Indonesia T a h u n Nomor 5, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia N o m o r 4355);

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH (APBS)

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS)

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DRAFT PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI KUDUS,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

B U P A T I S I M A L U N G U N PAMATANG RAYA SUMATERA UTARA Kode Pos 21162

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 17 SERI F NOMOR 313

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 08 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI ROKAN HILIR PROVINSI RIAU

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN GAMPONG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI

PERATURAN DAERAHKABUPATEN BREBES NOMOR 004 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR ^^ TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 25 TAHUN 2015 SERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2016

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2016

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NAGARI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 17 TAHUN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 89 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PROGRAM BANJAR CERDAS JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 6 TAHUN 2008

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR,

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI B A T A N G PROVINSI J A W A T E N G A H N O M O R 3 T A H U N

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG : POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

BUKU PINTAR PENYUSUNAN RANCANGAN APBDESA TAHUN ANGGARAN 2016 DI KECAMATAN BUAYAN

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

PERATURAN BUPATI FLORES TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 10 Tahun : 2013

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2017

ALIKOTA YO GYAKARTYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2017

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 19 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

B U P A T I B A T A N G PROVINSI J A W A T E N G A H P E R A T U R A N B U P A T I B A T A N G N O M O R T A H U N 2 0 1 5 T E N T A N G P E D O M A N P E N G E L O L A A N A N G G A R A N P E N D A P A T A N D A N B E L A N J A S E K O L A H DI K A B U P A T E N B A T A N G D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A B U P A T I BATANG, M e n i m b a n g : a. b. Mengingat 1. 2. 3. 4. 5. b a h w a dalam rangka menyelenggarakan tata kelola anggaran pendapatan d a n belanja sekolah secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan d a n bertanggungjawab dengan m e m p e r h a t i k a n asas keadilan, k e p a t u t a n d a n manfaat u n t u k m e l a k s a n a k a n layanan pendidikan bagi masyarakat, perlu d i s u s u n pedoman pengelolaan anggaran pendapatan d a n belanja sekolah yang menjadi a c u a n penyelenggaraan pendidikan di sekolah; b a h w a berdasarkan pertimbangan sebagaimana d i m a k s u d d a l a m h u r u f a, perlu m e n e t a p k a n Peraturan Bupati tentang Pedoman Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah di Kabupaten Batang; Undang-Undang Nomor 9 T a h u n 1965 tentang P e m b e n t u k a n Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 1965 Nomor 52, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara Republik Indonesia Nomor 2 7 5 7 ); Undang-Undang Nomor 28 T a h u n 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih d a n Bebas dari Korupsi, Kolusi d a n Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 1999 Nomor 75, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia N o m o r 3851); Undang-Undang Nomor 17 T a h u n 2 0 0 3 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2003 N o m o r 47, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara Republik Indonesia N o m o r 4286); Undang-Undang Nomor 20 T a h u n 2 0 0 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia N o m o r 78 T a h u n 2003, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); Undang-Undang Nomor 1 T a h u n 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 0 4 Nomor 5, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia N o m o r 4355);

6. Undang-Undang Nomor 33 T a h u n 2004 tentang Perimbangan Keuangan A n t a r a Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 0 4 Nomor 126, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia N o m o r 4438); 7. Undang-Undang Nomor 14 T a h u n 2 0 0 5 tentang G u r u dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2005 N o m o r 157, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara Republik Indonesia Nomor 4586); 8. Undang-Undang Nomor 23 T a h u n 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 1 4 Nomor 244, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang N o m o r 9 T a h u n 2 0 1 5 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 T a h u n 2 0 1 4 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2015 Nomor 58, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia N o m o r 5679); 9. Peraturan Pemerintah N o m o r 2 1 T a h u n 1988 tentang P e r u b a h a n Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan d a n Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 1988 Nomor 42, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara Republik Indonesia Nomor 3381); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 19 T a h u n 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 0 5 N o m o r 4 1, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia N o m o r 4496) sebagaimana telah d i u b a h dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 T a h u n 2 0 1 3 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 T a h u n 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2013 Nomor 7 1, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 1 1. Peraturan Pemerintah Nomor 58 T a h u n 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 0 5 N o m o r 140, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia N o m o r 4578); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 T a h u n 2007 tentang Pembagian U r u s a n Pemerintahan A n t a r a Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, D a n Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 0 7 Nomor 82, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 47 T a h u n 2 0 0 8 tentang Wajib Belajar (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2008 Nomor 90, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara Republik Indonesia N o m o r 4863); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 48 T a h u n 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 0 8 Nomor 9 1, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 17 T a h u n 2010 tentang Pengelolaan d a n Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran 2

3 Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 1 0 Nomor 53, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara Republik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah d i u b a h dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 6 T a h u n 2 0 1 0 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 T a h u n 2010 tentang Pengelolaan d a n Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 1 0 Nomor 112, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara Republik Indonesia Nomor 5157); 16. Peraturan Presiden Nomor 54 T a h u n 2 0 1 0 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden N o m o r 4 T a h u n 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 T a h u n 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 1 5 N o m o r 5); 17. Peraturan Menteri D a l a m Negeri N o m o r 13 T a h u n 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali d i u b a h terakhir dengan Peraturan Menteri D a l a m Negeri Nomor 2 1 T a h u n 2 0 1 1 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri D a l a m Negeri Nomor 13 T a h u n 2 0 0 6 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 T a h u n 2 0 0 7 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh S a t u a n Pendidikan Dasar d a n Menengah; 19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 T a h u n 2 0 0 9 tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia T a h u n 2 0 0 9 u n t u k sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah m e n e n g a h p e r t a m a / m a d r a s a h tsanawiyah (SMP/ MTs), sekolah menengah atas / m a d r a s a h aliyah (SMA/MA), sekolah menengah k e j u r u a n (SMK), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), d a n sekolah m e n e n g a h atas luar biasa (SMALB); 20. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 T a h u n 2 0 1 0 tentang Standar Pelayanan M i n i m a l Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota sebagaimana d i u b a h dengan Peraturan Menteri Pendidikan d a n Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 T a h u n 2 0 1 3 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 15 T a h u n 2010 tentang Standar Pelayanan M i n i m a l Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 1 3 Nomor 464); 2 1. Peraturan Menteri Pendidikan d a n Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 44 T a h u n 2012 tentang P u n g u t a n dan S u m b a n g a n Biaya Pendidikan pada S a t u a n Pendidikan Dasar (Berita Negara Republik Indonesia T a h u n 2012 N o m o r 66); 22. Peraturan Daerah Provinsi J a w a Tengah Nomor 4 T a h u n 2 0 1 2 tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Daerah Provinsi J a w a Tengah T a h u n 2012 Nomor 4, T a m b a h a n L e m b a r a n Daerah Provinsi J a w a Tengah Nomor 40);

