Penatalaksanaan Septum Deviasi Dengan Septoplasti Endoskopi Metode Open Book

dokumen-dokumen yang mirip
Penatalaksanan deviasi septum dengan septoplasti endoskopik metode open book

Profil Pasien Rinosinusitis Kronik di Poliklinik THT-KL RSUP DR.M.Djamil Padang

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

PENGARUH SEPTOPLASTI TERHADAP SUMBATAN HIDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dasar diagnosis rinosinusitis kronik sesuai kriteria EPOS (European

LAPORAN KASUS (CASE REPORT)

Laporan Operasi Tonsilektomi

BAB I PENDAHULUAN. paranasal dengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih

BAB III METODE DAN PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hubungan derajat obstruksi hidung pada pasien deviasi septum dengan disfungsi tuba Eustachius

BENDA ASING HIDUNG. Ramlan Sitompul DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis. pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung

BAB III METODE DAN PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi

SURVEI KESEHATAN HIDUNG MASYARAKAT DI DESA TINOOR 2

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem

Hubungan gejala dan tanda rinosinusitis kronik dengan gambaran CT scan berdasarkan skor Lund-Mackay

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua gejala atau lebih, salah

SURVEI KESEHATAN HIDUNG PADA MASYARAKAT PESISIR PANTAI BAHU

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. endoskopis berupa polip atau sekret mukopurulen yang berasal dari meatus

SINUSISTIS MAKSILARIS EC HEMATOSINUS EC FRAKTUR LE FORT I. Lukluk Purbaningrum FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta RSUD Salatiga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (simptoms kurang dari 3 minggu), subakut (simptoms 3 minggu sampai

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE

BAB 4 METODE PENELITIAN. 3. Ruang lingkup waktu adalah bulan Maret-selesai.

TRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah

Polip Nasi Pada Anak. Bestari Jaka Budiman/Aci Mayang Sari. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RS Dr.M.Djamil Padang

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Pengukuran Sumbatan Hidung pada Deviasi Septum Nasi

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.

BAB 1 PENDAHULUAN. mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban

Kesehatan hidung masyarakat di komplek perumahan TNI LANUDAL Manado

KUESIONER PENELITIAN RINITIS ALERGI

REFERAT DEVIASI SEPTUM NASI

PROBLEM BASED LEARNING SISTEM INDRA KHUSUS

: dr. Immanuel Es Stevanus Purba : PPDS 1 THT KL FK USU

Korelasi Antara Visual Analogue Scale (VAS) dan Peak Nasal Inspiratory Flow (PNIF) Sebelum dan Sesudah Septoplasti

Hubungan tipe deviasi septum nasi klasifikasi Mladina dengan kejadian rinosinusitis dan fungsi tuba Eustachius

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

LAMPIRAN. : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU. RSUP. H. Adam Malik, Medan

Diagnosis Dan Penatalaksanaan Rinosinusitis Dengan Polip Nasi

BAB 4 METODE PENELITIAN

FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA RINOSINUSITIS KRONIK DI POLIKLINIK THT-KL RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

Epistaksis Berulang dengan Rinosinusitis Kronik, Spina pada Septum dan Telangiektasis

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Subjek Penelitian

Bedah Sinus Endoskopi Fungsional Revisi Pada Rinosinusitis Kronis

SCLINICAL PATHWAY SMF THT RSU DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

Ekstirpasi Hemangioma di Dinding Lateral Hidung dengan Pendekatan Endoskopi

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris,

BAB 6 PEMBAHASAN. Penelitian ini mengikutsertakan 61 penderita rinitis alergi persisten derajat

Efektivitas larutan cuci hidung air laut steril pada penderita rinosinusitis kronis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIS. PEMERIKSAAN HIDUNG Dan PEMASANGAN TAMPON BLOK 2.6 GANGUAN RESPIRASI

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS

BAB I PENDAHULUAN. paranasaldengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih gejala, salah

ENDOSCOPIC RETROGRADE CHOLANGIOPANCREATOGRAPHY (ERCP)

DAFTAR PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

Augmentasi Silikon pada Hidung Pelana

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

Pengukuran Sumbatan Hidung pada Deviasi Septum Nasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara fisiologis hidung berfungsi sebagai alat respirasi untuk mengatur

Validitas dan reliabilitas kuesioner Nasal Obstruction Symptom Evaluation (NOSE) dalam Bahasa Indonesia

