Progres Pembangunan. Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) di Taman Nasional Ujung Kulon PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
Progres Pembangunan JRSCA di Taman Nasional Ujung Kulon sampai Bulan Agustus 2014

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

STUDI KARAKTERISTIK KUBANGAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon.

MEMANTAU HABITAT BADAK JAWA

L E M B A G A K O L A B O R A T I F JAVAN RHINO STUDY AND CONSERVATION AREA ( LK JRSCA ) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010

Cara Berbeda Penghitungan Badak Jawa. Di Ujung Kulon Pada Tahun Ir. Agus Priambudi, M.Sc

III. METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LOKASI PEMASANGAN CAMERA-VIDEO TRAP

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

Nomor : S. W\i /T.12/TU/KSA/10/2016. ly Oktober Lampiran 1 (satu) herkas Periha! : Data Penerapan SNI. Kepada Yth.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 3/IV-SET/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia 2) Bagian Ekologi Satwaliar, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB,

BAB V PRINSIP PENGEMBANGAN

4 Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

Written by Admin TNUK Saturday, 31 December :26 - Last Updated Wednesday, 04 January :53

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon.

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN. gunaan bersama tempat-tempat tersebut oleh badak jawa dan banteng.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

ANALISIS FAKTOR EKOLOGI DOMINAN PEMILIHAN KUBANGAN OLEH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

ANALISIS DAN SINTESIS

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

Cakupan bahasan. A. Status B. Progres C. Permasalahan

Perkiraan dan Referensi Harga Satuan Perencanaan

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

PENDAHULUAN. wilayah Sumatera dan Kalimantan. Puncak jumlah hotspot dan kebakaran hutan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PENERAPAN EMERGENCY RESPONSE PLAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN PROYEK PT. TATA. Oleh: Inggi Irawan ( )

Deskripsi KHDTK Siali-ali Sumatera Utara

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

G. Tindak Lanjut. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

WORKING PAPER PKSPL-IPB

D4 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 16/Menhut-II/2011 TENTANG

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

Transkripsi:

Progres Pembangunan Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) di Taman Nasional Ujung Kulon PENDAHULUAN Populasi badak jawa di TNUK merupakan satu-satunya populasi secara potensial masih memungkinkan diselamatkan dari kepunahan (Rhino Qolloquium, 1993) melalui upaya serius dari seluruh pihak. Badak jawa ( Rhinoceros sondaicus, Desmarest 1822) merupakan salah satu mamalia terlangka di dunia kelestarian populasinya di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) menjadi perhatian seluruh dunia. Populasi badak jawa di TNUK berdasarkan hasil Video Trapping dilakukan oleh tim monitoring badak jawa BTNUK tahun 2012 hanya ditemukan minimal 51 individu dipastikan berbeda jumlah jantan 29 ekor betina 22 ekor. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Menteri Kehutanan No. 43/Menhut-II/2007 tentang Rencana Aksi Konservasi Badak di Indonesia Tahun 2007-2017. Rekomendasi jangka pendek selama periode 2007-2012 adalah: (1) mempertahankan meningkatkan 20 % populasi badak jawa di dalam TNUK; (2) Mengembangkan populasi kedua badak jawa di luar TNUK melalui translokasi, setelah menetapkan habitat aman memiliki luas memadai (> 400.000 Ha); (3) Membangun sanctuary sebagai jaminan bagi konservasi insitu di TNUK. Menindak-lanjuti Strategi Rencana aksi tersebut, pada tanggal 2-3 Maret 2009 dilakukan pertemuan oleh AsRSG (Asian Rhino Specialis Group) merekomendasikan Pembuatan 1 / 12

