PENGARUH JENIS DAGING DAN TINGKAT PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS BAKSO

dokumen-dokumen yang mirip
Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)

KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI

BAB III MATERI DAN METODE. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kelinci, daging

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

HASIL DAN PEMBAHASAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2011, Hal Vol. 6, No. 2 ISSN :

STUDI TENTANG PENAMBAHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) TERHADAP KUALITAS KIMIA NUGGET AYAM

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

PENGOLAHAN DAGING BAKSO. Materi 3b TATAP MUKA ke 3 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

KUALITAS FISIKOKIMIA NAGET AYAM YANG MENGGUNAKAN FILER TEPUNG SUWEG (Amorphophallus campanulatus B1). Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

) FLOUR AS A SUBSTITUTION OF TAPIOCA FLOUR ON WATER CONTENT, WATER HOLDING CAPACITY, ELASTICITY, AND SHEAR FORCE OF BEEF MEATBALL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

Karakteristik Dendeng Ayam Broiler Pada Berbagai Suhu dan Lama Pengeringan

Jajang Gumilar, Obin Rachmawan, dan Winda Nurdyanti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET GURAMI DENGAN MENGGUNAKAN PATI GARUT, MAIZENA, DAN TAPIOKA SEBAGAI FILLER PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN TELUR ITIK DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO BELUT (Monopterus albus) ELITA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daging dan tepung. Makanan ini biasanya disajikan dengan kuah dan mie.

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

III.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan Percobaan Analisis Data

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

KUALITAS SENSORIK DAN HEDONIK BAKSO KELINCI PRARIGOR DAN PASCARIGOR DENGAN PENAMBAHAN KOMBINASI TEPUNG KANJI DAN TEPUNG SAGU PADA LEVEL YANG BERBEDA

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

PROFIL TENTANG USAHA PENGGILINGAN DAGING TERHADAP INDIKASI KEBERADAAN UNSUR BABI DALAM PRODUK BAKSO SAPI DI WILAYAH KOTAMADYA MALANG S K R I P S I

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

Pengaruh Lama Penyimpanan dalam Lemari Es terhadap PH, Daya Ikat Air, dan Susut Masak Karkas Broiler yang Dikemas Plastik Polyethylen

SUBSTITUTION OF CASSAVA STARCH WITH JACKFRUIT SEED STARCH (Artocarpus heterophyllus Lamk) ON THE PHYSICAL OF CHICKEN MEATBALLS

METODE. Waktu dan Tempat

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

e jurnal boga online 3 new 3, yudisium bulan oktober 2014 hal

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014, bertempat di

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

KUALITAS BAKSO DAGING SAPI DENGAN PENAMBAHAN GARAM (NaCl) DAN FOSFAT (SODIUM TRIPOLIFOSFAT/STPP) PADA LEVEL DAN WAKTU YANG BEBEDA

JURNAL. PENGARUH PENAMBAHAN JUMLAH KARAGENAN BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO IKAN LOMEK (Harpodon neherreus) OLEH DWI MUARIF

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2016, VOL.16, NO.2

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SIFAT ORGANOLEPTIK NUGGET DAGING BROILER MENGGUNAKAN TEPUNG TEMPE. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN Pengolahan dan Pegawetan Daging (Pembuatan Bakso)

Pembuatan Sosis Ikan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. bahan tambahan. Bahan utama yaitu daging sapi bagian paha belakang (silverside)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

STUDI PEMBUATAN MI INSTAN SAGU DENGAN VARIASI PENAMBAHAN JUMLAH DAGING IKAN PATIN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

PENGARUH SUBSTITUSI DAGING SAPI DENGAN KULIT CAKAR AYAM TERHADAP DAYA IKAT AIR (DIA), RENDEMEN DAN KADAR ABU BAKSO SKRIPSI. Oleh:

Penggunaan Berbagai Bahan Pengisi pada Nugget Itik Air (The Application of Various Voluminous Matter on Waterfowls Nugget)

Kajian Pembuatan Bumbu Dari Bawang Putih (Allium sativum) Dan Daun Jeruk Purut (Cytrus hystrix) Menggunakan Pengering Tipe Rak

