PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND BULAN : JANUARI 2015

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JUNI 2015

Economic and Market Watch. (February, 6th, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

Tabel 1 Neraca Pembayaran Indonesia: Ringkasan

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD) 2014*

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - SAUDI ARABIA BULAN : SEPTEMBER 2015

Kondisi Perekonomian Indonesia

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD)

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD) 2014*

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD)

Mewaspadai Perlambatan Ekonomi China IW.AS

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-INDIA PERIODE : JANUARI - NOVEMBER A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan India

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

BPS PROVINSI JAWA BARAT

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2013

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-INDIA PERIODE : JANUARI - NOVEMBER 2014

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI AGUSTUS A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Tiongkok / RR China

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI JULI A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR China

Universitas Bina Darma

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

I. PENDAHULUAN. mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Permodalan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BPS PROVINSI JAWA BARAT

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Analisis Perkembangan Industri

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

1. Tinjauan Umum

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BPS PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2017

BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

Transkripsi:

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat tahun 2015, dan berikutnya karena pemerintah mengurangi pengeluaran untuk mengimbangi harga minyak yang semakin rendah. Produk Domestik Bruto (PDB) Saudi Arabia akan tumbuh sebesar 2,8 persen tahun 2015 dan 2,4 persen pada tahun 2016, IMF menyatakan pernyataan pada akhir konsultasi reguler negara ini, yang membandingkan pertumbuhan 3,5 persen tahun 2014. Pertumbuhan tahunan mungkin memperluas untuk 3 persen dalam 'jangka menengah', katanya. Produsen minyak terbesar di dunia ini beralih ke pasar obligasi tahun 2015, untuk pertama kalinya sejak 2007 setelah harga minyak mentah turun lebih dari 50 persen. IMF memproyeksikan defisit anggaran Kerajaan sekitar 19,5 persen dari PDB. Di akhir Konsultasi IV 2015 Pasal dengan Saudi Arabia, Dewan Eksekutif IMF mencatat bahwa sementara defisit Kerajaan akan turun pada tahun 2016, dan seterusnya sebagai ujung pengeluaran dan investasi proyek yang besar selesai, akan tetap tinggi selama jangka menengah. Namun, utang pemerintah sangat rendah hanya 1,6 persen dari PDB pada akhir 2014. Surplus transaksi berjalan turun menjadi 10,9 persen dari PDB pada tahun 2014. Tetapi, pada tahun 2015 akan mengalami sedikit defisit. Namun, kembali ke surplus pada tahun 2016 sampai tahun 2020. Arus masuk deposito ke bank dan pertumbuhan kredit swasta telah melambat dalam beberapa bulan terakhir. Meskipun, sistem perbankan posisinya masih baik untuk iklim harga minyak yang semakin rendah dan lambatnya pertumbuhan. IMF mencatat penurunan yang tajam dalam pendapatan minyak dan bertambahnya pengeluaran, akan mengakibatkan defisit fiskal yang sangat besar tahun 2015 ini dalam jangka menengah, mengurangi penyangga fiskal yang dibangun selama dekade terakhir. Laporan konsultasi tersebut menggarisbawahi kebutuhan secara bertahap, tetapi penyesuaian tahun fiskal berdasarkan campuran tindakan pengeluaran dan pendapatan. Langkah-langkah ini harus mencakup reformasi harga energi yang