Maksilektomi medial endoskopik

HUBUNGAN TIPE DEVIASI SEPTUM NASI MENURUT KLASIFIKASI MLADINA DENGAN KEJADIAN RINOSINUSITIS DAN FUNGSI TUBA EUSTACHIUS

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

RINOSINUSITIS KRONIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. nasi, kolumela dan lubang hidung (nares anterior). 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Rhinitis alergi merupakan peradangan mukosa hidung yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Secara klinis, rinitis alergi didefinisikan sebagai kelainan simtomatis pada hidung yang

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara berkembang.1 Berdasarkan data World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kompleksitas dari anatomi sinus paranasalis dan fungsinya menjadi topik

PERFORASI SEPTUM NASI HARRY AGUSTAF ASROEL. Bagian Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prof.dr.Abd. Rachman S, SpTHT-KL(K)

LAPORAN KASUS. Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober November 2016

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2

LAPORAN KASUS. Epistaksis. Oleh : Nanny Herwanto, S.Ked ( ) Pembimbing : dr. Ahmad Dian Wahyudiono, Sp.THT-KL

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah. mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan pada mukosa hidung

BAB 2 SINDROMA WAJAH ADENOID. Sindroma wajah adenoid pertama kali diperkenalkan oleh Wilhelm Meyer (1868) di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti

BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA. mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA PADA KORNEA DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA. Trauma Mata Pada Kornea

for preparing endoscopic sinus surgery, 34 males and 42

Validasi Foto Polos Sinus Paranasal 3 Posisi untuk Diagnosis Rinosinusitis Kronik

BAB II. Landasan Teori. keberhasilan individu untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada

Transkripsi:

Penatalaksanaan Septum Deviasi Dengan Septoplasti Endoskopi Metode Open Book Bestari J Budiman. M. Rusli Pulungan Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala & Leher Fakultas Kedokteran Univ. Andalas/RSUP Dr. M. Djamil Padang Abstrak Latar Belakang:Septum deviasi merupakan kelainan anatomi hidung yang paling banyak ditemukan. Septum deviasi dapat muncul tanpa gejala namun dapat juga mengakibatkan kelainan fungsi hidung maupun kelainan bentuk sehingga perlu dilakukan koreksi. Septoplasti merupakan konsep modern bedah untuk melakukan koreksi terhadap kelainan septum. Kemajuan dibidang endoskopi telah memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan septoplasti. Septoplasti endoskopi meningkatkan ketepatan target operasi dengan visualisasi yang baik dan pembesaran target, sehingga dapat mengurangi komplikasi yang terjadi akibat septoplasti.septoplasti endoskopi dengan metode open book merupakan salah satu metode yang dipakai dalam penatalaksaan septum deviasi. Tujuan: Mempersentasikan pentalaksanaan septum deviasi dengan seproplasti endoskopi dengan metodeopen book.kasus:satu kasus septum deviasi dengankrista pada septum sebelah kanan pada seorang laki-laki umur 43 tahun. Penatalaksanaan: Septoplasti endoskopi dengan metodeopen book.kesimpulan: Penatalaksanaan septum deviasi dengan septoplasti endoskopi metodeopen book memberikan pemaparan septum yang baik dan area yang lebih luas. Kondisi ini memberikan kemudahan untuk melakukan korekasi terhadap kelaianan septum dan mengurangi komplikasi. Kata kunci: septoplasti endoskopi, septum deviasi, septoplasti. Abstract Background:Septaldeviationis anasalanatomical abnormalitieswhich is mostcommonly found. Septaldeviationcan occurwithoutany symptomsbut canalsolead tonasal disfunction anddeformitiesthat need correction. Septoplastyis amodernconceptfor thesurgicalcorrectionofseptaldefects. Progressingin endoscopyhas provideda great influenceon the developmentof septoplasty. Endoscopic septoplastyimproves the precision ofthe targetoperatingwitha goodvisualizationandenlargement ofthe target, thereforereducingthe complications of septoplasty.endoscopic septoplasty with open book method is a method that used in septal deviation management. Purpose:To present the management of septal deviation with endoscopic septoplasty with open book method.case:a case ofseptaldeviationwith crest on right septum on a male 43 age old.management:open book methode endoscopy septoplasty.conclusion: Management of septal deviation with Open book methode endoscopy septoplastygives an excellent exposure to alarge area of the septum. This condition give efectiftive in thetreatment of deviated septums and decrease of the complication. Key words: endoscopic septoplasty, septal deviation, septoplasty. Alamat koresponden: M.Rusli Pulungan, pulunganmrusli@yahoo.co.id. Pendahuluan Angka kejadian septum yang benarbenar lurus dan berada ditengah hanya sedikit dijumpai, biasanya terdapat pembengkokkan minimal atau terdapat spina pada septum. Diperkirakan 75%-85% dari seluruh populasi mengalami kelainan bentuk anatomi hidung, dan yang paling banyak adalah septum deviasi. Septum deviasi yang tidak memberikan gangguan respirasi bukan dikategorikan sebagai abnormal. Deviasi yang cukup berat dapat menyebabkan sumbatan hidung yang mengganggu fungsi hidung dan menyebabkan komplikasi atau menimbulkan gangguan estetik wajah karena tampilan hidung menjadi bengkok. 1-3 Septum deviasi dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada hidung maupun sinus paranasal. Gejala klinis yang dapat timbul berupa sumbatan hidung, epistaksis, nyeri kepala, maupun gejala akibat terjadi rinosinusitis. 2 Diagnosis septum deviasi ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dengan melakukan rinoskopi anterior maupun dengan nasoendoskopi. 3,4 Pemeriksaan penunjang seperti Rontgen sinus paranasal dan tomografi komputer lebih ditujukan untuk menilai komplikasi maupun struktur anatomi hidung dan sinus paranasal 1