4 23. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 1 T a h u n 2 0 0 8 tentang U r u s a n Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Batang (Lembaran Daerah Kabupaten Batang T a h u n 2008, Nomor 1 Seri E Nomor 1); 24. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 3 T a h u n 2008 tentang P e m b e n t u k a n S u s u n a n Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Batang (Lembaran Daerah Kabupaten Batang T a h u n 2 0 0 8 N o m o r 3 Seri: D Nomor: 2) sebagaimana telah beberapa kali d i u b a h terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 9 T a h u n 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 3 T a h u n 2 0 0 8 tentang P e m b e n t u k a n S u s u n a n Organisasi d a n Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Batang (Lembaran Daerah Kabupaten Batang T a h u n 2013 Nomor 9); 25. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 3 T a h u n 2013 tentang Pengelolaan d a n Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Batang (Lembaran Daerah Kabupaten Batang T a h u n 2013 Nomor 3); 26. Peraturan B u p a t i Batang N o m o r 16 T a h u n 2014 tentang Pendanaan Pendidikan di Kabupaten Batang (Berita Daerah Kabupaten Batang T a h u n 2 0 1 4 N o m o r 16); M E M U T U S K A N : Menetapkan : P E R A T U R A N B U P A T I T E N T A N G P E D O M A N P E N G E L O L A A N A N G G A R A N P E N D A P A T A N D A N B E L A N J A S E K O L A H DI K A B U P A T E N BATANG. B A B I K E T E N T U A N U M U M Pasal 1 D a l a m Peraturan B u p a t i i n i yang d i m a k s u d dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang k e k u a s a a n pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh W a k i l Presiden d a n menteri sebagaimana d i m a k s u d dalam U n d a n g - U n d a n g Dasar Negara Republik Indonesia T a h u n 1945. 2. Kementerian adalah Kementerian Pendidikan d a n Kebudayaan Republik Indonesia. 3. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi J a w a Tengah. 4. Daerah adalah Kabupaten Batang. 5. Pemerintah Daerah adalah B u p a t i sebagai u n s u r penyelenggara Pemerintahan Daerah yang m e m i m p i n pelaksanaan u r u s a n pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 6. B u p a t i adalah B u p a t i Batang. 7. Dinas Pendidikan P e m u d a dan Olahraga Kabupaten Batang, yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas Pendidikan Pemuda d a n Olahraga Kabupaten Batang. 8. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendidikan P e m u d a dan Olahraga Kabupaten Batang.

5 9. Sekolah adalah b e n t u k satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan, meliputi Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah K e j u r u a n d a n T a m a n Kanak-Kanak. 10. Sekolah Dasar yang selanjutnya disingkat S D adalah salah satu bentuk s a t u a n pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan u m u m pada jenjang pendidikan dasar. 1 1. Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disingkat S M P adalah salah satu b e n t u k s a t u a n pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan u m u m pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari S D a t a u b e n t u k lain yang sederajat a t a u l a n j u t a n dari hasil belajar yang diakui s a m a a t a u setara SD. 12. Sekolah Menengah Atas yang selanjutnya disingkat S M A adalah salah satu b e n t u k s a t u a n pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan u m u m pada jenjang pendidikan m e n e n g a h sebagai lanjutan dari S M P a t a u b e n t u k lain yang sederajat a t a u l a n j u t a n dari hasil belajar yang d i a k u i s a m a a t a u setara SMP. 13. Sekolah Menengah K e j u r u a n yang selanjutnya disingkat S M K adalah salah satu b e n t u k satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan k e j u r u a n pada jenjang pendidikan m e n e n g a h sebagai lanjutan dari S M P a t a u b e n t u k lain yang sederajat a t a u l a n j u t a n dari hasil belajar yang d i a k u i s a m a a t a u setara SMP. 14. T a m a n K a n a k - K a n a k yang selanjutnya disingkat T K adalah salah satu b e n t u k s a t u a n pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi a n a k usia 4 (empat) sampai dengan 6 (enam) t a h u n, agar a n a k m e m i l i k i kesiapan dalam m e m a s u k i pendidikan lebih lanjut. 15. Kepala Sekolah adalah g u r u yang diberi tugas t a m b a h a n u n t u k m e m i m p i n SD, SMP, SMA, SMK, a t a u TK, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. 16. Komite Sekolah yang selanjutnya disebut Komite adalah lembaga m a n d i r i yang beranggotakan orangtua/wali peserta didik, k o m u n i t a s sekolah, serta t o k o h masyarakat yang peduli pendidikan. 17. Rencana Kerja J a n g k a Menengah Sekolah yang disingkat R K J M adalah d o k u m e n perencanan d a n pengembangan sekolah yang d i s u s u n u n t u k j a n g k a w a k t u sekurang-kurangnya empat t a h u n. 18. Rencana Kerja T a h u n a n Sekolah yang disingkat R K T adalah d o k u m e n perencanaan d a n pengembangan sekolah u n t u k periode satu t a h u n yang m e r u p a k a n penjabaran dari R K J M. 19. Rencana Anggaran Pendapatan d a n Belanja Sekolah yang disingkat R A P B S adalah rancangan penerimaan d a n pengeluaran dana pendidikan sekolah d a l a m s a t u t a h u n pelajaran. 20. Anggaran Pendapatan d a n Belanja Sekolah yang disingkat APBS adalah R A P B S yang telah d i m u s y a w a r a h k a n d a n disetujui bersama oleh Kepala Sekolah d a n Komite serta m e n d a p a t k a n pengesahan dari Dinas. 2 1. Rencana Kegiatan d a n Anggaran Sekolah yang disingkat RKAS adalah rencana kegiatan d a n program sekolah yang a k a n dilaksanakan selama satu t a h u n anggaran, yang m e m u a t pendapatan d a n belanja yang d i g u n a k a n sebagai dasar p e n y u s u n a n anggaran oleh sekolah. 22. D o k u m e n Pelaksanaan Anggaran Sekolah adalah d o k u m e n yang m e n j a b a r k a n secara rinci APBS yang d i g u n a k a n sebagai acuan pelaksanaan program d a n kegiatan sekolah selama satu t a h u n. 23. Pendapatan sekolah adalah h a k yang diakui sebagai p e n a m b a h a n nilai kekayaan bersih sekolah. 24. Belanja sekolah adalah kewajiban sekolah yang d i a k u i sebagai pengurang kekayaan bersih sekolah. 25. Penerimaan sekolah adalah u a n g yang m a s u k ke kas sekolah. 26. Pengeluaran sekolah adalah u a n g yang keluar dari kas sekolah.

