BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal yang sangat penting bagi kemajuan dan. kemajuan zaman saat ini. Dengan majunya pendidikkan maka akan bisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. dapat tercapai sesuai yang diinginkan (Hamalik, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin cepat maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dipenuhi sepanjang masa. Pendidikan menjadi perhatian yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

I. PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu negara. Maju mundurnya proses pembangunan suatu bangsa di segala bidang sangat ditentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh warga negaranya. Untuk itu, pemerintah telah mengatur Sistem Pendidikan Nasional dalam suatu undang-undang. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Mengingat fungsi dan tujuan pendidikan nasional, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi. Perubahan ini diperlukan untuk mensukseskan pendidikan. Sehingga perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi dalam menghadapi masa depan. Banyak cara

dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan IPTEK. Salah satu masalah pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah adalah masih adanya pola pembelajarn yang sangat teoritis dan kurang bervariasi. Kegiatan pembelajaran di sekolah seharusnya interaksi guru dengan siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran yang telah tersusun dalam suatu kurikulum. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran para guru disamping menguasai bahan atau materi pelajaran perlu juga mengetahui bagaimana cara materi itu disampaikan dan bagaimana pula karekteristik siswa yang menerima materi pelajaran tersebut. Tetapi kegiatan pembelajaran yang berlangsung tidak demikian melainkan, kegiatan pembelajaran di kelas sering textbook oriented dan kurang dikaitan dengan lingkungan dan situasi dimana siswa berada. Seringkali kegiatan kelas melalui metode ceramah dan diikuti dengan latihan mengerjakan soal-soal atau pemberian tugas rumah. Hal ini dapat membuat siswa sering merasa bosan dan motivasi belajarnya juga menurun. Seperti yang diungkapkan oleh Ahmadi (2008:89): Salah satu penyebab kesulitan siswa dalam belajar adalah guru tidak kualified dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya. Guru-guru menuntut standat pelajaran di atas kemampuan anak, hingga belum dapat mengukur kemampuan muridmuridnya, sehingga hanya sebagian kecil muridnya dapat berhasil dengan baik. Untuk mengatasi masalah tersebut, bagi guru-guru agar lebih mendalami berbagai metode dan teknik yang nantinya dapat mereka terapkan dikelas masingmasing dan diharapkan guru lebih kreatif serta mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang lebih bermakna. Pola pembelajaran dengan teknik yang bervariasi diharapkan dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa Demikian halnya Indonesia sebagai negara besar menaruh harapan besar terhadap pendidikan dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari pendidikanlah tunas muda harapan bangsa sebagai penerus generasi dibentuk.

Pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja atau input siswa untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan. Sebagai sebuah proses sengaja maka pendidikan harus di evaluasi hasilnya untuk meliihat apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan apakah proses yang dilakukan efektif untuk mencapai hasil yang diinginkan (Purwanto,2010 :18). Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, dibutuhkan proses pembelajaran yang salah satunya adalah pembelajaran matematika. Matematika diajarkan pada dasarnya untuk membantu melatih pola pikir siswa agar dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis, cermat dan tepat, hal ini ini senada dikatakan oleh Ansari (2009:1) Mengungkapkan bahwa : Untuk merealisasikan kenyataan tersebut perlu ada SDM yang handal dan mampu bersaing secara global diperlukan kemampuan tingkat tinggi yaitu berfikir logis, kreatif dan kemampuan bekerja sama secara proaktif Mengingat besarnya peranan matematika, maka tidak heran jika pelajaran matemattika diberikan pada setiap jenjang mulai dari prasekolah (TK), SD, SMP, SMA, sampai pada perguruan tinggi. Bahkan matematika dijadikan salah satu tolak ukur kelulusan siswa melalui diujiankannya matematika dalan ujian nasional.namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil balajar matematika siswa. Pada kenyataannya hasil pembelajaran matematika masih memperhatinkan. Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi matematika kurang menggembirakan. Berdasarkan tes diagnostik yang telah dilakukan penulis pada tanggal 13 Januari 2015 kepada siswa kelas VII-3 SMP Negeri 17 Medan ada beberapa masalah yang di alami oleh siswa. Tes yang diberikan berbentuk uraian untuk mengetahui hasil tes belajar siswa pada materi Aritmatika Sosial, soal yang diberikan kepada siswa. Harga pembelian satu lusin penggaris Rp.12.000,00. Kemudian penggaris itu dijual dengan harga Rp.1.500,00 setiap batang. Tentukan persetase keuntungan terhadap pembelian? Hasil yang diperoleh dari tes tersebut sangatlah diluar harapan. Dari 32 siswa hanya 11 siswa atau sekitar 34,38% yang mendapatkan hasil dengan benar