PENGOLAHAN DAGING NUGGET. Materi 6b TATAP MUKA KE-6 Semester Genap

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

Penuntun Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Islami

PENGARUH FORTIFIKASI ALGA HIJAU BIRU (Spirulina) PADA MAKARONI IKAN PATIN (Pangasius hyppophthalmus) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

KADAR LEMAK, KEKENYALAN DAN TINGKAT KESUKAAN TERHADAP BAKSO KOMBINASI DAGING KELINCI DAN DAGING AYAM PETELUR AFKIR SKRIPSI. Oleh AMELIA YULIASTANTI

PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

N. Ulupi, Komariah, dan S. Utami Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

Key words: chicken nuggets, broiler chicken livers, the fat content, elasticity, flavour

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. bahan tambahan. Bahan utama adalah daging segar puyuh petelur jenis lokal, hasil

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

Perancangan dan Pembuatan Mesin Penggiling Daging dan Pengaduk Adonan Bakso

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

TEKNOLOGI PENGOLAHAN NUGGET

Transkripsi:

139 Buana Sains Vol 7 No 2: 139-144, 2007 PENGARUH JENIS DAGING DAN TINGKAT PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS BAKSO Kgs Ahmadi 1), Akhadiyah Afrila 2), Wahyudi Ika Adhi 2) 1)PS Teknologi Industri Pertanian dan 2) PS Produksi Ternak Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang Abstract Bakso is traditional food made from meat dan starch. Many kinds of meat can be used as main material of bakso. This research was aimed to study the effects of different kind of meats and levels of starch proportion on bakso quality. A randomized comple design with two factors, i.e. kinds of meat and levels of strach poportions was emplyed to carry out the experiment. Two treatment factors, i.e. kinds of meat (A): A1 (beef), A2 (chicken meat), and A3 (rabbit meat); and levels of starch: P1 (20%), P2 (40%), were arranged in a completely randomized design with three replicates. Results of the study showed that kind of meat and starch proportion significantly affected bakso quality. The best bakso quality, in terms of moisture, texture, and protein was obtained from chicken meat mixed with 20% starch treatment. Key words: bakso, meat, quality, starch Pendahuluan Bakso merupakan produk olahan daging khas Indonesia yang biasa disajikan panas dan mempunyai nilai gizi yang tinggi karena kaya protein hewani, yang sangat di perlukan tubuh manusia terutama untuk pertumbuhan (Triatmojo, 1992). Bakso dibuat dari daging giling kemudian ditambahkan tepung tapioka, bahan pengikat, bumbu, air, sehingga terbentuk adonan dan dibentuk seperti bola kecil (8-10 g) kemudian direbus selama 10 menit (Astawan dan Atsawan, 1989). Bahan baku bakso adalah daging, bahan pengisi, bahan pengikat, dan bahan-bahan tambahan lainnya. Jenis daging yang biasa digunakan adalah daging sapi meskipun dapat juga digunakan daging ayam, daging kelinci atau daging dari ternak yang lain (Wibowo, 2000). Daging merupakan komponen utama karkas. Daging adalah otot hewan setelah berhenti fungsi fisiologisnya (Soeparno, 1998). Komponen utama daging terdiri atas jaringan (muscle tissue), lemak (adipose tissue), sejumlah jaringan ikat (connective tissue) (collagen, elastin dan retikulin), serta pembuluh darah, epitel dan saraf (Tien dan Sugiyono, 1992). Nilai gizi dalam daging tidak selalu mutlak, tetapi berfariasi atau beragam. Keragaman tersebut karena perbedaan bangsa, jenis kelamin, keturunan, umur, pengaturan gizi dan tempat otot tersebut dalam tubuh ternak (Buckle et al., 1985).

