PENGHARGAAN KARYA KONSTRUKSI INDONESIA TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
Tahapan Pekerjaan Jembatan Box Culvert. 1. Pembongkaran Jembatan Lama dan Galian Struktur

PRECAST TALI AIR TROTOAR

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

BAB VI METODE PELAKSANAAN

ini, adalah proyek penggantian jembatan kereta api lama serta pembuatan 2 bentangan jembatan baru yang

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. umumnya digunakan untuk berbagai konstruksi jembatan : 4. Sistem Penggunaan Counter Weight dan Link-set

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

luas lantai bangunan dikalikan satuan harga per m2 nya. Satuan harga bangunan

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 29

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA

METODE PELAKSANAAN LIFTING JACK TIANG PANCANG

Pemasangan Jembatan Metode Perancah Pemasangan Jembatan Metode Perancah

BAB II STUDI PUSTAKA

PEMERINTAH KOTA TARAKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN JALAN PULAU KALIMANTAN NOMOR 1 T A R A K A N

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (METODE KERJA BEKISTING ALUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PELAT)

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

PT. ADHIMIX PRECAST INDONESIA

PERAIH PENGHARGAAN KARYA KONSTRUKSI INDONESIA 2012

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1

Analisa Biaya dan Waktu Bekisting Metode Konvensional dengan Sistem PERI pada Proyek Puncak Kertajaya Apartemen

sedangkan harga upah yang diperhitungkan merupakan upah borongan.

METODE PELAKSANAAN PEMOTONGAN DAN PENYAMBUNGAN TIANG SEMENTARA

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT ABSTRAK

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

STANDAR LATIHAN KERJA

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

membuat benda uji balok untuk 4 variasi. Persiapan papan kayu untuk benda uji

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

Dalam penelitian ini digunakan jenis kayu Bangkirai ukuran 6/12, yang umum

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

Kata kunci : Jembatan Pagotan Pacitan, pondasi tiang pancang, pondasi sumuran.

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB X PENUTUP KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Definisi dan Klasifikasi jembatan serta standar struktur jembatan I.1.1 Definisi Jembatan : Jembatan adalah suatu struktur yang

Bunga Rampai Penerapan Teknologi Konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kemajuan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan

BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKAN CITTA GRAHA KEDOYA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Proyek pembangunan gedung Laboratorium Akademi Teknik Keselamatan

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Katungau Kalimantan Barat, jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun

RING BALK. Pondasi. 2. Sloof

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia tidak dapat lepas dari


BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN BETEK DENGAN MENGGUNAKAN JEMBATAN RANGKA BAJA BOOMERANG BRIDGE SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI JEMBATAN GANTUNG

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan

Ma ruf Hadi Sutanto NIM : D NIRM :

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan sekarang, yaitu dengan pesatnya perkembangan pembangunan.

PERENCANAAN JEMBATAN BUSUR MENGGUNAKAN DINDING PENUH PADA SUNGAI BRANTAS KOTA KEDIRI. Oleh : GALIH AGENG DWIATMAJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PERENCANAAN. Gambar 3.1 Dimensi jembatan utama. 1. Tipe jembatan : Rangka baja

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PILE CAP DAN RETAINING WALL. Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan tinggi berkaitan erat dengan masalah kota, Permasalahan kota

ANALISA SATUAN BAHAN PEKERJAAN BEKISTING BETON BERTULANG: STUDI KASUS PADA PEKERJAAN BANGUNAN GEDUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II PERATURAN PERENCANAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB 1 PENDAHULUAN. mulailah orang membuat jembatan dengan teknologi beton prategang.

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB I PENDAHULUAN. yang baik, salah satu dari tahapan itu adalah pemilihan penggunaan alat berat tower

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS. Proyek pembangunan Aeropolis Lucent Tower dibangun dengan

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WILAYAH I JAWA TIMUR MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

BAB I PENDAHULUAN. kita berada dalam bangunan baik rumah tinggal, kantor, pabrik, hotel, rumah sakit dll.