6 27. Pengelolaan k e u a n g a n sekolah adalah s e l u r u h kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, d a n pengawasan keuangan sekolah. 28. Penatausahaan adalah kegiatan menerima, mencatat, menyimpan, m e n d o k u m e n t a s i k a n, menyetor, membayar, d a n mempertanggungj a w a b k a n k e u a n g a n yang menjadi tanggungjawabanya. 29. S u r p l u s anggaran sekolah adalah selisih lebih antara pendapatan sekolah d a n belanja sekolah. 30. Defisit anggaran sekolah adalah selisih k u r a n g antara pendapatan sekolah d a n belanja sekolah. 3 1. Masyarakat adalah kelompok Warga Negara Indonesia n o n Pemerintah yang m e m p u n y a i perhatian dan peranan d a l a m bidang pendidikan. 32. Warga sekolah adalah peserta didik, pendidik d a n tenaga kependidikan, serta komite d a n masyarakat yang terkait langsung dengan kegiatan sekolah. B A B II R U A N G L I N G K U P Pasal 2 (1) R u a n g lingkup k e u a n g a n sekolah, meliputi: a. h a k sekolah u n t u k m e n e r i m a dana pendidikan yang bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah d a n Masyarakat sesuai dengan k e t e n t u a n peraturan perundang-undangan. b. perencanaan pengelolaan keuangan sekolah. c. kewajiban sekolah u n t u k m e n g g u n a k a n k e u a n g a n sekolah dalam rangka menyelenggarakan layanan pendidikan d. penerimaan d a n pengeluaran keuangan yang menjadi pendapatan d a n belanja sekolah. (2) Pengelolaan k e u a n g a n sekolah, meliputi: a. asas u m u m, b. perencanaan pengelolaan keuangan sekolah, c. kewenangan d a n tugas pengelola keuangan sekolah, d. s t r u k t u r APBS, e. p e n y u s u n a n rancangan APBS, f. penetapan APBS, g. pelaksanaan APBS, h. p e r u b a h a n APBS, penatausahaan k e u a n g a n sekolah, i. pertanggung-jawaban pelaksanaan APBS, j. pembinaan, pengawasan, d a n k. pemeriksaan k e u a n g a n sekolah. B A B III ASAS U M U M Bagian Kesatu Asas U m u m Pengelolaan Keuangan Sekolah Pasal 3 (1) Keuangan sekolah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, d a n bertanggungjawab dengan m e m p e r h a t i k a n asas keadilan, kepatutan, d a n manfaat u n t u k mencapai t u j u a n p e m b a n g u n a n pendidikan nasional di sekolah.

7 (2) Secara tertib sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) adalali b a h w a k e u a n g a n sekolah dikelola secara tepat w a k t u d a n tepat guna yang d i d u k u n g dengan b u k t i - b u k t i administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Taat pada peraturan perundang-undangan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) adalah b a h w a pengelolaan keuangan sekolah h a r u s berpedoman pada peraturan perundang-undangan. (4) Efektif sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) m e r u p a k a n pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan dengan cara m e m b a n d i n g k a n k e l u a r a n dengan hasil. (5) Efisien sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) m e r u p a k a n pencapaian k e l u a r a n yang m a k s i m u m dengan m a s u k a n tertentu a t a u penggunaan m a s u k a n terendah u n t u k mencapai k e l u a r a n tertentu. (6) E k o n o m i s sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) m e r u p a k a n pemerolehan m a s u k a n dengan kualitas d a n k u a n t i t a s tertentu pada tingkat harga yang terendah. (7) T r a n s p a r a n sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) m e r u p a k a n prinsip keterbukaan yang m e m u n g k i n k a n warga sekolah u n t u k mengetahui d a n m e n d a p a t k a n akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan sekolah. (8) Bertanggungjawab sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) m e r u p a k a n p e r w u j u d a n kewajiban seseorang u n t u k mempertanggungjawabankan pengelolaan d a n pengendalian sumber daya d a n pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian t u j u a n yang telah ditetapkan. (9) Keadilan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) adalah keseimbangan distribusi kewenangan d a n pendanaanya d a n / a t a u keseimbangan distribusi h a k d a n kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif. (10) Kepatutan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) adalah tindakan atau s u a t u sikap yang d i l a k u k a n dengan wajar d a n proporsional. (11) Manfaat u n t u k mencapai t u j u a n p e m b a n g u n a n pendidikan di sekolah sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) adalah b a h w a keuangan sekolah d i u t a m a k a n u n t u k p e m e n u h a n k e b u t u h a n sekolah dalam rangka m e l a k s a n a k a n program d a n kegiatan yang berorientasi pada t u j u a n p e m b a n g u n a n pendidikan nasional di sekolah. Bagian Kedua Asas U m u m Pengelolaan A P B S Pasal 4 (1) A P B S d i s u s u n sesuai dengan k e b u t u h a n penyelenggaraan pendidikan di sekolah d a n k e m a m p u a n pendapatan sekolah. (2) P e n y u s u n a n A P B S sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) berorientasi pada p e m e n u h a n standar m i n i m a l pendidikan dan/atau standar nasional pendidikan secara berkelanjutan u n t u k pencapaian t u j u a n s a t u a n pendidikan serta m e w u j u d k a n t u j u a n p e m b a n g u n a n nasional; (3) Penjoisunan A P B S sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) mengacu pada R K T s a t u a n pendidikan yang telah ditetapkan. (4) A P B S d a n p e r u b a h a n A P B S ditetapkan oleh Kepala Sekolah setelah m e n d a p a t k a n persetujuan dari Komite d a n pengesahan Dinas. (5) Pelaksanaan A P B S dipertanggungjawabkan oleh Kepala Sekolah kepada Komite d a n Orangtua/Wali peserta didik, serta Dinas. (6) Pertanggungjawaban pelaksanaan A P B S secara ringkas kepada masyarakat disampaikan melalui papan p e n g u m u m a n sekolah.