lainnya dan tidak penting untuk menegakkan diagnosis septum deviasi. 3 Penatalaksanaan septum deviasi sangat tergantung dari keluhan maupun komplikasi yang ditimbulkannya. Septoplasti dilakukan jika terdapat keluhan akibat septum deviasi seperti hidung tersumbat, untuk memperbesar akses ke meatus media pada saat melakukan bedah sinus endoskopi fungsional, 5-8 sakit kepala akibat kontak poin dengan septum deviasi, 8 epistaksis dan sebagai akses untuk melakukan tindakan operasi tertentu dan alasan kosmetik. 4 Septoplasti merupakan prosedur operasi yang dilakukan untuk koreksi kelainan septum. 9 Septoplasti dengan menggunakan lampu kepala mempunyai keterbatasan visualisasi terutama kelainan septum di bagian posterior. 10 Perkembangan dibidang endoskopi telah mengakibatkan visualisasi septoplasti lebih baik. Penggunaan endoskopi dalam visualisasi septoplasti dikenal dengan septoplasti endoskopi. Endoskopijuga memberikan pembesaran target oleh teleskop sehingga meningkatkan ketepatan target operasi. 5,6,11 Teknik operasi ini dapat memberikan pendekatan yang langsung ke target dari septum yang mengalami kelainan anatomi dimaksud, minimal invasif dengan melakukan diseksi terbatas pada flap mukosa dengan mengangkat sebagian kecil kartilago dan atau tulang yang mengalami deformitas. Insisi yang dilakukan dapat dibuat 1 atau lebih dan boleh pada salah satu sisi mana saja dari mukosa septum. 5,6 Prepageran dkk 10 menggambarkan septoplasti endoskopi dengan metode open bookmerupakan metode terbaik dan belum pernah digambarkan literatur sebelumnya. Dimana dengan pendekatan ini disamping dapat dilakukan pendekatan secara langsung ke target deformitas, juga deformitas yang terdapat pada krista maksilaris dapat dipahat melalui pendekatan ini. Laporan Kasus Seorang pasien laki-laki umur 43 tahun MR 571484 datang ke poliklinik THT-KL RS. Dr. M.Djamil Padang pada tanggal 2 Agustus 2011, dengan keluhan utama hidung tersumbat sejak 2 tahun yang lalu dan semakin berat jika sedang bersin-bersin. Terdapat ingus encer dan mengalir ke tenggorok. Nyeri wajah tidak ada, penurunan penciuman tidak ada, riwayat hidung berdarah tidak ada. Terdapat riwayat bersinbersin lebih dari 5 kali setiap serangan disertai ingus encer terutama pagi hari atau kena debu. Empat bulan sebelumnya pasien telah berobat ke dokter THT-KL dengan keluhan yang sama dan telah dilakukan pemeriksaan tomografi komputer. Dianjurkan untuk dilakukan operasi hidung namun saat itu pasien menolak. Pemeriksaan fisik didapatkan status generalis, keadaan umum tampak baik, kesadaran komposmentis kooperatif dan suhu badan tidak panas. Pada pemeriksaan THT-KL didapatkan telinga kiri dan kanan dalam batas normal. Hidung luar tidak ditemukan kelainan, wajah tidak nyeri tekan. Kavum nasi kanan sempit terdapat sekret serous, konka inferior eutrofi, konka media sukar dinilaipada septum terdapat krista di bagian inferior mulai anterior sampai 1/3 posterior. Kavum nasi kiri lapang, sekret serous, konka inferior hipertrofi, konka media sulit dinilai, septum deviasi ke kanan. Rinoskopi posterior tidak terdapatpost nasal drip (PND). Tenggorok dalam batas normal. Gambar 1. Nasoendoskopi kavum nasi kanan terlihat krista. Gambar 2. Tomografi komputer sinus paranasal potongan koronal terlihat deviasi septumke kanan Pemeriksaan nasoendoskopi kavum nasi kanan sempit, terdapat sekret serous, konka inferior eutrofi, konka media eutropi meatusmedia terbuka tidak terdapat sekret, pada septum terdapat krista di bagian inferior mulai anterior sampai 1/3 posterior. Kavum nasi kiri lapang, sekret serous, konka inferior hipertrofi, konka media eutropi tidak terdapat sekret, septum deviasi ke kanan.(gambar 1. ) Pemeriksaan dengan tomografi komputer terlihat septum deviasi ke kanan, sinus para nasal dalam batas normal. (gambar 2.) 2

