BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

diidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Terkait

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal ini berkaitan dengan ha kikat pendidikan yaitu sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS. Oleh. Drs. Andi Suntoda S., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan kualitas di era globalisasi ini menuntut kompetensi

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 ini Indonesia dihadapkan pada masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara maju diperlukan guru profesional sebagai tenaga pendidik. yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Suasana atau iklim belajar mengajar harus diciptakan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Suroso Prawiroharjo sebagaimana dikutip Raka Joni (1984 : 5), salah

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peran pendidikan

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas atau kegiatan yang selalu menyertai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk

Kualifikasi Akademik Guru Pendidikan Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Pendidikan ditempatkan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia serta kualitas sumber daya manusia. Arah pendidikan tersebut dituangkan dalam kebijakan pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu upaya meningkatkan kualitas pendidikan sangat penting dilakukan oleh setiap penyelenggara pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara dinamis dan berkesinambungan. Kualitas pendidikan bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya. Kualitas pendidikan merupakan hasil dari suatu proses pendidikan. Jika suatu proses pendidikan berjalan baik, efektif dan efisien, maka terbuka peluang yang sangat besar untuk memperoleh hasil pendidikan yang berkualitas. Kualitas pendidikan mempunyai kontinum dari rendah ke tinggi sehingga berkedudukan sebagai suatu sistem yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kurikulum dan bahan ajar, metode pembelajaran, sarana pendidikan, anggaran, kualifikasi guru dan sebagainya. Sallis (2006: 30-31) menyatakan: 1

2 Ada banyak sumber mutu dalam pendidikan, misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajaran anak didik, kurikulum yang memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Hal ini menunjukkan banyaknya sumber mutu dalam bidang pendidikan. Sumber ini dapat dipandang sebagai faktor pembentuk dari suatu kualitas pendidikan atau faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Namun dari sekian banyak faktor tersebut, gurulah yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat dilepaskan dari upaya peningkatan kualitas guru sebagai pendidiknya. Upaya peningaktan kualitas pendidikan tidak akan memenuhi sasaran yang diharapkan tanpa dimulai dengan peningkatan kualitas guru. Guru merupakan suatu hal yang penting dalam upaya menciptakan sebuah pendidikan yang berkualitas. Kualitas tersebut dapat diukur dari baik tidaknya kinerja guru. Kinerja guru dapat terlihat dari kompeten tidaknya dalam melaksanakan kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru di samping kualifikasi akademik. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas sebagai seorang guru secara profesional yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi ini terbagi ke dalam empat hal yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Kompetensi pedagogik ialah kompetensi yang harus dikuasai dalam mengelola pembelajaran. Kompetensi kepribadian ialah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang mencirikan sikap stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan dan berakhlak mulia. Kompetensi sosial adalah kompetensi yang harus dimiliki guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah. Sedangkan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan seorang guru terhadap materi pelajaran secara mendalam.

3 Berkaitan dengan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru sebagai tenaga edukatif yang berperan menjalankan tugasnya dengan kompeten dan profesional. Guru tidak hanya melakukan pengajaran atau mentransfer ilmu pengetahuan saja. Guru juga dituntut untuk mampu memberi bimbingan, keteladanan, pelatihan pada peserta didik dan pengabdian pada masyarakat serta melakukan tugas-tugas administratif lainnya. Usman (2010: 8) mengemukakan bahwa tugas guru sebagai profesi adalah mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik artinya meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar artinya mentransfer dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih artinya mengembangkan keterampilan pada diri siswa. Guru profesional memiliki peranan strategis dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, bahwa: Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Hal ini dapat dipahami karena gurulah yang langsung berhubungan dengan peserta didik. Pada intinya guru merupakan sentral dari upaya peningkatan mutu pendidikan. Oleh sebab itu upaya untuk membenahi pendidikan akan dan harus melibatkan guru sehingga mampu mencetak guru yang memiliki kompetensi profesional yang baik. Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai

4 tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual. Tanggung jawab pribadi diwujudkan melalui kompetensi guru yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, menghargai dirinya serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari normanorma agama dan moral. Surya (Kunandar, 2009: 48) mengemukakan bahwa profesionalisme guru mempunyai makna penting, yaitu: (1) profesionalisme memberikan jaminan perlindungan kepada kesejahteraan masyarakat umum; (2) profesionalisme guru merupakan suatu cara untuk memperbaiki profesi pendidikan yang selama ini dianggap oleh sebagian masyarakat rendah; (3) profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan pengembangan diri yang memungkinkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan kompetensinya. Dalam konteks tersebut guru merupakan komponen yang sangat penting dalam sebuah proses pendidikan. Guru adalah sales agent dari lembaga pendidikan. Guru dianggap sebagai kunci dalam menentukan keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. Sementara itu Nurdin (2010: 25) mengemukakan bahwa guru profesional adalah guru yang secara administratif, akademis dan kepribadian telah memenuhi persyaratan dalam bentuk hubungan multidimensional dengan muridnya. Hubungan multidimensional ini merupakan manifestasi dari terpenuhinya persyaratan bagi seseorang untuk menjadi guru profesional. Guru profesional adalah tuntutan semua pihak terhadap seseorang yang berprofesi sebagai guru. Hanya saja untuk memenuhi persyaratan sebagai guru

5 profesional belum tercapai sebagaimana yang menjadi tuntutan semua pihak. Profesionalisme guru saat ini masih menjadi isu perbincangan di kalangan masyarakat. Profesionalisme dan kualitas guru sebagai tenaga pendidik masih dianggap rendah. Berkaitan dengan masalah rendahnya kualitas guru tersebut, fenomena yang terjadi sekarang adalah masih adanya guru yang bukan berasal dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan tidak memiliki sertifikat profesi. Tidak sedikit sekolah yang kekurangan guru menempatkan orang yang kurang tepat untuk menjadi guru, misalnya karena terdesak oleh kebutuhan tenaga pendidik, maka orang yang bukan berlatar belakang pendidikan guru pun diangkat menjadi guru. Seperti di Kabupaten Kuningan, seorang sarjana ekonomi diangkat menjadi guru PKn. Seyogiannya orang tersebut tidak akan memahami aspekaspek kependidikan yang harus dikuasai oleh seorang guru. Gambaran empirik di lapangan menunjukan pula bahwa para guru SMP di Kabupaten Kuningan ternyata dari sisi profesionalismenya masih perlu ditingkatkan dan dikembangkan lagi. Hal ini tercermin dari kualifikasi pendidikan yang dimiliki sebagian guru di Kabupaten Kuningan. Kualifikasi guru pendidikan dasar khususnya pada jenjang SMP belum semua terpenuhi. Masih ada guru yang memiliki kualifikasi akademik di bawah ketentuan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang mensyaratkan kualifikasi akademik guru sekurang-kurangnya S1 atau D-IV. Selain itu juga, distribusi guru belum merata baik antar kecamatan maupun antar mata pelajaran. Persentase guru yang memiliki kualifikasi pendidikan D3 sebesar 2,6%, S1 sebesar 89,8%, S2 sebesar 6,4% dan S3 sebesar 1,2% (Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan, 2012). Selain itu, terdapat variasi mengajar pada guru. Sebagian guru cenderung hanya sebagai pengajar, proses pembelajaran terkesan sangat kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis dan guru cenderung lebih dominan di dalam kelas. Guru PKn lebih banyak mengejar target yang

6 berorientasi pada nilai ujian akhir. Di samping itu, guru masih mempertahankan penggunaan metode konvensional yang monoton. Contohnya penggunaan metode ceramah atau metode diskusi dalam pelajaran PKn. Pelajaran PKn diidentikan dengan pelajaran yang memuat konsep-konsep atau materi-materi yang siapapun dapat menguasainya karena pengajarannya pun terbatas pada kemampuan menyampaikan materi dengan membacakan buku teks pelajaran dan menggunakan metode ceramah. Metode tersebut membuat siswa cepat lupa dengan materi yang telah diberikan, timbul rasa bosan, jenuh bahkan mengantuk yang kemudian akibatnya siswa mengobrol saat jam pelajaran berlangsung, melamun dan tidak memperhatikan guru. Di samping itu, aktivitas guru dalam mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah dan kegiatan akademik lainnya dirasakan masih minim. Sementara itu, perubahanperubahan, pembaharuan serta IPTEK yang terus berkembang menuntut guru untuk dapat beradaptasi dan mensejajarkan diri sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Masalah-masalah tersebut mencerminkan sisi keprofesionalan seorang guru masih perlu ditingkatkan. Peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan, seminar, dan bentuk penataran lainnya. Peningkatan kemampuan tersebut dapat berupa pelatihan-pelatihan dan pengembangan-pengembangan yang umumnya berupa education and training, on the job training dan in service training yang salah satunya adalah melalui pelaksanaan kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (Suparlan, 2005:163). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Depdiknas (2008), bahwa: Alternatif program pengembangan profesionalisme guru antara lain program penyetaraan dan sertifikasi, program pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi, program supervisi pendidikan, program pemberdayaan MGMP, simposium guru, program pelatihan tradisional, membaca dan menulis jurnal atau karya ilmiah, berpartisipasi dalam pertemuan ilmiah, melakukan penelitian, magang, mengikuti berita aktual dari media pemberitaan, berpartisipasi dan aktif dalam organisasi profesi serta menggalang kerja sama dengan teman seprofesi.

