BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS. energi (PLTBm) dengan pengolahan proses pemisahan. Selanjutnya subsistem

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Dari studi kasus penelitian manajemen terintegrasi, sumber energi di

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

BAB VI PEMBAHASAN. di integrasikan antara Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bel akang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat di Indonesia, terlebih di Bali, yang tidak memiliki sumber energi yang

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas

Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

III KERANGKA PEMIKIRAN

renewable energy and technology solutions

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan rumah tangga sampai dengan kebutuhan di bidang industri. Di

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

RUMAH DAN PERMUKIMAN TRADISIONAL YANG RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. terjamah oleh fasilitas pelayanan energi listrik, dikarenakan terbatasnya pelayanan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Populasi Ternak di Indonesia (000 ekor) * Angka sementara Sumber: BPS (2009) (Diolah)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

Program Bio Energi Perdesaan (B E P)

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI

PEMANFAATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI.

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA HOME INDUSTRY KRIPIK SINGKONG.

BAB I PENDAHULUAN. dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer bahan pangan, pakan

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN KANDANG SAPI DAN INSTALASI BIOGAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kaya akan sumber daya alam dan terbatas ilmu. fosil mendapat perhatian lebih banyak dari kalangan ilmuan dan para

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Muhamad Gadhavai Fatony, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. nasional yang meliputi kebijakan penyediaan energi yang optimal dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

PANDUAN TEKNOLOGI APLIKATIF SEDERHANA BIOGAS : KONSEP DASAR DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. cukup baik untuk menambah penghasilan. Tentunya dengan pemeliharaan dan

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMANFAATAN LIMBAH DARI KOTORAN SAPI UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

Pemanfaatan Kotoran Sapi untuk Bahan Bakar PLT Biogas 80 KW di Desa Babadan Kecamatan Ngajum Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan. Limbah : Feses Urine Sisa pakan Ternak Mati

PROBLEM OPEN-ENDED OSN PERTAMINA 2014 BIDANG KIMIA

UNIVERSITAS INDONESIA

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia yang terjadi

LAPORAN KEMAJUAN. Peneliti Utama : Ir. Bhakti Tjahja Agung. Paket Insentif Pemanfaatan Hasil Litbang : METODE, INSTRUMEN, TOOLS, STRATEGI, REKOMENDASI

Transkripsi:

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berpikir Terdapat susbsitem lingkungan dan subsistem industri energi, ditinjau dari subsistem lingkungan berupa limbah perkotaan (pertanian, manusia, peternakan) dari beberapa limbah tersebut muncul beberapa klasifikasi yaitu limbah organik dan non organik dimana kedua limbah tersebut diolah kedalam subsistem industri energi (PLTBm) dengan pengolahan proses pemisahan. Selanjutnya subsistem kedua adalah subsistem industri energi, dimana sudah terdapat PLTS dengan daya 1MW, dalam hal ini diperlukan manajemen intergasi guna peningkatan hasil energi berupa energi listrik yang dapat digunakan secara umum, serta mampu mensuplai energi yang dibutuhkan didalam integrasi dan mampu memenuhi kebutuhan listrik sosial. Subsistem Industri Energi Subsistem Lingkungan PLTB MSW Pemisahan Padat Kering Listrik Pengguna Listrik Tungku Pembakaran Listrik PLTS Limbah Umum Gambar 3.1 kerangka berfikir integrasi sumber energi 32

