteristik mikrotremor dan analisis seismisitas pada jalur sesar Opak, kabupaten Bantul, Yogyakarta

RELOKASI SUMBER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE MARET Oleh ZULHAM SUGITO 1, TATOK YATIMANTORO 2

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

Keywords: circle method, intensity scale, P wave velocity

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

M MODEL KECEPATAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE TOMOGRAFI DATA MICROEARTHQUAKE DI LAPANGAN PANAS BUMI ALPHA

Persebaran Hiposenter Maluku Selatan Menggunakan Metode Double Difference

KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari katalog gempa BMKG Bandung, tetapi dikarenakan data gempa yang

ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018)

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Sistematika Penulisan...

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PICKING DATA MIKROSEISMIK

UNIT X: Bumi dan Dinamikanya

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI BARAT DAYA SUKABUMI 12 JUNI 2017

BAB III METODE PENELITIAN

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA TENGGARA DENPASAR BALI 22 MARET 2017

RELOKASI HIPOSENTER GEMPA BUMI DENGAN MAGNITUDO 5,0 DI WILAYAH SUMATERA UTARA PERIODE TAHUN

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

III. TEORI DASAR. dan mampu dicatat oleh seismograf (Hendrajaya dan Bijaksana, 1990).

RELOKASI DAN KLASIFIKASI GEMPABUMI UNTUK DATABASE STRONG GROUND MOTION DI WILAYAH JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS REKAHAN GEMPA BUMI DAN GEMPA BUMI SUSULAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE OMORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik.

PENENTUAN HIPOSENTER GEMPA MIKRO MENGGUNAKAN METODE SINGLE EVENT DETERMINATION DAN JOINT HYPOCENTER DETERMINATION PADA LAPANGAN PANAS BUMI X

1. Deskripsi Riset I

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.4

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU

Pengembangan Program Analisis Seismic Hazard dengan Teorema Probabilitas Total Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Studi Analisis Parameter Gempa Bengkulu Berdasarkan Data Single-Station dan Multi-Station serta Pola Sebarannya

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI TASIKMALAYA 24 APRIL 2017

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

Dalam pengembangannya, geodinamika dapat berguna untuk : a. Mengetahui model deformasi material geologi termasuk brittle atau ductile

ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH :

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) B-53

PENENTUAN POSISI HIPOSENTER GEMPABUMI DENGAN MENGGUNAKAN METODA GUIDED GRID SEARCH DAN MODEL STRUKTUR KECEPATAN TIGA DIMENSI

ANALISIS TERHADAP INTENSITAS DAN PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM GEMPA SUMBAR

Berkala Fisika ISSN : Vol. 18, No. 1, Januari 2015, hal 25-42

SIMULASI PERHITUNGAN WAKTU TEMPUH GELOMBANG DENGAN METODA EIKONAL : SUATU CONTOH APLIKASI DALAM ESTIMASI KETELITIAN HIPOSENTER GEMPA

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun Alur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Rekaman Seismik gunung Sinabung

Gb 2.5. Mekanisme Tsunami

STUDI GELOMBANG SEISMIK GEMPA VULKANIK GUNUNG SINABUNG UNTUK MENENTUKAN KARAKTERISTIK MEKANISME VULKANIK

ANALISIS AKTIVITAS SEISMIK GUNUNG GUNTUR GARUT JAWA BARAT BERDASARKAN SPEKTRUM FREKUENSI DAN SEBARAN HIPOSENTER BULAN JANUARI MARET 2013

MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI DI SEKITAR SESAR LEMBANG

NEPAL MASIH PUNYA POTENSI GEMPA BESAR

RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI JAWA BARAT DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN METODE MJHD

IDENTIFIKASI SEBARAN EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK GUNUNG API KELUT, JAWA TIMUR, BULAN JANUARI MEI 2013

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan

BAB I PENDAHULUAN. rumit yang bekerja sejak dahulu hingga sekarang. Proses-proses tersebut,