Kgs.Akhmadi, A.Afrila dan W.I. Adhi / Buana Sains Vol 7 No 2: 139-144, 2007 140 Menurut Triatmojo (1992) daging yang digunakan sebagai bahan baku bakso adalah daging segar atau belum dilayukan, karena daging pada kondisi tersebut memiliki ikatan aktin-miosin longgar dan cadangan ATPnya masih belum habis, sehingga bila digunakan untuk bakso maka tingkat kekenyalannya masih baik. Winarno (1997) dan Rahayu (2000) menyatakan bahwa komponen daging yang besar peranannya dalam pembuatan bakso adalah protein. Protein berfungsi sebagai bahan pengikat hancuran daging selama pemasakan, membentuk struktur yang kompak dan sebagai emulsifier, sehingga dapat mengikat air dan lemak dengan baik. Menurut Tjokroadikoesoema (1986), tapioka merupakan pati dari ubi kayu atau singkong yang diperoleh melalui proses pengendapan. Tapioka mempunyai kandungan amilopektin yang tinggi, tidak mudah menggumpal, daya lekatnya tinggi, tidak mudah pecah atau rusak, mempunyai suhu gelatinasi yang rendah dan tidak berasa. Siswanto et al. (2000) melaporkan bahwa untuk membuat bakso sebaiknya digunakan pengikat tepung tapioka sebesar 35% dari bobot daging. Lebih lanjut Triatmodjo (1992) menganjurkan penggunaan bahan pengisi dan pengikat dalam pembuatan bakso sebaiknya tidak lebih dari 51% dari berat daging. Bahan dan Metode Bahan dan alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging sapi, ayam, dan kelinci. Bahan lain berupa tepung tapioka merk Dua Angsa, sodium tripoliphospat, garam merk Cap Kapal, merica, bawang putih dan es batu. Peralatan yang digunakan meliputi penggiling daging (meat grinder), timbangan, panci, pisau, telenan, kompor, sendok, blender. Peralatan yang digunakan untuk pengujian bahan digunakan oven pengering (Oven digital Mammert), timbangan analitik, peralatan uji Penetrometer. Metode penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode percobaan (experiment) menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama adalah jenis daging yang terdiri atas daging sapi (A1), daging ayam (A2) dan daging kelinci (A3). Faktor kedua adalah tingkat penambahan tepung tapioka yang terdiri atas 20% (P1) dan 40% (P2) dari berat daging. Dari masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali dan data hasil analisis yang diperoleh diolah dengan sidik ragam dan bila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji BNT (Yitnosumarto, 1993). Proses pembuatan bakso Daging sebagai bahan baku bakso dipisahkan dari jaringan ikat dan jaringan lemak yang menempel pada daging, kemudian daging dipotong kecil-kecil dengan ukuran 2 cm 3 ditimbang beratnya dan ditambahkan es batu sebanyak 20% dari berat daging, daging kemudian digiling dengan menggunakan meat grinder hingga halus (Komariah et al., 2004). Daging lumat yang terbentuk ditimbang ditambah dengan tepung tapioka, STPP, garam, dan bumbu yang dihaluskan sesuai dengan komposisi dalam perlakuan, lalu dicampur menjadi satu adonan dengan menggunakan blender. Adonan kemudian dicetak bulat-bulat secara manual seberat 8-10 g, kemudian direbus pada temperatur 90 o C selam 15 menit.

Kgs.Akhmadi, A.Afrila dan W.I. Adhi / Buana Sains Vol 7 No 1: 139-144, 2007 141 Parameter uji Semua pengujian parameter dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang, yang meliputi pengujian tekstur (kekerasan) melalui uji Penetrometer, pengujian kadar air dengan menggunakan AOAC, 1990, dan protein dengan metode Kejdhal Hasil dan Pembahasan Kadar air bakso Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tingkat penambahan tepung tapioka memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap peningkatan kadar air bakso. Rata-rata persentase kadar air bakso pada masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 1. Kadar air bakso dalam penelitian ini berkisar antara 58,092% hingga 67,683%. Bakso dengan kadar air tertinggi pada perlakuan A3P1 sebesar 67,683%, sedangkan bakso dengan kadar air terendah pada perlakuan A2P2 sebesar 58,092%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widyastuti (1999) menyatakan bahwa penambahan jumlah tepung tapioka dalam proses pembuatan bakso akan menurunkan persentase kadar air bakso Penurunan kadar air bakso disebabkan oleh bahan pengisi yang ditambahkan berupa karbohidrat (pati/amilopektin) yang mengakibatkan meningkatnya ikatan butiran pati dengan protein. Meningkatnya ikatan butiran pati dan protein mengakibatkan air tidak dapat diserap secara maksimal, karena ikatan hidrogen yang seharusnya digunakan untuk mengikat air telah digunakan untuk mekanisme ikatan tapioka (pati) dengan protein daging. Komariah et al. (2004) menyatakan bahwa setiap peningkatan satu satuan penambahan tepung tapioka akan menurunkan enam satuan daya ikat air (MgH 2 O) bakso yang dapat menurunkan persentase kadar air bakso. Jenis daging yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan bakso tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap persentase kadar air bakso. Hal ini mungkin karena daging yang dipergunakan sebagai bahan baku bakso merupakan daging segar serta tingkat penambahan es batu yang didasarkan pada berat daging. Tabel 1. Rata-rata kadar air bakso (%) dengan jenis daging dan tingkat penambahan tepung tapioka yang berbeda. Penambahan tapioka (%) Jenis daging A1 A2 A3 P1 65,548 b 66,977 b 67,683 b P2 58,305 a 58.092 a 58, 817 a Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Tekstur (kekerasan) bakso Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tingkat penambahan tepung tapioka tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tekstur bakso (P>0,05), sedangkan penggunaan jenis daging yang berbeda sebagai bahan baku memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap tekstur bakso yang dihasilkan. Rata-rata nilai tekstur

