Rini Anggraeny 1, Wahiduddin 1, Rismayanti 1.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi Manado

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

Kata Kunci : Status Merokok, konsumsi alkohol, hipertensi

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

*Bidang Minat Epidemiologi *, Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

: Hipertensi, akohol dan obesitas.

Kata kunci: kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, hipertensi, laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU SENJA CERIA SEMARANG TAHUN 2013

ABSTRAK. Kata Kunci: Obesitas, Natrium, Hipertensi

ejurnal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

HUBUNGAN FAKTOR KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

MEROKOK, MENGKONSUMI ALKOHOL, DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI- LAKI PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS X NASKAH PUBLIKASI

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA MAHASISWA DI LINGKUP KESEHATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

Fakultas Farmasi, Universitas Jember Jln. Kalimantan No. 37 Jember RSD dr. Soebandi Jember korespondensi:

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

FAKTOR RISIKO RIWAYAT KELUARGA, STATUS GIZI DAN RIWAYAT DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATTINGALLOANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA KALI KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA TAHUN

ABSTRAK. Kata Kunci: Kebiasaan Merokok, Konsumsi Alkohol, Hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA TAHUN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

PENGARUH AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI DEWASA AWAL (18-40 TAHUN) DI WILAYAH PUSKESMAS BROMO MEDAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA DEWASA MUDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

Stikes Muhammadiyah Gombong

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Pada Lansia di Atas Umur 65 Tahun Factors Related with Hypertension on The Elderly over 65 Years

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

FAKTOR RISIKO POLA KONSUMSI NATRIUM KALIUM SERTA STATUS OBESITAS TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS LAILANGGA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

HUBUNGAN PERAN SERTA KADER POSYANDU DENGAN PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA SALAMREJO SENTOLO KULON PROGO

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK, AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGUTER

Kata Kunci : Kejadian hipertensi, perilaku konsumsi makanan, aktivitas fisik, riwayat keluarga

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Kata Kunci: Kejadian Hipertensi, Kebiasaan Merokok, Konsumsi Alkohol, Riwayat Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun Abstract

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

Transkripsi:

FAKTOR RISIKO AKTIVITAS FISIK, MEROKOK, DAN KONSUMSI ALKOHOL TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATTINGALLOANG KOTA MAKASSAR RISK FACTORS OF PHYSICAL ACTIVITY, SMOKING, AND ALCOHOL CONSUMPTION ON THE INCIDENCE OF HYPERTENSION IN ELDERLY IN THE REGION OF PATTINGALLOANG HEALTH CENTER IN MAKASSAR CITY Rini Anggraeny, Wahiduddin, Rismayanti Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (anggraenyrini@yahoo.co.id/082349357733, wahiduddinkamaruddin@gmail.com, risma_epi@yahoo.com) ABSTRAK Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang dominan terjadi di beberapa negara maju. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar risiko aktivitas fisik, merokok, dan konsumsi alkohol terhadap kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar Tahun 203. Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan desain penelitian case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia laki-laki berusia 45-59 tahun yang pernah berkunjung dan tercatat di Puskesmas Pattingalloang tahun 203. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia laki-laki berusia 45-59 tahun dan telah didiagnosis menderita hipertensi sebagai kelompok kasus dan tidak menderita hipertensi sebagai kelompok kontrol dengan perbandingan kasus dan kontrol : yang terdiri dari 72 kasus dan 72 kontrol. Pengolahan data menggunakan program SPSS dengan analisis data univariat dan bivariat dengan uji kemaknaan Odds Ratio pada CI 95%. Hasil analisis menunjukkan aktivitas fisik dengan OR=,57; 95% CI=0,8-3,03, merokok dengan OR=2; 95% Cl=0,73-2,76 dan konsumsi alkohol menunjukkan OR=0,79; 95% Cl=0,4-,54. Berdasarkan analisis dapat diketahui bahwa aktivitas fisik dan merokok merupakan faktor risiko yang tidak bermakna terhadap kejadian hipertensi pada lansia, sedangkan konsumsi alkohol bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi pada lansia.berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk melakukan olahraga dengan benar secara rutin, tetap menghindari kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol. Kata Kunci : Hipertensi, lansia, aktivitas fisik, merokok, dan konsumsi alkohol ABSTRACT Hypertension or high blood pressure is a health problem that dominantly occur in some developed countries. This research aimed to analyze how much physical activity, smoking, and alcohol consumption risk on the genesis of hypertension in elderly in Pattingalloang Community Health Centers Makassar City in 203. Type of this research is a survey research design with analytic case control. The sample population in this study were all the elderly men aged 45-59 years who have visited and recorded in Puskesmas Pattingalloang in 203. The sample in this research was elderly men aged 45-59 years old which divided to Group who have been diagnosed suffering hypertension as cases group and do not suffering hypertension as the control group with comparison of cases and controls : consists of 72 cases and 72 control. Data processed by using the SPSS program with Univariate and bivariat data analysis with Odds Ratio significance test was 95% on CI. Results of analysis showed that OR of physical activity =,57; 95% CI = 0,8-3,03, OR of smoking = 2; 95% Cl = 0,73-2,76 and OR of alcohol consumption = 0,79; 95% Cl = 0,4-,54. Based on analysis, we knew that physical activity and smoking are not significant risk factors against incident hypertension on elderly, meanwhile, alcohol consumption is a not significant protective factor against incident hypertension on elderly. Based on this research results, elderly are advised to do a proper sports, avoid smoking habit and consuming alcohol. Keywords: hypertension, elderly, physical activity, smoking, and alcohol consumption

