BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri manufaktur setiap tahun semakin berkembang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dengan memperoleh laba yang maksimal, maka perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini sektor perekonomian dan industri mengalami perkembangan

BAB II TINJAUAN PUTAKA. Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN METODE RASIO KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. data Organisasi Pembangunan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO),

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perekonomian Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,23% sedikit turun dibandingkan pada tahun 2011 yaitu 6,5%. Meskipun

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan lain perusahaan. Untuk meningkatkan laba,

ABSTRAK. Kata kunci: Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas, dan Kinerja Perusahaan. xiii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kebutuhan perusahaan dalam aktiva lancar adalah untuk membiayai operasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 RASIO PROFITABILITAS DAN AKTIVITAS PADA SUB SEKTOR SEMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama berdirinya sebuah perusahaan adalah untuk. dipastikan perusahaan beroperasi secara maksimal. Profitabilitas dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK.

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah menjadi negara yang mengarah ke basis industri.

BAB I PENDAHULUAN. yang sama akan semakin ketat. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT SEPATU BATA TBK PERIODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wibowo dan Wartini (2012) sebelum melakukan investasi dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendanai operasional perusahan maupun untuk membiayai investasi jangka UKDW

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam era persaingan bisnis sekarang ini, modal merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB II LANDASAN TEORITIS. dalamnya kas, sekuritas, piutang, persedian, dan dan dalam beberapa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat efisiensi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini telah berkembang dunia usaha yang semakin bermunculan serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Astra Agro

BAB II URAIAN TEORITIS

PENGARUH PERPUTARAN PEREDIAAN TERHADAP PROFITABILITAS PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, Tbk. DAN ENTITAS ANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan Analisis Laporan Keuangan pada PT. Pupuk Kalimantan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dibutuhkan data dan informasi yang sesuai dengan sifat

BAB I PENDAHULUAN. segera dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Masalah krisis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang telah ditetapkan. Aktivitas-aktivitas tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional sehari-hari maupun untuk membiayai investasi jangka

ANALISIS DU PONT SYSTEM TERHADAP PENGGUNAAN RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA PERUSAHAAN PADA PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian rentabilitas menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 304)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era perdagangan bebas seperti sekarang ini, persaingan antar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang masih belum stabil mempengaruhi kondisi perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring bertambah dewasanya perusahaan, mereka harus dapat

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGETAHUI KINERJA KEUANGAN PT.ASTRA INTERNATIONAL, Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam Perkembangan perekonomian yang pesat serta kemajuan

BAB II LANDASAN TEORI. bahwa Modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan industri manufaktur setiap tahun semakin berkembang dengan baik. Salah satu sektor industri manufaktur yang cukup baik untuk dicermati adalah sektor semen. Pertumbuhan industri semen yang semakin meningkat dapat dilihat dari data perkembangan industri semen pada Gambar 1.1 berikut: 60 50 40 30 56.8 53 47.1 47.5 47.5 47.5 48.1 47.9 46.1 44.9 44.9 44.9 40.8 38.1 39.1 34.2 31.5 32 30.2 25.7 27.2 27.5 20 10 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Kapasitas Konsumsi Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI) 2012 GAMBAR 1.1 PERKEMBANGAN INDUSTRI SEMEN TAHUN 2001-2011 (DALAM JUTA TON)