komprehensif, kontrol yang kuat dari tagihan upah sektor publik, efisiensi yang lebih besar investasi sektor publik, dan perluasan pendapatan non minyak, termasuk dengan memperkenalkan PPN dan pajak tanah. Disepakati bahwa penerbitan utang untuk membiayai sebagian dari defisit dengan tepat, akan membantu mempromosikan pengembangan pasar modal swasta. Minyak membentuk sekitar 90 persen dari pendapatan Kerajaan Saudi Arabia. Minyak mentah Brent turun dibawah $ 50 per barel pada Agustus 2015, setelah pemulihan pada Juni 2015. Minyak diperdagangkan 0,7 persen lebih rendah, pada $ 48,39 per barel di London. Saudi Arabia membuka pasar saham untuk investor internasional pada bulan Juni sebagai bagian dari rencana yang lebih luas untuk diversifikasi perekonomian dari minyak. Patokan Tadawul All Share Index turun lebih dari 20 persen tahun ini. Kerajaan menjual SR20 miliar ($ 5,3 miliar) obligasi ke bank lokal dan lembagalembaga publik pada bulan Agustus untuk menutupi defisit. Utang pemerintah setara dengan 1,6 persen dari PDB negara itu pada akhir 2014, kata IMF. Penurunan pendapatan minyak dikombinasikan dengan perang di Yaman dan dorongan dalam pengeluaran domestik yang menyebabkan aset asing bersih negara jatuh untuk kelima kalinya secara berturut-turut pada bulan Juni. Cadangan berdiri di $ 664,4 miliar, turun dari $ 724,5 pada bulan Januari. - SG 2. Nilai ekspor Saudi Arabia bulan Juni 2015 turun 21,13% sebesar US$ 4,101 miliar dibanding periode yang sama tahun 2014, yang mencapai US$ 5,200 miliar. Sedangkan, nilai impor Saudi Arabia bulan Juni 2015 mencapai US$ 13,820 miliar dibandingkan dengan US$ 15,343 miliar, pada bulan Juni 2014, turun sebesar US$ 1,523 miliar, atau turun sebesar 9,93% dibanding bulan Juni 2014. 3. Adapun 5 negara terbesar tujuan ekspor Saudi Arabia bulan Juni 2015; yang pertama adalah Uni Emirat Arab dengan nilai total mencapai US$ 523 juta (pangsanya 12,75%); disusul oleh Cina dengan nilai ekspor mencapai US$ 465 juta (pangsanya 11,34%). Di posisi ketiga, Singapura dengan nilai US$ 262 juta (pangsanya 6,39%); kemudian India diurutan keempat dengan nilai ekspor US$ 242 juta (pangsanya 5,90%), dan kelima adalah Mesir dengan nilai total ekspor mencapai US$ 203 juta (pangsanya 4,95%). 4. Sedangkan, 5 besar negara asal impor Saudi Arabia bulan Juni 2015 adalah Cina yang mencapai US$ 2,093 miliar (pangsanya 15,14%); kemudian Amerika Serikat senilai

US$ 1,952 miliar (pangsanya 14,12%), lalu Jerman sebesar US$ 0,910 miliar (pangsanya 6,58%); Korea Selatan US$ 0,764 miliar (pangsanya 5,53%), dan Jepang US$ 0,716 miliar (pangsanya 5,18%). B. Perkembangan perdagangan bilateral Indonesia dengan Saudi Arabia 1. Total perdagangan Indonesia - Saudi Arabia periode Januari-Mei 2015 mencapai US$ 2.342,81 juta atau turun 23,27% dibanding tahun 2014. Pada periode Januari- Mei 2015, ekspor Indonesia ke Saudi Arabia mencapai US$ 938,08 juta, sedangkan impor Indonesia dari Saudi Arabia sebesar US$ 1.404,73 juta, sehingga Indonesia defisit sebesar US$ 466,65 juta. 2. Pada periode Januari - Mei 2015 impor migas Indonesia turun 40,28 % dari US$ 1.922,24 juta tahun 2014, menjadi US$ 1.148,05 juta tahun 2015. Diluar komoditi migas, neraca perdagangan Indonesia dengan Saudi Arabia terlihat cukup baik. Ekspor non migas Indonesia ke Saudi Arabia pada periode Januari-Mei 2015 tercatat US$ 938,08 juta, atau naik 22,28 % dibandingkan tahun 2014. Sedangkan ekspor non migas Saudi Arabia ke Indonesia tercatat US$ 256,68 juta, sehingga Indonesia mencatatkan surplus US$ 681,41 juta. 3. Produk-produk yang diekspor Indonesia ke Saudi Arabia antara lain: kendaraan bermotor, plywood, palm oil, tekstil dan produk tekstil, suku cadang kendaraan, ban mobil, mesin-mesin listrik & perlengkapannya, kertas, bumbu2 masakan dan makanan olahan, dan lain-lain. Sedangkan produk-produk yang diekspor Saudi Arabia ke Indonesia antara lain: produk petrokimia dan plastik. C. Informasi Lainnya SASO menetapkan standar untuk mobil. Organisasi Standar, Metrologi dan Kualitas Saudi (SASO) telah mengarahkan produsen dan agen-agen mereka di Kerajaan Saudi Arabia untuk mengikuti peraturan keselamatan mobil baru secara ketat yang dipasarkan di Kerajaan awal 2017. Dalam sebuah pernyataannya, SASO menyatakan peraturan baru harus sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dalam regulasi teknis GCC 42 di bawah persyaratan khusus untuk mobil.