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

PEMBANGUNAN GEDUNG KANWIL DJP SUMUT I DAN KPP DI MEDAN DENGAN SISTEM PRECAST

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL

BAB III PERENCANAAN STRUKTUR

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Konsep perencanaan pembangunan proyek Apartmen Chadstone-Cikarang

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

PERENCANAAN DAN EVALUASI KINERJA GEDUNG A RUSUNAWA GUNUNGSARI MENGGUNAKAN KONSTRUKSI BAJA BERBASIS KONSEP KINERJA DENGAN METODE PUSHOVER ANALYSIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Konstruksi bangunan tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok dan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN

Transkripsi:

FORMULIR PENDAFTARAN PENGHARGAAN KARYA KONSTRUKSI INDONESIA TAHUN 2014 Judul Karya: Perancah Struktur Balok & Lantai menggunakan Shoring Truss pada Proyek Jembatan Dolago Sulawesi Tengah Kategori Karya X Metode Konstruksi Teknologi Konstruksi Arsitektur Teknologi Tepat Guna Diajukan oleh: PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO) 1

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... 01 DAFTAR ISI... 02 DATA UMUM... 03 SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA PKKI 2014... 04 PROPOSAL KARYA... 05 A. Abstraksi... 06 B. Data Teknis... 24 C. Keunggulan Karya... 25 D. Data Pendukung Lainnya... 26 2

3

4

Metode Konstruksi Perancah Struktur Balok & Lantai menggunakan Shoring Truss pada Proyek Jembatan Dolago Sulawesi Tengah A. ABSTRAKSI Jembatan Dolago bagian jalan Trans Sulawesi merupakan jembatan beton prategang yang memiliki total panjang 110 m, panjang bentang utama 70 m yang berkonstruksi beton pelengkung, lebar jembatan 14,5 m. Jembatan ini dibangun diatas sungai yang sering terjadi banjir bandang dan membawa material sampah beserta kayu. Berdasarkan hal tersebut, maka untuk pelaksanaan bentang utama jembatan digunakan Metode System Shoring Truss. Dengan metode ini, bentang jembatan sepanjang 70 m hanya menggunakan 2 buah temporary pier. Beberapa keuntungan pelaksanaan pekerjaan bentang utama dengan Shoring Truss adalah : 1. Dapat menahan seluruh beban beton dan begisting serta perancah yang menjadi beban pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi di bentang utama. 2. Memitigasi risiko kerusakan pada masa pelaksanaan akibat banjir yang membawa material kayu. 1. Latar Belakang Pada tanggal 12 Agustus 2012 telah terjadi bencana banjir bandang di Sungai Dolago, Desa Boyantongo, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Peristiwa itu mengakibatkan Jembatan Dolago yang menghubungkan jalan Trans Sulawesi terputus. 6

Gambar 1.1 Kondisi Pasca Banjir Bandang di Sungai Dolago Gambar 1.2 Kondisi Pasca Banjir Bandang di Sungai Dolago Gambar 1.3 Kondisi Pasca Banjir Bandang di Sungai Dolago 7

1.1 Lokasi Pekerjaan Jembatan Dolago Km 89 + 900 Gambar 1.4 Lokasi Pekerjaan Jembatan Dolago Gambar 1.5 Lay Out Jembatan Dolago 8

Gambar 1.6 Rencana Jembatan Dolago 2. Metode Konstruksi Perancah Jembatan Dolago menggunakan System Shoring Truss 2.1 Bagian-Bagian dari System Shoring Truss a. Pondasi Pondasi Sytem Shoring Truss adalah menggunakan tiang pancang pipa baja dengan diameter 30 cm, yang dipancang sesuai dengan titik-titik yang telah ditentukan sedalam 15 m. b. Caping Caping adalah penutup kepala tiang pancang dimana akan dijadikan sebagai tempat dudukan Slipper Beam serta Cross Beam dan akan membuat ikatan antar tiang pancang. c. Slipper Beam diatas caping Posisinya diatas Caping tiang pancang, menghubungkan antar tiang pancang dengan arah sejalur dengan konstruksi. Slipper Beam merupakan Profil baja ukuran H 350 mm x 500 mm. d. Cross beam diatas caping Cross Beam merupakan Profil baja type H 350 mm x 500 mm yang dipasang diatas Slipper Beam dengan arah melintang e. Shoring Merupakan rangkaian tiang profil baja yang dirangkai sehingga membentuk suatu konstruksi penopang yang menahan beban/konstruksi diatasnya, ketinggian shoring 3 m diatas slipper beam. 9

f. Cross beam diatas Shoring Merupakan Profil Baja type H 350 mm x 500 mm yang berfungsi untuk merangkai beberapa shoring menjadi satu kesatuan pada arah melintang. g. Slipper beam diatas Shoring Merupakan Profil Baja type H 350 mm x 500 mm yang berfungsi untuk merangkai beberapa shoring menjadi satu kesatuan. h. Screw Jack Screw Jack merupakan unit pengungkit yang berfungsi untuk mengatur ketinggian truss yang akan dipasang diatas shoring. i. Cross Beam diatas Screw jack Cross beam ini berfungsi sebagai pengikat dari screw jack yang akan juga menjadi tumpuan dari Truss. j. Truss Merupakan konstruksi yang akan digunakan sebagai penopang perancah. k. Baja profil I Merupakan bagian paling atas dan digunakan sebagai landasan begisting. k j h i g f e d c b a Tanah Gambar 2.1 Sket Konstruksi System Shoring dengan Truss 10