8 (7) A P B S m e r u p a k a n dasar pengelolaan k e u a n g a n sekolah dalam m a s a 1 (satu) t a h u n pelajaran terhitung m u l a i tanggal 1 (satu) J u l i sampai dengan tanggal 30 (tiga puluh) J u n i t a h u n berikutnya. B A B IV P E R E N C A N A A N P E N G E L O L A A N K E U A N G A N S E K O L A H Bagian Kesatu U m u m Pasal 5 (1) Perencanaan Pengelolaan Keuangan Sekolah dilaksanakan sebagai penjabaran dari: a. R K J M sekolah; d a n b. R K T sekolah. (2) Perencanaan Pengelolaan Keuangan Sekolah h a r u s d i s u s u n 2 (dua) b u l a n sebelum t a h u n pelajaran dimulai. (3) Perencanaan Pengelolaan Keuangan Sekolah dituangkan dalam RAPBS. Bagian Kedua Rencana Kerja J a n g k a Menengah Sekolah Pasal 6 (1) R K J M d i s u s u n sekali u n t u k jangka w a k t u selama empat t a h u n, (2) R K J M dievaluasi paling sedikit 2 (dua) t a h u n sekali. (3) P e r u b a h a n R K J M dilaksanakan setelah R K J M dievaluasi. (4) R K J M sekurang-kurangnya m e m u a t : a. P e n d a h u l u a n, meliputi 1. Latar Belakang; 2. Dasar H u k u m P e n y u s u n a n ; 3. M a k s u d d a n T u j u a n ; 4. H u b u n g a n antara R K J M dengan D o k u m e n Rencana Strategis P e m b a n g u n a n Pendidikan Daerah; d a n 5. Sistematika Penulisan; b. Kondisi U m u m Sekolah c. Analisa Strategis Pengembangan Sekolah terhadap P e m e n u h a n Standar Pelayanan M i n i m a l Pendidikan d a n / a t a u Standar Nasional Pendidikan d. Visi, Misi d a n T u j u a n Sekolah; e. Program Kerja Sekolah; meliputi: 1. Sasaran; 2. Program; 3. Indikator Keberhasilan; dan 4. Kegiatan. f. Rencana Anggaran Sekolah, selama empat t a h u n ; d a n g. Penutup. (5) R K J M d a n p e r u b a h a n R K J M ditetapkan oleh Kepala Sekolah setelah d i m u s y a w a r a h k a n bersama dengan Komite, d a n mendapatkan pengesahan Dinas.

9 Bagian Ketiga Rencana Kerja T a h u n a n Sekolah Pasal 7 (1) R K T d i s u s u n u n t u k j a n g k a w a k t u satu t a h u n. (2) R K T d i s u s u n sebagai penjabaran dari R K J M pada periode t a h u n tertentu dengan m e m p e r h a t i k a n hasil Evaluasi Diri Sekolah. (3) R K T menjadi dasar p e n y u s u n a n RAPBS. (4) R K T paling sedikit m e m u a t : a. P e n d a h u l u a n ; meliputi 1. Latar Belakang; 2. Dasar H u k u m P e n y u s u n a n ; d a n 3. H u b u n g a n R K T sebagai penjabaran dari R K J M ; b. Profil Sekolah; meliputi: 1. Identitas Sekolah; d a n 2. Visi, Misi d a n T u j u a n Sekolah. c. Evaluasi Diri Sekolah; meliputi: 1. Kondisi Sekolah; 2. H a r a p a n Sekolah; d a n 3. Rencana T i n d a k Lanjut. d. Program d a n Kegiatan Sekolah; meliputi: 1. Sasaran; 2. Program; 3. Kegiatan; d a n 4. Indikator Keberhasilan. e. Rencana Anggaran Biaya; f. J a d w a l Kegiatan; d a n g. Penutup. (5) R K T ditetapkan oleh Kepala Sekolah setelah d i m u s y a w a r a h k a n bersama dengan Komite, d a n m e n d a p a t k a n pengesahan Dinas. (5) R K T ditetapkan paling l a m a a k h i r b u l a n J a n u a r i t a h u n berkenaan. B A B V K E W E N A N G A N D A N T U G A S P E N G E L O L A K E U A N G A N S E K O L A H Pasal 8 (1) Pengelola k e u a n g a n pada SMA, S M K d a n S M P yang diseienggarakan Pemerintah, Pemerintah Provinsi d a n Pemerintah Daerah, terdiri dari kepala sekolah, bendahara sekolah d a n bendahara pembantu. (2) Pengelola k e u a n g a n pada S D dan TK, terdiri dari kepala sekolah dan bendahara sekolah. (3) Bendahara Sekolah sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) dan ayat (2) adalah pendidik a t a u tenaga kependidikan yang d i t u n j u k u n t u k menerima, m e n y i m p a n, menyetorkan, m e m b a y a r k a n, menyerahkan, m e n a t a u s a h a k a n d a n mempertanggungjawabkan u a n g pendapatan sekolah u n t u k keperluan belanja sekolah d a l a m rangka pelaksanaan APBS. (4) Bendahara P e m b a n t u sebagaimaan d i m a k s u d pada ayat (1) adalah tenaga kependidikan yang d i t u n j u k u n t u k m e l a k s a n a k a n sebagian tugas B e n d a h a r a Sekolah d a l a m mengelola k e u a n g a n sekolah pada sumber anggaran tertentu.

10 Pasal 9 (1) Kepala Sekolah selaku penanggungjawab pengelolaan keuangan sekolah, m e m p u n y a i kewenangan dalam: a. m e r u m u s k a n kebijakan pengelolaan k e u a n g a n sekolah yang d i t u a n g k a n d a l a m rencana kerja sekolah, yang meliputi R K J M d a n RKT; b. m e n u n j u k d a n m e n e t a p k a n Bendahara Sekolah; c. mengangkat d a n m e m b e r h e n t i k a n p e m b a n t u bendahara sekolah pada SMA, S M K d a n SMP; d. mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBS, baik secara formal m a u p u n material; e. mengelola barang m i l i k daerah d a n / a t a u barang m i l i k sekolah yang menjadi tanggungjawabnya; d a n f. m e l a k s a n a k a n pembinaan internal d a n pengawasan melekat terhadap pengelolaan k e u a n g a n sekolah; (2) Kepala Sekolah selaku penanggungjawab pengelolaan keuangan sekolah, m e m p u n y a i tugas: a. m e l a k s a n a k a n pengkajian keuangan terhadap rencana k e b u t u h a n anggaran s a t u a n pendidikan dalam rangka m e m e n u h i standar m i n i m a l pendidikan d a n / a t a u standar nasional pendidikan; b. m e n y u s u n R K J M sesuai dengan ketentuan; c. m e n y u s u n R K T sesuai dengan ketentuan; d. m e n y u s u n R K A S sebagai dasar p e n y u s u n a n R A P B S sesuai dengan ketentuan; e. men3aisun R A P B S d a n rancangan p e r u b a h a n A P B S sesuai dengan ketentuan; f. m e n j a b a r k a n A P B S ke dalam d o k u m e n pelaksanaan anggaran sekolah sesuai dengan ketentuan; g. m e n y u s u n d a n m e n y a m p a i k a n laporan k e u a n g a n sekolah setiap t r i w u l a n, semester d a n a k h i r t a h u n anggaran; h. meneliti d a n memveriflkasi kelengkapan d o k u m e n pertanggungj a w a b a n k e u a n g a n sekolah sesuai dengan k e t e n t u a n a k u n t a n s i daerah d a n / a t a u peraturan perundang-undangan; i. m e n g u m u m k a n ikhtisar pelaksanaan A P B S setiap akhir t a h u n pelajaran di papan p e n g u m u m a n sekolah, sebagai pertanggungjawaban pengelolaan k e u a n g a n sekolah kepada masyarakat; d a n j. m e l a k s a n a k a n tugas lain d a n / a t a u m e n e r i m a pelimpahan kewenangan pengelolaan keuangan sekolah; (3) Bendahara Sekolah sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 8, m e m p u n y a i tugas d a n kewenangan m e l a k s a n a k a n pengelolaan keuangan sekolah sesuai dengan k e t e n t u a n peraturan perundang-undangan; (4) Bendahara P e m b a n t u sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 8 ayat (1), m e m p u n y a i tugas d a n kewenangan m e m b a n t u Bendahara Sekolah dalam m e l a k s a n a k a n sebagian pengelolaan keuangan sekolah yang menjadi tanggungjawabnya.

