BAB I PENDAHULUAN Pada BAB I ini akan dijelaskan secara umum mengenai bagaimana latar belakang pemilihan judul proyek, rumusan masalah yang mempengaruhi bagaimana desain proyek nantinya, tujuan proyek, hingga metode penelitian yang digunakan. 1.1. Latar Belakang Bisnis adalah kegiatan usaha yang bertujuan untuk menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan (Alma, 2015: 21). Saat ini bisnis merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk menjaga kestabilan dalam dunia perekonomian. Setiap orang pada umumnya akan terlibat dalam bisnis baik usaha kecil atau besar maupun sebagai penjual atau pembeli. Begitu halnya di Indonesia, seiring berkembangnya zaman semakin banyak warga Indonesia yang menjadikan bisnis sebagai sumber mata pencaharian. Pelaku bisnis di Indonesia saat ini menjadikan barang dan jasa apa saja yang bisa dijual menjadi bisnis. Mulai dari bisnis dengan menjual kebutuhan sehari-hari, kerajinan khas daerah, hingga barang mewah (Alma, 1
2015: 22). Diantara semua kegiatan bisnis tersebut, tidak semua dapat berkembang di berbagai daerah di Indonesia. Di Bali misalnya, barang hasil kerajinan merupakan barang diminati masyarakat serta wisatawan dan berpeluang apabila dijadikan bisnis. Dalam mencari tujuan pasarnya, bisnis kerajinan di Bali sudah memiliki para wisatawan sebagai potensi, mengingat banyak wisatawan yang tertarik berkunjung ke Bali sebagai salah satu tujuan wisata dunia di Indonesia. Terdapat berbagai jenis kerajinan yang berkembang di Bali sebagai bagian dari kegiatan bisnis, seperti kerajinan kayu, furnitur, bambu, logam, perak, kain tenun hingga kerajinan kulit (Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, 2015: 281). Bagi sebagian orang, kerajinan kulit atau barang dari kulit merupakan hal yang wajib dimiliki. Hal ini dikarenakan barang dari kulit memiliki kesan klasik dan formal yang tidak bisa digantikan bahan tekstil. Terutama bagi pekerja kantoran swasta dan negeri, sepatu kulit sudah menjadi kebutuhan sehari-hari yang selalu digunakan. Di Indonesia sendiri, bisnis kerajinan kulit sudah cukup terkenal, beberapa daerah seperti Garut, Magetan, Manding, dan Tanggulangin menjadi pusat berkembangnya bisnis ini. Berbeda dengan beberapa daerah tersebut dimana kerajinan kulit merupakan kerajinan asli mereka yang memiliki sumber bahan baku dan pengrajin asli daerahnya, di Bali para pelaku bisnis kulit ini menjalankan bisnisnya dengan mengandalkan pasar atau pembeli yang lebih luas dan menjanjikan dibandingkan daerah lainnya, karena Bali merupakan tujuan wisata utama di Indonesia dengan jumlah kedatangan wisatawan hingga 3.766.638 orang per tahun 2014 yang meningkat dari jumlah 2.535.162 per tahun 2010 (Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, 2015: 321). Dengan pasar yang menjanjikan tersebut menjadikan Bali menjadi daerah dengan banyak bisnis kerajinan kulit, namun yang tidak bergantung pada sumber bahan baku kulit yang diproduksi langsung di Bali, melainkan pada pemasok kulit di luar Bali. Bali merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang menjadi penghasil dan mengekspor cukup banyak kerajinan kulit. Ekspor kerajinan dari bahan baku kulit Bali senilai US$ 1,50 juta selama April 2015, meningkat 27,18 persen dibanding bulan Maret, yang tercatat US$ 1,18 juta (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2015: 281). Hal tersebut dinilai dapat menggambarkan bahwa pasar kerajinan kulit di Bali sangat menjanjikan dan berpotensi untuk dikembangkan lebih serius. Pariwisata di Bali hingga saat ini masih terpusat di Kabupaten Badung dengan berbagai tempat wisata dan akomodasi yang sudah tersedia, kesempatan untuk memperluas pasar produk hasil kerajinan kulit di Kabupaten Badung sangat besar. Hal itu dikarenakan Kabupaten 2
Badung merupakan gerbang utama Bali yang sudah pasti banyak dilalui wisatawan, baik domestik maupun asing. Seiring berkembangnya perekonomian di Indonesia, saat ini barang hasil kerajinan kulit sangat diminati, tidak hanya untuk dijual di dalam negeri tapi juga diekspor ke berbagai negara di dunia. Namun, tidak semua pengusaha atau pengrajin memiliki kesempatan untuk memasarkan hasil kerajinan kulit tersebut dengan maksimal, terutama bagi pelaku usaha kecil. Menurut Suanjana, selaku Staff Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali, hal ini dinilai tidak baik untuk keberlangsungan pedagang kerajinan kulit tersebut, karena pedagang kerajinan kulit merupakan salah satu pemeran penting yang berkontribusi besar dalam