2.2 Metode pemasangan System Shoring dengan Truss 2.2.1 Pekerjaan Persiapan a. Pertama yang dilakukan adalah menyiapkan gambar perencanaan perancah dan begisting yang akan dipasang dalam pembangunan Jembatan Dolago. Gambar 2.2 Perencanaan perancah dan Begisting Jembatan Dolago b. Persiapan lahan kerja, yaitu menyiapkan kondisi lahan sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakannya pekerjaan instalasi Shoring dan Truss c. menyiapkan segala kebutuhan baik tenaga, material dan alat yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pemasangan Shoring dan Truss 2.2.2 Pekerjaan Pemancangan Tiang pancang pipa besi air Tanah Gambar 2.3 Sket Pemancangan Tiang Pancang Shoring a. Langkah pertama yaitu menyiapkan titik-titik pemancangan sesuai dengan yang direncanakan pada gambar kerja. b. Pemancangan dilakukan sedalam 15 m, pada kedalaman tersebut didapat daya dukung yang mampu untuk menahan beban seluruh 11

konstruksi yang berada diatasnya. Pemancangan dilakukan dengan menggunakan peralatan Diesel Hammer K 25. Tiang Pancang yang digunakan adalah tiang pancang pipa besi dengan diameter 30 cm. Gambar 2.4 Pelaksanaan Pemancangan c. Pemotongan Tiang Pancang Untuk mendapatkan permukaan yang rata, maka tiang pancang yang telah dipancang diukur elevasinya dan dilakukan pemotongan tiang pancang pada elevasi yang sama. Gambar 2.5 Pemotongan Tiang Pancang 12

2.2.3 Pemasangan Caping/dudukan Slipper Beam air Tanah Gambar 2.6 Sket Pemasangan Caping Gambar 2.7 Pemasangan Caping 2.2.4 Pemasangan Slipper Beam diatas Caping Slipper Beam dipasang searah dengan jalur konstruksi menggunakan sambungan mur baut, berfungsi untuk memberi ikatan antar tiang pancang sehingga menjadi kaku. Slipper Beam air Tanah Gambar 2.8 Sket Pemasangan Slipper Beam 13

Gambar 2.9 Pemasangan Slipper Beam Gambar 2.10 Pemasangan Slipper Beam Gambar 2.11 Slipper Beam yang telah disusun diatas Caping 14

2.2.5 Pemasangan Cross Beam diatas Sliper Cross Beam dipasang pada arah melintang dari susunan tiang pancang. Cross beam Air Tanah Gambar 2.12 Sket Pemasangan Cross Beam diatas Sliper Gambar 2.13 Pemasangan Cross Beam Gambar 2.14 Cross Beam yang sudah terpasang 15

2.2.6 Pemasangan Shoring Baja Profil dirangkai terlebih dahulu membentuk suatu konstruksi yang terdiri dari 4 (empat) buah tiang baja dan baja pengikat yang disambung menggunakan sambungan mur baut. Shoring yang sudah dipasang disambung ke Cross Beam dengan menggunakan sambungan mur dan baut agar terjadi ikatan antar Shoring pada bagian bawah. Air Tanah Gambar 2.15 Sket Pemasangan Shoring Gambar 2.16 Pemasangan Shoring 16

Gambar 2.17 Pemasangan Shoring yang sudah terpasang 2.2.7 Pemasangan Cross Beam dan Slipper Beam diatas Shoring Setelah Shoring terpasang maka pada bagian atas Shoring juga dipasang cross beam dan Slipper beam agar terjalin ikatan antar Shoring pada bagian atas. Gambar 2.18 Pemasangan Cross Beam dan Slipper Beam 17

Gambar 2.19 Pemasangan Cross Beam diatas Shoring 2.2.8 Pemasangan Screw Jack Screw Jack dipasang diatas Cross Beam digunakan untuk menopang Cross Beam dengan ketinggian yang dapat disesuaikan dengan rencana pemasangan truss. Gambar 2.20 Sket Pemasangan Screw Jack 18

Gambar 2.21 Pemasangan Screw Jack 2.2.9 Pemasangan Cross Beam diatas Screw Jack Cross Beam dipasang diatas Screw Jack dan digunakan sebagai tumpuan Truss Gambar 2.22 Sket Pemasangan Cross Beam diatas Screw Jack 19