ANALISIS DATA SEISMIK DI PEDUKUHAN NYAMPLU AKIBAT KERETA LEWAT

Pemodelan Dua Dimensi Data Gaya Berat (Gravity) pada Zona Sesar Lembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Subduksi antara Lempeng Samudera dan Lempeng Benua [Katili, 1995]

BAB I PENDAHULUAN. Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Penduduknya

STUDI A ALISIS PARAMETER GEMPA DA POLA SEBARA YA BERDASARKA DATA MULTI-STATIO (STUDI KASUS KEJADIA GEMPA PULAU SULAWESI TAHU )

Analisa Resiko Gempa Kasus : Proyek Pengeboran Minyak Di Tiaka Field. Helmy Darjanto, Ir, MT

BAB I PENDAHULUAN. karena itu Indonesia memiliki potensi bencana gempa bumi dan dapat menimbulkan ancaman bencana yang sangat besar.

Transkripsi:

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG Rasmid 1, Muhamad Imam Ramdhan 2 1 Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA 2 Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung, INDONESIA Jl.A.H. Nasution 105 Bandung 40614 Telp : (022)7800525, Fax : (022) 7803936 E-mail : 1 iiskom1975@gmail.com, 2 muhamad.imam@student.uinsgd.ac.id Halaman 55-62 Diterima: 10 Desember 2014, Direview: 20 Desember 2014,Dipublikasi: 28 Desember 2014 ABSTRAK Sesar Lembang merupakan sesar polemik bagi para peneliti. Dalam rangka merekam jejak seismik yang ada di sekitar Sesar Lembang, dipasanglah 4 buah seismometer yang disediakan oleh Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung di sekitar Pencut (Lembang), Tangkuban Perahu, Ciater, dan Cimenyan mulai Mei 2010 hingga sekarang. Sejak dipasang sampai sekarang telah tercatat peristiwa gempa bumi di sekitar Sesar Lembang yang dapat diketahui baik itu yang dirasakan maupun tidak dirasakan. Untuk mengetahui posisi gempa-gempa tersebut, maka dilakukan proses pengolahan lokalisasi menggunakan metoda tiga lingkaran, kemudian direlokasi dengan Single Event Determination (SED) menggunakan metoda Geiger s method with Adaptive Damping (GAD). Dari hasil relokasi gempa bumi, diperoleh episenter dan hiposenter gempa bumi di sekitar Sesar Lembang baik di bagian barat maupun bagian timur. Gempa-gempa terkonsentrasi pada kedalaman 3-6 km, sebagian lagi tersebar pada kedalaman 10-30 km. Dalam menentukan akurasi hiposenter gempa bumi tergantung pada beberapa faktor diantaranya yaitu geometri stasiun pencatat, akurasi pembacaan waktu tiba gelombang di stasiun pencatat, fasa gelombang yang tersedia, dan pengetahuan tentang struktur geologi pada daerah studi. Kata kunci: Sesar Lembang, GAD, Episenter, Hiposenter PENDAHULUAN Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan. Tumbukan tersebut dapat terjadi antar lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunung api, atau runtuhan batuan. Kekuatan gempa bumi akibat aktivitas gunung api dan runtuhan batuan relatif kecil, sehingga kita akan memusatkan pembahasan pada gempa bumi akibat tumbukan antar lempeng bumi dan patahan aktif.

Gempa bumi Tektonik disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Teori dari tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapis batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di atas lapisan seperti salju. Lapisan tersebut bergerak perlahan sehingga bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik. Sesar Lembang terletak sekitar 10 km di utara kota Bandung dan memanjang dengan arah barat timur melalui kota Lembang. Tingkat aktivitas Sesar Lembang belum diketahui dengan baik, sehingga diperlukan penelitian yang lebih terintegrasi dari beberapa metoda antara lain dengan metoda seismik, metoda gaya berat, serta metoda deformasi. Secara geologis, Sesar Lembang adalah satu landmark yang paling menarik di dataran tinggi Bandung yang terletak di lereng selatan dari gunung Tangkuban Perahu dan menurut Nossin et al., (1992) dan Brahmantyo (2005) merupakan ekspresi geomorfologi yang jelas dari neotektonik di cekungan Bandung. Secara morfologi Sesar Lembang diekspresikan berupa gawir sesar (fault scarp) dengan dinding gawir menghadap ke arah utara. Menurut Meilano (2011) menyatakan bahwa patahan Lembang merupakan patahan yang masih aktif dengan dominan tipe strike slip, hal ini dibuktikan dengan masih adanya pergeseran patahan walaupun pergeserannya sangat kecil sekali yaitu sekitar 2-4 mm dalam setahun[1]-[10]. Gambar 1. Sesar-sesar di sekitar cekungan Bandung [8]

