PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. empat juta orang dibanding yang tercatat pada Februari 2005.

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. baru menjadi kegiatan yang nyata dalam setiap usahanya. ada namun lapangan kerja yang tersedia sangat sedikit.

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. Namun di sisi lain dengan jumlah penduduk yang besar, pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kaya sumber daya manusia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Transformasi Telkom Economic and Business School (TEBS)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1 SD ke bawah , , ,69. 2 Sekolah Menengah Pertama , ,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. wirausahawan menawarkan kesempatan kepada individu untuk mendapatkan

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

I. PENDAHULUAN. Teknologi (IPTEK) yang semakin kompleks di berbagai bidang kehidupan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Tangan Di Atas Visi dan Misi Tangan Di Atas

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

Prof. Dr. H.MASYKURI BAKRI, M.Si REKTOR UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengangguran dapat menjadi masalah di sebuah Negara. Dan bukanlah hal

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

semakin sulit dan kecil peluangnya akibat krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

I. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. pencari kerja. Orang yang mencari kerja lebih banyak, sehingga banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa:

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

I. PENDAHULUAN. kerja dengan penawaran angkatan kerja yang tersedia. upaya menumbuhkembangkan kewiraswastaan kepada masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di negara maju, para entrepreneur telah memperkaya. pasar dengan produk-produk yang inovatif.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mahasiswa yang selesai menempuh jenjang pendidikan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual, keterampilan dan kreativitas sangat diperlukan, sehingga. kerja atau membuka usaha sendiri (wirausaha).

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan, pengangguran global

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Aditya Anwar Himawan, 2014 Sikap Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN MOTIVASI TECHNOPRENEURSHIP SEBAGAI POTENSI INOVASI MAHASISWA UNTUK BERBISNIS. A. Yani Ranius. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan kerja terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

2014 FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMK

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dewasa ini masih banyak lulusan perguruan tinggi yang masih berstatus sebagai pencari kerja (job seeker) daripada sebagai pencipta lapangan kerja (job creator). Keadaan ini timbul sebagai salah satu akibat dari sistem pembelajaran sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia lebih menitikberatkan pada penciptaan lulusan yang cepat dan mudah mendapatkan pekerjaan, bukan lulusan yang siap menciptakan lapangan pekerjaannya sendiri (Napitupulu 2009). Hendarman dalam Siswoyo (2010) menyebutkan semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin rendah kemandirian dan semangat kewirausahaannya. Data BPS Indonesia (2011) menunjukkan bahwa Jumlah pengangguran mencapai 8.3 juta orang atau 7.14 persen dari total angkatan kerja. 12.78 persen berada pada tingkat pendidikan Diploma dan 11.92 persen pada tingkat pendidikan Sarjana. Secara umum jumlah pengangguran setiap tahun cenderung menurun, namun jumlahnya masih tetap tinggi sehingga masih diperlukan untuk mengembangkan strategi penciptaan lapangan kerja baru melalui pengembangan kewirausahaan di kalangan pemuda, pelajar dan mahasiswa. Data Dirjen Pemuda dan Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional (2009) dari 75.3 juta pemuda Indonesia, 6.6 persen lulusan sarjana. 82 persen dari jumlah tersebut, bekerja sebagai pegawai pada instansi pemerintah maupun swasta, sementara hanya 18 persen yang berusaha sendiri atau menjadi wirausahawan. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan kesadaran lulusan perguruan tinggi akan pentingnya peranan wirausaha dalam pembangunan masih rendah, sehingga berpengaruh pada rendahnya minat wirausaha mahasiswa (Silalahi, 2005). Indonesia dengan segala sumber daya alam yang dimiliki, saat ini baru memiliki pengusaha tak lebih dari 0,18 persen dari total penduduknya. Jumlah tersebut masih sangat rendah bila dibandingkan dengan negara maju, seperti Amerika Serikat dan Singapura. Amerika Serikat telah memiliki 11,5 persen pengusaha dari total penduduknya. Singapura memiliki 7,2 persen pengusaha. Secara historis dan konsensus, sebuah negara akan maju apabila memiliki wirausaha minimal 2 persen dari total penduduknya (Alma, 2009). Singapura menjadi negara yang maju, karena prinsip-prinsip entrepreneurship. Pemerintah bersama dunia usaha, yang menyadari akan minimnya sumber daya alam, sangat bergantung

