Pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) Dan Rasio Efisiensi (BOPO) Terhadap Profitabilita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berhaga dan penanaman

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak didukung oleh peran perbankan dalam membangun negaranya.

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

I. PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan yang paling besar peranannya adalah perbankan. disalurkan kembali kepada komponen penggerak ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang


BAB I PENDAHULUAN. seperti dilanggarnya prinsip kehati-hatian perbankan (prudential-banking

Pengaruh Efisiensi Operasi, Kualitas Aktiva, Permodalan Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Bank Bumd Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENADAHULUAN. satunya adalah agent of trust. Agent of trust berarti dalam kegiatan usahanya bank

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dimana sektor ekonomi selalu menjadi fokus pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi, regulasi pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, diantaranya:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

Pengaruh Metode Camels Dan Rgec Terhadap Harga Saham

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 Undang-Undang No. 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sebagai Financial Intermediary (perantara keuangan ) atau perantara

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Selain itu fungsi bank sebagai lembaga termediasi keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. memperlancar lalu lintas pembayaran (Dendawijaya 2004:15) atau kredit macet. Dalam rangka menjaga agar bank-bank tersebut lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. Karena laba merupakan suatu hal yang akan menjamin dari kelangsungan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam berawal dari krisis moneter pada bulan Juli-Agustus Krisis

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Transkripsi:

Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2016-01-28 Pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) Dan Rasio Efisiensi (BOPO) Terhadap Profitabilita Destania, Yoni STIE Ekuitas http://hdl.handle.net/123456789/86 Downloaded from STIE Ekuitas Repository

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan merupakan industri yang syarat dengan resiko, terutama karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam berbagai bentuk investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat berharga dan penanaman modal lainnya (Imam Ghozali, 2007). Kondisi perbankan di Indonesia selama tahun 2005-2007 merupakan periode yang penuh dinamika bagi industri perbankan nasional. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi mengalami penurunan maka salah satu cara mengembalikan stabilitas ekonomi adalah menata sektor perbankan. Oleh karena itu pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap keberadaan perbankan dalam struktur perekonomian nasional. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah melalui Bank Indonesia yaitu dengan dikeluarkannya deregulasi di bidang keuangan, moneter, dan perbankan yang berkelanjutan dengan tujuan untuk menciptakan iklim perbankan yang sehat, mandiri dan efisien. Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, bank memiliki tujuan utama yaitu mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan (idle fund/surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (Lukman Dendawijaya, 2005). Di dalam Pasal 1 Undang- 1

Undang No. 10 tahun 1998 bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Melalui sebuah bank dapat dihimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan. Selanjutnya dari dana yang telah terhimpun tersebut, oleh bank disalurkan kembali dalam bentuk pemberian kredit kepada sektor bisnis atau pihak lain yang membutuhkan. Sehingga dengan penyaluran kredit memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa. Mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang, kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. Melalui fungsi ini bank berperan sebagai Agent of Development (Triandaru dan Budisantoso,2006:9). Di Negara seperti Indonesia peranan bank cenderung lebih penting dalam pembangunan, karena bukan hanya sebagai sumber pembiayaan tetapi juga mampu mempengaruhi siklus usaha dalam perekonomian secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan bank lebih terkemuka dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya dalam menghadapi informasi yang asimetris dan mahalnya biaya dalam melakukan fungsi intermediasi. Secara alami bank mampu melakukan kesepakatan dengan berbagai tipe peminjam. Begitu strategisnya sektor perbankan dalam perekonomian, sehingga sektor perbankan sangatlah di regulasi oleh pemerintah atau bank sentral guna menghindari potensi risiko sistemik yang dapat menjadi boomerang bagi perekonomian nasional (Satria dan Subegti, 2010:415). 2