11 B A B V I S T R U K T U R A P B S Pasal 10 S t r u k t u r A P B S m e r u p a k a n satu kesatuan yang terdiri dari: a. pendapatan; d a n b. belanja; Bagian Kesatu Pendapatan Sekolah Pasal 11 (1) Pendapatan sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 10 h u r u f a, meliputi s e m u a penerimaan uang, baik yang bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah, masyarakat, m a u p u n sumber lain yang sah. (2) Pendapatan yang bersumber dari Pemerintah adalah seluruh k o m p o n e n pendanaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan d a n Belanj a Negara, yang meliputi: b a n t u a n operasional sekolah, dana alokasi k h u s u s, blockgrant, h i b a h d a n / a t a u d a n a / b a n t u a n lainnya. (3) Pendapatan yang bersumber dari Pemerintah Provinsi adalah seluruh k o m p o n e n pendanaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan d a n Belanja Daerah Provinsi, yang meliputi: pendampingan b a n t u a n operasional sekolah, b a n t u a n keuangan, blockgrant, hibah dan/ atau d a n a / b a n t u a n lainnya. (4) Pendapatan yang bersumber dari Pemerintah Daerah adalah seluruh k o m p o n e n pendanaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang meliputi gaji dan t u n j a n g a n pegawai, t a m b a h a n penghasilan, b a n t u a n operasional sekolah, b a n t u a n operasional personalia, dana operasional r u t i n, b a n t u a n keuangan, blockgrant, hibah d a n / a t a u d a n a / b a n t u a n lainnya. (5) Pendapatan yang bersumber dari masyarakat meliputi: a. p u n g u t a n pada s a t u a n pendidikan a n a k usia dini; b. p u n g u t a n pada s a t u a n pendidikan menengah; c. s u m b a n g a n dari peserta didik a t a u orangtua/wali peserta didik; d. s u m b a n g a n dari masyarakat di luar dari peserta didik a t a u orangtua/wali peserta didik; (6) Pendapatan asli sekolah adalah k e s e l u r u h a n k o m p o n e n pendapatan yang bersumber dari u s a h a sekolah dalam m e l a k s a n a k a n s u a t u kegiatan yang tidak bertentangan dengan k e t e n t u a n peraturan perundangu n d a n g a n serta melalui persetujuan dengan komite, meliputi: a. hasil k e b u n sekolah; b. hasil u s a h a produktif sekolah; c. hasil u s a h a lain yang sah. (7) Pendapatan dari s u m b e r lain yang sah adalah pendapatan yang berasal dari d u n i a u s a h a d a n / a t a u d u n i a industri, u n i t produksi masyarakat, a t a u lainnya yang bersifat tidak mengikat.

12 Bagian Belanja Kedua Sekolah Pasal 12 (1) Belanja sekolah dikelompokkan menjadi belanja tidak langsung dan belanja langsung. (2) Belanja tidak langsung sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) m e r u p a k a n belanja yang tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program d a n kegiatan sekolah. (3) Belanja langsung sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) m e r u p a k a n belanja yang terikat secara langsung dengan pelaksanaan program d a n kegiatan sekolah. Pasal 13 (1) Belanja tidak langsung sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 12 ayat (2), meliputi: a. belanja pegawai; b. belanja beasiswa / b a n t u a n pendidikan; c. belanja tidak terduga. (2) Belanja pegawai sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f a m e r u p a k a n belanja kompensasi dalam b e n t u k gaji d a n tunjangan, serta t a m b a h a n penghasilan lainnya yang diberikan kepada pendidik dan tenaga kependidikan yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Belanja tidak terduga sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f c m e r u p a k a n belanja u n t u k kegiatan yang sifatnya tidak biasa a t a u tidak d i h a r a p k a n berulang seperti belanja yang diakibatkan karena bencana alam/bencana sosial yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Pasal 14 (1) Belanja langsung sebagaimana d i m a k s u d d a l a m pasal 12 ayat (3), dibagi m e n u r u t jenis belanja yang meliputi: a. belanja pegawai; b. belanja barang d a n jasa; d a n c. belanja modal. (2) Belanja pegawai sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f a u n t u k pengeluaran h o n o r a r i u m / u p a h dalam m e l a k s a n a k a n program dan/atau kegiatan sekolah. (3) Belanja barang d a n jasa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f b d i g u n a k a n u n t u k pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai m a n f a a t n y a k u r a n g dari 12 (dua belas) b u l a n d a n / a t a u pemakaian jasa d a l a m m e l a k s a n a k a n program d a n kegiatan sekolah. (4) Pembelian/ pengadaan barang dan/ a t a u jasa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3) m e n c a k u p belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, cetak/penggandaan, sewa, m a k a n a n d a n m i n u m a n, pakaian dinas/seragam sekolah d a n atributnya serta perjalanan dinas. (5) Belanja modal sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f c digunakan u n t u k pengeluaran yang d i l a k u k a n dalam rangka pembelian/ pengadaan a t a u p e m b a n g u n a n aset tetap berwujud yang m e m p u n y a i nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan.