Gambar 2. Kenampakan Sesar Lembang [9] Berdasarkan hal di atas, maka penulis ingin melakukakan penelitian mengenai interpretasi Sesar Lembang dengan melihat perilaku pusat gempa (episenter) dan kedalaman gempa (hiposenter). Untuk menentukan tingkat kegempaan/seismisitas di Sesar Lembang, maka penulis mengambil data seismometer sebanyak empat buah disekitar Sesar Lembang yaitu dua buah di utara patahan dan dua buah lainnya di selatan. METODE PENELITIAN Penelitian ini difokuskan pada penentuan hiposenter gempa bumi di sekitar Sesar Lembang dengan metoda Grafis tiga lingkaran dan Single Event Determination dengan metode GAD (Geiger s method with Adaptive Damping) dengan menggunakan data selama 3 bulan yaitu Agustus - Oktober 2011. Penentuan waktu tiba gelombang P dan S di stasiun pencatat, menggunakan software Dimas. Penentuan waktu tiba gelombang P dan S merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan lokasi gempa bumi. Tahap yang diperlukan untuk menentukan gelombang P dan S, sebagai berikut: Melakukan filtering (bandpass filter) untuk meningkatkan S/R ratio data. Mengurutkan seismogram berdasarkan waktu tiba gelombang P, yang ditandai dengan adanya suatu nilai amplitudo sinyal meningkat dengan tajam. Pengurutan ini tujuannya yaitu untuk memudahkan dalam melakukan picking baik gelombang P maupun S. Picking waktu tiba gelombang P, biasanya akan terlihat jelas pada komponen vertical (Z) serta picking gelombang S, yang biasanya terlihat jelas pada komponen horizontal. Pada umumnya nilai ts-tp akan

semakin besar pada stasiun yang waktu tiba gelombang P-nya lebih lambat, ini merupakan petunjuk yang penting untuk mengetahui lokasi sumber gempa. Penentuan waktu terjadinya gempa bumi. Sebelum menentukan posisi pusat gempa bumi, parameter dasar yang ditentukan dulu adalah waktu terjadinya gempa bumi atau origin time. Penentuan waktu terjadinya gempa bumi menggunakan diagram Wadati, yaitu memplot antara selisih waktu kedatangan gelombang P dan S (Ts-p), terhadap waktu kedatangan gelombang P (Tp). Hiposenter selisih waktu antar gelombang P dan S adalah nol (Ts-p =0), itulah pendekatan waktu terjadinya gempa bumi, seperti pada Gambar 3. Lokalisasi sumber gempabumi Gambar 3. Diagram Wadati [4]. Metoda Lingkaran Lokasi gempa bumi didefinisikan oleh tiga koordinat ruang (x, y, z). Hiposenter adalah titik didalam bumi tempat bermulanya gempabumi. Untuk mendapatkan hiposenter secara garis besar ada dua metoda yang biasanya digunakan yaitu metoda grafis dan metoda inversi. Metoda grafis salah satunya adalah metoda garis berat tiga lingkaran. Dalam metoda garis berat tiga lingkaran, data yang digunakan adalah data waktu tiba gelombang P dan S dari beberapa stasiun pencatat minimal tiga stasiun pencatat. Misalnya tiga stasiun pencatat S 1, S 2 dan S 3, masing-masing stasiun pencatat dijadikan sebagai pusat lingkaran dengan jari-jari r 1, r 2, dan r 3. Jari-jari lingkaran adalah jarak hiposenter d = (Tp-T 0)*, dimana adalah kecepatan gelombang P, Tp adalah waktu kedatangan gelombang P, sedangkan T 0 adalah waktu terjadinya gempa di sumber. Koordinat episenter E merupakan perpotongan garis berat ketiga lingkaran tersebut seperti pada gambar 4. Garis berat lingkaran 1 dan 2 adalah garis yang menghubungkan perpotongan lingkaran 1 dan 2 (AB). Garis berat lingkaran 1 dan 3 adalah garis yang menghubungkan perpotongan lingkaran 1 dan 3 (CD). Sedangkan garis berat lingkaran 2 dan 3 adalah garis yang menghubungkan perpotongan lingkaran 2 dan lingkaran 3 (EF). Kedalaman (Z) dapat diperoleh dengan rumus phytagoras. Z 1 = (r 12 -(Ep 1) 2 ) 1/2 (1) Z 2 = (r 22 -(Ep 2) 2 ) 1/2 (2) Z 3 = (r 32 -(Ep 3) 2 ) 1/2 (3)