Krisis moneter 1997-1998 yang melanda perekonomian Indonesia telah berimbas pada sektor perbankan. Krisis yang diawali dengan devaluasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah menimbulkan ledakan kredit macet dan melunturkan kepercayaan masyarakat kepada lembaga perbankan, yang pada gilirannya melemahkan fungsi intermediasi perbankan. Masyarakat kala itu banyak menarik dananya (rush) yang ada di bank swasta dan mengalihkannya ke bank yang dianggap aman (flight to safety), yakni bank asing dan bank BUMN. Untuk mencegah hal ini bank bank mematok suku bunga dananya dengan sangat tinggi, yang diikuti dengan penyesuaian suku bunga kredit. Penyaluran kredit perbankan praktis terhenti karena sektor riil tidak mampu menyerap dana yang mahal harganya (Billy Arma Pratama,2011: 15). Menurut Sudarmadji (2007) profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur profitabilitas dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011, ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak atau Earning Before Tax (EBT) terhadap total asset. ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2009:118). Semakin besar ROA menunjukan 3

kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) yang diperoleh semakin besar. Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank Indonesia. Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca kondisi bank yang sesungguhnya termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki. Kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. Kemudian laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut (Kasmir : 2005). Untuk menilai kesehatan suatu bank dapat diukur dengan berbagai metode. Penilaian kesehatan akan berpengaruh terhadap kemampuan bank dan loyalitas nasabah terhadap bank yang bersangkutan. Salah satu alat untuk mengukur kesehatan bank adalah dengan analisis CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity). Aspek capital (permodalan) meliputi CAR, aspek assets meliputi NPL, aspek earning meliputi ROA dan BOPO, aspek likuiditas meliputi LDR. Aspek-aspek tersebut kemudian dinilai dengan menggunakan rasio keuangan sehingga dapat menilai kondisi keuangan perusahaan perbankan (Kasmir : 2006). Masalah yang sering dihadapi bisnis perbankan adalah adanya persaingan tajam yang tidak seimbang yang dapat menimbulkan ketidak efisienan 4

manajemen yang berakibat pada pendapatan dan munculnya kredit bermasalah yang dapat menimbulkan penurunan laba. Kredit bermasalah akan mempengaruhi permodalan yang juga dapat menyebabkan bank mengalami masalah likuiditas. Pertumbuhan kredit yang belum optimal tercermin dari angka-angka LDR (Loan to Deposit Ratio). Rasio LDR merupakan perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. LDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. BOPO diukur secara kuantitatif dengan mengunakan rasio efisiensi. Melalui rasio ini diukur apakah manajemen bank telah mengunakan semua faktor produksinya dengan efektif dan efisien. Adapun efisien usaha bank diukur dengan mengunakan rasio opersional dibandingkan dengan pendapatan operasi (BOPO). BOPO merupakan perbandingan antara total biaya dengan total pendapatan operasional. 5

Fenomena yang terjadi di dunia perbankan Indonesia pada beberapa tahun terakhir menunjukkan dunia perbankan masih mengalami permasalahan. Gambar 1.1 Pertumbuhan kredit Periode 2008-2012 (dalam persen) 110 100 90 80 70 BTN BRI BNI MANDIRI 60 50 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: www.idx.co.id Dengan melihat grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan kredit periode 2008-2012 mengalami fluktuasi. Perkembangan ini sebagai dampak dari meningkatnya suku bunga, melemahnya daya beli masyarakat dan kondisi ekonomi yang belum prospektif, sebagai dampak lanjutan dari meningkatnya harga minyak domestik secara tajam pada bulan Oktober 2005. Namun pada tahun 2011 pertumbuhan kredit mengalami kenaikan yang cukup tajam. Mengingat peningkatan tajam kredit terjadi pada saat perekonomian sedang dilanda inflasi tinggi, penting sekali dijaga agar pertumbuhan kredit tersebut tidak semakin mendorong kenaikan inflasi. Untuk itu, penyaluran kredit perlu dilakukan secara lebih berhati-hati dan dengan memprioritaskan pada tujuan produktif. Namun 6

