BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tuntutan ini wajar karena selama ini dirasakan BUMN dikelola secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. umumnya kecurangan berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan merupakan bentuk penipuan yang sengaja dilakukan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengkhawatirkan timbulnya kecurangan (fraud) di lingkungan organisasi atau

BABI PENDAHULUAN. penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian BUMN (2010), BUMN sebagai badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. mencemaskan keadaan yang akan terjadi selanjutnya, jika unsur-unsur pembentuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate

BAB I PENDAHULUAN. negara, rusaknya moril karyawan serta dampak-dampak negatif yang lainnya

BAB I PENDAHULUAN. terasa lama,koran-koran dipenuhi dengan perincian baru tentang skandal akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar negeri (Teguh Haryono, 2012). Bank harus memberi prioritas

BAB I PENDAHULUAN. Tabloid Opini Edisi 11, Juli 2005 tentang Korupsi BUMN menuliskan

BAB I PENDAHULUAN. Audit internal sebagai suatu cara yang digunakan untuk mencegah fraud

BAB I PENDAHULUAN. keputusan yang tepat. Tujuan laporan keuangan memberikan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya fraud atau kecurangan. Fraud atau kecurangan tersebut, selain memberi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak publik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dewasa ini merupakan hasil dari proses

1 BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wilopo (2006) kasus fraud (kecurangan) di Indonesia terjadi secara

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud )

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini masuk sebagai lima (5) besar predikat negara

BAB I PENDAHULUAN. segala jenis kejahatan yang semakin merajalela. Tidak hanya kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap perusahaan agar dapat going concern demi kelangsungan usaha bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan manusia yang hedonisme. Sifat hedonisme tersebut telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraud merupakan topik yang hangat dibicarakan di kalangan praktisi maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Adapun alat pengendali pada organisasi adalah metode-metode yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah yang dihadapi para pelaku usaha semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang kian pesat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berkembang dengan pesat telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2016 lalu kasus kecurangan yang terungkap oleh KPK yaitu Kasus Korupsi

Pengaruh Keahlian Dan Kecermatan Profesional Auditor Internal Terhadap Efektifitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern

KECURANGAN (FRUD) PADA BANK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kompleks. Keadaan ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan terhadap kinerja perusahaan (Wardhini, 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun ini. Menghadapi MEA, keberadaan dan

MENDISAIN MEKANISME WHISTLEBLOWER YANG SESUAI UNTUK ORGANISASI ANDA

BAB 1 PENDAHULUAN. menentu, hal ini dikarenakan ketidakpastian keadaan politik dan perekonomian dalam

BAB I PENDAHULUAN. pula praktik kejahatan dalam bentuk kecurangan (fraud) ekonomi. Jenis fraud

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan laporan keuangan kecurangan Report To The Nation : On

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tuanakotta (2010: 106) terdapat tiga sikap dan tindak-pikir yang selalu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nepotisme, dan penggelapan lainnya, sehingga dalam proses verifikasi secara

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan telah berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. penyebab terjadinya fraud. Lebih jauh lagi, dalam teori segitiga fraud yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi memicu para pelaku bisnis dan ekonomi untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi operasional, dan dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang digariskan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang pesat pada dunia usaha sangat berpengaruh terhadap

Total % 2.9% 3.5%

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi terutama globalisasi ekonomi telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan ekonomi agar tetap eksis dalam persaingan. Keadaaan ini menuntut

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke kantor pajak untuk tahun

BAB I PENDAHULUAN. Istilah fraud (kecurangan) sering kita jumpai baik di lingkungan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, tidak terkecuali BUMN. Para pelaku bisnispun dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. harus memiliki akar dan memiliki nilai-nilai luhur yang menjadi dasar bagi etika

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lingkup aktivitas perusahaan-perusahaan yang merupakan tulang

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholder. Media yang paling utama untuk menarik para stakeholder dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi ekonomi dan kemajuan teknologi telah mendorong kompetisi yang

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sebagai mana yang

BAB I PENDAHULUAN. Mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, auditor mendapat sorotan publik akibat kasus-kasus yang

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan yang harus dikelola dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif, komite audit juga memerlukan fungsi audit internal. (Konsorsium

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Priantara(2013:2) Fraud. VOC mengalami penurunan sehingga dijuluki dengan Vergaan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat

BAB I PENDAHULUAN. Albrecht et al., (2014) menyatakan bahwa kecurangan (fraud) melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup masyarakat, hal ini seiring dengan tujuan pembangunan yang tertuang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan penelitian Corruption Perception Index (CPI) tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat pengembalian investasi yang tinggi kepada pemegang saham

pemisahan tugas, pengendalian akuntansi juga masih lemah dan biasanya ada kepercayaan yang besar dari pemilik kepada karyawannya. Orang-orang yang mel

BAB I PENDAHULUAN. semua organisasi di setiap negara, di sektor industri apapun, termasuk sektor

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan pusat perhatian pada penilaian atas keakuratan angka-angka keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelewengan dan penyalahgunaan yang terjadi terhadap aset-aset yang

BAB I PENDAHULUAN. fenomenal baik di negara berkembang maupun negara maju. Fraud ini hampir

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan kecurangan (fraud) mengingat bahwa manajemen senior

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat, terutama perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terpuji dan menimbulkan banyak kerugian bagi pihak pihak yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. kunjungan wisata yang biasa disebut Indonesian Visit Salah satu efek

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan-persaingan diantara perusahaan, sehingga perlu pemikiran yang makin

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Longenecker, Moore & Petty (2001) perusahaan yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar-besaran dalam bidang sosial politik dan ekonomi. Hal inilah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dalam era globalisasi saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan hukum dan perundang-undangan. peluang, dan rasionalisasi yang disebut sebagai fraud triangle.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena globalisasi ekonomi yang terjadi pada saat ini memberikan kesadaran agar dapat mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia. Tuntutan ini wajar karena selama ini dirasakan BUMN dikelola secara kurang transparan dan kurang profesional, sehingga jauh dari prinsip good corporate governance. BUMN diharapkan sebagai penggerak pembangunan ekonomi yang dapat meningkatkan penerimaan negara. Kinerja BUMN ini belum optimal dalam pengelolaannya sehingga tidak sebanding dengan besarnya aset yang dimilikinya. Sebagai entitas bisnis, peran BUMN dirasakan cukup dominan, jumlahnya yang mencapai ratusan perusahaan dan asetnya yang secara total mencapai ratusan triliun rupiah dengan lingkup usaha yang rata-rata dapat digolongkan strategis. Oleh karena hal itu tidak heran BUMN menjadi sorotan masyarakat. Di Indonesia, perusahaan swasta maupun BUMN, belum sepenuhnya memenuhi atau menganut prinsip good corporate governance. Masih terdapat banyak kesalahan yang ada pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, terutama dalam prinsip akuntabilitas yang sangat rendah karena tidak adanya transparansi. Kemandekan dalam pelaksanaan audit terhadap aset negara tidak dikelola dengan transparan, tidak terdapat penyajian data yang rinci ke publik, sehingga sering menyebabkan mark up maupun kebocoran dana pada tingkat birokrat. Sejak tahun 2005 hingga 2011, BPK telah merekomendasikan penyelesaian kerugian negara terhadap BUMN

2 (termasuk anak perusahaan) sebesar Rp20.397.233.650.000,00. Laporan KPK tahun 2011 juga menyebutkan bahwa sejak tahun 2004 sampai dengan 2011 terdapat pengaduan terhadap BUMN/BUMD sebanyak 36,001 kasus. Praktik kecurangan di BUMN ini pada akhirnya menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan mengurangi efisiensi BUMN. (www.bpk.go.id) Salah satu kasus fraud asset misappropriation yang menimpa BUMN di Indonesia adalah kasus yang menimpa PT Barata Indonesia (Persero). Kasus ini dilakukan oleh Mahyudin Harahap (Direktur Pemberdayaan Keuangan dan SDM PT Barata Indonesia) yang diduga menjual aset negara berupa tanah bersama dengan Ir Harsusanto (Dirut PT Barata Indonesia) dan Shindo Sumidomo. Penjualan aset ini terjadi pada tahun 2003-2005 lalu. Penjualan tersebut dinilai bertentangan dengan, di antaranya, UU RI No 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan Kepmen Keuangan Nomor 89/KMK.013/1991 tentang Pemindahan Aktiva Tetap BUMN. KPK memaparkan, tindak pidana korupsi kasus ini dilakukan dengan dengan cara menurunkan Nilai Jual Objek Pajak tanah milik PT Barata yang berlaku tahun 2004. Tanah yang dijual berlokasi di Surabaya, Jawa Timur. Diungkapkan, harga tanah yang seharusnya mencapai Rp 132 miliar kemudian dijual kepada swasta dengan harga hanya sekitar Rp 82 miliar. Perbuatan ini dinilai memperkaya pihak tim taksasi penjualan aset sebesar Rp 894 juta lebih dan Shindo Sumidomo dari PT Cahaya Surya Unggul Tama sebesar Rp 21,770 miliar. Negara pun dirugikan hingga Rp 22,690 miliar lebih. (www.merdeka.com). Fraud asset misappropriation juga terjadi pada PT Kereta Api Indonesia yang dilakukan oleh humas perusahaan tersebut, yaitu (1) adanya penjualan aset perusahaan berupa gerbong kuno dimana hasil penjualan masuk ke kantung

