BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. fungsional, (3) fungsi bahasa adalah membuat makna- makna, (4) bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

diunduh pada tanggal 16 Juni Lampiran 1: Klarifikasi Istilah No. Istilah Uraian 1. Analisis Multimodal

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi, dan interaksi di kelas, merupakan alat penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

16, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 Pada dasarnya, secara semantik, proses dalam klausa mencakup hal-hal berikut: proses itu sendiri; partisipan yang

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB 1 PENDAHULUAN. Mackey (1986:12) mengemukakan bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah dari penelitian, identifikasi masalah dari latar belakang yang

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik menggunakan kata maupun gerakan. Setiap negara pasti memiliki

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia

BAB I PENDAHULUAN. Seorang penerjemah karya sastra selain harus menguasai aspek-aspek kebahasaan antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)

40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

37. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

TRANSITIVITAS DALAM TEKS PERDA KEPARIWISATAAN KABUPATEN TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya

BAB II KONSEP DASAR, LANDASAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB 4 PENUTUP. dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan suatu bahasa, baik yang positif atau bahkan memberi suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa, metafora digunakan untuk membuat makna yang dihasilkan dari ujaran seseorang dapat tersampaikan dengan singkat, padat serta berisi dan yang paling penting adalah dapat dimengerti oleh mitra tutur sehingga tercipta kesan dan kepiawaian berbahasa seseorang. Pada penelitian ini, kajian yang diteliti adalah metafora gramatikal. Jenis metafora ini berbeda dengan metafora leksikal. Metafora gramatikal lebih fokus ke bidang sintaksis, dimana kajiannya lebih dominan pada tataran struktur tata bahasa, sedangkan metafora leksikal fokus ke bidang semantik yang kajiannya dominan pada tataran makna. Pada metafora gramatikal ditemukan perubahan-perubahan mendasar pada bentuk struktur gramatikal sebuah klausa atau kelas kata sehingga secara otomatis dapat merubah suatu fungsi kelas kata menjadi fungsi kelas kata lainnya pada klausa. Sebagai contohnya dapat dilihat dari 2 klausa dibawah ini: a. Dinding sel endodermis tumbuh. (grup verba, proses) b. Pertumbuhan dinding sel endodermis sangat cepat. (grup nomina, partisipan) Pada klausa (a) tumbuh berfungsi sebagai grup verba atau proses sedangkan pada klausa (b) tumbuh terkena proses metafora dan berubah struktur

katanya menjadi pertumbuhan sehingga fungsinya di dalam klausa juga berubah menjadi grup nomina atau partisipan. Disini dapat terlihat bahwa metafora terjadi pada klausa b yaitu pertumbuhan. Menurut Halliday (2004:592-3), dalam teks terdapat partisipan, proses dan sirkumstan. Partisipan direalisasikan oleh grup nominal, proses direalisasikan oleh grup verbal dan sirkumstan oleh grup adverba atau frase preposisi. Pada kondisi tertentu, terdapat hubungan realisasi antara unit semantik dan unit gramatikal, yang menciptakan perluasan potensi makna dalam bahasa, fenomena ini dinamakan metafora gramatikal. Penelitian metafora gramatikal sering juga bersumber dari buku-buku teks, tidak terkecuali juga buku teks sains atau ilmiah. Halliday (2004:xxiii) menyatakan bahwa tidak ada register (konteks situasi) tentang sains, yang banyak adalah berupa wacana ilmiah yang meliputi sub disiplin dan disiplin yang luas termasuk di dalamnya artikel khusus (termasuk abstrak), buku-buku teks dan lainlain yang menggunakan ranah teknikal untuk ditujukan kepada pembaca profesional dan bagi pembaca pemula atau pelajar dalam menyempurnakan ilmu. Dalam wacana sains/ilmiah ini terdapat metafora yang menjadi fitur bahasa yaitu cara mengorganisasi tata bahasa sebagai sumber makna. Berlandaskan pada pandangan Halliday tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji teks terjemahan buku Biologi bilingual ini karena buku tersebut termasuk ke dalam wacana sains dan penelitian yang mengkaji metafora gramatikal dengan objek kajian berupa teks terjemahan sains yang bersumber dari buku bilingual tingkat SMA belum pernah dilakukan pada buku Biologi. Data yang dianalisis adalah berupa klausa-klausa yang ditemukan pada teks terjemahan