Pemeriksaan peak nasal inspiratory flow 70L/menit. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ditegakkan diagnosis septum deviasi dengan suspek rinitis alergi. Rencana dilakukan septoplasti dalam narkose umum. Konsul subbagian alergi imunologi. Hasil Pemeriksaan darah lengkap didapat haemoglobin 14,0 gr%, leukosit 8.600, hematokrit 41%, trombosit 205.000/mm 3, Gula darah sewaktu 89mg%, SGOT 16u/L, SGPT 24u/L, Ureum 23mg/dl, Na + 133 mg/dl, K + 4,7 mg/dl, Cl - 105 mg/dl, PT 11,1, APTT 34,7. Hasil tes cukit kulit tidak ditemukanalergenyangkhas (histamin +4P, D.pteronyssinus -, D.frenia -, Blomia tropikalis -, rerumputan -, kecoak -, bulu kucing -bulu anjing +3, Aspergillus mix -, Temion negatif -, coklat -, udang -, kacang -, ikan tuna -, kepiting -, terigu -, telur -, es -). Konsul ke bagian penyakit dalam toleransi operasi dengan risiko ringan. Tanggal 9 Agustus 2011 dilakukan operasi septoplasti endoskopik metode open book. Laporan operasi: 1. Pasien tidur telentang di meja operasi dalam narkose umum. 2. Dilakukan aseptik antiseptik prosedur pada lapangan operasi. 3. Nasoendoskopi dipegang dengan tanagan kiri, skop 0 o dimasukkan ke dalam rongga hidung dan difiksasi ke krus anterior. 4. Kavum nasi di evaluasi terdapat krista pada septum nasi sebelah kanan. 5. Dilakukan infiltrasi pada kedua sisi septum dengan adrenalin 1:200.000. 6. Dilakukan insisi vertikal pada mukosa septum sebelah kanan anterior dari krista. Dilanjutkan insisi horizontal sepanjang krista mulai anterior sampai posterior. 7. Septumdibebaskan dengan melakukan elevasi mukosa sebelah kanan dengan menggunakan elevator cottle. 8. Krista direseksi dengan mengunakan gunting dan forcep. 9. Mukosa yang dielevasi dikembalikan ke tempat semula. Evaluasi kavum nasi septum lurus. 10. Pasang tampon anterior kiri dan kanan. 11. Operasi selesai. Gambar 3. Prosedur septoplasti metode open book 10 3