perekonomian yang seharusnya didukung untuk lebih maju. Namun, berdasarkan pengamatan yang dilakukan terdapat beberapa kendala. Saat ini tampilan, pengelolaan dan sistem pemasaran bisnis kerajinan kulit lokal di Bali belum terlalu baik, sehingga tidak banyak masyarakat lokal yang tertarik dan mengetahui bahwa kerajinan kulit Bali memiliki pasar ekspor dan dapat bersaing dengan kerajinan kulit diluar Bali, seperti Garut dan Magetan. Berdasarkan hasil observasi pada beberapa gerai kerajinan kulit, kebanyakan hanya memiliki satu tempat untuk membuat kerajinan sekaligus memamerkannya. Pada gerai kulit di Bali, terutama gerai kecil, kesan yang muncul kebanyakan adalah kurang nyaman. Hal tersebut dapat disebabkan karena tempatnya yang kecil, kurang menarik dan kurangnya fasilitas seperti parkir karena keterbatasan lahan. Kesan kurang nyaman itulah yang juga menyebabkan masyarakat kurang tertarik untuk mengunjungi dan berbelanja disana serta lebih memilih berbelanja di mall seperti Matahari, Ramayana, Mall Bali Galeria, Beachwalk dan Lippo Mall. Untuk sistem pemasaran, kendala ada pada kurangnya upaya untuk memperkenalkan produk hasil kerajinan kulit Bali kepada masyarakat lokal dan wisatawan. Beberapa pelaku bisnis ini yang cukup besar pun terkadang hanya bergantung pada pesanan ekspor dan kurang yakin dalam menjual barangnya dengan target pasar lokal. Karena sebagian besar masyarakat masih memandang rendah produk Indonesia dan menganggap produk luar negeri yang lebih baik walaupun belum tentu kebenarannya. Apabila terdapat pedagang atau pengrajin yang menjual dengan target pasar lokal, berdasarkan hasil observasi pedagang kerajinan kulit di Kabupaten Badung dan sekitarnya, tiga dari lima pedagang tersebut memasarkan produknya hanya dengan memamerkan hasil kerajinan yang sudah jadi di tempat kerja 3
mereka masing-masing yang belum tentu terjangkau oleh pelanggan lokal atau wisatawan, sehingga kecil kemungkinan untuk mendapatkan banyak pembeli dan memperluas pasarnya. Berdasarkan kesadaran terhadap kendala belum terciptanya kenyamanan dan kurangnya upaya pengenalan dan pemasaran terhadap bisnis kerajinan kulit di Bali, maka dirasa perlu untuk mengadakan sebuah fasilitas yang nyaman dan menarik bagi pembeli sebagai pusat pemasaran dari kerajinan kulit tersebut. Dengan tujuan membantu para pelaku bisnis kerajinan kulit menjual berbagai hasil produksi kerajinan kulitnya, sehingga mampu menjual lebih banyak dan menjangkau pasar yang lebih luas. Selain itu, fasilitas ini juga dapat menjadi salah satu tempat wisata belanja alternatif di Kabupaten Badung. Fasilitas yang dibangun ini nantinya akan berupa pusat bisnis yang menyediakan kios-kios untuk disewakan kepada para pedagang kerajinan kulit lokal yang dirancang untuk memberi kesan nyaman dalam berbelanja barang kerajinan kulit dan dapat mengundang pembeli. Untuk mengurangi biaya promosi, nantinya pusat bisnis ini yang akan menyatukan kegiatan promosi kios-kios yang ada didalamnya dengan mengadakan kerja sama dengan pihak lain seperti pemerintah, di sektor pariwisata, atau bahkan dengan mengadakan event khusus untuk memperkenalkan dan memasarkan kerajinan kulit itu sendiri sehingga dapat menarik pembeli. 1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penyusunan laporan ini, yaitu: a. Mengapa dibutuhkan Pusat Bisnis Kerajinan Kulit di Kabupaten Badung? b. Bagaimana kebutuhan ruang, program ruang, tema, dan konsep yang akan diterapkan pada fasilitas pusat bisnis kerajinan kulit ini? c. Dimana lokasi yang strategis untuk membangun Pusat Bisnis Kerajinan Kulit di Kabupaten Badung? 1.3. Tujuan Tujuan dari penyusunan laporan ini dibagi menjadi dua, yaitu: 1.3.1. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah mendapatkan pemecahan dari rumusan masalah yang sudat dibuat, diantaranya untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan ruang dari fasilitas pusat bisnis kerajinan kulit ini, program ruang, tema dan 4