akhir tahun 2009 Indonesia kembali menghadapi masalah tersendatnya fungsi intermediasi perbankan, yaitu suatu masalah yang pernah bertahun-tahun dialami paska krisis 1997/1998. Pertumbuhan kredit kemudian mulai melambat hingga menjadi 29,5% pada akhir tahun 2009. Bahkan, selama paruh pertama 2009, kredit hanya tumbuh 2,1% secara year to date (ytd). (Kajian Stabilitas Keuangan, 2005-2012). Masih lambatnya pertumbuhan kredit perbankan setelah mengalami penurunan yang sangat tajam pada awal krisis merupakan salah satu faktor yang menyebabkan mengapa proses pemulihan ekonomi Indonesia berjalan lebih lambat dibandingkan dengan negara-negara asia lainnya yang terkenan krisis seperti Korea Selatan dan Thailand. Meskipun kondisi makro ekonomi khususnya moneter telah relatif membaik dibandingkan pada saat krisis, sebagaimana tercermin antara lain dari relatif rendahnya tingkat suku bunga, namun jumlah kredit yang disalurkan perbankan belum cukup menjadi pelumas dalam mendorong pertumbuhan ekonomi untuk kembali pada tingkat sebelum krisis. (Agung, 2006:18). Menurut Basar dan Ismady (2009), pada 2010 perbankan Indonesia diharapkan dapat kembali meningkatkan perannya sebagai lembaga intermediasi secara optimal dengan momentum recovery dari krisis finansial. Banyak kalangan khususnya kalangan dunia usaha dan pemerintah mengharapkan kontribusi perbankan yang lebih besar dalam menggerakkan perekonomian. Perkembangan perbankan sepanjang tahun 2011 menunjukkan adanya recovery setelah krisis global yang berlangsung pada tahun 2008. Hal tersebut tercermin dengan adanya pertumbuhan asset, kredit dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan pada periode Juni hingga Desember 2010 yang relatif lebih 7

tinggi dibanding semester pertama 2010. Kondisi perbankan yang cukup kondusif tersebut telah mendorong perbankan untuk terus meningkatkan kinerjanya, dengan kualitas kredit yang cukup baik. Kualitas kredit yang terkendali dan penyaluran kredit yang meningkat menyebabkan pofitabilitas perbankan yang cukup tinggi dengan ROA 2,9%. Sejalan dengan hal tersebut, kondisi likuiditas perbankan secara umum dapat terjaga dengan baik. (Kajian Stabilitas Keuangan, 2010:9). Menurut Perry Warjiyo (2005:26) dalam kenyataannya perilaku penawaran kredit perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh dana yang tersedia yang bersumber dari DPK (Dana Pihak Ketiga), tetapi juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan kondisi perbankan itu sendiri LDR (loan to deposit ratio). Selain faktor-faktor tersebut, faktor profitabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam rasio Return on Asset (ROA) juga berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan kredit. Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal kredit (Kasmir,2008:95). Rasio Return on Asset (ROA) adalah salah satu metode penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank dengan seluruh dana bank. Return on Asset (ROA) membandingkan laba terhadap total asset. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) ialah rasio yang mengukur kemampuan melempar dana berdasarkan sumber dana tertentu. Rasio ini mirip dengan rasio asset atau kewajiban untuk perusahaan biasa. Pinjaman kredit biasanya merupakan asset yang penting dan terbesar untuk bank, sedangkan 8

deposito merupakan sumber dana penting dan terbesar untuk bank. Semakin tinggi angka ini semakin tidak likuid bank tersebut, karena sebagian besar dana tertanam pada pinjaman. Jika ada penarikan dana oleh deposan, bank bisa mengalami kesulitan. Di lain pihak, semakin tinggi angka ini, semakin besar profitabilitas bank tersebut, karena bank tersebut mampu melempar dana lebih efektif. Ada keseimbangan antara tingkat keuntungan dan resiko. (Hanafi dan Halim 2005:349-350) Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marnov P.P. Nainggolan (2009) menunjukkan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Andi Fathurrahman (2012) menunjukkan bahwa LDR berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan Mawardi, 2005, menyimpulkan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap kinerja bank yang diproksikan dengan ROA. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan total biaya operasional dengan pendapatan operasional akan berakibat turunnya ROA. Hal senada diungkapkan Usman (2006) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh signifikan terhadap laba bank sehingga diprediksikan BOPO juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA dikarenakan ROA dipengaruhi oleh laba. Sedangan BOPO yang diteliti oleh Limphapayom dan Polwitoon (2005) menunjukan tidak adanya pengaruh antara BOPO terhadap laba bank (EAT) yang membentuk ROA. Alasan peneliti melakukan penelitian terhadap profitabilitas, loan to deposit ratio, beban operasional terhadap pendapatan operasional adalah sebagai berikut: pertama, perusahaan perbankan merupakan perusahaan yang sekarang sangat digemari oleh investor, karena sepanjang tahun 2012 perusahaan perbankan 9