Pasien dirawat di Bagian THT-KL dengan diagnosis pasca septoplasti atas indikasi septum deviasi. Terapi diberikan injeksi septriakson 2 x 1 gr IV, injeksi deksametason 3 x 1 ampul IV, tramadol drip 1 ampul dalam 1 kolf ringer laktat pada hari pertama dilanjutkan dengan asam mefenamat 3 x 500mg. Pada tanggal 12 Agustus 2011 tampon anterior dibuka. Evaluasi kavum nasi, kavum nasi lapang, perdarahan tidak ada, septum ditengah lurus, mukosa septum kanan menempel pada septum. Pasien dipulangkan. Terapi diberikan ciprofloksasin 2 x 500mg peroral. Pada kontrol1minggu pasca operasi (15 Agustus 2011) didapatkan keluhan batang hidung terasa berat, sakit kepala, lendir campur darah mengalir ke tenggorok. Hidung tersumbat tidak ada, perdarahan tidak ada, demam tidak ada. Pada pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior maupun dengan nasoendoskopi terlihat kavum nasi kanan dan kiri lapang, konka inferior dan konka media eutropi, sinekia tidak ada septum ditengah, perforasi tidak ada, terlihat mukosa septum yang dielevasi menempel pada septum namun belum sempurna, masih terlihat garis insisi, hiperemis, krusta tidak ada. Kloting menutupi kavum nasi bagian atas, terdapat sekret. Diagnosis post septoplasti atas indikasi septum deviasi. Diberikan terapicuci hidung 2x20cc kedua kavum nasi, ciprofloksasin 2x500mg, ambroksol 3x30mg, asam mefenamat 500mg bila perlu. Pada tanggal 18 agustus 2011, keluhan sakit kepala berkurang, nyeri pada batang hidung tidak ada lagi, sekret bercampur darah warna kehitaman, hidung tersumbat tidak ada. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior dan nasoendoskopi kavum nasi lapang, deviasi septum tidak ada, sinekia tidak ada, mukosa menempel pada septum bekas insisi belum menutup, kloting masih ada. Terapi cuci hidung, ambroksol 3x30mg, ciprofloksasin 2x500mg, asam mefenamat 3x500mg bila perlu. Pada tanggal 22 Agustus keluhan lendir sekret campur darah berwarna kehitaman masih ada, sakit kepala tidak ada, hidung tersumbat tidak ada. Pada rinoskopi anterior dan nasoendoskopi terlihat mukosa menempel pada septum namun insisi belum menutup sempurna tidak ada krusta. Terapi sebelumnya dilanjutkan. Kontrol pada tanggal 6 September 2011 keluhan keluar lendir tidak ada lagi, hidung tersumbat tidak ada, sakit kepala tidak ada. Pada pemeriksaan nasoendoskopi terlihat kavum nasi kiri dan kanan lapang, sekret tidak ada, konka inferior dan media eutropi, meatus media tebuka, septum ditengah tidak ada deviasi, insisi septoplasti masih hiperemis, dan belum rata. (gambar 4)Pemeriksaan peak nasal inspiratory flow 120L/menit. Gambar 4. A. Kavum nasi sebelum operasi B. kavum nasi 1 bulan pasca septoplasti. Diskusi Telah dilaporkan satu (1) kasus septum deviasi yang telah ditatalaksana dengan septoplasti endoskopi dengan metodeopen book. Pada kasus ini keluhan yang paling menojol adalah sumbatan hidung.gejala septum deviasi bisa merupakan akibat langsung seperti sumbatan hidung, maupun epistaksis atau akibat sekunder dari septum deviasi seperti rinosinusitis kronis, polip nasi, nyeri kepala, maupun konka hipertropi. 3 Indikasi septoplasti secara klinis dilakukan pada septum deviasi yang mengakibatkan sumbatan hidung bilateral maupun unilateral, epistaksis yang persisten maupun rekuren, sakit kepala akibat kontak poin dengan septum deviasi, memperluas akses ke daerah komplek osteomeatal pada operasi sinus, akses pada operasi dengan pendekatan transeptal transsfenoid ke fossa hipopise. 3-8 Pada kasus ini indikasi septoplasti adalah sumbatan hidung. Septum deviasi mengakibatkan sumbatan hidungterutama sebelah kanan. Sumbatan hidung diperberat dengan adanya rinitis yang berulang dengan gejala bersinbersin, rinore, terutama pagi hari atau kena debu. Gejala ini mirip seperti rinitis alergi namun pada pemeriksaan test cukit kulit tidak ditemukan adanya reaksi alergi yang khas terhadap alergen yang diberikan. Kemungkinan rinitis pada kasus ini masih perlu ditelusuri apakah ini merupakan suatu non alergenic rinitis eosinophilic syndrom (NARES). NARES merupakan inflamasi kronik mukosa hidung yang ditandai oleh obstruksi hidung dan diikuti rinore yang penuh eosinofil dan tidak disebabkan oleh alergi maupun parasit. 12 Chung dkk 6 pada tahun 2007 melaporkan bahwa indikasi septoplasti pada 106 kasus yang terbanyak adalah sumbatan hidung 64,6%, untuk memperluas akses dalam melakukan operasi sinus 34,5%, nyeri wajah 0,9%. Nawaiseh dkk 11 melaporkan 60 tindakan septoplasti dengan indikasi obstruksi hidung 4

