NARASI KEGIATAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN PROGRAM PELATIH DAN INSTRUKTUR SERTA TENAGA PENDIDIKAN DAN PENDUKUNG

dokumen-dokumen yang mirip
NARASI KEGIATAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN KETENAGAAN PENDUKUNG DAN PEMBINA OLAHRAGA SERTA PELATIH DAN INSTRUKTUR

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LOKA KARYA POLA PENGEMBANGAN ATLET JANGKA PANJANG MENUJU MULTI EVENT OLAHRAGA.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM LATIHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PEKAN OLAHRAGA NASIONAL (PON) XVIII DI PROVINSI RIAU TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang sangat dekat dengan manusia kapan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang mendunia dan menjadi bagian

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEJUARAAN OLAH RAGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM RANKING PERSATUAN BULUTANGKIS SELURUH INDONESIA

Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013

PROPOSAL PENGAJUAN DANA HIBAH TAHUN ANGGARAN 2019

DRS. HERWIN, M.PD.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAGAAN KEOLAHRAGAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan dan Sasaran Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. (

BAB I PENDAHULUAN. Menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lebih lanjut pasal 29 menyebutkan bahwa untuk melaksanakan tugas pokok

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM)

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

permainan ini tidak sulit untuk dikembangkan di Indonesia.

SISTEM RANKING PBSI PENGURUS BESAR PERSATUAN BULUTANGKIS SELURUH INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ditunjang oleh atlet yang berbakat dalam cabang olahraga tertentu maka

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga

GELANGGANG OLAH RAGA DIKABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Kemajuan olahraga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

GRAND STRATEGI PEMBANGUNAN OLAHRAGA PRESTASI NASIONAL KOMIITE OLAHRAGA NASSIIONAL IINDONESSIIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN GARIS BESAR PROGRAM KERJA PENGURUS BESAR FORKI TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlombakan yaitu kiyouruki (fighting) dan poomsae (gerakan. maka peserta ujian tersebut dapat dinyatakan lulus.

MEMBENAHI SISTEM PEMBINAAN OLAHRAGA KITA Oleh: Agus Mahendra

PEDOMAN PEMBERIAN BEASISWA PERAIH MEDALI BIDANG KO DAN EKSTRA KURIKULER

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

BAB I PENDAHULUAN. mental, manusia juga dapat saling berinteraksi dengan sesamanya dan dengan

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN OLAHRAGA

SEBAGAI TESTOR TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SD, SMP SE KABUPATEN SLEMAN DALAM RANGKA PENELITIAN SPORT DEVELOPMENT INDEX (SDI)

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan watak dan kepribadian yaitu sikap sportivitas dan disiplin. Sehingga

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KEJUARAAN NASIONAL BOLAVOLI JUNIOR DI SENTUL BOGOR TAHUN Oleh: Sujarwo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat penampilan atlet dapat dilihat dari beberapa faktor seperti

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Repub

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dengan antara lain banyaknya klub-klub dari kota besar sampai

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Sistem Pendidikan Nasional salah satu

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEMAMPUAN REAKSI DENGAN HASIL SERANGAN LANGSUNG PADA OLAHRAGA ANGGAR JENIS SENJATA FIORET

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke dan memiliki pulau yang

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

BAB I PENDAHULUAN. yang lemah dan pada keduanya ada kebaikan, sebagai seorang muslim wajib

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani,

BAB I. A. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL. Setiyawan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

NARASI KEGIATAN PELATIHAN PELATIH TINGKAT DASAR ANGKATAN I

BAB I PENDAHULUAN. olahraga sudah berkembang ke arah yang lebih luas. Olahraga tidak hanya sekedar. menjadi sehat atau meningkatkan kebugaran tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertandingan serta banyak atlet yang mengikuti sejumlah pertandingan yang

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) ASISTEN PELATIH TIM BOLAVOLI JUNIOR DIY DALAM KEJURNAS BOLAVOLI JUNIOR NASIONAL TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KEJUARAAN PEKAN OLAHRAGA PELAJAR WILAYAH (POPWIL) III DI KABUPATEN BANTEN TAHUN 2012.