PENDAHULUAN Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang dominan terjadi di beberapa negara maju. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 20, pada tahun 2025 diperkirakan akan ada satu miliar penduduk dunia menderita hipertensi. Dua pertiga jumlah itu tinggal di negara berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarkan data Statistik Kesehatan Dunia WHO tahun 202, hipertensi menyumbang 5% kematian akibat stroke dan 45% kematian akibat jantung koroner (Kompas, 203). Prevalensi hipertensi di Indonesian berdasarkan data Riskesdas (2007) adalah 3,7% atau dari 3 orang mengalami hipertensi. Namun, 75% penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi. Mereka baru menyadari jika telah terjadi komplikasi. Di Indonesia, ancaman hipertensi tidak boleh diabaikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan jumlah penderita hipertensi yang setiap waktu semakin bertambah (Depkes, 2009). Prevalensi hipertensi di Sulawesi Selatan menurut Riskesdas tahun 2007 meningkat berdasarkan kelompok umur yaitu pada kelompok umur 45-54 tahun prevalensi hipertensi yaitu 38,3%, pada kelompok umur 55-64 tahun prevalensi hipertensi yaitu 47,8%, pada kelompok umur 65-74 tahun prevalensi hipertensi yaitu 52,7%, dan pada kelompok umur 75 tahun prevalensi hipertensi yaitu 53,5%. Semakin bertambahnya umur maka prevalensi hipertensi juga semakin meningkat (Depkes, 2009). Data Dinas Kesehatan Kota Makassar menunjukkan jumlah kasus baru di kota Makassar pada tahun 20 sebanyak 3.803 kasus. Tahun 20 kasus hipertensi meningkat menjadi 25.332 kasus. Kemudian pada tahun 202 kasus hipertensi turun menjadi 2.298 kasus. Pada tahun 202, kasus hipertensi tertinggi di Makassar berada di Puskesmas Pattingalloang yaitu sebanyak 5.032 kasus. Adapun kelompok umur yang menderita hipertensi tertinggi yaitu 45 tahun. Dilihat dari data penderita hipertensi pada kelompok umur 45 tahun di Puskesmas Pattingalloang selama tiga tahun berturut-turut terus mengalami peningkatan yaitu pada tahun 20 sebanyak 2.325 kasus, tahun 20 sebanyak 2.769 kasus, dan pada tahun 202 sebanyak 4.286 kasus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa melakukan olahraga berhubungan erat dengan penurunan tekanan darah. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Mannan (203) yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang kurang berisiko 2,67 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan yang sering beraktivitas fisik/olahraga. Itu berarti bahwa olahraga dapat membantu menurunkan tekanan darah. Merokok dapat merusak dinding pembuluh darah dan