Kgs.Akhmadi, A.Afrila dan W.I. Adhi / Buana Sains Vol 7 No 2: 139-144, 2007 142 (kekerasan) bakso yang dihasilkan disajikan pada Tabel 2. Nilai tekstur bakso dalam penelitian ini berkisar antara 0,0689 g/mm/detik hingga 0,1064 g/mm/detik. Bakso dengan nilai kekerasan terendah pada perlakuan A2P1 sebesar 0,0689 g/mm/detik dan nilai kekerasan tertinggi pada perlakuan A3P1 sebesar 0,1064 g/mm/detik. Pengaruh ini terjadi karena kandungan protein miofibril bahan baku daging yang dipergunakan akan berikatan dengan butiran pati yang ditambahkan serta adanya mekanisme gelatinasi tepung tapioka (pati) dan mekanisme ikatan pati dan miofibril. Linda (2005) menyatakan bahwa butiran tepung tapioka (pati) yang ditambahkan akan mengisi ronggarongga dalam matrik miofibril sehingga menghasilkan struktur yang lebih padat. Tabel 2. Rata-rata tekstur (kekerasan) bakso (g/mm/detik) dengan jenis daging dan tingkat penambahan tepung tapioka yang berbeda. Penambahan tapioka (%) Jenis daging A1 A2 A3 P1 0,0737 a 0,0689 a 0,1064 c P2 0,0851 ab 0,0699 a 0,1059 bc Keterangan: notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Penambahan tepung tapioka menurut Komariah et al. (2004) tidak memberikan pengaruh terhadap tekstur bakso, tetapi dipengaruhi oleh kandungan protein daging yang dipergunakan sebagai bahan baku bakso. Winarno (1997) mengemukakan bahwa protein dalam daging merupakan bahan pengikat hancuran daging dan bahan pengisi (filler) yang ditambahkan sehingga membentuk struktur yang kompak. Protein bakso Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kandungan protein bakso pada setiap perlakuan (Tabel 3). Kandungan protein bakso yang dihasilkan menunjukkan bahwa penggunaan daging pada perlakuan A2P1, A2P2 dan daging pada perlakuan A3P1, menghasilkan bakso dengan kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakso yang dibuat dibuat dari bahan baku daging pada perlakuan A1P1 dan A1P2. Tabel 3. Kandungan protein bakso yang dibuat dari bahan baku daging dan tingkat penambahan tepung tapioka yang berbeda. Kombinasi perlakuan Kandungan protein bakso(%) A1P1 9,711 A1P2 8,906 A2P1 14,682 A2P2 14,407 A3P1 14,038 A3P2 10,381