buku bilingual. Defenisi teks terjemahan adalah teks yang saling menerjemahkan dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran. Secara teoritis, proses penerjemahan itu sendiri melibatkan dua teks yang berbeda. Pada penelitian ini, teks yang diteliti adalah teks terjemahan yang T1 berbahasa inggris dan T2 berbahasa Indonesia. Penelitian ini fokus pada tujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis metafora gramatikal yang ditemukan dalam buku bilingual sehingga dengan dilakukannya penelitian pada buku tersebut, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam dunia pendidikan dan membuktikan bahwa bahasa metafora digunakan didalam buku teks Biologi atau dalam bahasa tulis serta lazim digunakan dalam bidang akademik dan kajian ilmiah. Pernyataan tersebut didukung oleh Saragih (2006:223) yang mengatakan bahwa bahasa metafora digunakan oleh orang dewasa atau dalam bahasa tulis dan lazim digunakan dalam bidang akademik dan kajian ilmiah. Disamping fokus dengan tujuan pertama diatas yaitu mengidentifikasi jenis-jenis metafora gramatikal, penelitan ini juga fokus melihat kualitas terjemahan sebuah teks dari sisi keakuratan terjemahannya. Berhubung teks yang diteliti adalah teks terjemahan buku bilingual, maka peneliti juga tertarik untuk meneliti masalah tersebut. Hal ini dianggap menarik karena pada umumnya kalimat yang ada pada buku-buku teks sains sering menggunakan kata-kata yang yang berbahasa ilmiah. Ilmiah disini maksudnya adalah adanya istilah-istilah khusus pada tiap kata sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dalam melihat kualitas terjemahan pada penelitian ini, hal yang paling utama diteliti adalah kemampuan penerjemah dalam memahami makna, isi, atau pesan yang ada pada T1. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah penerjemah

mampu menemukan padanan kata yang sesuai antara T1 dan T2, dalam arti mampu untuk menerjemahkan secara harfiah tanpa menambah atau mengurangi informasi yang ada pada T1 ke dalam T2 sehingga keakuratan suatu terjemahan dapat teridentifkasi. Setelah hal tersebut di atas diteliti, maka keakuratan terjemahan pada sebuah teks dapat diketahui. Hasil dari penelitian tersebut dapat mengidentifikasi suatu terjemahan yang akurat, kurang akurat dan tidak akurat. Ada tiga tingkat kualitas terjemahan yaitu keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan. Dari ketiga tingkat di atas, peneliti hanya mengkaji keakuratan saja Tingkat keberterimaan dan keterbacaan tidak dikaji karena menurut asumsi peneliti jika suatu buku sudah diterbitkan dan diizinkan untuk dipakai sebagai kurikulum dalam proses belajar mengajar, maka buku tersebut isinya sudah berterima dan terbaca oleh pembaca atau para pelajar. Keilmiahan bahasa sains buku bilingual terkadang cenderung membuat sains sulit untuk dipahami oleh para siswa, sehingga akibatnya mereka kurang menyukai pelajaran Sains, terlebih lagi bila materi pelajaran disampaikan dengan menggunakan bahasa asing seperti Inggris. Di samping mereka kurang memahami bahasa Inggris, kebanyakkan dari mereka juga tidak memahami istilah-istilah khusus dari bidang sains tersebut. Hal ini terus berlanjut jika guru bidang studi belum menjelaskan semua kosa kata kepada para siswa, walaupun buku-buku tersebut disajikan menggunakan dua teks dengan bahasa yang berbeda, yakni Indonesia dan Inggris. Menurut Halliday (1993:69) dalam bukunya Writing Science: Literacy and Discursive Power yang isinya adalah, Scientific text are found to be difficult to read; and this is said to be because they are written in scientific language, a