Suaka khusus ( Rhino Study and Conservation Area ) sebagai langkah awal mengembangkan habitat kedua bagi badak jawa. Diharapkan suaka tersebut dapat dimanfaatkan memperdalam pengetahuan tentang badak jawa mengidentifikasi cara paling aman dalam pemeliharaan pemindahan/translokasi Badak jawa. Pada saat tahap awal pelaksanaan JRSCA, terjadi beberapa tanggapan negatif dari beberapa pihak, utamanya terkait teknis pembukaan lahan kekhawatiran atas dampak negatif terhadap sistem ekologi TNUK akibat. Sehubungan hal tersebut, kegiatan sementara dihentikan dilakukan serangkaian pertemuan mendapatkan masukan dari para pihak. Melalui proses tersebut, disepakati penunjukan Tim Kajian penugasannya didasarkan atas Surat Keputusan Dirjen PHKA dilengkapi TOR penyempurnaan Manajemen Rencana Tapak Pembangunan JRSCA. TINDAK LANJUT PEMBANGUNAN JRSCA 1. Dasar Pelaksanaan Tindak lanjut pelaksanaan JRSCA di Taman Nasional Ujung Kulon didasarkan pada Surat Menteri Kehutanan Nomor : S.511/Menhut-IV/2012 tanggal 6 November 2012 perihal Tindak Lanjut Pembangunan Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Surat Dirjen PHKA Nomor : S.154/IV-KKH/2012 tanggal 29 November 2012 perihal Tindak Lanjut Pembangunan Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Surat tersebut menyebutkan pada prinsipnya Menteri Kehutanan menyetujui kegiatan JRSCA di TNUK sempat terhenti beberapa waktu lalu segera dilanjutkan kembali secara bertahap sesuai kebutuhan prioritas kemampuan sumber daya tersedia. 2 / 12

2. Dokumen Kelengkapan JRSCA Berbagai langkah telah dilakukan oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon menindaklanjuti Surat Menteri Kehutanan Surat Dirjen PHKA terkait Tindak Lanjut Pembangunan Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), selain melakukan koordinasi sosialisasi para pihak, Balai TNUK juga telah menyusun beberapa dokumen kelengkapan JRSCA dari rentang waktu bulan Desember 2012 sampai Juni 2013, dokumen-dokumen tersebut antara lain : a. Detail Enginering Design (DED) Guna mendukung pelaksanaan fisik JRSCA, Balai Taman Nasional Ujung Kulon telah menyusun Detail Enginering Design (DED), dokumen ini sangat penting sebagai pedoman teknis, desain spesifikasi fisik JRSCA di lapangan. Sehingga kesalahan teknis dapat diminimalkan. b. Standard Operating Procedure (SOP) Standard Operating Procedure (SOP) disusun guna meminimalisir dampak negatif ditimbulkan selama pelaksanaan JRSCA, dokumen SOP fisik JRSCA mengatur beberapa kegiatan, diantaranya : 3 / 12

- Pembangunan jalan pemeliharaan Pembangunan jalan patroli Pembangunan Pembangunan basecamp pondok kerja Pengadaan, Pengangkutan c. Master Plan JRSCA Kepala Balai TNUK telah membentuk tim kerja menyusun master plan JRSCA, rencana pengelolaan JRSCA secara menyeluruh akan diwujudkan secara rinci dalam suatu master plan lengkap diintegrasikan dalam Rencana Pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon. Penyusunan dokumen master plan JRSCA nantinya akan melibatkan para pihak terkait memiliki kepentingan dalam upaya konservasi badak jawa di TNUK, dokumen tersusun dapat mengakomodir masukan-masukan dari para pihak secara komprehensif. 3. Aktivitas Pembangunan Fisik JRSCA Secara garis besar, aktivitas fisik JRSCA di TNUK terdiri dari beberapa kegiatan, diantaranya : a. Pengadaan Tiang Pagar 4 / 12

Pengadaan JRSCA sebanyak 2200 buah, kebutuhan di wilayah utara sebanyak 1300 buah segkan di wilayah selatan sebanyak 900 buah. Tiang dibuat ukuran 15 cm x 15 cm x 250 cm kekuatan SNI K.300, segkan berat setiap ± 130 Kg. Tiang dibuat menggunakan bahan beton tulang besi ulir metode site press, pengadaan dilakukan didekat lokasi, masyarakat sekitar TNUK mendapatkan kesempatan mensuplai bahan baku seperti pasir batu. b. Pembangunan Jalan Pemeliharaan Pagar Pembangunan jalan pemeliharaan dilaksanakan disepanjang jalur tapak sebagaimana Peta Tapak JRSCA hasil rekomendasi tim dibuat oleh Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, M.S, sebagai Ketua Tim Penyempurnaan JRSCA, Prof. Dr. Hadi Ali Kodra, M.S, sebagai Ketua Tim Pengkajian JRSCA, Dr. Ir. Moh. Haryono M.Si, sebagai Kepala Balai TNUK, dikoreksi /diteliti oleh Ir. Darori, M.M, sebagai Dirjen PHKA, Dr. Ir. Novianto Bambang W. M.Si, sebagai Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, disetujui/ disahkan oleh Menteri Kehutanan RI. Jalan pemeliharaan rencananyan akan dibuat sepanjang 8,2 Km, terbagi menjadi 2 wilayah, yaitu wilayah Utara dari Blok Cilintang sampai Blok Cimahi sepanjang 5,4 Km, wilayah Selatan dari Blok Bangkonol sampai Blok Tanjung Sodong sepanjang 2,8 Km lebar jalan 5 meter. Pembangunan jalan pemeliharaan JRSCA dilakukan secara padat karya, tidak menggunakan alat berat (buldozer/ eskavator), keterlibatan masyarakat lokal sangat tinggi, sesuai ketentuan-ketentuan ada didalam SOP, jalan pemeliharaan JRSCA tidak diperkenankan menebang pohon diameter > 20 cm. c. Pembangunan Pagar 5 / 12