(mencapai KKM sekolah) dan 21 siswa atau sekitar 65,63% (tidak mencapai KKM sekolah) mendapat hasil yang salah. Dari data tersebut hanya sebesar 34,38% siswa telah tuntas belajar. Depdikbud (dalam Trianto, 2010:214) menyatakan bahwa setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa 65% dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk pelajaran matematika, kelas VII-3 SMP Negeri 17 Medan pada semester genap belum mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil wawancara terhadap salah satu guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negari 17 Medan, Ibu Maryuna S.Pd diperoleh bahwa untuk pelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negari 17 Medan pada semester genap, masih sangat rendah karena hanya 30% siswa yang berhasil mencapai atau melewati nilai ketuntasan sekolah, dan 70% lagi siswa yang tidak berhasil mencapai nilai ketuntasan sekolah tersebut. Sangat mengecewakan sekali kalau kita lihat hasil ujian anak didik saya ujar guru Ibu Maryuna S.Pd. Kesulitan yang dihadapi guru di dalam kelas salah satunya yaitu minat siswa memang sangat kurang untuk belajar matematika. Karena persepsi siswa tentang pelajaran matematika itu sangat sulit sehingga mereka tidak mau untuk mencoba. Cockroft (dalam Abdurahman 2010 :253) mengemukakan bahwa : Matematika perlu diajarkan keada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan ; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantag. Untuk itu, diperlukan peningkatan prestasi belajar matematika siswa disekolah. Maka untuk meningkatkan prestasi belajar tersebut harus didukung oleh proses belajar mengajar matematika siswa di sekolah. Dalam proses belajar mengajar di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang penting, hal itu berarti berhasil atau tidaknya tujuan pencapaian pengajaran di sekolah tergantung pada situasi kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Namun permasalahan yang sering muncul dalam proses belajar mengajar adalah ketidak aktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pembelajaran masih di dominasi oleh guru, Ansari (2009:2) mengatakan bahwa: Suasana kelas masih di dominasi guru dan titik berat pembelajaran ada pada keterampilan tingkat rendah. Siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran matematika yang diajarkan guru di dalam kelas, yaitu dengan hanya mendengarkan penjelasan materi dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika lemah akibatnya hasil belajar matematika siswa rendah. (http://www.pmri.or.id/en /ericle.php?main=3) Pembelajran matematika di sekolah di Indonesia sejauh ini masih didominasi oleh pembelajaran konvensional dengan paradigma mengajarnya siswa diposisikan sebagai objek, siswa dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa sementara guru memposisikan dirinya sebagai yang mempunyai pengetahuan. Guru ceramah dan menggurui, otoritas diajarkan secara terpisah-pisah, materi pembelajaran matematika diberikan dalam bentuk jadi. Siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran matematika yang diajarkan guru di dalam kelas tanpa diberikan kesempatan yang besar utnuk melakukan aktifitas seperti bertanya, memberikan pendapat, dan berdiskusi dengan teman-temannya, hal ini merupakan indikasi rendahnya keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung. Dan semua terbukti tidak berhasil membuat siswa memahami dengan baik apa yang mereka pelajari. Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika lemah akibatnya hasil belajar matematika masih sangat rendah. Untuk mengatasi masalah yang telah dikemukakan di atas adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang baru. Model pembelajaran adalah suatu urutan atau suatu langkah yang digunakan guru untuk membawa siswa dalam suasana tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Fenomena pembelajaran merupakan fenomena yang sudah sejak lama mengemuka. Sebagian besar pembelajaran di sekolah yang masih menampakkan ciri-ciri sistem belajar konvensional. Setiap aspek dari proses pembelajaran itu dinilai mengandung banyak kelemahan, yang bahkan secara agregat menjadi kontraproduktif terhadap pengembangan diri dan kompetensi siswa. Walaupun demikian, paradigma baru pendidikan yag mengusung Kurikulum Berbasis Kompetensi berupaya melakukan perubahan sistem pembelajaran konvensional menuju pembelajaran kontekstual

(contextual teachig and learning). Pembelajaran kontekstual sabagai sebuah inovasi pendidikan dalam realita di lapangan masih menghadapi berbagai kendala dan resistensi. Di antara kedala dan resistensi tersebut adalah terkait pemahaman dan kemampuan praktis guru tentang pendekatan, strategi dan model-model pembelajaran kontekstual. Seperti yang dikemukakan oleh Kokom (2010 : 7) mengatakan bahwa : Pembelajaran Kontekstual ( Contextual teaching and Learning ) adalah pendekatan pembelajaran yang menggaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Salah satu alternatif adalah menggunakan strategi pembelajaran kontekstual (CTL). Melihat permasalahan di atas, maka perlu diberikan solusi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa agar mereka memiliki motivasi dan kemauan untuk belajar matematika.jika motivasi dan kemaun belajar ini timbul, Kontekstual yang berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pengembangan konsep dan gagasan pembelajaran kontekstual bermula dari dunia nyata. Dunia nyata tidak hanya berarti dunia konkret secara fisik dan kasat mata, tapi juga dapat dibayangkan oleh alam pikiran. Dalam pembelajaran dengan pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk mengaitkan ilmu yang didapat dengan situasi dunia nyata siswa. Akibat yang diharapkan adalah, siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, siswa dapat mengetahui manfaat yang akan ia dapat dari mata pelajaran yang dipelajari. Jika siswa sudah mengetahui apa manfaat dari hal yang ia pelajari tersebut, maka ia akan termotivasi untuk belajar.dasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Pada Materi Aritmatika Sosial Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Medan Tahun Ajaran 2014/2015.

1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Metode mengajar yang tidak variatif, sehingga siswa bosan dalam belajar matematika. 2. Siswa masih mengalami kesulitan untuk menggunnakan pengetahuannya dalam menyelesaikan persoalan matematika yang menyangkut kehidupan sehari-hari. 3. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru ( teacher centered ). 4. Rendahnya hasil belajar matematika siswa. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti, yaitu pada penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi aritmatika sosial di kelas VII SMP Negeri 17 Medan tahun ajaran 2014/2015. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah penerapan pembelajaran Kontekstual (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII-3 SMP Negeri 17 Medan. 1.5 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual (CTL). 1.6 Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa, melalui penerapan pembelajaran kontekstual diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar. 2. Bagi guru matematika, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih pendekatan yang tepat. 3. Bagi sekolah, akan menjadi bahan pertimbangan bagi pimpinan sekolah dalam mengambil kebijakan.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon pengajar di masa yang akan datang.