jargon which has the effect of making the learner feel excluded and alienated from the subject-matter. Pendapat ini sangat mendukung kondisi di atas. Masih berdasarkan pendapat Halliday di dalam buku yang disebut di atas, diketahui bahwa pengalaman ini ternyata tidak hanya berlaku bagi siswa yang mempelajari sains dalam bahasa Inggris, tetapi juga dalam bahasa lainnya seperti Indonesia. Kesulitan ini dirasakan bagi semua siswa, baik yang bahasa Inggris adalah bahasa ibu maupun bahasa kedua bagi mereka. Hal di atas juga tidak hanya terjadi di kawasan Asia Tenggara saja, seperti yang terjadi dinegara kita Indonesia yaitu negara yang memiliki bahasa persatuan dan juga memiliki beragam bahasa daerah dari masing-masing suku. Bahasa daerah disini berfungsi sebagai bahasa ibu. Keragaman bahasa itulah yang mengakibatkan kesulitan itu menjadi masalah karena di negara kita bahasa Inggris itu masih dianggap sebagai bahasa asing (foreign language) dan bukan bahasa kedua (second language). Keadaan seperti itu juga terjadi di negara monolingual seperti Birmingham, Toronto dan Sydney yang bahasa Inggris merupakan bahasa Ibu mereka, juga tidak ditemukan batasan yang jelas bagi siswa yang berbahasa ibu Inggris dan yang tidak dalam mempelajari dan memahami bidang studi sains. Situasi inilah yang membuat guru bidang studi sains harus memikirkan terlebih dahulu istilah khusus dalam bidang sains sebelum memberitahukan kosa katanya kepada para siswanya. Terkait dengan bidang penerjemahan, maka metafora gramatikal erat kaitannya dengan structural shifting karena ditemukannya pergeseran bentuk pada

struktur tata bahasa atau gramatikal yang secara langsung merubah fungsi kelas kata, misalnya dari kata kerja menjadi kata benda. Berikut ini adalah contoh analisis data dalam melihat keterkaitan antara metafora gramatikal dan kualitas terjemahannya khususnya keakuratan. Data diambil dari teks tejemahan buku Biologi bilingual halaman 63 bagian 3 dari sub bahasan Susunan Jaringan pada tumbuhan Dikotil. Contoh analisis data metafora gramatikal : Teks Bsu Endodermis cell wall changes Teks Bsa Dinding sel endodermis mengalami perubahan. Klausa tersebut dianalisis menggunakan teori LSF seperti contoh berikut: Contoh data pada klausa lazim: a. Bentuk klausa lazim Dinding sel endodermis Aktor berubah Proses material Contoh data pada klausa metafora gramatikal: b. Bentuk klausa metafora gramatikal Dinding sel endodermis mengalami perubahan Pengindera Proses mental Fenomenon Dari contoh di atas, pada teks T1ditemukan klausa Endodermis cell wall was changes. Klausa ini diterjemahkan kedalam T2 menjadi Dinding sel

endodermis berubah. Kata berubah pada T1 termasuk ke dalam bentuk proses material dan dianggap lazim, tetapi pada T2 ditemukan klausa Dinding sel endodermis mengalami perubahan. Ternyata, hasil terjemahan yang terdapat pada T2 mengalami perubahan pada bentuk struktur gramatikal dan fungsinya, yaitu berubahnya bentuk dari kata berubah menjadi mengalami perubahan. Adanya perealisasian pengalaman dengan bentuk tidak umum berpotensi untuk membuat rasa bahasa memberi tanda bahwa seolah-olah ada sesuatu yang tidak lazim pada struktur tata bahasa suatu teks. Kata was change pada T1 dimetaforakan menjadi mengalami perubahan pada T2, sehingga terjadilah metafora gramatikal pada klausa dalam T2, kata berubah yang fungsinya sebagai proses material (grup verba) dikodekan menjadi perubahan yang berfungsi sebagai fenomenon (grup nomina). Sedangkan kata mengalami adalah grup verba yang berfungsi sebagai proses mental dan biasa pelakunya adalah manusia. Jadi dinding sel dikodekan sebagai manusia yang bisa dikenakan proses mengalami. Klausa tersebut termasuk dalam kategori metafora proses. Contoh analisis data mengenai kualitas terjemahan dari sisi keakuratannya: Teks Bsu Endodermis cell wall changes Teks Bsa Dinding sel endodermis mengalami perubahan Dari contoh di atas, diketahui bahwa hasil terjemahan pada T2 kurang akurat karena terjadi penambahan makna atau informasi pada T2. Kata changes pada T1 menurut arti yang sebenarnya hanyalah bermakna berubah, tetapi pada T2 kata changes berganti maknanya menjadi mengalami perubahan. Hal ini merupakan akibat dari proses metafora sehingga terjadi penambahan informasi