2 Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa perkembangan industri semen di Indonesia dari tahun 2001-2011 mengalami kenaikan. Kapasitas produksi pada tahun 2001 sebesar 47,1 juta ton naik menjadi 47,5 juta ton pada tahun 2002 hingga tahun 2004, pada tahun 2005 kapasitas mengalami penurunan yaitu menjadi 46,1 juta ton dan pada tahun 2006-2008 yaitu sebesar 44,9 juta ton. Kemudian kapasitas terus mengalami kenaikan pada tahun 2009 sebesar 48,1 juta ton, pada tahun 2010 sebesar 53 juta ton dan pada tahun 2011 mencapai 56,8 juta ton. Sedangkan untuk konsumsi semen dari tahun 2001 hingga tahun 2011 terus mengalami kenaikan, puncaknya konsumsi semen nasional mencapai 47,9 juta ton di tahun 2011 dan diprediksikan terus naik hingga tahun 2012. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa perkembangan industri semen di Indonesia sangat baik. Saat ini Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat terdapat sembilan produsen semen yang beroperasi di Indonesia yang terbagi atas 5 perusahaan milik pemerintah, yaitu Semen Gresik Group (SGG) yang menguasai sekitar 45% pangsa pasar semen, serta 4 perusahaan lainnya milik swasta, yaitu Indocement yang menguasai 30% pangsa pasar, Holcim Indonesia yang menguasai 15% pangsa pasar, dan produsen semen lainnya yang terbagi atas Semen Andalas, Semen Baturaja, Semen Bosowa, dan Semen Kupang, menguasai 10% pangsa pasar secara total. Dilihat dari penguasaan pangsa pasar tersebut, terdapat tiga pelaku usaha yang mempunyai pangsa pasar sebagai market leader, yaitu SGG, Indocement dan Holcim. (Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI) 2012 dan Outlook Semen 2010)

3 Berdasarkan kapasitas produksinya, perusahaan semen yang mempunyai kapasitas produksi terbesar saat ini adalah PT Semen Gresik Tbk dengan kapasitas produksi sebesar 19 juta ton/tahun. Peringkat kedua adalah PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk dengan kapasitas sebesar 18,6 juta ton/tahun, sedangkan peringkat ketiga dikuasai oleh PT Holcim Indonesia Tbk dengan kapasitas produksi 9,7 juta ton/tahun. Berdasarkan struktur pasar tersebut, pasar semen Indonesia adalah pasar oligopoli. Hal tersebut dapat di lihat dari hasil penjualan perusahaan. (Sumber: Asosiasi Semen Indonesia 2012) Menurut Panggah Susanto, Direktur Jenderal (Dirjen) Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian menyatakan bahwa pada tahun 2012, penjualan semen akan tumbuh 10% dibanding tahun 2011. Selanjutnya Urip Timuryono, Ketua Umum ASI menjelaskan, ada dua pendorong utama kenaikan penjualan semen yaitu karena pertumbuhan industri properti mendorong 30% kenaikan permintaan semen sedangkan pembangunan infrastruktur menyokong 70% kenaikan permintaan semen. (Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI) 2012 dan Tribunnews.com, Desember 2011) Kegiatan penjualan adalah salah satu faktor penentu atas perolehan laba yang optimal. Karena laba akan timbul jika penjualan produk lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Hasil penjualan perusahaan tersebut akan berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Semakin tinggi penjualan maka semakin tinggi pula laba yang diperoleh perusahaan.

4 Pada umumnya suatu perusahaan didirikan bertujuan untuk mendapatkan laba dimana tingkat laba dapat dijadikan tolak ukur bagi perkembangan perusahaan. Tingkat laba tersebut dapat dicapai apabila seluruh elemen dalam perusahaan berjalan secara efektif sesuai dengan fungsinya masing-masing. Untuk mengukur tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba, dapat digunakan rasio rentabilitas. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu disebut rentabilitas. Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2006:72), Rentabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Menurut Bambang Riyanto (2008:28) Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2008:304) bahwa: Rasio Rentabilitas atau disebut juga Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Berdasarkan asumsi tersebut maka rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dengan menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Rasio rentabilitas digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari pinjaman dan investasi serta mengukur apakah perusahaan mampu menghasilkan keuntungan atau tidak. Rasio ini terdiri dari rasio profit margin, return on investment (ROI), dan return on equity (ROE). Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja rentabilitas

