BAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pembelajaran Muatan Lokal Aswaja/Ke-NU-an di MTs As

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Perencanaan Pembelajaran Muatan Lokal Aswaja/Ke-NU-an di MTs. Aswaja/Ke-NU-an di MTs As Syafi iyah Pogalan, Trenggalek.

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL ASWAJA/KE-NU-AN DI MTS AS SYAFI IYAH POGALAN, TRENGGALEK TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

BAB V PEMBAHASAN. sebelumnya dengan teori temuan saat penelitian. Menggabungkan antara polapola

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN. A. Perencanaan Kurikulum Aswaja pada MAS dan MTs.S Muslimat NU Palangka Raya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang penting dan memerlukan perhatian

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV. IMPLEMENTASI KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) DI MTs AGUNG ALIM BLADO. A. Kriteria Ketuntasan Minimal di MTs Agung Alim Blado

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

KEPUTUSAN KONFERENSI BESAR XVIII GERAKAN PEMUDA ANSOR TAHUN 2012 Nomor : 02/KONBES-XVIII/VI/2012

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL DI KELAS V SDN SAPURO 05 PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB V PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas hasil temuan-temuan dari masing-masing lokasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengembangan Silabus

BAB V PENUTUP. Kabupaten Tanah Datar. Pengembangan kurikulum bagi MTI Jaho. hanya sebatas untuk menjawab tantangan zaman saja tanpa menghilangkan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan

LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI NAHDLATUL ULAMA (PTNU)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang tertentu. Untuk menciptakan keluaran SMK yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KESIAPAN PARA GURU SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM DALAM MERESPON PERUBAHAN KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 1. dan menyukainya. Dengan kreatifitas guru dalam mengajar itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum sampai saat ini sebagai satu-satunya lembaga resmi yang membentuk

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. 1. Proses pembelajaran muatan lokal hampir sama dengan mapel-mapel

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ini tidak bisa hanya digantungkan pada kemampuan insting

Muatan Lokal dalam Kurikulum /27/2017 Nafan 1

BAB III PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS TRADISI AMALIYAH NU DI SMK MA ARIF NU TIRTO. kecamatan Tirto untuk mendirikan SLTA. Pada awalnya didirikan, SMK

2014 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN CERITA PENDEK BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN. 2011, hlm Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, RaSAIL Media

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, di mulai sejak tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

KEBIJAKAN LP MA ARIF NU WILAYAH JAWA TENGAH MASA KHIDMAT DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet. 7,

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB IV HASIL PENELITIAN. tentang: a). deskripsi data, b). temuan penelitian, c). analisis data. di paparkan temuan penelitian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

meningkatkan perilaku terpuji di MA Salafiyah Syafi iyah Hadirul Ulum Tasikrejo Kec. Ulujami, Kab. Pemalang, mengacu pada data utama yaitu data

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah. 1. bimbingan, pengajaran, serta penggunaan pengalaman. 2

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA METODE PEMBELAJARAN. SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MTs NURUL HUDA BANYUPUTIH BATANG

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan dasar menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB V PENUTUP. ustadz dalam mata pelajaran fiqih pada Pondok Pesantren Al-Ikhlas Negara Desa. 1. Peran ustadz sebelum kegiatan pembelajaran

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB V PENUTUP. 1. Strategi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Al- Ma arif Tulungagung, memiliki beberapa kecenderungan :

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP

BAB V PENUTUP. Berdasarkan deskripsi, analisis, studi dokumen, observasi serta wawancara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB IV ANALISIS KETERCAPAIAN STANDAR ISI MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS DI MI

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KURIKULUM Kerangka Dasar

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI SARJANA (S1) BAGI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH (DUAL

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar dan pendidikan menengah. serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Metode Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif, yaitu penelitian yang