yang tidak sesuai antara T1 dan T2. Proses metafora tersebut juga merubah fungsi dari kelas kata tersebut. Ketidaksesuaian makna antara T1 dan T2 yang mengakibatkan terjemahan tersebut tidak akurat. 1.2 Rumusan Masalah Supaya penelitian ini tetap konsisten terhadap analisis metafora gramatikal pada teks terjemahan buku Biologi bilingual, maka rumusan masalah yang diteliti adalah sebagai berikut: 1. Jenis metafora gramatikal apa sajakah yang digunakan dalam teks terjemahan buku Biologi bilingual tingkat SMA kelas XI? 2. Bagaimanakah keakuratan teks terjemahan buku tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian Dalam suatu penelitian sangatlah penting memikirkan tentang tujuan penelitian. Hal ini bertujuan agar si peneliti tidak salah dalam menjawab rumusan masalah yang telah dibuat. Tujuan penelitian dalam tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi jenis metafora gramatikal pada teks terjemahan buku Biologi bilingual tingkat SMA kelas XI. 2. Untuk mendeskripsikan keakuratan teks terjemahan buku tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini sangat diharapkan bermanfaat bagi berbagai kalangan seperti pembaca, akademisi atau para siswa, praktisi atau para penerjemah dan untuk kelanjutan pengembangan dua disiplin ilmu yaitu penerjemahan dan linguistik baik secara teori maupun praktis. Manfaat penelitian terdiri dari dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini memberian manfaat kepada banyak kalangan karena: a. Hasil dari penelitian ini dapat menyumbangkan ide-ide ataupun gagasan baru dalam pengembangan kajian analisis wacana (Linguistik) dan kajian terjemahan, khususnya kajian metafora gramatikal pada teks terjemahan buku Biologi bilingual. b. Dapat menjadi dasar teori dalam menggambarkan metafungsi bahasa dari teks terjemahan khususnya buku bilingual. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini memberikan manfaat praktis sebagai berikut: a. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan acuan atau referensi bagi penerjemah dalam menemukan jenis metafora gramatikal dalam teks terjemahan buku Biologi bilingual. b. Penelitian ini dapat memberikan masukan yang positif kepada praktisi serta menambah wawasan bagi akademisi/para siswa yang tertarik terhadap hal yang berkaitan dengan pengkajian jenis metafora gramatikal teks terjemahan khususnya buku bilingual. c. Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang luas buat dosen dan guru tentang analisis metafora khususnya metafora gramatikal yang bermanfaaat buat bahan ajaran dalam tata bahasa, analisis wacana, linguistik dan terjemahan.

1.5 Batasan Masalah Penelitian ini fokus pada analisis terjemahan produk. Analisis dilakukan pada data berupa beberapa klausa terpilih dan dianalisis dengan tujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis metafora gramatikal dan melihat sisi keakuratan hasil terjemahan teks terjemahan buku bilingual, sehingga dapat menjawab semua rumusan masalah. 1.6 Klarifikasi Istilah Ada beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Penggunaan beberapa istilah tersebut dimaksudkan untuk memperjelas dan memudahkan para pembaca dalam memahami maksud istilah tersebut. Berikut ini beberapa istilah beserta penjelasan yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini: (1) Metafora (metaphor) adalah merupakan pemahaman atau perealisasian makna dalam satu bidang berdasarkan atau merujuk bidang lain. (Saragih, 2006:190) (2) Metafora Gramatikal (Grammatical Metaphor) adalah perealisasian tata bahasa yang lazim digunakan untuk sesuatu pengalaman tertentu digunakan untuk pengalaman lain. (Saragih, 2006:193) (3) TLSF adalah Teori Linguistik Sistemik Fungsional. (4) Menerjemahkan adalah kegiatan menerjemahkan bahasa sumber ke dalam bahasa penerima, dimulai dari bentuk bahasa pertama menuju bentuk bahasa kedua dengan menggunakan struktur semantik. (Larson, 1984:3) (5) Keakuratan (accuracy) adalah kesesuian makna bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

(6) Teks terjemahan adalah teks yang melakukan kegiatan menerjemahkan dengan melibatkan dua teks yang berbeda bahasa. (7) (8) (9) Bsu adalah bahasa sumber. Bsa adalah bahasa sasaran. T1 adalah Teks sumber (10) T2 adalah Teks sasaran