5 salah satunya adalah Return On Investment (ROI). Dalam penelitian ini penulis menggunakan ROI untuk mengukur rentabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan dengan membandingkan laba serta aktiva perusahaan. Berikut ini data perkembangan rentabilitas rata-rata perusahaan semen dalam negeri dalam kurun waktu 6 tahun terakhir, dari tahun 2006-2010 : 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 23.80% 25.68% 23.34% 20.85% 19.96% 17.28% 20.69% 21.01% 19.84% 7.80% 15.46% 6.18% 12.33% 9.71% 2.49% 2.35% 7.94% 3.44% 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Semen Gresik Indocement Holcim Indonesia Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Semen Nasional (Data diolah) GAMBAR 1.2 PERKEMBANGAN RENTABILITAS PERUSAHAAN SEMEN NASIONAL TAHUN 2006-2010 Berdasarkan Gambar 1.2 dapat dilihat perkembangan rentabilitas PT. Indocement cukup baik, penurunan hanya terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 21,01% di tahun 2010 menjadi 19,84% di tahun 2011. PT Holcim Indonesia mengalami fluktuasi yaitu penurunan di tahun 2007 sebesar 2,35% dan 2010 sebesar 7,94% namun pada tahun 2011 kembali mengalami kenaikan menjadi sebesar 9.71%. Sedangkan PT. Semen Gresik yang merupakan market leader di industri semen mengalami penurunan rentabilitas di tahun 2010 dan 2011 yaitu

6 masing-masing sebesar 23,34% dan 19,96% di tengah perkembangan industri semen yang semakin meningkat. Oleh sebab itu PT. Semen Gresik perlu meningkatkan kinerja perusahaannya. Perusahaan tentunya mengharapkan agar perusahaannya dapat terus meningkatkan laba pada setiap tahunnya sehingga mampu menjamin kestabilan tingkat rentabilitasnya. Akan tetapi pada kenyataannya tidak setiap tahun PT. Semen Gresik dapat mengalami peningkatan laba, tentunya perubahan tersebut akan mempengaruhi kestabilan rentabilitas suatu perusahaan. Pada dua tahun terakhir rentabilitas justru mengalami penurunan. 2011 : Berikut ini data perubahan rentabilitas PT. Semen Gresik dari tahun 2006- TABEL 1.1 DATA RENTABILITAS PT SEMEN GRESIK (PERSERO) TBK TAHUN 2006-2011 (DALAM JUTAAN RUPIAH) Tahun Net Profit After Rentabilitas Total Asset Taxes (dalam persen [%]) 2006 1,295,520 7,496,419 17.28% 2007 1,775,408 8,515,227 20.85% 2008 2,523,544 10,602,963 23.80% 2009 3,326,487 12,951,308 25.68% 2010 3,633,219 15,562,998 23.34% 2011 3,925,441 19,661,602 19.96% Sumber : Laporan Keuangan PT. Semen Gresik Tbk. (Data diolah) Berdasarkan Tabel 1.1 dapat terlihat bahwa dalam kurun waktu 2 tahun terakhir PT. Semen Gresik mengalami penurunan tingkat rentabilitas perusahaan. Penurunan tersebut menunjukkan adanya kinerja keuangan perusahaan yang menurun, dengan demikian kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga ikut menurun.

7 Rentabilitas PT. Semen Gresik yang menurun akan berdampak pada perkembangan perusahaan pada masa yang akan datang. Dalam 2 tahun terakhir menunjukkan kondisi rentabilitas perusahaan mengalami penurunan. Untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam upaya mewujudkan operasi perusahaan yang efisien dalam menghasilkan laba, tidak hanya dapat dilihat dari besar kecilnya jumlah laba yang diperoleh, tetapi dapat dilihat dari rentabilitasnya. Rentabilitas menunjukkan perbandingan antara laba yang dihasilkan perusahaan dengan aktiva atau modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas yang tinggi menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasinya, yang mengartikan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang besar dalam menghasilkan laba. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi rentabilitas suatu perusahaan. Menurut Lukman Syamsuddin (2007:59) Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: volume penjualan, modal kerja, total aktiva, modal sendiri dan faktor lainnya. Sedangkan menurut Munawir (2007:89) menyatakan bahwa: Salah satu bentuk dari rasio rentabilitas dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dari pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa perusahaan harus memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan sebaik-baiknya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melakukan pengelolaan modal kerja, karena pengelolaan modal kerja mempunyai peran penting dalam operasi perusahaan. Perusahaan harus mampu mengelola modal kerja dengan baik untuk dapat