33 3.2 Konsep 3.2.1 Pengembangan Integrasi Sumber Energi Energi merupakan kemampuan untuk melakukan kerja, kerja dalam hal ini adalah jumlah yang diberikan pada suatu sistem hingga menghasilkan keluaran dari proses sistem tersebut. Dengan kepadatan jumlah penduduknya membuat energi sebagai kebutuhan hidup terus meningkat seiring waktu, peningkatan diakibatkan adanya jumlah penduduk yang bertambah seiring waktu, selain pertambahan jumlah penduduk memberikan dampak dalam kebutuhan energi juga akan memberikan dampak pertumbuhan industri, sehingga diperlukan peningkatan energi mandiri didalam sebuah industri yang mampu memberikan nilai efisiensi penggunaan energi berbahan bakar fosil dari pemerintah dan terciptanya energi terbarukan dari hasil pengolahan limbah agroindustri. Rucio et, al,. (2012) dalam penelitianya disebutkan; dengan memanfaatkan metode link network dari sebuah agroindustri memberikan paradigma baru dalam penggunaan lahan prespektif untuk menghasilkan energi dari pemanfaatan limbah agroindustri. Hasil limbah agroindustri dapat dijadikan energi dikawasan agroindustri dengan memanfaatkan biomasa dari pertanian, Secara umum biomassa merupakan bahan yang dapat diperoleh dari tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung dan dimanfaatkan sebagai energi atau bahan dalam jumlah yang besar. secara tidak langsung mengacu pada produk yang diperoleh melalui peternakan dan industri makanan. Basis sumber daya meliputi ratusan dan ribuan spesies tanaman, daratan dan lautan berbagai sumber daya pertanian, kehutanan dan limbah residu pada proses industri, limbah, dan limbah kotoran hewan. Tanaman

34 energi dengan membuat perkebunan energi skala besar akan menjadi salah satu biomassa yang menjanjikan walaupun belum dikomersialkan pada saat ini. Menurut kamus Bahasa Inggris Oxford, istilah Biomassa pertama kali muncul literatur pada tahun 1934. Di dalam Journal of Marine Biology Association, ilmuan rusia bernama Bogorov menggunakan biomasa sebagai tatanama. Bogorov mengukur bobot plankton laut (Calanus finmarchicus) setelah dikeringkan dilakukan penyelidikan perubahan pertumbuhan musiman plankton. Tabel 3.1 Perkiraan produksi limbah biomasa dan sejumlah sumber daya Spesies Biomasa Rasio Produksi Limbah (t/th) Koefisien Konversi Energi (GJ/t) Padi 1,4 16,3 Gandum 1,3 17,5 Jagung 1 17,7 Akar dan Umbi 0,4 6 Residu Tebu 0,28 17,33 Sapi 1,1 (t/th/kepala) 15 Babi 0,22 (t/th/kepala) 17 Unggas 0,037 (t/th/kepala) 13,5 Kuda 0,55 (t/th/kepala) 14,9 Kerbau dan Unta 1,46 (t/th/kepala) 14,9 Domba dan Kambing 0,18 (t/th/kepala) 17,8 Kayu Industri 1,17 16 Kayu Bakar 0,67 16 Limbah Kayu 0,784 16 Sumber : Asian Biomassa Handbook, hal 35. Biomasa merupakan sumber daya terbaharui dan energi yang diperoleh dari bomasa disebut energi terbarukan. Tabel 3.1 menunjukan perkiraan produksi limbah biomasa dan sejumlah sumber daya. Pemanfaatan biomasa agroindustri antara lain memanfaatkan limbah padat berupa ranting sebagai bahan bakar termal

35 pada proses produksi dan pemanfaatan limbah padat-cair berupa bahan bakar hasil digester yaitu biogas. 1. Pemanfaatan Biomassa menjadi energi thermal Energi panas merupakan salah satu alternatif energi terbarukan sebagai sumber daya energi. Energi panas dapat dihasilkan dari panas bumi, pembakaran biomassa, pembakaran gas atau bahan bakar cair dengan memanfaatkan uap panas yang dihasilkan. Pemanfaatan energi panas diterapkan di Industri Skala kecil, menegah, dan besar dengan berbagai macam metode. Dengan penggunaan heat exchanger merupakan penggunaan energi panas dengan memanfaatkan uap panas dari pembakaran kayu dan digunakan diindustri untuk mengeringkan produk pertanian. 2. Pemanfaatan Biomassa menjadi biogas Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob. Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Beberapa daerah dengan potensi limbah organik dapat menyatukan saluran limbahnya ke dalam sistem Biogas, sehingga limbah industri tersebut tidak mencemari lingkungan di sekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah industri tersebut diatas berasal dari bahan organik yang homogen. Jenis bahan organik yang diproses sangat