2 pada kemampuan berkreasi dan berinovasi masyarakatnya dalam menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas. Pemerintah juga mendorong lulusan perguruan tinggi menjadi wirausahawan yang kreatif dan membangun usaha kecil menengah yang tangguh. Hasilnya adalah perusahaan IT kelas dunia yang dirintis oleh wirausahawan muda Singapura. Hal yang sama dilakukan juga oleh negara Jepang, Taiwan, dan Korea yang peka terhadap pembentukan entrepreneurs dan menyadari pengaruh entrepreneurship terhadap kemajuan ekonomi bangsa. (Sillalahi, 2005). Sumahamijaya (1980) menyatakan bahwa dunia wirausaha pada dasarnya merupakan pilihan yang cukup rasional dalam situasi dan kondisi yang tidak mampu diandalkan, serta sulitnya mencari lapangan pekerjaan, namun sampai saat ini dunia wirausaha belum menjadi lapangan pekerjaan yang diminati dan dinanti generasi muda, khususnya para sarjana. Penyebab rendahnya minat wirausaha ini muncul akibat dari keinginan para lulusan untuk menjadi pegawai negeri, sifat malas (tidak mau bekerja), belum siap pakai, sikap mental yang kurang baik, tidak percaya diri, dan lain-lain. Sifat-sifat tersebut menurut Qomarun (2000) bersumber pada kehidupan yang penuh keragu-raguan,tanpa orientasi tegas, mentalitas yang suka menerabas, tidak percaya pada diri sendiri, tidak berdisiplin, dan mentalitas yang mengabaikan tanggung jawab yang kokoh. Penyebab lain yang mengakibatkan rendahnya minat berwirausaha rendah adalah sulitnya mengubah persepsi masyarakat bahwa menjadi wirausaha merupakan pekerjaan yang lebih menguntungkan dan mulia, karena dapat membuka lowongan pekerjaan bagi orang lain. Selain itu, pemerintah juga belum optimal mendukung pemunculan pengusaha baru yang merupakan solusi terbaik untuk menekan pengangguran, kejahatan dan peningkatan perekonomian bangsa (Arbie, 2008). Sejak tahun 2007, Dirjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Pendidikan Nasional RI bersama perguruan tinggi di Indoensia mulai gencar melakukan berbagai upaya yang berkaitan dengan pengembangan entrepreneurship dalam dunia pendidikan dengan menjadikan program kewirausahaan mahasiswa sebagai prioritas nasional. Hal ini dilakukan sebagai upaya pembenahan sistem pendidikan, agar terjadi keselarasan antara dunia pendidikan dan dunia kerja (Irwandi, 2009). Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia turut berpartisipasi dalam program tersebut. Saat ini IPB menjadikan mata kuliah kewirausahaan menjadi mata kuliah wajib bagi mahasiswa tahun pertama atau Tingkat Persiapan Bersama (TPB). IPB memberlakukan technopreneurship atau entrepreneurship berbasis teknologi menjadi arahan program kerja dalam