3 pribadi; (2) Pengalihfungsian aset milik perusahaan berupa tanah menjadi milik pribadi, selain itu di Lampung tanah milik perusahaan beralih menjadi pusat perbelanjaan (Sry Ayu, 2012). Kasus lain yang terjadi adalah pada PT Bank Negara Indonesia (BNI) 1946, yang baru terungkap tahun 2013 ini, yaitu terjadinya pembobolan pada bank tersebut. Kejadian ini bermula pada tahun 2001, Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali menempatkan dana sebesar Rp 195 milyar di BNI cabang Radio Dalam, Jakarta Selatan. Agus Salim selaku Kepala Cabang BNI Radio lantas memindahbukukan dana tersebut ke rekening Faisal A sebesar Rp 50 milyar dan ke rekening Dedy Suryawan sebesar Rp 145 milyar. Akibat perbuatan ketiganya, negara dalam hal ini PT BNI Cabang Radio Dalam, telah dirugikan sebesar Rp 50 miliar. (www.detik.com) Beberapa kasus fraud yang terjadi pada pada BUMN dan instansi pemerintahan di Indonesia dapat ditampilkan seperti dalam tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Kasus Fraud di Indonesia Sumber: Gusnardi (2012)

4 Fraud merupakan perbuatan yang dilakukan oleh orang yang berada di dalam organisasi untuk mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri atau sekelompok orang. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Hiro (2006: 32) yang mendefinisikan fraud sebagai suatu susunan ketidakberesan dan perbuatan ilegal yang merupakan suatu muslihat yang dilakukan untuk keuntungan atau kerugian organisasi, yang dilakukan oleh orang di luar atau orang di dalam organisasi. Menurut The Association Certified Fraud Examiners (2012), fraud dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu fraudulent financial reporting atau fraud laporan keuangan, fraud assets misappropriation atau penyalahgunaan asset, dan corruption atau korupsi. Fraudulent financial reporting merupakan fraud yang dilakukan oleh manajemen atau pengelola perusahaan dalam bentuk salah saji material atas laporan keuangan yang merugikan stakeholders khususnya investor, kreditor atau otoritas perpajakan. Fraud assets misappropriation merupakan fraud yang terbagi dalam fraud kas dan fraud non kas. Sedangkan korupsi merupakan fraud yang dapat dibedakan ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery), pemberian ilegal (illegal gratuity), dan pemerasan (economic extortion). Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2012) dalam Report To The Nation disebutkan bahwa fraud assets misappropriation adalah skema fraud yang paling tinggi yang terjadi pada 94 Negara. Pernyataan tersebut dapat tergambar dalam tabel sebagai berikut:

5 Tipe Fraud Asset Misappropriation Tabel 1.2 Jumlah Kerugian dan Persentase fraud tahun 2008-2012 2008 2010 2012 US Dollar % US Dollar % US Dollar % $ 150.000 88.7 $ 135.000 86.3 $ 120.000 86.7 Corruption $375.000 26.9 $ 250.000 32.6 $ 250.000 33.4 Fraudulent Financial Statement $2.000.000 10.3 $ 4.100.000 4.6 $ 1.000.000 7.6 Sumber: ACFE Report to Nations tahun 2012 Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh ACFE tersebut, fraud assets misappropriation adalah sebuah penyimpangan yang paling umum dilakukan yaitu mencapai 86,7% kasus dengan menyebabkan kerugian rata-rata sebesar $ 120.000. Penyimpangan selanjutnya adalah fraudulent financial statement, kasus ini sebesar 7,6% dari penipuan dalam penelitian yang dilakukan ACFE, akan tetapi menyebabkan kerugian rata-rata lebih dari $ 1.000.000 atau yang paling besar nilai kerugian yang dihasilkannya oleh penyimpangan tersebut, sedangkan penyimpangan terakhir adalah corruption yang hanya memiliki kasus kurang dari lebih 33,4% dan menyebabkan kerugian rata-rata $ 250.000 (ACFE: 2012). Selain itu ada penelitian yang dilakukan oleh Indonesia, yang bertujuan untuk mengetahui kasus-kasus yang sering terjadi di Indonesia seperti ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 1.3 Jenis-Jenis fraud di Indonesia Jenis-jenis fraud Persentase kecurangan Pencurian Data 2,4% Fraud Assets Misappropriation 43% Fraudulent Financial Reporting 24,3% Penipuan Atas Jasa Perbankan Online 30,3% Sumber : Jurnalakuntansikeuangan.com (2011)

6 Dari hasil penelitian di atas penyimpangan yang terbesar yaitu fraud assets misappropriation sebesar 43%, penggelapan ini dilakukan oleh baik individu maupun kelompok, dan penyimpangan kedua adalah fraudulent financial reporting. Penyimpangan terhadap laporan keuangan bisa seperti penyimpangan cek yang dialami oleh perusahaan biasanya terkait erat dengan tindak penggelapan oleh pegawai (www.jurnalakuntansikeuangan.com: 2011). Dalam penelitian yang dilakukan oleh KPMG (Klynveld, Peat, Marwick & Goerdeler) pada tahun 2010 mengenai cara-cara yang paling efektif dalam mendeteksi terjadinya fraud atau penyimpangan adalah sebagai berikut: Tabel 1.4 Pendetektesian Fraud Cara-cara mengatasi fraud Tingkat persentasenya Internal audit 47% Anonymous call / letter 38% Others (please specify) 27% Whistle-blower hotline 26% By accident 24% Data analytics (trends) 21% IT controls 13% Statutory audit 5% Sumber: KPMG in India s Fraud Survey 2010 Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh KPMG (Klynveld, Peat, Marwick & Goerdeler) pada tahun 2010 tersebut, auditor internal mendapat persentase yang paling tinggi yaitu sebesar 47%, sehingga dapat diketahui bahwa audit internal merupakan bagian integral di dalam suatu organisasi yang paling efektif untuk mendeteksi fraud. Audit internal adalah salah satu perangkat yang diyakini dapat mendeteksi dan mencegah fraud dalam suatu organisasi, karena tanggung jawab auditor internal adalah untuk membantu manajemen mencegah, mendeteksi,

7 menginvestigasi dan melaporkan fraud. (SIAS no 3:1993). Audit internal juga merupakan bagian penting dari struktur tata kelola organisasi perusahaan. Pentingnya ini disorot oleh Institute of Internal Auditor (IIA) P r a c t i c e A d v i s o r y 2130 1 pada peran auditor internal dalam budaya etis suatu organisasi, yang menekankan bahwa auditor internal harus mengambil peran aktif dalam mendukung budaya etis organisasi dan dengan cara ini dapat membantu mendeteksi penyalahgunaan aset organisasi (IIA, 2004). Profesionalisme merupakan suatu kredibilitas dan profesionalisme pada auditor internal yang merupakan salah satu kunci sukses dalam menjalankan perusahaan. Sikap profesionalisme akan meningkat dengan sendirinya seiring dengan perkembangan sikap mental dari auditor internal itu sendiri dalam melakukan pekerjaannya. Dengan adanya sikap profesionalisme auditor internal yang handal diharapkan dapat mengambil langkah untuk mengantisipasi setiap tindakan penyimpangan yang mungkin terjadi masa yang akan datang dan mengungkapkannya dalam temuan audit. Saran dan sikap korektif dari auditor internal akan sangat membantu untuk mencegah kejadian penyimpangan terulang lagi dalam perusahaan dan menjadi bahan penindakan bagi karyawan yang melakukan penyimpangan. Selain itu untuk meningkatkan kualitas peran internal auditor diperlukan kemampuan profesional yaitu kemampuan individu dalam melaksanakan tugas, yang berarti kualifikasi personalia yang sesuai dengan bidang tugas internal audit dan berkaitan dengan kemampuan profesionalnya dalam bidang audit serta penguasaan atas bidang operasional terkait dengan kegiatan perusahaan (Bachtiar Asikin, 2006).