Gungde Ariwangsa SH.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bambang Sugandi, 2013

Pengurus Organisasi Kepemudaan Pengurus Kabupaten Cabang Olahraga

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data

Surat Penugasan Dekan FIK No:1730/UN 34.16/KP/2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROGRAM LATIHAN JANGKA PANJANG (5 TAHUN 12 TAHUN)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah )

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG. nasional di tingkat internasional, perlu melakukan penyempurnaan terhadap pengaturan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. demikian itu berolahraga dapat dilakukan dimana saja. Salah satu olahraga yang

BAB I PENDAHULUAN. berubah mengikuti perkembangan jaman. Naluri manusia yang selalu ingin

BAB I PENDAHULUAN. Pesta Olahraga Negara-Negara Asia Tenggara (juga dikenal sebagai Sea

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. banyak digemari orang, dari usia anak-anak sampai orang dewasa bahkan

Transkripsi:

NARASI KEGIATAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN PROGRAM PELATIH DAN INSTRUKTUR SERTA TENAGA PENDIDIKAN DAN PENDUKUNG Oleh: Dr. Ria Lumintuarso, M.Si. NIP. 19621026 198812 1 001 Hotel Patra Jasa Semarang 2-5 Desember 2012 FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 1

A. LANDASAN KEGIATAN Berdasarkan Surat Penugasan/ ijin Dekan No. 2215a/ UN34.16/KP/2012, sebagai peserta Lokakarya Pengembangan Program Pelatih dan Instruktur serta Tenaga Pendidikan dan Pendukung, berikut ini kami sampaikan narasi kegiatan tersebut yang berlangsung pada tanggal 2-5 Desember 2012 bertempat di Hotel Patra Jasa Semarang. B. NAMA KEGIATAN Lokakarya Pengembangan Program Pelatih dan Instruktur serta Tenaga Pendidikan dan Pendukung oleh Asdep Pemberdayaan Olahraga Kemenpora sebagai Narasumber. C. DESKRIPSI KEGIATAN Lokakarya Pengembangan Ketenagaan Pendukung dan Pembina Serta Pelatih dan Instruktur, kegiatan ini diselenggarakan oleh Asdep Pemberdayaan Olahraga Kemenpora dan dibuka oleh Staf Ahli bidang Pemberdayaan Olahraga Kemenpora Tunas Dwidharto. Lokakarya diikuti 100 peserta dari unsur ilmuwan keolahragaan dari perguruan tinggi, KONI, induk organisasi olahraga, pelatih, instruktur, wasit, juri dan tenaga pendukung. Acara berlangsung tanggal 2-5 Desember 2012. Menurut Tunas Dwidharto, sebenarnya olahraga Indonesia bisa berkembang, karena untuk maju dan berkembang itu, arah dan payungnya sudah ada yaitu UU No. 3/2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan tiga Peraturan Pemerintah. "Dalam UU dan PP itu misalnya, sudah jelas siapa yang berhak jadi pelatih, syarat-syarat dan kompetensinya, semua sudah diatur dalam Undang-undang tentang Sistem Keolahragaan. "Kami berharap, dengan hadirnya para pakar dalam kegiatan ini dapat memberi masukan mengenai beberapa hal, salah satunya bagaimana agar pelatih olahraga bisa menjadi jabatan fungsional. Dahulu pernah ada gagasan, bagaimana kalau seorang pelatih, minimal berpendidikan D1, agar selain mengusasi masalah teknis, dia juga memiliki wawasan. Pendidikan para pelatih akan berhubungan dengan prestasi para atlet yang dilatih," kata Tunas Dwidharto. 2

Sebelumnya, Asdep Tenaga Keolahragaan Kemenpora Siti Safariyatun Qomariah melaporkan, tujuannya lebih mendorong penerapan iptek, menyamakan persepsi yang berhubungan dengan pengembangan tenaga keolahragaan, menyusun dan menyempurnakan pedoman tenaga keolahragaan, menyusun draft asosiasi sprot science. "Dengan banyaknya pakar yang hadir dan mengikuti kegiatan ini, kita berharap tujuan akan mudah dicapai," kata Safariyatun. Beberapa nara sumber dihadirkan, antara lain Ahmad Sutjipto, Hari Setiono, Muhaimin, Ria Lumintuarso dan Leane Suniar. "Lokakarya akan berlangsung hingga hari Rabu 5 Desember mendatang," tambahnya Pembangunan olahraga di Indonesia masih perlu peningkatan dan pengembangan lebih lanjut, karena di samping harus mengejar ketinggalan dengan negara-negara lain, Indonesia juga masih memiliki berbagai kendala dalam pembinaannya. Masalah yang dihadapi dunia olahraga Indonesia, yaitu: 1. Belum optimalnya kemauan politik ( political will) pemerintah dalam menangani olahraga. Hal ini ditandai antara lain: lembaga yang menangani olahraga belum secara herarkhis-vertikal terpadu; kegiatan olahraga dikenai pajak; dana terbatas; dan lain-lain. 2. Sistem pembinaan belum terarah. Kurangnya keterpaduan dan kesinambungan penyusunan pembinaan pendidikan jasmani dan olahraga serta pelaksanaan operasionalnya mengenai kegiatan pemassalan, pembibitan, dan peningkatan prestasi sebagai suatu sistem yang saling kait-mengkait. Sebagai indikatornya antara lain: belum memiliki sistem rekruitmen calon atlet; pemilihan olahraga prioritas belum tepat; dan lain-lain. 3. Lemahnya kualitas Sumber Daya Insani olahraga. Rendahnya kualitas pelatih dan kurang optimalnya peran guru pendidikan jasmani di luar sekolah merupakan sebagian indikator yang menunjukkan rendahnya kualitas. 4. Belum optimalnya peran Lembaga Pendidikan Tinggi Olahraga (LPTO), seperti Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK); Fakul tas/ Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK/JPOK), Program Studi -Program Studi yang menangani disiplin ilmu keolahragaan dalam Program Pascasarjana. Hal ini ditandai dengan masih rendahnya kualitas lulusan; 3