36 mempengaruhi produktifitas sistem biogas. Tabel 3.2. menunjukan konversi penggunaan biogas dalam 1 m 3. Salah satu cara menentukan bahan organik yang sesuai untuk menjadi bahan masukan sistem Bio-gas adalah dengan mengetahui perbandingan Karbon (C) dan Nitrogen (N) atau disebut rasio C/N. Beberapa percobaan yang telah dilakukan oleh ISAT menunjukkan bahwa aktifitas metabolisme dari bakteri methanogenik akan optimal pada nilai rasio C/N sekitar 8-20. Tabel 3.2 Konversi kesetaraan penggunaan biogas Elpiji Minyak Tanah Minyak Solar Bensin 0,46 Kg 0,62 Lt 0,52 Lt 0,8 Lt Gas Kota 1,5 M 3 Kayu Bakar 3,5 Kg Sumber : Direktorat Jenderal PPHP-Departemen Pertanian (2006) Pengembangan integrasi sumber energi mampu mensinkronisai antar subsistem menjadi kesatuan sistem yang terintegrasi (integrated energy system) dengan memanfaatkan sumber daya alam sekitar tanpa merusak alam. Gambar 3.2 merupakan energi terbarukan (Non fosil) dan non terbarukan (fosil) dengan terminologi komoditas output dalam penggunaan.

37 Primer Sekunder Bahan Bakar Fosil Non Fosil Nuklir Panas dan bukan listrik termal Batubara Minyak Mentah Gas Bumi Limbah Bahan Bakar Nabati (BBN) Produk Kilang Produk Bahan Bakar Padat dan Gas Bahan Bakar yang bersal dari energi terbarukan Panas dan Listrik Gambar 3.2 Terminologi Energi Fosil dan Non Fosil (Yves Garnier, 2005) 3.2.2 Parameter Optimalisasi Integrasi Sistem integrasi dalam penelitian ini, studi kasus lokasi di Kabupaten Bangli, integrasi sumber energi ditinjau dengan beberapa parameter; parameter teknik, parameter ekonomi, parameter lingkungan dan parameter sosial. Dengan mengintegrasikan subsistem PLTS dan PLTBm Dimana pengukuran parameter teknik terdiri atas aspek materi dan energi, pengukuran parameter ekonomi terkait metode nilai bersih sekarang (NPV), dan PBP. a. Faktor Teknik Ditinjau dari faktor teknik, Untuk menentukan apakah suatu program dapat memberikan manfaat teknik, dimana faktor teknik terkait dengan materi dan energi. Faktor teknik terkait materi adalah penjelasan tentang jumlah produk dalam sistem yaitu produk berupa fuel yang dihasilkan dari sistem integrasi. Produk fuel dalam penelitian ini terkait dengan produk fuel berupa primer dan