8 mengoptimalkan rentabilitas, karena sebagian besar sumber daya yang dimiliki perusahaan tertanam dalam modal kerja, dimana modal kerja tersebut harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Pengelolaan modal kerja adalah kegiatan yang mencakup seluruh fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Modal kerja merupakan dana yang tertanam dalam aktiva lancar perusahaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan baku atau barang dagangan, membayar upah buruh dan gaji karyawan, dan biaya lainnya. Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga dapat memungkinkan perusahaan berfungsi secara ekonomis, tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperlukan untuk beroperasi. Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dimana dana yang tersedia tidak dipergunakan secara efektif, sebaliknya kekurangan modal kerja akan menimbulkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba karena perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan. Pengelolaan modal kerja tersebut dapat diukur dengan rasio perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran piutang (receivables turnover), dan perputaran persediaan (inventory turnover). Berikut ini data pengelolaan modal kerja PT Semen Gresik selama 6 tahun terakhir yaitu dari tahun 2006-2011 :

9 Tahun TABEL 1.2 DATA PENGELOLAAN MODAL KERJA PT SEMEN GRESIK (PERSERO) TBK TAHUN 2006-2011 Rentabilitas (dalam persen [%]) Working Capital Turnover Receivables Turnover Inventory Turnover 2006 17.28% 3.24 7.77 5.26 2007 20.85% 2.51 8.18 5.34 2008 23.80% 2.45 8.04 4.33 2009 25.68% 2.43 9.99 5.41 2010 23.34% 2.97 8.16 4.64 2011 19.96% 3.44 8.82 4.43 Sumber : Laporan Keuangan PT. Semen Gresik Tbk. (Data diolah) Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pengelolaan modal kerja yang diukur menggunakan rasio perputaran modal kerja (working capital turnover) dan perputaran piutang (receivables turnover) pada PT. Semen Gresik mengalami fluktuasi yang cenderung meningkat. Sedangkan perputaran persediaan (inventory turnover) mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. Dari ketiga pengukur modal kerja pada PT. Semen Gresik adalah perputaran persediaan (inventory turnover) yang paling mempengaruhi tingkat rentabilitas, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2 dimana ada penurunan perputaran persediaan pada tahun 2009 dari 5.41x menjadi sebesar 4,64x pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi sebesar 4.43x yang disertai penurunan rentabilitas pada kedua tahun tersebut. Oleh sebab itu penulis menggunakan perputaran persediaan (inventory turnover) sebagai alat ukur pengelolaan modal kerja. Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur yang aktif dalam operasi perusahaan. Menurut Freddy Rangkuti (2007:4)

10 Persediaan barang atau inventory sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terusmenerus mengalami perubahan. Sedangkan menurut Lukman Syamsuddin, (2007:280) menyatakan bahwa: Untuk meminimalkan kebutuhan operating cash maka perputaran persediaan atau inventory turnover harus diperbesar karena dengan semakin cepatnya perputaran persediaan berarti semakin kecil modal yang harus diinvestasikan dalam persediaan, hal ini bertujuan agar perusahaan dapat mencapai tingkat rentabilitas yang stabil. Dari asumsi diatas dapat dikatakan bahwa dengan adanya pengelolaan persediaan yang baik, maka perusahaan dapat meningkatkan rentabilitas perusahaan. Semakin tinggi perputaran persediaan maka semakin tinggi biaya yang dapat ditekan sehingga semakin besar perolehan laba suatu perusahaan. Atau dapat dikatakan juga bahwa semakin cepat perputaran persediaan maka semakin baik pengelolaan modal kerjanya yang nantinya akan meningkatkan rentabilitas perusahaan. Perusahaan membutuhkan sumber dana dalam menjalankan operasinya. Dana tersebut dapat diperoleh dari sumber internal dan sumber eksternal. Sumber internal adalah dana yang berasal dari dalam perusahaan, dimana pemenuhan kebutuhan modal diambil dari dana yang dihasilkan oleh perusahaan sendiri. Sumber eksternal yaitu dana yang berasal dari luar perusahaan dengan cara meminjam kepada kreditur berupa hutang. Perkembangan ekonomi disertai perekonomian yang sulit serta tuntutan perkembangan usaha menyebabkan dana yang berasal dari dalam perusahaan tersebut tidak cukup untuk memenuhi