konsep yang diterapkan didalamnya serta menentukan lokasi yang cocok untuk membangun fasilitas ini. Kemudian pemecahan masalah tersebut nantinya akan dijadikan acuan dalam proses perancangan bangunan Pusat Bisnis Kerajinan Kulit di Kabupaten Badung. 1.3.2. Tujuan Proyek Adapun tujuan dari perancangan Pusat Bisnis Kerajinan Kulit di Kabupaten Badung ini adalah untuk mengumpulkan dan memberikan kesempatan yang sama kepada para pelaku bisnis kerajinan kulit di Bali baik pedagang ataupun pengrajin di satu tempat untuk menyewa dan menggunakan fasilitas pemasaran sebagai wadah untuk memperkenalkan sekaligus mendapatkan konsumen yang lebih banyak di lokasi yang strategis dan dengan target pasar yang lebih luas. 1.4. Batasan Adapun batasan dalam pembahasan laporan ini, yaitu: a. Fasilitas pusat bisnis kerajinan kulit ini tidak bertujuan menampung pedagang wilayah Kabupaten Badung secara khusus, melainkan seluruh pelaku bisnis kerajinan kulit buatan lokal yang ada di Bali, bahkan Indonesia yang ingin memasarkan produknya dekat dengan pasar wisatawan di Bali. b. Pedagang yang terlibat dalam observasi dan pengumpulan data yaitu pedagang di sekitar Denpasar dan Badung, Bali. c. Fasilitas ini hanya menyediakan tempat bagi pedagang untuk berjualan, tidak untuk memproduksi barang kerajinan kulit. d. Sistem penjualan pedagang di dalam fasilitas ini direncanakan secara retail. Apabila terdapat pemesanan dalam jumlah banyak atau grosir akan berkoordinasi dengan pihak pedagang di kiosnya. e. Kios dalam fasilitas ini disewa per bulan untuk mendisplay kerajinan kulit. f. Sistem penataan kios pedagang menggunakan sistem open layout atau tanpa sekat dinding. 1.5. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah dalam mendapatkan data dengan suatu tujuan tertentu. Data yang diperoleh melalui metode penelitian secara umum dapat digunakan sebagai data yang Valid atau tepat. Metode penelitian dibagi menjadi dua, yaitu (Sugiyono, 2014, 8): 5
a. Metode Kuantitatif Metode kuantitatif merupakan metode yang dengan data penelitian berupa angka dan analisis menggunakan statistik. Adapun teknik pengumpulan dan analisis data dalam metode kuantitatif yaitu: 1) Teknik Pengumpulan Data: a) Wawancara Merupakan teknik pengumpulan data yang mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau keyakinan pribadi (Sugiyono, 2014, 135). b) Angket Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atan pernyataan tertulis kepada responden (Sugiyono, 2014, 142). c) Observasi Merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja dan gejala alam (Sugiyono, 2014, 145). Dalam penulisan laporan ini, observasi dilakukan dengan mengamati dan mempelajari kegiatan yang berkaitan dengan bisnis kerajinan kulit. 2) Analisis Data: a) Statistik Deskriptif dan Inferensial Merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Statistik inferensial adalah teknik untuk menganalisa data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. (Sugiyono, 2014, 147). b) Statistik Parametris dan Nonparametris Merupakan statistik yang digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik data sampel. Statistik nonparametris tidak menuntut terpenuhi banyaknya asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi normal (Sugiyono, 2014, 149). b. Metode Kualitatif Metode kualitatif merupakan metode dengan data yang berupa teori. Adapun teknik pengumpulan dan analisis data dalam metode kualitatif yaitu: 6
1) Teknik Pengumpulan Data a) Observasi Merupakan cara mempelajari perilaku dan makna perilaku tersebut (Sugiyono, 2014, 226). Dengan tujuan memperoleh pengalaman langsung dan agar lebih mampu memahami situasi sosial. b) Wawancara Merupakan teknik pengumpulan data apabila peneliti mengajukan beberapa pertanyaan pada orang yang sama baik secara terstruktur atau mengikuti jawaban orang tersebut. Dalam penulisan laporan ini, wawancara telah dilakukan pada beberapa narasumber yang keterangannya terlampir. c) Dokumentasi Merupakan catatan dari peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2014, 240). d) Triangulasi Merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data yang telah ada (Sugiyono, 2014, 241). 2) Analisis Data a) Analisis Sebelum di Lapangan Merupakan analisis yang dilakukan peneliti sebelum peneliti memasuki lapangan. hal yang dianalisis berupa pendahuluan atau data sekunder. Namun hal ini hanya bersifat sementara dan dapat berubah sewaktu-waktu (Sugiyono, 2014, 245). b) Analisis Setelah di Lapangan Merupakan analisis yang dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah pengumpulan data selesai dalam waktu tertentu (Sugiyono, 2014, 246). Adapun langkah-langkah pada analisis ini adalah: (1) Reduksi data Merupakan proses merangkum seluruh data yang didapatkan saat pengumpulan data agar dapat dipilih hal pokok dan terpenting saja. (2) Penyajian data Merupakan proses menyajikan data dalam bentuk tabel, grafik dan sejenisnya. (3) Kesimpulan data Merupakan proses membuat kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang masih bersifat sementara akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang valid. 7