mempercepat proses pengerasan pembuluh darah arteri. Penelitian oleh Mannan (203) menunjukkan bahwa perilaku merokok berisiko 2,32 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan yang tidak merokok. Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan semakin banyak alkohol yang diminum maka tekanan darah juga akan semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar risiko aktivitas fisik, merokok, dan konsumsi alkohol terhadap kejadian hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pattingalloang Kelurahan Pattingalloang Baru Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar pada bulan November 203 Februari 204. Jenis penelitian yang digunakan penelitian survei analitik dengan desain penelitian case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia laki-laki berusia 45-59 tahun yang pernah berkunjung dan tercatat di Puskesmas Pattingalloang tahun 203 sebanyak 876 orang. Penarikan sampel kasus menggunakan metode exhaustive sampling, sedangkan sampel kontrol menggunakan metode simple random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia laki-laki berusia 45-59 tahun dan telah didiagnosis menderita hipertensi sebagai kelompok kasus dan tidak menderita hipertensi sebagai kelompok kontrol serta tercatat di Puskesmas Pattingalloang tahun 203. Besar sampel keseluruhan untuk kasus dan kontrol adalah 44 orang ( kasus : kontrol). Pengolahan data menggunakan program SPSS dengan analisis data univariat dan bivariat dengan uji kemaknaan Odds Ratio pada Cl 95%. Penyajian data disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Distribusi responden berdasarkan tempat tinggal menunjukkan bahwa paling banyak terdapat pada Kelurahan Pattingalloang yaitu sebanyak 6 orang (42,4%), sedangkan paling sedikit terdapat pada Kelurahan Camba Berua yaitu sebanyak 20 orang (%). Distribusi responden berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa paling banyak terdapat pada kelompok umur 45-46 tahun yaitu sebanyak 26 orang (8,%), sedangkan paling sedikit terdapat pada kelompok umur 55-56 dan 57-58 yaitu masing-masing sebanyak orang (7,6%). Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa paling banyak pada tingkat SD yaitu sebanyak 69 orang (47,9%), sedangkan paling sedikit pada tingkat PT yaitu sebanyak 6

orang (4,2%). Distribusi responden berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa paling banyak adalah wiraswasta yaitu sebanyak 78 orang (54,2%), sedangkan paling sedikit adalah petani yaitu orang (0,7%) (Tabel ). Hasil analisis variabel aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi pada lansia menunjukkan distribusi responden yang tidak olahraga atau olahraga < 3 kali seminggu sebanyak 37 orang (5%) menderita hipertensi dan 29 orang (40,3%) tidak menderita hipertensi. Sedangkan responden yang olahraga 3 kali seminggu sebanyak 38 orang (52,8%) menderita hipertensi dan 42 orang (58,3%) tidak menderita hipertensi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai OR=,57 dengan nilai Lower Limit dan Upper Limit mencakup angka yaitu 0,8-3,03. Hal ini berarti bahwa aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang tidak bermakna terhadap kejadian hipertensi (Tabel 2). Hasil analisis variabel merokok terhadap kejadian hipertensi pada lansia menunjukkan distribusi responden yang merokok 20 batang perhari sebanyak 32 orang (44,4%) menderita hipertensi dan 26 orang (36,%) tidak menderita hipertensi. Sedangkan responden yang tidak pernah merokok atau merokok < 20 batang perhari sebanyak 40 orang (55,6%) menderita hipertensi dan 46 orang (63,9%) tidak menderita hipertensi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai OR=2 dengan nilai Lower Limit dan Upper Limit mencakup angka yaitu 0,73-2,76. Hal ini berarti bahwa merokok merupakan faktor risiko risiko yang tidak bermakna terhadap kejadian hipertensi (Tabel 2). Hasil analisis variabel konsumsi alkohol terhadap kejadian hipertensi pada lansia menunjukkan distribusi responden yang mengonsumsi alkohol 3 gelas sebanyak 38 orang (52,8%) menderita hipertensi dan 42 orang (58,3%) tidak menderita hipertensi. Sedangkan responden yang tidak mengonsumsi atau mengonsumsi < 3 gelas sebanyak 34 orang (47,2%) menderita hipertensi dan 30 orang (4,7%) tidak menderita hipertensi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai OR=0,79 dengan nilai Lower Limit dan Upper Limit mencakup angka yaitu 0,4-,54. Hal ini berarti bahwa konsumsi alkohol merupakan faktor protektif yang tidak bermakna terhadap kejadian hipertensi (Tabel 2). Pembahasan Tekanan darah akan meningkat ketika sedang melakukan aktivitas fisik. Tetapi jika seseorang melakukan aktivitas fisik secara teratur akan lebih sehat dan tekanan darahnya akan lebih rendah daripada seseorang yang tidak melakukan aktivitas fisik (Beavers, 2002). Selain itu,