91,6%, dan sebanyak 23 kasus dilakukan septoplasti saja, 37 kasus septoplasti dilakukan bersamaan dengan bedah sinus endoskopi.su dkk 13 telahmelakukan septoplasti bersamaan dengan bedah sinus fungsional endoskopi pada 82 kasus rinosinusitis. Pemilihan metode septoplasti dalam koreksi septum deviasi tergantung jenis deviasi septum, kemampuan operator, dan ketersediaan alat. Pemilihan septoplasti endoskopik terutama pada septum deviasi yang terbatas, krista, atau septum deviasi yang memerlukan koreksi untuk akses ke osteomeatal kompleks. 11,14 Prepageran dkk 10 menjelaskan bahwa septoplasti endoskopik dengan metodeopen book, membuat pemaparan yang lebih luas terhadap deviasi septum sehingga memungkin dilakukan pada deviasi septum yang lebih luas. Septoplasti dengan insisi hemitransfiksi dapat mencapai semua bagian septum termasuk kaudal septum, spina nasalis anterior, premaksila dan dasar hidung. 9 Namun pada kavum nasi yang sempit dan deviasi septum yang terlalu posterior sulit dijangkau secara optimal, sehingga diperlukan septoplasti endoskopik. 10 Pada kasus ini dipilih metode septoplasti endoskopik metode open book karena deviasi septum berbentuk krista pada septum sebelah kanan. Dengan metodeopen book diharapkan dapat mengangkat krista secara optimal. Septoplasti endoskopik dapat dilakukan insisi langsung ke target dengan visualisasi maksimal sehingga diharapkan trauma mukosa maupun kemungkinan perforasi akan lebih rendah. Nawaiseh dkk 11 melaporkan septoplasti endoskopik yang dilakukan terhadap 60 pasien 48% pasien dengan septum deviasi defleksi pada dasar septum, 38% dengan krista dan 14% dengan septum deviasi lebih dari 1 tipe. Septoplasti merupakan konsep modern bedah koreksi terhadap septum. 9 Perkembangan endoskopi telah ikut berperan dalam kemajuan teknik septoplasti yang konservatif dan fungsional. Septoplasti endoskopi merupakan prosedur koreksi septum dengan pendekatan langsung ke target septum yang akan dikoreksi dengan menggunakan endoskopi. 5 Visualisasi yang kurang baik seperti dengan lampu kepala akan menjadi faktor predisposisi terjadinya trauma mukosa dan perdarahan yang seharusnya tidak perlu terjadi. 10 Septoplasti endoskopi memberikan keuntungan terhadap visualisasi dan juga adanya pembesaran dari target. Hal ini dapat meperkecil terjadinya komplikasi selama operasi maupun pasca operasi. Keuntungan lain dari septoplasti endoskopi ini adalah untuk pembuatan dokumentasi operasi. 5-8,11,13. Septoplasti endoskopi dengan metodeopen book, dimana insisi dibuat secara vertikal tepat di anterior daerah deviasi kemudian insisi horizontal sesuai aksis deviasi paling menonjol. Akses yang didapat lebih luas untuk melakukan koreksi. Dengan metode ini kelainan pada krista maksilapun dapat di koreksi dengan melakukan pemahatan. 10 Kontrol sampai 1 bulan pasca operasi pada pasien ini tidak ditemukan adanya komplikasi seperti sinekia, perforasi septum, hematoma septum, dan keluhan hidung tersumbat. Kondisi ini hampir sama dengan yang dilaporkan Prepagerandkk 10 dari 43 pasien septum deviasi yang menjalani operasi septoplasti dengan metodeopen book setelah dikontrol selama 18-36 bulan tidak terlihat adanya komplikasi yang berarti. Terdapat 2 pasien yang mengalami robekan mukoperikondrium kontra lateral sepanjang 2mm selama operasi namun mengalami perbaikan pasca operasi. Tidak ditemukan adanya hematomaseptum atau perforasi septum. Chung dkk 6 melaporkan komplikasi septoplasti endoskopik pada 116 pasien, nyeri alih gigi 4,3%, perforasi septum asimtomatis 3,4%, sinekia 2,6%, epistaksis 0,9%, hematoma septum 0,9%, septum deviasi menetap yang memerlukan septoplasti revisi 0,9%. Nawaiseh dkk 11 melaporkan dari 60 pasien yang menjalani septoplasti endoskopik hanya 1,6% hematoma septum, 1,6% epistaksis. Angka-angka ini sepadan dengan laporan berbagai literatur terhadap angka komplikasi akibat septoplasti dengan menggunakan lampu kepala. 6,11 Pada deviasi septum yang luas dianjurkan septoplasti dengan insisi hemitranfiksi atau insisi Killian. 11 Septoplasti dengan metode open book mungkin akan sulit dilakukan. Pada kasus septum deviasi pada daerah anterior yang memerlukan insisi hemitransfiksi penggunaan endoskopi akan lebih sulit. Kesulitan ini terjadi akibat tidak ada tempat untuk memposisikan endoskop, sehingga penggunaan lampu kepala masih diperlukan. Dari uraian diatas terlihat dapat bahwa septoplasti endoskopik metodeopen bookmempunyai beberapa keuntungan seperti; visualisasi yang lebih baik, tarauma mukosa lebih kecil, perdarahan lebih sedikit, komplikasi lebih sedikit, waktu operasi lebih singkat, dokumentasi lebih baik. Sedangkan kerugiannya adalah peralatan yang lebih mahal, indikasinya lebih kepada deviasi septum yang terbatasseperti deviasi septum yang unilaterla, lokasi deviasi septum lebih ke posterior, deviasi 5