8 Auditor internal juga dituntut untuk waspada terhadap setiap hal yang menunjukkan adanya kemungkinan fraud, yang mencakup identifikasi titik-titik kritis terhadap kemungkinan terjadinya fraud dan penilaian terhadap sistem pengendalian yang ada, dimulai sejak lingkungan pengendalian hingga pemantauan terhadap penerapan sistem pengendalian. Seandainya terjadi fraud, auditor internal bertanggung jawab untuk membantu manajemen mencegah fraud dengan melakukan pengujian dan evaluasi keandalan dan efektifitas dari pengendalian, seiring dengan potensi risiko terjadinya fraud dalam berbagai segmen (Modul Fraud Auditing yang dikeluarkan oleh Pusdiklatwas BPKP tahun 2008). Status organisasi audit internal di BUMN ditempatkan langsung di bawah direktur utama, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat conflict of interest yang memungkinkan pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu untuk mengintervensi objektivitas auditor internal. Terkait dengan struktur organisasi badan usaha di Indonesia yang menganut dual board keberanian auditor internal untuk mengungkapkannya sangat terbatas (Hiro: 2004). Oleh karena itu profesionalisme auditor internal pada fungsi audit internal Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sangat diperlukan dalam mendeteksi terjadinya fraud. Penulis dalam melakukan penelitian mengambil rujukan dari beberapa penelitian terdahulu, diantaranya yang dilakukan Chad Albrecht et al (2011) yang menghasilkan bahwa penyalahgunaan aset merupakan area yang paling rawan untuk terjadinya tindakan fraud, dan pengawasan perusahaan yang proaktif serta organisasi yang efisien dapat mencegah dan mendeteksi fraud asset misappropriation ini. Selain itu terdapat rujukan penelitian lain yaitu yang dilakukan oleh Sry Ayu N. G (2012), yang menghasilkan Profesionalisme auditor

9 internal berpengaruh terhadap pendeteksian fraud assets misappropriation pada PT Kereta Api Indonesia. Besarnya pengaruh profesionalisme auditor internal ini memberikan kontribusi sebesar 34,2%. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang hanya dilakukan pada PT Kereta Api Indonesia, sedangkan penelitian ini dilakukan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berpusat di Kota Bandung dengan pertimbangan bahwa dengan meneliti BUMN yang berpusat di Kota Bandung dapat menggambarkan fenomena yang ada. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi yang berjudul: Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap Pendeteksian Fraud Assets Misappropriation (Survey pada Auditor Internal Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang Berpusat di Kota Bandung). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan hasil pengamatan dari berbagai fenomena yang ada dalam latar belakang, maka peneliti mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah Profesionalisme Auditor Internal pada Badan Usaha Milik Negara yang berpusat di Kota Bandung? 2. Bagaimanakah Pendeteksian Fraud Assets Misappropriation pada Badan Usaha Milik Negara yang berpusat di Kota Bandung? 3. Bagaimanakah pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap Pendeteksian Fraud Assets Misappropriation?

10 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran bagaimana pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap pendeteksian Fraud Assets Misappropriation. 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Profesionalisme Auditor Internal pada Badan Usaha Milik Negara yang berpusat di Kota Bandung. 2. Pendeteksian Fraud Assets Misappropriation pada Badan Usaha Milik Negara yang berpusat di Kota Bandung. 3. Terdapat Pengaruh Audit Internal terhadap Pendeteksian Fraud Assets Misappropriation. 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Dari segi keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran untuk mendukung perkembangan ilmu audit, accounting forensic dan pengendalian internal, serta pengetahuan mengenai pendeteksian fraud assets misappropriation.

11 2. Kegunaan Praktis a. Bagi Badan Usaha Milik Negara yang berpusat di Kota Bandung, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan yang berguna untuk melakukan pembenahan di tubuh BUMN dari segi audit internal serta upaya mendeteksi fraud assets misappropriation. b. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai profesionalisme auditor internal dan pendeteksian fraud assets misappropriation yang terjadi pada BUMN.