13 Bagian Ketiga S u r p l u s / Defisit R A P B S Pasal 15 (1) Selisih antara anggaran pendapatan sekolah dengan anggaran belanja sekolah m e n g a k i b a t k a n terjadinya surplus a t a u defisit RAPBS. (2) S u r p l u s R A P B S terjadi apabila anggaran pendapatan sekolah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja sekolah. (3) S u r p l u s R A P B S dipergunakan dalam A P B S t a h u n pelajaran berkenaan. (4) Defisit R A P B S terjadi apabila anggaran pendapatan sekolah diperkirakan lebih kecil dari anggaran belanja sekolah. (5) Batas m a k s i m a l defisit R A P B S u n t u k setiap t a h u n pelajaran tidak boleh lebih dari 1 0 % (sepuluh per seratus) dari j u m l a h pendapatan. (6) D a l a m h a l R A P B S diperkirakan defisit, ditetapkan sumber dana lain u n t u k m e n u t u p defisit tersebut yang diantaranya dapat bersumber dari s u m b a n g a n orangtua/wali peserta didik d a n / a t a u sumber pendanaan yang sah lainnya. Pasal 16 (1) Kepala Sekolah wajib melaporkan posisi surplus/defisit RAPBS kepada Kepala Dinas d a l a m h a l men3nasun rencana penggunaan surplus RAPBS pada t a h u n pelajaran berikutnya a t a u m e n u t u p defisit RAPBS pada t a h u n berkenaan, apabila melalui pendanaan s u m b a n g a n atau dari orangtua/wali peserta didik. (2) Kepala Sekolah yang tidak melaporkan posisi surplus/defisit RAPBS sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1), dapat d i l a k u k a n penundaan pengesahan APBS. B A B VII P E N Y U S U N A N R A N C A N G A N A P B S Pasal 17 (1) Kepala sekolah m e n e t a p k a n RKT. (2) Sebelum t a h u n pelajaran dimulai, kepala sekolah bersama pendidik d a n tenaga kependidikan, serta komite m e n y u s u n R K A S berdasarkan RKT. (3) F o r m a t penjrusunan R K A S sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) t e r c a n t u m d a l a m lampiran yang m e r u p a k a n bagian tak terpisahkan dari peraturan ini. (4) R K A S u n t u k 1 (satu) t a h u n pelajaran disepakati d a l a m rapat komite, u n t u k dijadikan dasar p e n y u s u n a n RAPBS. (5) R K A S m e r u p a k a n bagian t a k terpisahkan dari RAPBS. Pasal 18 (1) Pada awal t a h u n pelajaran baru, sekolah d a n komite berkewajiban m e l a k s a n a k a n pendataan, pemetaan, analisa d a n kajian k e m a m p u a n sosial e k o n o m i orang t u a peserta didik b a r u sebagai bahan koreksi terhadap p e n y u s u n a n R A P B S sebelum d i s a h k a n menjad APBS. (2) Sekolah bersama komite men5n_isun RAPBS. (3) F o r m a t penjoasunan R A P B S sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) t e r c a n t u m d a l a m lampiran yang m e r u p a k a n bagian tak terpisahkan dari peraturan ini.

14 (4) D a l a m menyepakati R A P B S menjadi APBS, dilaksanakan dalam rapat komite d a n orangtua/wali peserta didik b a r u serta perwakilan orangtua/wali peserta didik melalui m u s y a w a r a h mufakat, dan dihadiri oleh m i n i m a l setengah d i t a m b a h 1 (satu) dari j u m l a h peserta rapat yang h a r u s hadir. (5) D a l a m h a l terjadi k e b u n t u a n dalam menyepakati R A P B S menjadi APBS, m a k a disepakati alternatif pilihan kesepakatan yang selanjutnya diambil suara terbanyak. (6) F o r m a t berita acara kesepakatan R A P B S menjadi A P B S sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3) t e r c a n t u m dalam l a m p i r a n yang m e r u p a k a n bagian t a k terpisahkan dari peraturan ini. B A B VIII P E N E T A P A N A P B S Pasal 19 (1) Penetapan A P B S paling lambat 2 (dua) b u l a n setelah p e n g u m u m a n penerimaan peserta didik baru. (2) J i k a 2 (dua) b u l a n setelah p e n g u m u m a n penerimaan peserta didik b a r u A P B S b e l u m ditetapkan d a n / a t a u disahkan, m a k a sekolah m e n g g u n a k a n A P B S t a h u n pelajaran sebelumnya sampai disetujuinya A P B S yang baru. (3) Apabila Kepala Sekolah terlambat d a l a m m e n e t a p k a n APBS t a h u n tertentu, m a k a diberi sanksi sesuai dengan k e t e n t u a n peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 20 (1) A P B S ditetapkan melalui K e p u t u s a n Kepala Sekolah. (2) A P B S yang s u d a h ditetapkan oleh Kepala Sekolah, paling lambat 7 (tujuh) h a r i kerja d i m i n t a k a n persetujuan d a n pengesahan oleh Dinas. (3) A P B S SMP, SMA, S M K d a n T K yang diseienggarakan Pemerintah Daerah mendapat persetujuan d a n pengesahan oleh Kepala Dinas. (4) Sebelum mendapat persetujuan d a n pengesahan oleh Kepala Dinas, terhadap A P B S d i l a k u k a n pencermatan d a n evaluasi oleh t i m yang dibentuk oleh Kepala Dinas. (5) T i m yang dibentuk u n t u k m e l a k u k a n pencermatan d a n evaluasi sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (4) meliputi: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris Dinas; c. Kepala Bidang terkait; d. Kepala Seksi pada Bidang terkait; e. Kepala S u b Bagian Program; f. Kepala S u b Bagian Keuangan; dan g. Pengawas Sekolah terkait. (6) A P B S S D yang diseienggarakan Pemerintah Daerah mendapat persetujuan d a n pengesahan oleh Kepala U P T Dinas Kecamatan. (7) Sebelum mendapat persetujuan d a n pengesahan oleh Kepala UPT Dinas Kecamatan, terhadap A P B S d i l a k u k a n pencermatan d a n evaluasi oleh t i m yang dibentuk oleh Kepala U P T Dinas Kecamatan. (8) T i m yang dibentuk u n t u k m e l a k u k a n pencermatan d a n evaluasi sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (7) meliputi: a. Kepala U P T Dinas Kecamatan; d a n b. Pengawas Sekolah terkait.