38 sekunder. Produk fuel dalam penelitian ini dihasilkan dari subsistem disekitar kawasan berupa limbah yang diolah didalam subsistem industri untuk dijadikan fuel, sehingga jumlah fuel yang dihasilkan dapat membantu subsistem industri dalam mengolahan produk subsistem. Jumlah fuel dalam integrasi dapat menurunkan penggunaan fuel barupa bahan bakar dan listrik dari PLN. Serta dapat dimanfaatkan di pedesaan dengan mandiri energi secara keberlanjutan. Faktor teknik terkait Energi, Penggunaan energi dikawasan industri merupakan hal yang mutlak dan merupakan kebutuhan pokok untuk melakukan kerja. Kebutuhan energi didalam industri dapat berupa listrik dan bahan bakar, jumlah kebutuhan energi listrik dapat dinyatakan dalam kwh dan bahan bakar fluida dinyatakan dalam lt/jam serta bahan bakar padat dalam kg/jam. Adanya satuan jumlah energi dapat ditentukan dari berapa alat mesin dikawasan indusri yang membutuhkan energi listrik atau berupa bahan bakar. Dengan adanya pemanfaatan limbah atau biomassa dapat diklasifikasikan energi yang dihasilkan dalam bentuk fluida dan padatan, sehingga efisiensi energi dapat diketahui dengan menghitung jumlah = [energi yang dihasilkan - energi yang dibutuhkan] x 100%. Sehingga akan didapat efisiensi energi dalam satuan %. b. Faktor Ekonomi Ditinjau dari Faktor ekonomi, Untuk menentukan apakah suatu program dapat memberikan manfaat ekonomi dan layak untuk dilaksanakan adalah melakukan analisis biaya dan manfaat. Menyatakan analisis biaya dan manfaat digunakan untuk evaluasi mengenai penggunaan sumber ekonomi agar sumber ekonomi yang langka dapat dilakukan secara efisien dengan cara menimbang

39 manfaat dan biaya dari proyek tersebut. Apabila manfaat dari proyek lebih besar dari biaya yang diperlukan maka proyek tersebut dipandang sebagai efisien, sebaliknya apabila manfaat proyek tersebut lebih kecil dibandingkan biayanya maka proyek tersebut dipandang tidak efisien. Menurut Kodaite (1995), suatu evaluasi investasi/proyek memiliki tujuan sebagai berikut : a. Untuk menentukan apakah suatu investasi layak dilakukan. b. Untuk memilih alternatif yang dapat memaksimalkan keuntungan dengan mempertimbangkan kendala yang ada. Giatman (2006), mengatakan ada beberapa metode analisis biaya dan manfaat yaitu : a) Metode Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) Penilaian kelayakan suatu investasi dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip discounted cash flow, yaitu mempertimbangkan nilai waktu dari uang pada aliran kas. Metode ini meliputi Net Present Value (NPV) dan Benefit Cost Ratio (B/C). Penggunaan NPV didasarkan pada adanya perbedaan antara nilai uang sekarang dengan nilai uang pada masa yang akan datang. Metode ini akan membandingkan pengeluaran uang sekarang dengan penerimaan uang pada masa datang yang telah disesuaikan dengan nilai waktu dari uang. Keputusan bahwa investasi layak untuk diterima apabila diperoleh nilai NPV > 0.

40 b) Kriteria Rasio Manfaat Terhadap Biaya (B/C Ratio) Analisis rasio manfaat biaya merupakan cara praktis untuk menaksir kemanfaatan proyek dari berbagai aspek yang relevan terhadap biaya biaya maupun manfaat yang ditimbulkannya. Nilai B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Kriteria investasi B/C ratio merupakan indeks efisiensi yang perhitungannya mempergunakan data yang sama seperti NPV. Ratio B/C sebagai indeks efisiensi dalam penggunaan modal tidak terpengaruh skala proyek. Cara ini dilakukan dengan membandingkan total manfaat proyek terhadap total biaya proyek, yang semuanya dinyatakan dalam nilai sekarang. Apabila (B/C) > 1 maka proyek atau kegiatan dinyatakan layak. c) Metode Payback Peridod (Masa Pengembalian Investasi/MPI) MPI merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk pembayaran kembali seluruh investasi yang dikeluarkan. Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak ekonomis atau tidak adalah jumlah periode pengembalian (k) umur investasi (n). 3.3 Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah : 1. Dengan manajemen dan mengintegrasikan sumber energi PLTS dan PLTBm (MSW) didapatkan daya output yang optimal.

41 2. Dengan bentuk sistem integrasi sumber energi maka dapat di sinkronisasikan berbagai subsistem energi dalam peningkatan pemanfaatan energi non fosil secara sistemik efektif dan efisien.