5. Lemahnya peran Lembaga/Bidang Penelitian dan Pengembangan Olahraga. Indikatornya adalah: perhatian terhadap lembaga tersebut rendah; data tentang keolahragaan (misalnya data: atlet, pe latih, kelembagaan) belum lengkap; dan lain-lain. 6. Terbatasnya sarana dan prasarana. Tidak seimbangnya antara pengguna dan fasilitas yang tersedia, bahkan fasilitas olahraga yang telah ada beralih fungsi, dan lain-lain. 7. Sulitnya pemanfaatan fasilitas olahraga. Karena terbatasnya fasilitas, maka berdampak pada sulitnya memanfaatkan fasilitas tersebut. Bahkan untuk kebutuhan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah pun masih jauh dari memadai. Untuk fasilitas tertentu, Pengguna harus mambayar. Masih kaburnya pemahaman dan penerapan pendidikan jasmani dan olahraga. Terutama di sekolah, masih banyak dijumpai pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani yang berorientasi pada peningkatan prestasi olahraga. Padahal seharusnya pendidikan jasmani tersebut diarahkan pencapaian tujuan pendidikan. Pencapaian prestasi di sekolah dapat dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler. Dalam bidang olahraga kompetitif, yang menekankan pada pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya juga mengalami kemunduran. Salah satu indikatornya adalah sejak SEA Games 1995 di Thailand prestasi Indonesia merosot **). Padahal sejak Indonesia terlibat dalam SEA Games tahun 1978, Indonesia selalu ranking satu (Juara Umum). Berdasarkan fenomena ini menunjukkan bahwa sistem pembangunan olahraga kurang ada keserasian dan kesinambungan baik secara horisontal maupun secara vertikal. Dengan kata lain, ada sesuatu yang perlu dibenahi dalam sistem pembangunan olahraga kita. Oleh karena itu, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana mengoptimalkan peran olahraga sebagai bagian integral dari pembangunan bangsa? Dan bagaimana memberdayakan olahraga tersebut agar mampu mendukung pembangunan bangsa? 4

D. NARA SUMBER KEGIATAN Lokakarya Pengembangan Program Pelatih dan Instruktur serta Tenaga Pendidikan dan Pendukung, melibatkan nara sumber dihadirkan, antara lain : 1. Ahmad Sutjipto, 2. Hari Setiono, 3. Muhaimin, 4. Ria Lumintuarso dan 5. Leane Suniar E. PESERTA Peserta kegiatan Lokakarya Pengembangan Program Pelatih dan Instruktur serta Tenaga Pendidikan dan Pendukung, diikuti 100 peserta dari unsur ilmuwan keolahragaan dari perguruan tinggi, KONI, induk organisasi olahraga, pelatih, instruktur, wasit, juri dan tenaga pendukung. Acara berlangsung tanggal 2-5 Desember 2012: No Provinsi Perguruan Tinggi 1 DKI UNJ 2 Jabar UPI 3 Jateng Unnes, UNS 4 DIY UNY 5 Jatim Unesa, UM, 6 Sumbar UNP 7 Sumut UNM 8 Bali Univ. Pend Ganesha 5

F. HASIL KEGIATAN Dalam UU Siskornas pasal 20 ayat satu disebutkan Olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Olahraga prestasi merupakan salah satu bagian dari ruang lingkup keolahragaan yang tugas dan fungsinya berorientasi pada pembinaan olahraga kompetitif atau bertujuan untuk peningkatan prestasi. Olahraga prestasi di Indonesia dikelola oleh organisasi cabang olahraga dimana di tingkat nasional disebut Pengurus Besar (PB) atau Pengurus Pusat (PP). Sedangkan secara herarkis ke propinsi disebut dengan Pengurus Propinsi (Pengprop) dan pada tingkat kabupaten/kota disebut Pengurus kabupaten/kota (Pengkab/Pengkot). Ditinjau dari karakteristik teknisnya, olahraga prestasi dapat dikelompokkan atas olahraga beregu dan olahraga individu, atau olahraga dengan keterampilan terbuka (open skill) dan olahraga denga n keterampilan tertutup (close skill). Olahraga beregu memilkiki ciri dalam permainan setiap pihak dimainkan oleh lebih dari satu orang, sedangkan olahraga individual dimainkan oleh satu orang. Dalam olahraga beregu disamping pemain harus melakukan teknik gerak dengan baik juga dituntut untuk mampu bermain dengan menggunakan pola permainan regu untuk mendapatkan strategi dan taktik yang tepat dalam menghadapi lawan. Sedangkan dalam olahraga individu kemampuan teknik dan taktik serta strategi pribadi (perora ngan) merupakan kunci utama keberhasilan. Keterampilan terbuka berarti bahwa saat melakukan aktivitas bermain atau bertanding faktor dari luar (lawan) berpengaruh langsung terhadap apa yang harus dilakukan oleh seorang atlet/pemain. Sedangkan keterampilan tertutup berarti bahwa saat melakukan gerakan teknis dalam bermain/bertanding atlet tidak dipengaruhi secara langsung oleh faktor luar/lawan. 6