7 Musyawarah guru mata pelajaran yang kemudian disebut MGMP merupakan bagian dari gerakan mandiri guru dalam meningkatkan kualitas mengajar di sekolah menengah. Dalam aktivitasnya, MGMP menjadi tumpuan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi anggota dalam hal-hal peningkatan kompetensi. MGMP menjadi mitra pemerintah dalam upaya meningkatkan kompetensi bidang pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Di samping itu, lembaga pembinaan profesional guru mendorong terjadinya hubungan sosial yang sehat antar guru, semangat belajar dan kecintaan terhadap tugasnya. Pelaksanaan pemberdayaan forum tersebut diharapkan dapat mendukung secara optimal peningkatan kemampuan profesional guru. MGMP yang merupakan wadah kegiatan guru mata pelajaran sejenis sangat strategis guna memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh guru. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Depdiknas (2004: 3), kegiatan tersebut bertujuan untuk: 1. Tujuan umum: Meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam meningkatkan profesionalisme guru. 2. Tujuan khusus: a. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien. b. Mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai tempat proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikan dan mencerdaskan siswa. c. Membangun kerja sama dengan masyarakat sebagai mitra guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kegiatan MGMP tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan guru, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini sebagaimana langkah strategis dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru PKn di Kabupaten Kuningan melalui peningkatan peranan kinerja MGMP PKn. Terutama untuk menyamakan persepsi, substansi materi, pemilihan metode dan penentuan pola evaluasi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan kondisi yang ada, mengingat mata pelajaran PKn ini bersifat

8 dinamis dan melibatkan objek manusia, serta bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik. Kehadiran MGMP sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru. Dengan melihat kondisi guru di lapangan yang sangat bervariasi dilihat dari latar belakang pendidikan, pangkat dan golongan, masa kerja, pengalaman mengajar, serta keadaan wilayah, diharapkan kegiatan MGMP tersebut dapat meningkatkan kemampuan guru. Kemudian pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap kinerja guru dalam menjalankan fungsinya. Dengan adanya kegiatan MGMP, diharapkan apa yang menjadi persoalan guru di lapangan dapat terpecahkan. Hal-hal tersebut cukup menjadi gambaran bahwa profesionalisme guru belum dapat dilaksanakan dengan baik. Keadaan ini harus diatasi sedini mungkin agar tidak menjadi sebuah permasalahan yang berlarut-larut, yang kemudian akan berdampak pada rendahnya kualitas guru. Oleh karena itu, pengelolaan MGMP harus dilaksanakan secara terpadu dan sistematis. Bertolak dari pemikiran di atas, penelitian ini berupaya mengangkat permasalahan profesionalisme guru melalui peranan MGMP, yang dirumuskan dalam judul penelitian PERANAN KINERJA MGMP PKN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SMP (Studi Kasus Terhadap Guru SMP di Kabupaten Kuningan). B. Rumusan Masalah Memperhatikan permasalahan sebagaimana pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimanakah peranan kinerja MGMP PKn dalam meningkatkan profesionalisme guru SMP?. Supaya penelitian ini lebih terarah dalam operasionalisasinya maka rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi beberapa sub masalah, yaitu : 1. Bagaimanakah peranan kinerja MGMP PKn dalam melaksanakan transformasi yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran?

9 2. Bagaimanakah upaya MGMP PKn dalam membina dan meningkatkan profesionalisme guru? 3. Bagaimanakah partisipasi guru dalam MGMP PKn yang berkaitan dengan sikap profesionalisme? 4. Bagaimanakah kinerja guru dalam proses pembelajaran dengan adanya penyelenggaraan MGMP? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan penelitian berkaitan dengan rumusan masalah yang diajukan. Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan kinerja MGMP PKn dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru SMP. 2. Tujuan Khusus Sedangkan secara khusus penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui: a. Untuk mengetahui peranan kinerja MGMP PKn dalam melaksanakan transformasi yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. b. Untuk mengetahui upaya MGMP PKn dalam membina dan meningkatkan profesionalisme guru. c. Untuk mengetahui partisipasi guru dalam MGMP PKn yang berkaitan dengan sikap profesionalisme. d. Untuk mengetahui kinerja guru dalam proses pembelajaran dengan adanya penyelenggaraan MGMP. D. Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.