Dengan Z merupakan rata-rata dari Z 1, Z 2 dan Z 3, seperti pada gambar dibawah ini. Gambar 4. Penentuan episenter metoda titik berat lingkaran [4] Penelitian ini menggunakan penentuan metoda titik berat tiga lingkaran menggunakan data stasiun Cimenyan, Ciater, dan Pencut. Metoda Single Event Determination (SED) Single Event Determination (SED) merupakan metode penentuan lokasi hiposenter dengan menggunakan data travel time dari masing-masing event gempa ke setiap stasiun pencatat. Pada penelitian ini, untuk SED penulis menggunakan teori dan prinsip metode Geiger. Metode Geiger adalah suatu langkah pengerjaan iterasi dengan menggunakan optimasi least square dalam penentuan lokasi hiposenter. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Hasil pengolahan dengan menggunakan metode tiga lingkaran Metode tiga lingkaran Event Tanggal Waktu terjadi Episenter gempabumi Lintang Bujur Kedalaman 1 10-08 - 2011 08 : 35 : 36.55-6,794350000 107,6217500 19,20 2 28-08 2011 09 : 05 : 56.20-6.829063889 107.5523278 9.60 3 03-09 - 2011 17 : 49 : 00.32-6.878480556 107.6059417 11.08 4 03-09 - 2011 21 : 11 : 23.19-6.809955556 107.5679972 6.83 5 22-09 - 2011 17 : 03 : 16.18-6.796833333 107.6624556 6.75 6 27-09 - 2011 20 : 42 : 20.17-6.766666667 107.7147250 14.49 7 28-09 - 2011 20 : 33 : 44.36-6.827244444 107.5541278 7.05 8 03-10 - 2011 00 : 51 : 40.42-6.863052778 107.6166667 20.48 9 06-10 - 2011 00 : 46 : 05.30-6.874316667 107.5565778 17.50 10 17-10 - 2011 04 : 21 : 48.50-7.832333333 106.9345378 30.00