aktivitas fisik yang kurang cenderung membuat seseorang mengalami kegemukan dan akan menaikkan tekanan darah (Suiraoka, 202). Aktivitas fisik yang dilakukan secara tepat dan teratur, serta frekuensi dan lamanya waktu yang digunakan dengan baik dan benar dapat membantu menurunkan tekanan darah. Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah meskipun hanya menggunakan sedikit usaha. Semakin ringan kerja jantung, maka semakin sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri sehingga mengakibatkan tekanan darah menjadi turun. Kebanyakan olahraga dilakukan pada pagi hari setelah subuh karena udaranya masih bersih. Beberapa studi menunjukkan bahwa olahraga yang dilakukan secara rutin dan teratur dapat mengurangi faktor risiko terhadap penyakit jantung koroner, termasuk hipertensi (Simamora, 202). Aktivitas fisik pada penelitian ini diukur dengan cara menanyakan kepada responden mengenai jenis, frekuensi, dan lama waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas fisik. Dikatakan risiko tinggi jika responden tidak olahraga atau olahraga < 3 kali seminggu dan dikatakan risiko rendah jika responden olahraga 3 kali seminggu. Pada penelitian ini diketahui bahwa kebanyakan lansia melakukan aktivitas fisik. Tetapi masih banyak juga lansia yang melakukan aktivitas fisik kurang dari 30 menit perhari. Lansia yang tidak melakukan aktivitas fisik berisiko,57 kali menderita hipertensi dibanding lansia yang melakukan aktivitas fisik, tetapi tidak bermakna. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Rahajeng dan Tuminah (2009) berdasarkan aktivitas fisik, proporsi responden yang kurang aktivitas fisik pada kelompok hipertensi ditemukan lebih tinggi (42,9%) daripada kelompok kontrol (4%), dan risiko aktivitas fisik ini secara bermakna ditemukan sebesar,02 kali dibandingkan yang cukup aktivitas fisik. Selain itu, penelitian Lewa, dkk (20), mengatakan bahwa lansia yang tidak melakukan aktivitas fisik akan meningkatkan risiko kejadian hipertensi sistolik terisolasi sebesar 2,33 kali lebih besar dibandingkan dengan lansia yang melakukan aktivitas fisik dan bermakna. Hasil penelitian ini menemukan bahwa aktivitas fisik bukan merupakan faktor risiko kejadian hipertensi pada lansia, namun tetap diharapkan untuk rutin melakukan aktivitas fisik karena apabila dilakukan secara tepat dan teratur serta frekuensi dan lamanya waktu yang digunakan dengan baik dan benar maka dapat menurunkan tekanan darah.