11 kebutuhannya. Oleh karena itu, perusahaan berusaha mencari tambahan dana yang berasal dari sumber eksternal. Hutang merupakan dana yang berasal dari sumber eksternal yang digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan dimana harus dibayar kembali pada waktu yang ditentukan. Perolehan dana oleh perusahaan dengan menggunakan hutang harus dikelola dengan baik karena penggunaan hutang mempunyai konsekuensi yang pasti berupa kewajiban finansial dalam hal membayar angsuran pokok dan angsuran bunga. Untuk menilai sejauh mana perusahaan menggunakan hutangnya dapat digunakan rasio hutang. Menurut Lukman Syamsuddin (2007:540) bahwa: Rasio hutang mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur. Semakin tinggi rasio hutang semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Salah satu rasio hutang tersebut adalah rasio hutang terhadap total aktiva (debt to total asset ratio). Eugene F Brigham and Joel F.Houston (2009:93) menyatakan bahwa The high of debt ratio (debt to total assets) indicates increase large of debt used to fund assets. Use of large debt will result to high interest expense which the interest expense will reduce net income thus result in low profit margin. Pernyataan tersebut diartikan bahwa rasio hutang (debt to total asset) yang tinggi menunjukkan semakin besar hutang yang digunakan untuk mendanai aktiva. Penggunaan hutang yang besar akan mengakibatkan beban bunga yang tinggi dimana beban bunga tersebut akan menurunkan laba bersih sehingga

12 mengakibatkan profit margin menjadi rendah. Menurut Bambang Riyanto (2008:37) Profit margin yang rendah akan menurunkan tingkat rentabilitas. Dari asumsi tersebut dapat dikatakan bahwa rasio hutang berpengaruh terhadap rentabilitas. Berikut ini data kebijakan hutang yang diukur menggunakan rasio debt to total asset pada PT. Semen Gresik dari tahun 2006-2011: TABEL 1.3 DATA KEBIJAKAN HUTANG PT SEMEN GRESIK (PERSERO) TBK TAHUN 2006-2011 (DALAM JUTAAN RUPIAH) Tahun Total Hutang Total Aktiva Rasio Hutang [dalam persen (%)] 2006 1,915,243 7,496,419 25.55 2007 1,795,640 8,515,227 21.09 2008 2,429,249 10,602,964 22.91 2009 2,633,214 12,951,308 20.33 2010 3,423,246 15,562,998 21.99 2011 5,046,506 19,661,603 25.67 Sumber : Laporan Keuangan PT. Semen Gresik Tbk. (Data diolah) Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa rasio kebijakan hutang (Debt to total asset) PT. Semen Gresik pada tahun 2006-2011 mengalami fluktuasi, pada tahun 2006 sebesar 25.55% turun menjadi sebesar 21.09% pada tahun 2007. Pada tahun 2008 naik menjadi sebesar 22.91%, pada tahun 2009 mengalami penurunan kembali yaitu sebesar 20.33% kemudian pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi sebesar 21.99% dan pada tahun 2011 hutang kembali naik yaitu sebesar 25.67%. Selama 6 tahun terakhir rasio kebijakan hutang PT. Semen Gresik mengalami fluktuasi yang cenderung mengalami kenaikan. Rasio kebijakan hutang yang digunakan dalam penelitian ini adalah (debt to total asset) yang merupakan perbandingan total hutang dengan total aktiva

13 perusahaan atau dengan kata lain menunjukkan sejauh mana aktiva yang dimiliki perusahaan didanai dengan hutang. Hutang yang semakin besar akan menyebabkan tingginya beban yang berakibat pada penurunan laba dan pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat rentabilitas perusahaan. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti perlu untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Pengelolaan Modal Kerja dan Kebijakan Hutang Terhadap Rentabilitas Pada PT. Semen Gresik Tbk. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa rentabilitas PT. Semen Gresik dalam 6 tahun terakhir telah menunjukkan adanya penurunan kinerja perusahaan ditengah meningkatnya kinerja industri semen. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi rentabilitas suatu perusahaan. Menurut Lukman Syamsuddin (2007:59) faktor-faktor tersebut antara lain adalah: volume penjualan, modal kerja, total aktiva, modal sendiri dan faktor lainnya. Dalam penelitian ini dinyatakan bahwa pengelolaan modal kerja dan kebijakan hutang sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya penurunan rentabilitas perusahaan. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan modal kerja dan kebijakan hutang yang baik. Pengelolaan modal kerja dan kebijakan hutang yang baik akan mempercepat proses perusahaan untuk memperoleh laba yang nantinya akan berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas PT. Semen Gresik. Sebaliknya jika