3 pencapaian visi dan misi IPB. Hal ini bertujuan untuk merubah mindset mahasiswa dari job seeker menjadi job creator, serta membekali mahasiswa dengan kemampuan untuk menyusun sebuah rencana/proposal bisnis. Sutjipto (2002) menyatakan Individu yang mempunyai minat pada suatu kegiatan akan melakukan lebih giat daripada kegiatan yang tidak diminati. Minat kewirausahaan yang tinggi dapat berarti kesadaran wirausaha pada diri individu telah melekat kuat, sehingga individu lebih banyak perhatian dan lebih senang melakukan kegiatan wirausaha. Suryana (2006) mengatakan keinginan seseorang untuk berwirausaha dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor pribadi dan faktor lingkungan. Faktor pribadi meliputi minat berwirausaha dan konsep diri, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan keluarga dan sosial. Lingkungan keluarga terutama orang tua berperan sebagai pengarah bagi masa depan anaknya, oleh karena itu, orang tua secara tidak langsung dapat mempengaruhi minat pekerjaan anak di masa yang akan datang, termasuk dalam hal berwirausaha. Kondisi orangtua sebagai keadaan yang ada dalam lingkungan keluarga dapat menjadi figur bagi pemilihan karier anak, sekaligus dapat dijadikan sebagai pembimbing untuk menumbuh kembangkan minat terhadap suatu pekerjaan. Alma (2009) menyatakan anak yang berasal dari keluarga dengan orangtua yang bekerja sendiri dan memiliki usaha mandiri cenderung memilih pekerjaan yang yang sama dengan orangtuanya, yaitu berwirausaha. Beberapa penelitian menunjukkan lingkungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat wirausaha antara lain: Ginting (2009) melakukan penelitian pada siswa kelas II sekretaris SMKN 1 Kabanjahe Tahun Pembelajaran 2008/2009; Nadeak (2008) melakukan penelitian pada siswa Kelas XI Jurusan Tata Busana SMK Pembangunan Daerah Lubuk Pakam Tahun Ajaran 2007/2008; Sumarni (2005) dengan subjek siswa kelas 3 SMK Negeri 2 Semarang Tahun Ajaran 2005/2006 dan Tobing (2010) yang meneliti mahasiswa Politeknik Negeri Medan Jurusan Akuntansi Program Studi Perbankan dan Keuangan. Penelitian lain tentang keluarga dan minat kewirausahaan pada mahasiswa juga dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti Wijatmiko (2004), Meinitha (2006), Nurrohmah (2005), Indarti et al. (2008), Setiyorini (2009), Khusnuriyah (2006), Morello et al. (2003); Harpowo et al. (2009), dan Basu et al. (2009). Wijatmiko (2004) dan Meinitha (2006) menemukan bahwa pola asuh demokrasi/autorian berpengaruh positif terhadap minat wirausaha. Peneliti lain menghubungkan minat wirausaha dengan suku bangsa (Wibisono 2006), pekerjaan orangtua (Morello et al. 2003; Harpowo et al. 2009), pekerjaan ayah, pengalaman berwirausaha (Basu et al. 2009), dan pendidikan kewirausahaan