Event Tabel 2. Hasil pengolahan dengan menggunakan SED metode GAD Tanggal Waktu terjadi gempa bumi SED metode GAD Lintang Episenter Bujur Kedalaman 1 10-08 - 2011 08 : 35 : 37.259-6.800167 107.56367 3.750 2 28-08 2011 09 : 05 : 57.18-6.778667 107.70933 7.000 3 03-09 - 2011 17 : 49 : 00.201-6.783333 107.51450 3.808 4 03-09 - 2011 21 : 11 : 23.743-6.800167 107.58183 4.549 5 22-09 - 2011 17 : 03 : 15.942-6.830833 107.72950 19.630 6 27-09 - 2011 20 : 42 : 17.859-6.806500 107.73133 2.620 7 28-09 - 2011 20 : 33 : 41.235-6.779833 107.471000 6.538 8 03-10 - 2011 00 : 51 : 42.60-6.807500 107.60667 6.027 9 06-10 - 2011 00 : 46 : 04.856-6.895417 107.71900 7.596 10 17-10 - 2011 04 : 20 : 52.56-7.825726 106.9367 6.252 (a) (b) (c) Gambar 5. (a) Contoh hasil pemodelan episenter metode tiga lingkaran dengan MATLAB, (b) Contoh hasil pemodelan hiposenter (kedalaman) metode tiga lingkaran dengan MATLAB, (c) Contoh hasil pemodelan episenter dan hiposenter dengan GAD Jika dilihat dari sebaran hasil lokalisasi dengan metode tiga lingkaran, tampak episenternya menyebar jauh dari sesar dan mengarah kearah barat dan selatan, hal ini dikarenakan menggunakan model satu lapis. Sehingga kurang memadai dalam hal interpretasi keadaan geologi sebenarnya. Sedangkan model SED dengan metode GAD memiliki sebaran episenter yang lebih baik, dikarenakan menggunakan model kecepatan lima lapis yang digunakan sebagai parameternya sehingga mendekati interpretasi keadaan geologi sebenarnya. Berdasarkan sebaran kedalaman (hiposenter) dari metode tiga lingkaran, kedalaman berkisar antara 6 km sampai 30 km, sedangkan dengan SED metode GAD lebih dangkal sekitar 2 km sampai 19,63 km, dengan demikian mendekati sesar. Bahkan menurut database terjadi gempa yang dirasakan pada tanggal 16 Agustus dengan skala II MMI di Malimping, 3 September dengan skala I-II MMI di

Cisarua, 5 September dengan skala II-III MMI di Pangalengan, 6 Oktober dengan skala III MMI di Pangalengan, I-II MMI di Soreang, dan I-II MMI di Bandung. Sehingga episenter, hiposenter, dan karakteristik kecepatan gelombang yang terdapat pada batuan berpengaruh terhadap skala MMI. KESIMPULAN Pada penelitian ini telah dilakukan penentuan lokasi episenter dan hiposenter dengan dua metode, yaitu metode tiga lingkaran dan metode GAD. Diperoleh kesimpulan bahwa pusat gempa bumi (episenter) dan kedalaman (hiposenter) berbeda antara metode satu dengan yang lain hal ini dikarenakan jika metode tiga lingkaran hanya menentukan lokalisasi saja sedangkan dengan GAD (Geiger s method with Adaptive Damping) merelokalisasi ulang ke bentuk yang lebih baik untuk menghasilkan episenter dan hiposenter. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini didukung oleh Stasiun Geofisika Klas I BMKG Bandung yang telah menyediakan data seismik di wilayah Bandung. DAFTAR PUSTAKA [1] Afnimar, Seismologi. Bandung: Penerbit ITB, 2009. [2] B. Brahmantyio, Geologi Cekungan Bandung. Institut Teknologi Bandung, 2005. [3] B. Brahmantyo, dan D. S. Widarto, Ekskursi Sesar Lembang. HAGI Komisariat Wilayah Bandung, 2003. [4] I. Gunawan, dan Subarjo, Seismologi. Jakarta: Badan Meteorologi dan Geofisika, 2004. [5] Hasanuddin, Z. Abidin, I. Meilano, Crustal Deformation Studies in Java (Indonesia) Using GPS, Journal of Earthquake and Tsunami, vol. 3, no. 2, pp. 77 88, 2009. [6] Madrinovella, Studi Penentuan dan Relokasi Hiposenter Gempa Mikro Sekitar Cekungan Bandung, J. Geofisika, Vol. 13, No. 2, pp. 80-88, 2012. [7] Rasmid, Seismisitas Daerah Utara Cekungan Bandung Periode 2010-2012, Thesis Sains Kebumian, ITB, 2012. [8] Wahyu, Identifikasi Sesar Aktif di Jawa Barat. Bandung: Badan Geologi, 2012. [9] http://file.upi.edu/direktori/fpips/jur._pend._geografi/195901011989011- YAKUB_MALIK/KONDISI_FISIOGRAFI_DAN_GEOLOGI_REGIONAL_JAWA_BARAT diunduh tanggal 4 Oktober 2013 [10] http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbptitbpp-gdl-diniparami-33918-3-2009ta-2.pdf2009, diunduh tanggal 7 Oktober 2013.