14 pengelolaannya kurang baik maka laba yang diharapkan perusahaan tidak akan maksimal yang nantinya akan menurunkan tingkat rentabilitas PT. Semen Gresik. Dalam penelitian ini penulis hanya memilih satu faktor yang mempengaruhi rentabilitas yang diukur dengan ROI sebagai variabel terikat (dependent variable). Sebagai variabel bebas (independent variable) pengelolaan modal kerja diukur dengan perputaran persediaan (inventory turnover) sedangkan kebijakan hutang diukur dengan (debt to total asset). Hal ini disebabkan karena keterbatasan penulis berupa keterbatasan pengetahuan, biaya, tenaga dan waktu dalam melakukan penelitian. Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah, maka yang menjadi tema sentral masalah dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut: PT. Semen Gresik mengalami penurunan tingkat rentabilitas, penurunan terjadi pada dua tahun terakhir yaitu pada 2010 dan 2011. Salah satu faktor yang menyebabkan turunnya rentabilitas dalam penelitian ini adalah menurunnya pengelolaan modal kerja dan naiknya kebijakan hutang. Pada laporan keuangan PT Semen Gresik periode tahun 2006-2011, pengelolaan modal kerja yang diukur menggunakan rasio perputaran persediaan mengalami fluktuasi yang cenderung mengalami penurunan. Semakin cepat perputaran persediaan menunjukkan semakin efektif pengelolaan modal kerja yang berdampak pada meningkatnya rentabilitas. Selanjutnya kebijakan penggunaan hutang PT. Semen Gresik dari tahun 2006-2011 mengalami kenaikan di tahun 2008, 2010, dan 2011. Hutang yang terlalu besar akan mempengaruhi penurunan laba dan tingkat rentabilitas perusahaan. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

15 1. Bagaimana gambaran pengelolaan modal kerja pada PT. Semen Gresik Tbk periode 2006-2011. 2. Bagaimana gambaran kebijakan hutang pada PT. Semen Gresik Tbk periode 2006-2011. 3. Bagaimana gambaran tingkat rentabilitas pada PT. Semen Gresik Tbk periode 2006-2011. 4. Seberapa besar pengaruh pengelolaan modal kerja terhadap tingkat rentabilitas pada PT. Semen Gresik Tbk periode 2006-2011. 5. Seberapa besar pengaruh kebijakan hutang terhadap tingkat rentabilitas pada PT. Semen Gresik Tbk periode 2006-2011. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka penulis merumuskan beberapa tujuan penelitian untuk memperoleh hasil temuan sebagai berikut : 1. Gambaran pengelolaan modal kerja pada PT. Semen Gresik Tbk periode 2006-2011. 2. Gambaran kebijakan hutang pada PT. Semen Gresik Tbk periode 2006-2011. 3. Gambaran tingkat rentabilitas pada PT. Semen Gresik Tbk periode 2006-2011. 4. Besar pengaruh pengelolaan modal kerja terhadap tingkat rentabilitas pada PT. Semen Gresik Tbk periode 2006-2011.

16 5. Besar pengaruh kebijakan hutang terhadap tingkat rentabilitas pada PT. Semen Gresik Tbk periode 2006-2011. 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis dan praktis sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis (keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu manajemen keuangan, khususnya mengenai pengelolaan modal kerja, kebijakan hutang, dan rentabilitas. 2. Kegunaan Praktis 1) Bagi Penulis Penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai manajemen modal kerja dan hutang serta dapat mengetahui aplikasi pelaksanaan pengelolaan modal kerja dan kebijakan hutang terhadap rentabilitas pada suatu perusahaan. 2) Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi perusahaan dalam merumuskan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam mengelola dan mengendalikan modal kerja serta kebijakan hutang untuk meningkatkan rentabilitas perusahaan.