4 (Harpowo et al. 2009). Penelitian tesebut menunjukkan bahwa lingkungan keluarga berperan penting dalam menumbuhkan minat wirausaha pada individu. Lingkungan sosial menurut Suryana (2006) berpengaruh terhadap pengembangan minat wirausaha mahasiswa. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2008), lingkungan sosial dengan berbagai ciri khusus yang menyertainya, memegang peranan besar terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian individu. Lingkungan sosial dapat berupa nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat atau budaya tertentu, juga dapat berupa pengaruh dari kondisi ekonomi, politik, dan sosial. Role model yang berada pada lingkungan sosial dapat mempengaruhi minat wirausaha seseorang. Role model dapat berupa teman, sahabat, pasangan dan atau pengusaha sukses yang diidolakan, selain orangtua, saudara, dan atau keluarga lain, seperti kakek, nenek, paman, bibi, anak, dan lain-lain (Alma, 2009). Dorongan teman memberi pengaruh signifikan terhadap pembukaan usaha baru, disebabkan oleh aspek kedekatan dan keterbukaan. Teman dapat menjadi teman diskusi, pemberi dorongan dan pengertian, bahkan bantuan (Alma, 2009). Faktor lain yang juga memiliki andil dalam mempengaruhi atau mendukung minat kewirausahaan adalah lingkungan pendidikan, baik saat SMA maupun perguruan tinggi dalam hal ini IPB, yaitu dengan membekali pengetahuan tentang kewirausahaan kepada mahasiswa melalui pengajaran kewirausahaan. Mahasiswa diajak dan diarahkan, agar mereka mampu membuka wawasan tentang pentingnya kewirausahaan, karena dapat dijadikan potensi mencapai kehidupan yang baik disaat sulit mencari pekerjaan seperti yang telah dinyatakan Sumahamijaya (1980). Proses pendidikan yang tidak membentuk konsep diri individu, tidak akan berpengaruh terhadap pengembangan minat kewirausahaan. Hal ini dinyatakan oleh Sumarni (2005) bahwa pada umumnya mahasiswa yang dibekali dengan mata kuliah kewirausahaan dan memperoleh nilai baik tidak mempengaruhi minat mahasiswa untuk berwirausaha. Menurutnya, minat untuk menjadi seorang wirausaha harus didukung dengan konsep diri, dimana mahasiswa harus mengetahui dan mengenali dirinya dan juga dukungan dari lingkungan keluarga. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka diperlukan sebuah kajian tentang minat wirausaha mahasiswa yang dikaitkan dengan lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan sosialnya dengan harapan dapat dikembangkan program dan kurikulum yang sesuai untuk melahirkan banyak wirausaha dari kampus.

5 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang permasalahan, maka dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah karakteristik individu, karakteristik keluarga, lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan sosial, jiwa dan minat Bogor (TPB-IPB) TA. 2010/2011? 2. Adakah perbedaan karakteristik individu, karakteristik keluarga, lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan sosial, jiwa dan minat Bogor (TPB-IPB) TA. 2010/2011 berdasarkan jenis kelamin? 3. Bagaimana hubungan antara karakteristik individu, karakteristik keluarga, lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan sosial dengan jiwa dan minat kewirausahaan mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB-IPB) TA. 2010/2011? 4. Faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap jiwa dan minat Bogor (TPB-IPB) TA. 2010/2011? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah antara lain untuk: 1. Mengkaji karakteristik individu, karakteristik keluarga, lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan sosial, jiwa dan minat kewirausahaan mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB-IPB) TA. 2010/2011. 2. Menganalisa perbedaaan karakteristik individu, karakteristik keluarga, lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan sosial, jiwa dan minat Bogor (TPB-IPB) TA. 2010/2011 berdasarkan jenis kelamin. 3. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu, karakteristik keluarga, lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan sosial dengan jiwa dan minat kewirausahaan mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB-IPB) TA. 2010/2011.

6 4. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jiwa dan minat Bogor (TPB-IPB) TA. 2010/2011. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak berikut: 1. Sebagai masukan bagi perguruan tinggi agar dapat membuat kebijakan dan kurikulum yang mendorong dan meningkatkan minat kewirausahaan bagi para mahasiswa, sehingga para mahasiswa dapat menjadi pencipta lapangan pekerjaan setelah lulus perguruan tinggi. 2. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah, terutama dinas pendidikan dalam membuat kebijakan dan program yang tepat untuk meningkatkan minat berwirausaha para lulusan perguruan tinggi, sehingga dapat membantu pemerintah menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi angka pengangguran di masyarakat, menggerakkan perekonomian dan lain-lain. 3. Sebagai masukan bagi para mahasiswa, sehingga mahasiswa bisa tertarik menjadi wirausaha dan dapat mempersiapkan diri dengan baik sebelum terjun menjadi wirausaha. 4. Sebagai kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dalam penelitian di bidang kewirausahaan, keluarga, dan pengembangan karier. 5. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian yang sama di masa mendatang.