15 (9) Hasil pencermatan d a n evaluasi oleh T i m sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (4) d a n (7) disampaikan kepada sekolah. (10) A P B S pada Sekolah yang diseienggarakan masyarakat mendapat persetujuan d a n pengesahan oleh Ketua Yayasan / Lembaga penyelenggara masing-masing sesuai dengan anggaran dasar dan/atau anggaran r u m a h tangga masing-masing penyelenggara yang bersangkutan. (11) Dinas m e l a k u k a n monitoring d a n pengawasan terhadap pencermatan d a n evaluasi A P B S pada S D yang diseienggarakan Pemerintah Daerah d a n Sekolah yang diseienggarakan masyarakat. Pasal 2 1 (1) Pencermatan d a n evaluasi APBS SMA, S M K, S M P dan T K yang diseienggarakan oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan paling l a m a 15 (lima belas) h a r i kerja. (2) Apabila sampai dengan 15 (lima belas) h a r i kerja, APBS b e l u m m e n d a p a t k a n persetujuan d a n pengesahan m a k a A P B S b e l u m dapat dilaksanakan di sekolah. (3) Apabila A P B S yang telah dievaluasi oleh Dinas d a n ternyata tidak disetujui, m a k a A P B S dikembalikan ke sekolah, selanjutnya Kepala Sekolah wajib m e l a k u k a n p e n y e m p u r n a a n sesuai dengan hasil evaluasi selambat-lambatnya 20 (dua puluh) h a r i kerja setelah menerima hasil evaluasi APBS. (4) Apabila d a l a m w a k t u 20 (dua puluh) h a r i kerja, Sekolah tidak m e n y a m p a i k a n p e n y e m p u r n a a n sesuai hasil evaluasi APBS, m a k a Dinas m e n g e l u a r k a n S u r a t Keterangan agar Sekolah m e n g g u n a k a n APBS t a h u n pelajaran sebelumnya. (5) A P B S yang s u d a h disetujui d a n disahkan oleh Dinas, dikembalikan ke sekolah u n t u k disosialisasikan dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Pasal 22 (1) Pencermatan dan evaluasi A P B S S D yang diseienggarakan oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan paling l a m a 15 (lima belas) hari kerja. (2) Apabila sampai dengan 15 (lima belas) h a r i kerja, APBS belum m e n d a p a t k a n persetujuan d a n pengesahan m a k a A P B S b e l u m dapat dilaksanakan di sekolah. (3) Apabila A P B S yang telah dievaluasi oleh U P T Dinas Kecamatan dan ternyata tidak disetujui, m a k a APBS dikembalikan ke sekolah, selanjutnya Kepala Sekolah wajib m e l a k u k a n p e n y e m p u r n a a n sesuai dengan hasil evaluasi selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari kerja setelah m e n e r i m a hasil evaluasi APBS. (4) Apabila d a l a m w a k t u 20 (dua puluh) h a r i kerja, Kepala S D tidak m e n y a m p a i k a n p e n y e m p u r n a a n sesuai hasil evaluasi APBS, m a k a U P T Dinas Kecamatan m e n y a m p a i k a n laporan kepada Dinas. (5) Dinas memanggil Sekolah yang tidak m e n y a m p a i k a n penyempurnaan sesuai hasil evaluasi A P B S selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah m e n d a p a t k a n laporan dari U P T Dinas Kecamatan d a n m e l a k u k a n pembinaan kepada sekolah yang bersangkutan. (6) Apabila setelah d i l a k u k a n pembinaan oleh Dinas, Kepala S D tidak m e l a k u k a n perbaikan, m a k a Dinas m e n g e l u a r k a n S u r a t Keterangan agar Sekolah m e n g g u n a k a n A P B S t a h u n pelajaran sebelumnya.

16 (7) A P B S yang s u d a h disetujui d a n disahkan oleh Dinas, dikembalikan ke sekolah u n t u k disosialisasikan d a n dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. B A B I X P E L A K S A N A A N A P B S Bagian Kesatu U m u m Pasal 23 (1) S e m u a penerimaan d a n pengeluaran sekolah d a l a m rangka pelaksanaan pengelolaan d a n penyelenggaraan pendidikan dianggarkan dalam APBS. (2) J u m l a h belanja yang dianggarkan dalam A P B S m e r u p a k a n batas tertinggi u n t u k setiap pengeluaran belanja. (3) Sekolah dilarang m e l a k u k a n p u n g u t a n d a n / a t a u s u m b a n g a n dana d a n pengeluaran belanja di luar APBS. (4) Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja, j i k a u n t u k pengeluaran tersebut tidak tersedia a t a u tidak c u k u p tersedia dalam APBS. (5) Pengeluaran belanja sekolah m e n g g u n a k a n prinsip hemat, tidak mewah, efektif d a n efisien serta sesuai dengan k e t e n t u a n peraturan perundangundangan. Bagian Kedua Penyiapan D o k u m e n Pelaksanaan Anggaran Sekolah Pasal 24 (1) Kepala Sekolah m e n j a b a r k a n rincian belanja setiap program d a n kegiatan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan dalam APBS, serta rencana penarikan dana setiap tiga bulanan. (2) D o k u m e n pelaksanaan anggaran sekolah m e r u p a k a n penjabaran secara rinci A P B S yang s u d a h ditetapkan. (3) D o k u m e n pelaksanaan anggaran sekolah d i g u n a k a n sebagai dasar pelaksanaan A P B S oleh sekolah selama satu t a h u n. (4) F o r m a t d o k u m e n pelaksanaan anggaran sekolah sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) tersebut dalam lampiran peraturan ini. Bagian Ketiga Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Sekolah Pasal 25 (1) S e m u a pendapatan sekolah h a r u s d i d u k u n g dengan b u k t i yang lengkap d a n sah sesuai dengan standar pertanggungjawaban keuangan daerah. (2) Komisi, rabat, potongan a t a u pendapatan lain dengan n a m a dan dalam b e n t u k apa p u n yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung akibat penjualan, t u k a r m e n u k a r, hibah, asuransi d a n / a t a u pengadaan barang d a n jasa t e r m a s u k pendapatan bunga, jasa giro, a t a u pendapatan lain sebagai akibat p e n y i m p a n a n dana anggaran pada b a n k serta pendapatan dari hasil pemanfaatan barang sekolah atas kegiatan lainnya m e r u p a k a n pendapatan sekolah. (3) S e m u a penerimaan sekolah disimpan dalam rekening atas n a m a sekolah.

17 Bagian Keempat Pelaksanaan Anggaran Belanja Sekolah Pasal 26 (1) Setiap pengeluaran belanja atas beban A P B S h a r u s d i d u k u n g dengan b u k t i yang lengkap d a n sah. (2) B u k t i sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h a r u s mendapat pengesahan oleh bendaraha sekolah d a n kepala sekolah. (3) P e m b u k u a n pelaksanaan anggaran belanja sekolah dilaksanakan sesuai standar a k u n t a n s i daerah d a n / a t a u peraturan perundang-undangan. (4) B e n d a h a r a Sekolah sebagai wajib p u n g u t pajak penghasilan dan pajak lainnya, wajib m e n y e t o r k a n s e l u r u h penerimaan potongan dan pajak yang d i p u n g u t n y a ke rekening kas negara d a n / a t a u kas daerah sesuai k e t e n t u a n peraturan perundang-undangan. Bagian Kelima Sisa Lebih Perhitungan Anggaran T a h u n Pelajaran Sebelumnya Pasal 27 (1) Sisa lebih perhitungan anggaran t a h u n pelajaran sebelumnya menjadi saldo awal t a h u n pelajaran berikutnya. (2) Sisa lebih perhitungan anggaran t a h u n pelajaran sebelumnya dapat d i g u n a k a n u n t u k : a. m e n u t u p defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja; b. m e n d a n a i pelaksanaan kegiatan l a n j u t a n atas beban belanja langsung; c. m e n d a n a i kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir t a h u n pelajaran b e l u m dapat diselesaikan; d. m e n a m b a h belanja modal. B A B X P E R U B A H A N A P B S Pasal 28 (1) Sekolah dapat m e l a k u k a n perubahan APBS. (2) Perubahan A P B S sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) d i l a k u k a n sesuai dengan m e k a n i s m e p e n y u s u n a n APBS. (3) Perubahan A P B S sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h a n y a dapat d i l a k u k a n 1 (satu) kali d a l a m 1 (satu) t a h u n pelajaran. (4) P e r u b a h a n A P B S sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1), d i l a k u k a n apabila: a. terjadi p e n a m b a h a n d a n / a t a u pengurangan anggaran dan/atau kegiatan; b. terjadi pergeseran anggaran antar kelompok belanja a t a u biaya; dan / a t a u c. keadaan darurat. (5) P e n a m b a h a n anggaran sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (4) h u r u f a d i l a k u k a n terhadap p e n a m b a h a n yang bersumber dari APBN, A P B D Provinsi, A P B D yang telah ditetapkan pada awal t a h u n anggaran, d a n / a t a u masyarakat.