Selain persyaratan yang ada dibawah peraturan baru, kantong udara untuk penumpang di kursi depan termasuk pengemudi, sistem pengereman pintar anti-lock brakes, dan stabilitas elektronik merupakan beberapa persyaratan yang diusulkan dalam sistem baru. SASO menunjukkan ada lebih dari 480 standar Saudi yang meliputi 102 item yang terkait dengan ban dan suku cadang, di bawah regulasi teknis, sejalan dengan peraturan global negara-negara maju dalam industri otomotif. Pernyataan itu mengatakan, mulai 2017 tidak ada mobil yang diizinkan masuk ke dalam Kerajaan Saudi Arabia, kecuali telah memenuhi persyaratan ini. Dealer mobil harus mendukung impor mobil dengan sertifikat yang sesuai. Salah satu dealer mobil mengatakan: "Banyak kecelakaan kendaraan di Saudi Arabia berasal dari kekurangan produk yang tidak dapat diidentifikasi, tanpa metodologi ilmiah yang akurat. Dengan meningkatnya jumlah kendaraan di jalanan, dan masalah yang tidak dapat diperiksa secara konvensional, peraturan tersebut merupakan suatu keharusan. Peraturan itu akan meningkatkan keamanan kendaraan, terutama dalam meminimalisir kecelakaan terutama yang disebabkan oleh kendaraan dan spesifikasi yang cacat. Organisasi Standar, Metrologi dan Kualitas Saudi Arabia (SASO) baru-baru ini, menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan sejumlah besar produsen kendaraan ringan, menggunakan standar Corporate Average Fuel Economy (CAFE) Saudi Arabia. Tahap pertama CAFE Saudi Arabia, akan berlaku pada semua kendaraan ringan impor mulai Januari 2016. Saudi Arabia CAFE akan meningkatkan rata-rata ekonomis bahan bakar kendaraan ringan di seluruh Saudi Arabia 4% per tahun, dari tingkat 12 km per liter bahan bakar saat ini, menjadi lebih dari 19 km tahun 2025. Sekitar 12 juta kendaraan di jalanan Kerajaan Saudi Arabia setiap hari, mengkonsumsi 811.000 barel minyak, dan mencatat sekitar 23 % dari total konsumsi energi di negara ini. Menurut prakiraan, kendaraan ringan mencapai 82 persen dari semua mobil yang ada di jalanan, sedangkan kendaraan yang berumur lebih dari 20 tahun berjumlah 2,2 juta. Diprediksi jumlah kendaraan akan tumbuh melampaui 26 juta tahun 2030, dan konsumsi minyak harian naik menjadi 1.860.000 barel, maka harus dilakukan langkah-langkah peningkatkan efisiensi energi. Program Efisiensi Energi Nasional dari Pusat Efisiensi Energi Saudi Arabia menambahkan, telah bekerja sama dengan pihak terkait di seluruh Saudi Arabia, untuk efisiensi energi ke tingkat lebih rendah rendah di sektor transportasi.

Bahan bakar mobil ekonomis di Saudi Arabia sejauh 12 km per liter, dibandingkan dengan 13 km per liter di Amerika Serikat, 15 km per liter di Cina, dan 18 km per liter di Eropa. Hal ini akan berpengaruh terhadap ekspor Indonesia, dimana kendaraan bermotor memberikan devisa terbanyak untuk nilai ekspor Indonesia ke Saudi Arabia. (bth) Sumber : Laporan ITPC, Jeddah, Saudi Arabia, Agustus 2015