BUMN membukukan kenaikan laba yang cukup signifikan. Empat bank besar seperti Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Tabungan Negara (BTN) mencatat peningkatan laba lebih dari 20% pada laporan keuangan audited 2012 (Detik Finance, 2013). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui dan meneliti faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan laba yang dilihat dari rasio rasio keuangan perusahaan perbankan. Kedua, perusahaan perbankan merupakan suatu jenis perusahaan yang sarat dengan risiko karena melibatkan pengelolaan uang milik masyarakat dan diputar kembali dalam berbagai bentuk seperti kredit atau pun investasi lainnya, sehingga dapat menyebabkan fluktuasi laporan keuangan yang cukup signifikan, khususnya pada fluktuasi laba. Ketiga, karena penulis banyak menemukan perbedaan hasil penelitian mengenai pengaruh antar variabel tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti kembali hubungan antar variabel tersebut. Oleh karena rasio keuangan masih menjadi perhatian yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi maka penelitian ini bertujuan menganalisis kembali pengaruh loan to deposit ratio, beban operasional terhadap pendapatan operasional, dengan proksi LDR dan BOPO. Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti kali ini mencoba untuk melihat bagaimana pengaruh loan to deposit ratio dan BOPO terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI untuk periode 2008-2012. Untuk membuktikan hal tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) dan 10

Rasio Efisiensi (BOPO) Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2012). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kondisi loan to deposit ratio pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008-2012? 2. Bagaimana kondisi rasio efisiensi (BOPO) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008-2012? 3. Bagaimana kondisi return on asset (ROA) pada perusahaa perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008-2012? 4. Bagaimana pengaruh loan to deposit ratio dan rasio efisiensi (BOPO) secara parsial dan simultan terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008-2012? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai pengaruh loan to deposit ratio dan rasio efisiensi (BOPO) terhadap profitabilitas. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kondisi loan to deposit ratio pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008-2012. 2. Untuk mengetahui kondisi rasio efisiensi (BOPO) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008-2012. 11

3. Untuk mengahui kondisi return on asset (ROA) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008-2012. 4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh loan to deposit ratio dan rasio efisiensi (BOPO) terhadap profitabilitas (ROA) secara parsial dan simultan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008-2012. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Pengembangan Ilmu bagi Akademik Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu : a. Dapat dijadikan sebagai referensi dalam ilmu pengetahuan dibidang keuangan perbankan, khususnya yang berkaitan dengan loan to deposit ratio, rasio efisiensi (BOPO) dan pengaruhnya terhadap return on asset. b. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan loan to deposit ratio, rasio efisiensi (BOPO) serta pengaruhnya terhadap return on asset perusahaan. 1.4.2 Kegunaan Operasional Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: a. Bagi peneliti Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengetahuan tentang adanya pengaruh dari loan to deposit ratio dan rasio efisiensi (BOPO) terhadap profitabilitas perusahaan perbankan. b. Bagi investor atau calon investor 12

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai salah satu alat pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada suatu perusahaan. c. Bagi perusahaan Sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dalam mengelola loan to deposit ratio dan beban operasional, agar perdapatan operasional tersebut dapat digunakan secara efektif,sehingga dapat menciptakan nilai bagi perusahaan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan perbankan, dengan pengambilan data melalui website Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id, dan data penunjang untuk penelitian ini diperoleh dengan browsing dari website www.google.com. 1.5.2 Waktu Penelitian Penelitian terhadap perusahaan perbankan dilakukan pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.Waktu yang dibutuhkan peneliti yaitu dari bulan Februari 2014 sampai dengan Juni 2014. 13

14