18 (6) D a l a m h a l terjadi perubahan A P B S sebagaiaman d i m a k s u d pada ayat (1) h a r u s dilaporkan d a l a m laporan pertanggungjawaban realisasi keuangan sekolah pada a k h i r t a h u n pelajaran. (7) W a k t u pelaksanaan p e r u b a h a n A P B S berkisar a n t a r a b u l a n November sampai dengan b u l a n Februari t a h u n berjalan. B A B X I P E N G E L O L A A N KAS D A N P E N A T A U S A H A A N K E U A N G A N S E K O L A H Bagian Kesatu Pengelolaan Kas Pasal 29 (1) Penyelenggaraan pengelolaan kas sekolah terdiri dari: a. m e r e n c a n a k a n penerimaan d a n pengeluaran kas; b. m e n y i m p a n kas d a n mengelola rekening bank; c. m e l a k u k a n pembayaran; d. m e n y u s u n pertanggungjawaban pengelolaan kas sekolah. (2) U n t u k mengelola kas, bendahara sekolah d a n / a t a u bendahara p e m b a n t u m e m b u k a rekening kas atas n a m a sekolah pada b a n k yang sehat d a n / a t a u b a n k yang ditunjuk. Bagian Kedua Azas U m u m Penatausahaan Keuangan Sekolah Pasal 30 (1) Pengelola k e u a n g a n sekolah yang menerima, menguasai uang, barang, a t a u k e k a y a a n sekolah wajib menyelenggarakan penatausahaan k e u a n g a n sesuai dengan k e t e n t u a n peraturan perundang-undangan. (2) Kepala Sekolah secara berkala wajib m e l a k u k a n pemeriksaan terhadap penatausahaan k e u a n g a n sekolah paling sedikit setiap 3 (tiga) bulan sekali d a n d i t u a n g k a n dalam Berita Acara Pemeriksaan Keuangan Sekolah. (3) D o k u m e n yang berkaitan dengan surat b u k t i yang menjadi dasar penerimaan d a n / a t a u pengeluaran atas pelaksanaan APBS ditandatangani oleh bendahara sekolah a t a u bendahara pembantu, serta disahkan oleh Kepala Sekolah. (4) Kepala Sekolah yang menandatangani d a n / a t a u mengesahkan d o k u m e n yang berkaitan dengan surat b u k t i yang menjadi dasar penerimaan d a n / a t a u pengeluaran atas pelaksanaan A P B S bertanggungjawab terhadap kebenaran material dan akibat yang t i m b u l dari penggunaan surat b u k t i d i m a k s u d. Bagian Ketiga Penatausahaan Keuangan Sekolah Pasal 3 1 (1) Penataausahaan keuangan sekolah m e n g g u n a k a n : a. B u k u kas u m u m ; b. B u k u p e m b a n t u kas t u n a i ;

19 c. B u k u p e m b a n t u pajak; d a n d. B u k u p e m b a n t u bank. (2) B u k u kas u m u m sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f a m e r u p a k a n b u k u yang digunakan bendahara sekolah u n t u k mencatat s e m u a penerimaan d a n pengeluaran sekolah. (3) B u k u kas u m u m sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f a m e r u p a k a n b u k u yang digunakan bendahara p e m b a n t u u n t u k mencatat s e m u a penerimaan d a n pengeluaran sesuai dengan sumber anggaran tertentu. (4) B u k u p e m b a n t u kas t u n a i sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f b m e r u p a k a n b u k u yang digunakan bendahara p e m b a n t u u n t u k mencatat rincian s e m u a penerimaan d a n pengeluaran sekolah. (5) B u k u p e m b a n t u pajak sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f c m e r u p a k a n b u k u yang digunakan u n t u k mencatat s e m u a transaksi yang h a r u s dipungut pajak serta pengendalian atas p u n g u t a n d a n penyetoran pajak yang dipungut selaku wajib p u n g u t pajak. (6) B u k u p e m b a n t u b a n k sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f d m e r u p a k a n b u k u yang digunakan u n t u k mencatat setiap transaksi yang d i l a k u k a n melalui bank. (7) B u k u - b u k u sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) ditutup oleh Bendahara Sekolah d a n / a t a u Bendahara P e m b a n t u setiap akhir b u l a n serta diketahui Kepala Sekolah. Bagian Keempat Penatausahaan Penerimaan Pasal 32 (1) Bendahara sekolah wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap s e l u r u h penerimaan yang menjadi tanggungjawabnya. (2) D a l a m hal penyelenggaraan penatausahaan penerimaan u n t u k sumber dana tertentu, bendahara sekolah dapat m e l i m p a h k a n kewenangannya kepada bendahara p e m b a n t u. (3) S e m u a penerimaan h a r u s dicatat dalam b u k u kas u m u m. (4) Selain dicatat d a l a m b u k u kas u m u m sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3), s e m u a penerimaan dicatat dalam b u k u p e m b a n t u kas t u n a i sesuai dengan jenis s u m b e r anggarannya. (5) Penerimaan sekolah sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) dicatat dalam b u k u p e m b a n t u bank. Bagian Kelima Penatausahaan Pengeluaran Pasal 33 (1) B e n d a h a r a sekolah wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap s e l u r u h pengeluaran a t a u penggunaan dana yang menjadi tanggung jawabnya. (2) D a l a m h a l penyelenggaraan penatausahaan pengeluaran u n t u k sumber dana tertentu, bendahara sekolah dapat m e l i m p a h k a n kewenangannya kepada bendahara pembantu. (3) S e m u a pengeluaran h a r u s dicatat dalam b u k u kas u m u m. (4) Selain dicatat pada b u k u kas u m u m sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3), s e m u a pengeluaran dicatat d a l a m b u k u p e m b a n t u kas t u n a i sesuai dengan sumber anggaranya.