Pembangunan listrik dilaksanakan disepanjang jalur tapak sebagaimana Peta Tapak JRSCA hasil rekomendasi tim dibuat oleh Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, M.S, sebagai Ketua Tim Penyempurnaan JRSCA, Prof. Dr. Hadi Ali Kodra, M.S, sebagai Ketua Tim Pengkajian JRSCA, Dr. Ir. Moh. Haryono M.Si, sebagai Kepala Balai TNUK, dikoreksi /diteliti oleh Ir. Darori, M.M, sebagai Dirjen PHKA, Dr. Ir. Novianto Bambang W. M.Si, sebagai Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, disetujui/ disahkan oleh Menteri Kehutanan RI. Pembangunan rencananyan akan dibuat sepanjang 8,2 Km, terbagi menjadi 2 wilayah, yaitu wilayah Utara dari Blok Cilintang sampai Blok Cimahi sepanjang 5,4 Km, wilayah Selatan dari Blok Bangkonol sampai Blok Tanjung Sodong sepanjang 2,8 Km. Tinggi dari permukaan tanah 170 cm jarak antar 4 m, dibangun akan dialiri listrik tegangan rendah menimbulkan efek kejut, tidak berbahaya bagi manusia, hewan satwa ternak jika menyentuh tersebut. : Peta Tapak JRSCA d. Pembangunan Basecamp Pos Jaga 6 / 12

Sesuai DED, basecamp JRSCA akan dibangun sebanyak 1 unit luas 150 m2 pos jaga sebanyak 5 unit luas 70 m2 (Pos Cilintang) 4 pos jaga berukuran 40 m2 (Pos Kp. Salam, Cimahi, Bangkonol Tanjung Sodong) e. Sosialisasi Dalam pelaksanaan JRSCA, Balai TNUK telah melakukan sosialisasi melalui website : www.ujungkulon.org, menjelaskan kepada beberapa mahasiswa berkunjung ke kantor TNUK, kuncen-kuncen melakukan berbagai koordinasi dari tingkat desa, pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang hingga pemereintah daerah Provinsi Banten. Meskipun dilakukan g beraliran listrik kejut, namun demikian tradisi lokal masyarakat akan melakukan aktivitas ziarah makam karamat didalam kawasan TNUK tetap diberikan akses, yaitu dibangunnya pintu perlintasan, masyarakat tidak terganggu aktivitasnya mendukung program pemerintah dalam upaya konservasi badak jawa. : Kepala Balai TNUK mensosialisasikan JRSCA kepada Kuncen 7 / 12

4. Progres Pembangunan Fisik JRSCA Sampai pertengahan bulan Juli 2013, progres fisik JRSCA adalah sebagai berikut : a. Pembangunan Jalan Pemeliharaan Pagar Pembangunan jalan pemeliharaan dilaksanakan secara padat karya/ tidak menggunakan alat berat (buldozer/ eskavator), sampai saat ini jalan pemeliharaan di wilayah utara dari Blok Cilintang sampai Blok Kp. Salam hampir selesai dilaksanakan, saat ini hanya meninggalkan vegetasi semak. Segkan dari blok Kp. Salam sampai Blok Cimahi sepanjang 1,8 Km sudah dibersihkan vegetasi semaknya tinggal menyisakan vegetasi tingkat pohon. Penebangan pohon vegetasi belum dilakukan dikarenakan tim kerja belum selesai melakukan pendataan (jumlah jenis vegetasi) memberi tanda silang merah terkait vegetasi akan ditebang. Segkan di wilayah selatan sepanjang 2,8 Km belum dikerjakan. Secara visual jalan patroli telah dikerjakan dapat kami lampirkan sebagaimana gambar dibawah ini. 8 / 12