Kgs.Akhmadi, A.Afrila dan W.I. Adhi / Buana Sains Vol 7 No 1: 139-144, 2007 143 Hal ini karena kandungan protein bahan baku daging yang dipergunakan berpengaruh terhadap kandungan protein bakso yang dihasilkan. Daging bahan baku (daging sapi), bahan baku pada perlakuan A2P1dan A2P2 adalah daging ayam yang memiliki kandungan protein sebesar 31,4% (Rochfanti, 2005), bahan baku pada perlakuan A3P1 dan A3P2 adalah daging kelinci sebesar 21,9% (Linda, 2005) dan bahan baku pada perlakuan A1P1 dan A1P2 adalah daging sapi sebesar 18,8% (Sudarsiman dan Elvina, 1996). Kandungan protein mempengaruhi pada kadar air, tekstur, kadar protein bakso yang dihasilkan. Protein merupakan senyawa yang dapat mempengaruhi daya pengikatan air dan tekstur bakso. Semakin tinggi protein maka daya pengikatan air dan tekstur yang dihasilkan semakin baik. Penambahan tapioka sebesar 20% memberikan komposisi ideal pada kadar air dan tekstur yang dihasilkan. Kesimpulan Penambahan tepung tapioka berpengaruh terhadap kadar air bakso, tetapi tidak berpengaruh terhadap nilai tekstur bakso yang dihasilkan. Jenis daging yang dipergunakan sebagai bahan baku tidak berpengaruh terhadap kadar air bakso, tetapi berpengaruh secara nyata terhadap nilai tekstur (kekerasan) bakso yang dihasilkan. Persentase kadar air tertinggi diperoleh pada penambahan tepung tapioka sebesar 20% dan terendah pada penambahan tepung tapioka 40%. Nilai tekstur bakso terendah pada penggunaan bahan baku daging ayam dan nilai tekstur tertinggi pada daging kelinci. Daftar Pustaka Astawan, M. W. dan Astawan, M. 1989. Teknologi Pengolahan Hewani Tepat Guna. Cv. Akademika Pressindo. Jakarta. Buckle, K.A. Edward, R.A., Fleet, G.H. and Wooton, W. 1985. Ilmu Pangan. Diterjemahkan Oleh H. Poernomo dan Adiono. Universitas Indonesia. Jakarta. Komariah, Ulupi, N. dan Fatriani, Y. 2004. Pengaruh Penambahan Tepung Tapioka dan Es Batu Pada Berbagai Tingkat yang Berbeda Terhadap Kualitas Fisik Bakso. Buletin Peternakan, 28(2): 80-86. Linda. 2005. Kajian Penambahan Tepung Tapioka dan Putih Telur Terhadap Kadar Air, Hardness, Elastic Limit, Cooking Loss, Organoleptik dan Profil Asam Lemak Bakso Kelinci. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. Rahayu. 2000. Aktifitas Mikroba Bumbu Masakan Tradisional Hasil Olahan Industri Terhadap Bakteri Pathogen dan Perasa. Bulletin Industri Pangan. XI (2): 42-48. Rochfanti, N. 2005. Subtitusi Hati Ayam Pada Bakso Daging Ayam Ditinjau Dari Tekstur dan Mutu Organoleptik. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. Siswanto, S. I. dan Rachmat, Y. 2000. Pengaruh Tingkat Penggunaan Tepung Tapioka dan Lama Simpan Daging Terhadap ph, WHC, Kadar Air, Kadar Protein, Kadar Lemak, dan Keempukan Bakso Daging Sapi. Jurnal Makanan Tradisional Indonesia. 2 (3) 51-61. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Sudarsiman, T. dan Elvina. 1996. Ikan, Daging, dan Pindang. Penebar Swadaya. Jakarta. Tien, R.M. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen P dan K Dirjen. Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Teknologi Bandung.

Kgs.Akhmadi, A.Afrila dan W.I. Adhi / Buana Sains Vol 7 No 2: 139-144, 2007 144 Tjokroadikoesoema, S.P. 1986. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT. Gedia. Jakarta. Triatmodjo, S. 1992. Pengaruh Penggantian Daging Sapi Dengan Daging Kerbau, Ayam, Kelinci Pada Konsumsi dan Kualitas Fisik Bakso. Buletin Peternakan. Volume: 6. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Wibowo, S. 2000. Pembuatan Bakso Ikan dan Daging. Cetakan 7. Penebar Swadaya. Jakarta. Widyastuti, E.S. 1999. Studi Tentang Penggunaan Tapioka, Pati Kentang, dan Pati Modifikasi Dalam Pembuatan Bakso Daging Sapi. Tesis. Prog Studi Ilmu Teknologi Hasil Ternak, Prog Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gedia. Jakarta Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan, Perancangan, Analisis dan Interpretasinya. PT. Gedia Pustaka Utama. Jakarta.