Rokok memiliki kandungan 4.000 racun kimia yang berbahaya. Adapun bahan utama dari rokok terdiri dari 3 zat, yaitu: nikotin, tar, dan karbon monoksida. Nikotin dalam tembakau dapat menyebabkan tekanan darah segera meningkat setelah hisapan pertama. Seseorang yang merokok lebih dari satu pak rokok sehari akan 2 kali lebih rentan terkena hipertensi daripada mereka yang tidak merokok. Selain dari lamanya merokok, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang yang merokok lebih dari satu pak rokok sehari akan 2 kali lebih rentan terkena hipertensi daripada mereka yang tidak merokok (Manik, 20). Merokok pada penelitian ini diukur dengan cara menanyakan kepada responden mengenai umur pertama kali merokok, jumlah rokok yang dihisap perhari, dan lama merokok. Dikatakan risiko tinggi jika responden merokok 20 batang perhari dan dikatakan risiko rendah jika responden tidak merokok atau merokok < 20 batang perhari. Dampak merokok akan terasa setelah -20 tahun. Usia dari responden dalam penelitian ini adalah 45-59 tahun sehingga kebanyakan lama merokoknya lebih dari tahun. Akan tetapi pada penelitian ini diketahui bahwa kebanyakan lansia yang merokok tetapi tidak menderita hipertensi. Selain itu, lebih banyak lansia yang merokok < 20 batang perhari. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa lansia yang merokok berisiko 2 kali menderita hipertensi dibanding lansia yang tidak merokok, tetapi tidak bermakna. Hasil penelitian ini sejalan penelitian Sarasaty (20) menunjukkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,656 yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara merokok dengan kejadian hipertensi. Tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Rahajeng dan Tuminah (2009) menunjukkan bahwa risiko perilaku pernah merokok secara bermakna ditemukan sebesar, kali dibandingkan yang tidak pernah merokok. Selain itu, penelitian Irza (2009) menyatakan bahwa risiko untuk menderita hipertensi bagi perokok adalah 6,9 kali lebih besar dibandingkan dengan yang buka perokok. Perilaku merokok pada penelitian ini bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi pada lansia. Meski demikian, perilaku merokok merupakan perilaku yang harus dihindari karena rokok memiliki kandungan 4.000 racun kimia berbahaya yang dapat mengancam nyawa seseorang. Salah satu bahan utama dari rokok adalah nikotin yang dapat menyebabkan tekanan darah segera meningkat setelah hisapan pertama.

Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah akan menjadi kental sehingga jantung akan dipaksa bekerja lebih kuat lagi agar darah yang sampai ke jaringan mencukupi (Komaling dan Wongkar, 203). Konsumsi alkohol diakui sebagai salah satu faktor penting yang memiliki hubungan dengan tekanan darah. Semakin banyak alkohol yang diminum, maka semakin tinggi pula tekanan darah peminumnya. Mengonsumsi tiga gelas atau lebih minuman beralkohol perhari dapat meningkatkan risiko menderita hipertensi sebesar dua kali (Bustan, 2007). Meminum minuman beralkohol secara berlebihan dapat merusak jantung dan organ-organ lainnya. Konsumsi alkohol pada penelitian ini diukur dengan cara menanyakan kepada responden mengenai jumlah alkohol yang diminum dan seberapa sering responden minum alkohol. Dikatakan risiko tinggi jika responden mengonsumsi alkohol 3 gelas dan dikatakan risiko rendah jika responden tidak mengonsumsi alkohol atau mengonsumsi alkohol < 3 gelas. Diketahui lebih banyak responden yang mengonsumsi alkohol tetapi tidak menderita hipertensi. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui konsumsi alkohol bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi pada lansia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Irza (2009) yang menyatakan bahwa konsumsi alkohol tidak berpengaruh terhadap timbulnya penyakit hipertensi. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai signifikansi yang hampir mendekati. Hal ini disebabkan karena dari seluruh subjek yang diteliti dan mengonsumsi alkohol tidak satupun yang menderita hipertensi. Sedangkan hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Rahajeng dan Tuminah (2009) yang menunjukkan bahwa risiko hipertensi bagi mereka yang mengonsumsi alkohol ditemukan bermakna, yaitu,2 kali. Konsumsi alkohol pada penelitian ini bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi pada lansia, namun tetap diharapkan untuk tidak mengonsumsi alkohol karena alkohol bagi tubuh diartikan sebagai racun. Meminum alkohol yang berlebih tidak hanya meningkatkan tekanan darah, tetapi dapat juga menaikkan berat badan. KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa lansia yang tidak melakukan aktivitas fisik berisiko,57 kali menderita hipertensi dibanding lansia yang melakukan aktivitas fisik, tetapi tidak bermakna. Lansia yang merokok berisiko 2 kali menderita hipertensi dibanding lansia yang tidak merokok, tetapi tidak bermakna, sedangkan konsumsi alkohol bukan merupakan faktor