: Kondisi jalan pemeliharaan Kondisi jalan terjal bersemak Pembangunan jalan pemeliharaan JRSCA dilakukan secara padat karya, alat berat (buldozer/ tidak,menggunakan ada:didalam keterlibatan pohon SOP, masyarakat diameter lokal > eskavator) 20 jalan sangat cm pemeliharaan tinggi, sesuai JRSCA ketentuan-ketentuan tidak diperkenankan.menebang 9 / 12

: Kondisi Basah/ Di Pembangunan relatif beberapa basah titik akibat disepanjang tingginya curah jalan pemeliharaan hujan, sebagaimana gambar ditemukan diatas. jalan berlumpur b. Pagar Pembangunan memasang Diawal Cilintang. kekuatan bulan atau Juli mendirikan 2013, listrik telah ituberlumpur memerlukan sendiri, dilakukan ujicoba akan keahlian mempengaruhi diperlukan pemasangan khususjrsca ujicoba regangan kehati-hatian, pemasangan sebanyak kawat kesalahan 100 seling galvanize. di dalam blok :pada Ujicoba pemasangan diujicoba, tanah basah langsung Pembangunan sistem orang diperlukan tetap hanya kerja alat terjaga katrol, mampu bantu tiap-tiap serta mengerjakan tripot dilakukan lubang. konsisten. dalam secara lebih 6-8 Hasil pekerjaannya banyak,. manual Untuk jumlah rata-rata memerlukan itu,pekerja guna menggunakan perkering mempercepat lebih hari ketelitian banyak alat tinggi bantu jumlah pengerjaanya serta agar distribusi tripot pekerja elevasi 6 : Pemasangan secara manual Pekerjaan manual dibuat lubang menggunakan menambah pumbuatan sampai jumlah lubang cangkul pekerja, Km 1,5 dodos, kurang selanjutnya ukuran lebih sampai 60 40 cm akan orang x 60 terus cm perpertengahan xditingkatkan hari. 80 cm dilakukan prestasi bulan juga Juli kerjanya 2013 secara telah 10 / 12

: Pembuatan secara manual c. Pengadaan Tiang Pagar Pengadaan 1400 ini ukuran kebutuhan buah, bentuk jumlah tersebut JRSCA cukup lebih wilayah memungkinkan selatan kebutuhan belum pertengahan dikerjakan dipasang bulan karena di Juli wilayah 2013 menunggu di wilayah selatan. mencapai utara, penentuan saat Dengan orang berlumpur oleh karena ukuran sangat di itu mengangkut wilayah tanpa 15 tidak cm mengabaikan Selatan. xlubang memungkinkan 15 cm tersebut, xsampai 250 fungsinya cm diangkut sertaperlu berat aya per digunakan topografi penyesuaian 130 kg memerlukan bentuk terjal ditelah wilayah minimal jalan ukuran Selatan, 6 : Lokasi pembuatan Memperhatikan berlumpur, menggunakan kerbau, distribusi beberapa curah dipikul, hujan alternatif, menggunakan dari tinggi diantaranya lokasi sky pembuatan beberapa line. menggunakan titik jalan menuju mobil, pemeliharaan gerobak lokasi akan ditarik :awal Jalan angkut bersifat sementara d. Pembangunan Basecamp Pos Jaga Luas dibangun prasarana center, lahan laboratorium, hanya lainnya seluas disediakan lahan 150 mendukung parkir, m2, selebihnya asrama komplek dll. basecamp akan digunakan JRSCA, seluas misalnya 2000 m2, namun basecamp sarana akan Sampai selesai %. disekitar dikeringkan. Pada dari TNUK 5Selanjutnya unit karena pertengahan curah direncanakan, basecamp hujan bulan Juli segkan 2013, basecamp sempat tinggi terkendala akan diselesaikan batu sulitnya pos bata basecamp jaga tidak mendapatkan 45 baru dapat hari 1bangunan telah lagi. unit dibakar/ mencapai batuvisitor sudah bata 50 11 / 12

: Basecamp JRSCA Penutup kesejahteraan Balai JRSCA, masyarakat dibutuhkan, TNUK kepada berkomitmen masyarakat masyarakat pemerintah tujuan dapat selalu terus dalam terwujud melestarikan mendapatkan memberikan upaya-upaya secarapopulasi berdampingan. informasi informasi konservasi perkembangan terbaru. habitat badakbadak Partisipasi jawa jawa di TNUK serta dukungan sangat 12 / 12