di daerah kaudal septum tidak sesuai dikerjakan dengan endoskopi. 6 Daftar Pustaka 1. Kim HD, Park HY, Kim HS, Kang SO, Park S J, Han N S dkk. Effect of septoplasty on inferior turbinate hypertrophy. Arch otolaryngol head and neck surg 2008;134(4):419-23 2. Walsh WE, Korn RC. Sinonasal anatomy, functio, and evaluation. In. Bailey BJ, Jhonson JT ed. Head and neck surgery- Ototlaryngology, 4 th ed, volume 1. Philadephia:Lippincott Williams & Wilkins, 2006 P:307-18. 3. Friedman M, Vidyasagar R. Surgical management of septal deformity, turbinate hypertrophy, nasal valve collapse, and choanal atresia. In. Bailey BJ, Jhonson JT ed. Head and neck surgery-ototlaryngology, 4 th ed, volume 1. Philadephia:Lippincott Williams & Wilkins, 2006 P: 319-34 4. Watson D. Septoplasty. Available from www.emedicine.medscape.com/article/87 7677-overview. articel update July 11,2011. cited augt 4, 2011. 5. Gurr DG. Endoscopic septoplasty: Technique and outcomes. The journal of otolaryngology 2003;32:6-11 6. Chung BJ, Batra PS, Citardi MJ, Lanza DC. Endoscopic septoplasty: Revisitation of technique, indications, and outcomes. American journl of rhinology 2007;21:307-11 7. Ascanio LD, Manzini M. Quick septoplasty: Surgical technique and learning curve. Aest plast surg 2009;33:814-18 8. Sindwani R, Wright ED. Role of endoscopic septoplasty in treatment of atypical facial pain. The journal otolaryngology 2003;32:77-80. 9. Soetjipto D. Septoplasti. Dalam: Kursus & demo operasi septorinoplasti. Hotel Bumi Karsa, Jakarta 2000: 8-17. 10. Prepageran N, Lingham OR. Endoscopic septoplasty: The open book method. 11. Nawaiseh S, Al-Khtoum N. Endoscopic septoplasty: Retrospective analysis of 60 cases. J Pak Med Assoc 2010;60:796-8. 12. Kadriyan H, Nugraha BW, Sudarman K, Oedono T. Rinitis alergi dan rinitis non alergi dengan dengan eosinofilia di RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Otorhinolaringology Indonesiana 2005; 35: 10-4. 13. Gupta N. Endoscopic septoplasty. Indian J of otolaryngol head and neck surg 2005;57:240-3. 14. Su MC, Chiang JL, Jiang RS. Endoscopic septoplasty conjunction with endoscopic surgery. Mid Taiwan J med 2004;9:38-43. 6