risiko terhadap kejadian hipertensi pada lansia. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk melakukan olahraga dengan benar secara rutin 3-4 kali seminggu minimal 30 menit dengan sifat kontinyu dan mempunyai kekuatan tertentu sesuai tujuan olahraga yang dilakukan, tetap menghindari kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol karena beberapa penelitian juga telah membuktikan bahwa merokok dan konsumsi alkohol merupakan faktor risiko hipertensi. DAFTAR PUSTAKA Admin, 203, 'Tahun 2025, 30 Persen Penduduk Dunia Hipertensi', [online], http://tekno.kompas.com/read/203/04/05/040945/tahun.2025.30.persen.penduduk.duni a.hipertensi, [diakses 22 September 203] Beavers, D. G., 2002, Tekanan darah, Dian Rakyat, Jakarta. Bustan, M. N., 2007, Epidemiologi penyakit menular, Rineka Cipta, Jakarta. Depkes RI, 2009, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. Dinkes Kota Makassar, 202, Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 202, Makassar. Irza, S, 2009, 'Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat', Skripsi Universitas Sumatera Utara. Lewa, A. F., Pramantara, I. D. P., & Rahayujati, T. B., 20, 'Faktor Risiko Hipertensi Sistolik Terisolasi pada Lanjut Usia', Berita Kedokteran Masyarakat, Vol 26 No.4, hal. 7-78. Komaling, J. K., Suba, B., & Wongkar, D., (203), Hubungan Mengonsumsi Alkohol dengan Kejadian Hipertensi pada Laki-laki Di Desa Tompasobaru II Kecamatan Tompasobaru Kabupaten Minahasa Selatan, ejurnal Keperawan (e-kp, Vol No.. Manik, M. E., (20), Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Pematangsiantar Tahun 20, Universitas Sumatera Utara, [online], http://repository.usu.ac.id/handle/23456789/3642 [ diakses 3 November 203]. Mannan, H., 203, 'Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 202' Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar. Rahajeng, E., & Tuminah, S., 2009, 'Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia', Majalah Kedokteran Indonesia, Vol 59 No. 2. Sarasaty, R. F., 20, 'Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan', Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, [online],

http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/rinawang%20jadi.pdf, [diakses 06 September 203]. Simamora, J. P., (202), Pengaruh Karakteristik dan Gaya Hidup Kelompok Dewasa Madya Terhadap Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan, Tesis Universitas Sumatera Utara., [online], http://repository.usu.ac.id/handle/23456789/35690, [diakses 3 November 203]. Suiraoka, I., (202), Penyakit degeneratif, Nuha Medika, Yogyakarta.

LAMPIRAN Tabel. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar Kejadian Hipertensi Karakteristik Total Kasus Kontrol Responden n % n % n % Tempat Tinggal Pattingalloang Pattingalloang Baru Cambaya Camba Berua 28 9 5 38,9 26,4 20,8 33 2 22 5 45,8 6,7 30,6 6,9 6 22 4 20 42,4 5,3 28,5 Kelompok Umur 45-46 47-48 49-50 5-52 53-54 55-56 57-58 59-60 3 5 7 9 9 6 3 8, 6,9 9,7 2,5 2,5 8,3 8, 3 4 9 2 5 9 8, 9,4 2,5 2,8 6,9 2,5 26 9 20 7 8 22 8, 3,2,8 2,5 7,6 7,6 5,3 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah 7 9,7 9 2,5 6, SD 34 47,2 35 48,6 69 47,9 SMP 5 20,8 4 9,4 29 20, SMA 3 8, 5,3 24 6,7 PT 3 4,2 3 4,2 6 4,2 Pekerjaan Wiraswasta 39 8 Nelayan Buruh Tidak bekerja Tukang becak/bentor Pensiunan PNS Petani Sumber: Data Primer, 204 2 54,2, 2,4 39 3 4 4 0 54,2 8, 5,6 5,6 0,0 78 2 20 4 5 3 2 54,2 4,6 9,7 3,5 2, 0,7

Tabel 2. Distribusi Besar Risiko Variabel Independen Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar Variabel Independen Aktivitas Fisik Risiko Tinggi Risiko Rendah Merokok Risiko Tinggi Kejadian Hipertensi Total Kasus Kontrol n % n % n % 37 35 32 40 Risiko Rendah Konsumsi Alkohol Risiko Tinggi 38 Risiko Rendah 34 Sumber: Data Primer, 204 5 48,6 44,4 55,6 52,8 47,2 29 43 26 46 42 30 40,3 59,7 36, 63,9 58,3 4,7 66 78 58 86 80 64 45,8 54,2 40,3 59,7 55,6 44,4 OR Cl 95% (LL-UL),57 0,8-3,03 2 0,73-2,76 0,79 0,4-,54