Olahraga prestasi selalu menghadirkan hasil kemenangan di salah satu pihak dan kekalahan dipihak yang lain, walaupun dapat juga terjadi hasil imbang. Namun pemahaman mengenai menang kalah dalam olahraga prestasi sangat bergantung pada pandangan filosofis dan latar belakang perkembangan para olahragawan serta tujuan mereka melakukan kegiatan tersebut. Dengan demikian dalam olahraga prestasi dikenal tiga orientasi yang dapat menunjukkan kualitas dari olahraga prestasi yaitu: - Fair oriented, performance oriented, dan event oriented. Artinya bahwa setiap penyelenggraan sebuah kompetisi atau perandingan semua pelaku olahraga harus menjunjung sportifitas (fairplay), berorientasi pada pencapaian kinerja optimal dengan menghargai lawan sebagai kawan bertanding. Untuk itu upaya menghibur, mencerdaskan dan menanamkan jiwa sportifitas pada penonton melalui informasi kognitif yang dikemas dalam proses pertandingan sangat diperlukan mengingat para penggemar/penonton olahraga tidak selalu mau dan mampu meluangkan waktunya untuk mempelajari hal-hal tersebut di atas. Dengan demikian peran media sangat krusial dalam mengemban misi mendidik masyarakat melalui tayangan olahraga. Selama hampir dua dekade terakhir ini prestasi olahraga Indonesia di arena olahraga internasional multi event seperti SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade mengalami pasang surut bahkan cenderung menurun jika dibandingkan dengan kemajuan prestasi olahraga bangsa-bangsa lain di Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura. Fakta mutakhir menurunnya prestasi olahraga Indonesia terjadi pada Asian Games ke-17 di Korea Selatan yang baru berakhir bulan September 2014 lalu. Indoenesia berada pada urutan ke-17 dengan memperoleh 4 medali emas, jauh dari yang ditargetkan, yaitu 9 medali emas dan mencapai urutan ke-10 Asia, dan menempatkan Indonesia berada di bawah ketiga negara ASEAN tersebut. 7

Dapat disimpulkan bahwa prestasi olahraga Indonesia di Asian Games 2014 tidak berhasil. Evaluasi atas semua faktor itu harus bersinergi, saling mendukung, dilakukan secara komprehensif, transparan, dan obyektif. Melalui evaluasi semacam itu akan dihasilkan feedback yang bermakna untuk dijadikan bahan perbaikan pembinaan olahraga nasional menuju Asian Games 2018 di Indonesia. Rekomendasi terakhir adalah LPTK keolahragaan memiliki peran sentral dalam upaya meningkatkan kualitas SDM bidang olahraga yang mampu menerapkan IPTEK Olahraga untuk menunjang prestasi olahraga nasional menuju Asian Games 2018. Dalam konteks ini LPTK bertanggung jawab untuk bersinergi dengan Kemenpora RI untuk menjalankan program pemerintah dalam upaya mencapai prestasi gemilang di Asian Games 2018 melalui pendekatan, pengkajian, dan penelitian IPTEK Olahraga. G. KESIMPULAN Belum optimalnya peran Lembaga Pendidikan Tinggi Olahraga (LPTO), seperti Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK); Fakultas/ Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK/JPOK), Program Studi -Program Studi yang menangani disiplin ilmu keolahragaan dalam Program Pascasarjana. Hal ini ditandai dengan masih rendahnya kualitas lulusan; banyak SDI yang tidak terlibat dalam kegiatan olahraga di luar kampus sesuai dengan potensinya, dan lain-lain. Lemahnya peran Lembaga/Bidang Penelitian dan Pengembangan Olahraga. Indikatornya adalah: perhatian terhadap lembaga tersebut rendah; data tentang keolahragaan (misalnya data: atlet, pelatih, kelembagaan) belum lengkap; dan lain-lain. 8

9