10 1. Secara Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pembinaan dan peningkatan profesionalisme guru di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan mengakibatkan perlunya pembinaan dan pelatihan profesionalisme guru yang efektif dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah menengah pertama. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang berhubungan dengan dunia pendidikan, seperti : a. Bagi Peneliti Memperluas wawasan peneliti khususnya yang berkaitan dengan kemampuan profesionalisme guru melalui penyelenggaraan kegiatan MGMP. b. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan untuk meningkatkan kompetensi guru serta memperbaiki kemampuan profesionalismenya dalam proses pembelajaran di sekolah. c. Bagi Kepala Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam mengambil kebijakan sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran melalui MGMP. d. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran sesuai dengan standar pelayanan minimal dalam rangka penjaminan mutu pendidikan nasional. E. Penjelasan Istilah Sebagai acuan untuk berpikir dalam menganalisa permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka dipandang perlu untuk merumuskan definisi istilahistilah yang ada pada penelitian sebagai berikut:

11 1. Peranan Peranan adalah aspek yang dinamis dan status. Peranan seseorang adalah seluruh peranan yang ia lakukan sebagai suatu kebulatan kepada masyarakat dan apa yang diharapkan dari masyarakat itu. 2. MGMP Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) adalah forum atau wadah kegiatan guru mata pelajaran sejenis pada jenjang SLTP untuk masalah-masalah dan penyempurnaan proses belajar mengajar yang meliputi berbagai hal seperti menghilangkan perbedaan penguasaan materi pelajaran antar guru, antar wilayah, perbaikan metode penyajian, penggunaan media dan alat pelajaran, sistem evaluasi belajar serta hal-hal lain yang secara langsung menunjang terlaksananya kegiatan proses belajar mengajar. 3. Profesionalisme Istilah profesional berasal dari kata profesi, yaitu pekerjaan yang mensyaratkan pelatihan dan penguasaan pengetahuan tertentu dan biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik dan proses sertifikasi serta izin atau lisensi resmi. Istilah profesi juga diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memiliki karakteristik adanya praktek yang ditunjang dengan teori, pelatihan, kode etik yang mengatur perilaku, dan punya otonomi yang tinggi dalam pelaksanaan pekerjaannya. Istilah profesionalisme berarti sifat yang ditampilkan dalam perbuatan, dan ada komitmen untuk selalu meningkatkan kemampuan dalam melakukan pekerjaan sesuai profesinya. (Alma, 2009:133) 4. Guru Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional yang mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

12 F. Susunan Penulisan Skripsi Pada skripsi ini, penulis akan menjelaskan hasil penelitian di lapangan, dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah, dan susunan penulisan skripsi. Pada bab berikutnya, penulis akan menguraikan mengenai landasan teoretis masalah yang berkaitan dengan penelitian yaitu peranan kinerja MGMP PKn dalam meningkatkan profesionalisme guru di Kabupaten Kuningan. Uraian mengenai landasan teoretis ini mempunyai kedudukan penting guna membekali atau dapat dijadikan pijakan bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Pada bab ketiga, penulis akan memaparkan mengenai pendekatan dan metode penelitian. Penelitan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus di Sekretariat MGMP PKn Kabupaten Kuningan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk wawancara, observasi, dokumentasi dan studi literatur. Dimana yang menjadi narasumbernya adalah penanggung jawab MGMP, kepala sekolah, pengurus MGMP serta guru sebagai peserta MGMP dan sumber dari referensi-referensi yang relevan dengan penelitian ini. Dengan menggunakan metode triangulasi, pemeriksaan data dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya pada saat yang berbeda, atau membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya dengan pendekatan yang berbeda. Pada bab keempat, penulis akan memaparkan data yang diperoleh dan membahasnya satu per satu terutama yang berkaitan dengan peranan kinerja MGMP PKn dalam meningkatkan profesionalisme guru SMP. Bab berikutnya, bab kelima merupakan penutup. Dalam skripsi ini, pada bagian ini penulis menyimpulkan uraian sebelumnya dan memberikan saran mengenai peranan kinerja MGMP PKn tersebut kepada berbagai pemangku kepentingan yang berkiprah di dunia pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan MGMP PKn.