Gambar 2.23 Cross Beam yang terpasang diatas Screw Jack 2.2.10 Pemasangan Truss Truss yang sudah dirangkai dipasang diatas Cross Beam dengan menggunakan peralatan Crane dan disambung di Cross Beam dengan menggunakan sambungan mur dan baut. Gambar 2.24 Sket Pemasangan Truss (tampak depan) 20

Gambar 2.25 Sket Pemasangan Truss (tampak samping) Gambar 2.26 Sket Pemasangan Truss (tampak samping) Gambar 2.27 Pemasangan Truss dengan Crane Gambar 2.28 Truss yang sudah terpasang 21

Gambar 2.29 Truss yang sudah terpasang (tampak atas) 2.2.11 Pemasangan Baja Profil I Setelah Truss terpasang maka dilanjutkan dengan pemasangan Baja Profil I untuk dijadikan dudukannya begisting Balok Tie Beam, Balok anak dan Diapragma serta lantai jembatan. Gambar 2.30 Pemasangan Baja Profil I Gambar 2.31 System Shoring dengan Truss yang sudah teraplikasi 22

Terpasangnya konstruksi system shoring dengan truss, maka pelaksanaan pekerjaan struktur atas pembangunan jembatan Dolago dapat dimulai antara lain yaitu pemasangan begisting balok tie beam, balok anak dan diapragma serta lantai jembatan. Gambar 2.32 Pemasangan Begisting Balok Tie Beam 3. Landasan Teori 3.1 Pondasi Tiang pancang Pondasi yang digunakan untuk Shoring adalah baja diameter 30 cm tebal 0,90 cm (standar ASTM), kedalaman tiang pancang 15 m ditentukan dari hasil Boring/Standart Penetration Test (SPT). Dalam 1 (satu) kelompok shoring terdapat 40 buah tiang yang mendukung beban pada saat pelaksanaan sampai selesai pekerjaan. 3.2 Shoring Truss Hasil perhitungan Shoring Truss terlampir. 23

B. DATA TEKNIS 1. Lokasi Karya 2. Implementasi Karya*) Perigi Moutong, Sulawesi Tengah Bidang Sumberdaya Air X Bidang Jalan dan Jembatan Bidang Bangunan Gedung Bidang Perumahan/Permukiman Lainnya (Sebutkan!) *) Pilih yang sesuai... 3. Nilai Kontrak Rp. 45.717.328.000,00 (Include PPN) 4. Jangka Waktu Kontrak 540 Hari (18 bulan) 5. Waktu Pelaksanaan 03-07-2013 Konstruksi 6. Waktu Mulai Berfungsi 23-12-2014 (Shoring Truss sudah selesai dilaksanakan per 06 Juli 2014) 24

C. KEUNGGULAN KARYA NO I UNSUR INOV ASI Orisinal Inspiring Kreatif Landasan Teori Kebaruan (Novelty) II III IV PENJELASAN DAY A S AING Skope (Regional / Nasional/ Internasional) Material Lokal SDM Lokal Peralatan Lokal Mutu Aspek Keselamatan (manusia, publik, property) Efisiensi (Biaya Murah) BERKELANJUTAN Aspek Ekonomi (Benefit Besar) Aspek Lingkungan (Low Energy, Low Waste, Low Emision) Aspek Sosial (Penyerapan tenaga kerja, Kearifan budaya lokal) LAINNYA Pasca Pelaksanaan Belum pernah diaplikasi pada jembatan bentang panjang (70 m) di sungai Mitigasi risiko yang membahayakan saat pelaksanaan konstruksi akibat banjir bandang yang membawa material kayu Sistem tersebut aman untuk pelaksanaan bentang panjang Mekanika Tanah dan Mekanika Teknik Internasional 100 % 100 % 100 % Sesuai standar test PU dan Konsultan Zero Accident Produktifitas tinggi, waktu pelaksanaan singkat Lebih murah (bisa dipakai berulang-ulang) Mudah dipasang dan dibongkar Ramah lingkungan Menyerap tenaga kerja lokal Material Shoring Truss bisa difungsikan untuk pekerjaan yang sejenis 25

D. DATA PENDUKUNG LAINNYA 1. Data-data teknis lainnya yang dianggap Terlampir perlu untuk diketahui oleh panitia dan belum termuat dalam butir B dan C 2. Informasi visual (foto, gambar, video, dll) Foto pelaksanaan terlampir 3. Resensi media atau kajian tentang objek - 4. Referensi dukungan dari Pakar/Ahli - Demikian informasi yang kami ajukan untuk Penghargaan Karya Konstruksi Indonesia tahun 2014 ini disampaikan dengan sebenar-benarnya. 26