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN 1. Perencanaan Pembelajaran Muatan Lokal Aswaja/Ke-NU-an di MTs As Syafi iyah Pogalan, Trenggalek Nahdlatul Ulama adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh para Ulama dengan tujuan memelihara tetap tegaknya ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama ah di Indonesia. 1 Oleh karena itu, Nahdlatul Ulama membutuhkan sebuah sistem yang permanen dan sistematis untuk menjaga agar aqidah serta amaliyah Ahlussunnah Wal Jama ah Nahdlatul Ulama tetap terpelihara yang salah satu cara yang ditempuh adalah dari jalur pendidikan yakni pembelajaran mata pelajaran Aswaja/Ke-NU-an di lembaga pendidikan Ma arif yang berada dibawah naungan LP Ma arif NU. Oleh karenanya, sebagai lembaga pendidikan Ma arif maka dilaksanakanlah pembelajaran Aswaja/Ke-NU-an di MTs As Syafi iyah Pogalan, Trenggalek yang ditujukan sebagai peningkatan kualitas peserta didik sekaligus pengenalan dan pemahaman tentang faham Ahlussunnah Wal Jama ah An-Nahdliyah serta amaliyah khas warga Nahdlatul Ulama sejak dini kepada siswa dan siswi MTs As Syafi iyah Pogalan, Trenggalek. Mata Pelajaran Aswaja/Ke-NU-an merupakan mata pelajaran khas lembaga pendidikan Nahdlatul Ulama yang dalam struktur kurikulum 1 Nur Sayyid Santoso Kristeva, Sejarah Teologi Islam Dan Akar Pemikiran Ahlussunah Wal Jama ah (Cilacap: Komunitas Santri Progressif (KSP) Cilacap, Lembaga Kajian Sosiologi Dialektis (LKSD) Cilacap-Jogjakarta, Institute for Philosophycal and Social Studies (INSPHISOS) Cilacap-Jogjakarta, Komunitas Diskusi Eye On The Revolution + Fordem Cilacap, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jaringan Inti Ideologis JawaTengah, Jawa Barat, Jawa Timur, 2012), 140. 88

89 Madrasah masuk dalam kurikulum Muatan Lokal (Mulok). Muatan lokal merupakan mata pelajaran sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. 2 Untuk mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal dilakukan dilakukan dengan: a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal. c. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal d. Menentukan mata pelajaran muatan lokal e. Mengembangkan SK dan KD beserta silabusnya. 3 Dalam implementasinya terdapat perbedaan dalam penyusunan kurikulum mata pelajaran Muatan Lokal Aswaja/Ke-NU-an dari mata pelajaran Muatan Lokal lainnya begitupun di MTs As Syafi iyah Pogalan, Trenggalek. Perbedaan tersebut yakni Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Muatan Lokal yang biasanya dibuat dan dikembangkan langsung oleh pihak satuan pendidikan masing-masing, untuk mata pelajaran Muatan Lokal Aswaja/Ke-NU-an dibuat oleh LP Ma arif NU wilayah Jawa Timur yang kemudian diturunkan kepada LP Ma arif NU cabang di tingkat Kabupaten dan kemudian baru disebarluaskan ke lembaga-lembaga pendidikan Ma arif di bawah naungan LP Ma arif NU. 2 Departemen Pendidikan Nasional 2006, Model Mata Pelajaran Muatan Lokal,(Online), http://tikmtsnngablak.files.wordpress.com/2012/02/macam-macam-model-pembelajaran1.pdf. 3 Muhaimin, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah & Madrasah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 95.

90 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) itulah yang kemudian dikembangkan oleh Madrasah dan guru mata pelajaran Muatan Lokal Aswaja/Ke-NU-an menjadi perangkat pembelajaran Aswaja/Ke-NUan yang berupa Program Tahunan, Program Semester, Silabus dan RPP. Berdasarkan pemaparan di atas Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dilakukan oleh LP Ma arif NU tersebut dilakukan oleh LP Ma arif NU untuk dijadikan pedoman terhadap jalannya proses pembelajaran Aswaja agar semua lembaga Ma arif benar-benar menjalankan pembelajaran Aswaja sesuai dengan kaidah Ahlussunnah Wal Jama ah An- Nahdliyah Nahdlatul Ulama. Upaya tersebut juga sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab LP Ma arif NU Jawa Timur terhadap lembaga pendidikan Ma arif untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas. Selain mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, bentuk peran LP Ma arif NU dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran Aswaja/Ke-NU-an adalah upaya untuk peningkatan mutu guru Aswaja/Ke-NU-an melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) Aswaja disetiap Kabupaten yang diharapkan dapat mewujudkan pembelajaran yang lebih berkualitas di lembaga pendidikan masing-masing. Selanjutnya, manusia diberi kelebihan yang berupa akal adalah untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Untuk mewujudkan aktifitas yang lebih baik tentu membutuhkan perencanaan. Tidak terkecuali juga seorang guru dalam menghadapi peserta didiknya seyogyanya mempersiapkan perencanaan secara matang. Perencanaan tersebut dimulai dari membuat

91 satuan pelajaran atau rencana pembelajaran, Silabus, materi ajar, metode yang akan digunakan, alat yang akan dibutuhkan, dan bentuk evaluasi yang akan dilakukan. 4 Perencanaan pembelajaran juga dilaksanakan oleh lembaga dan juga dewan guru di MTs As Syafi iyah Pogalan, Trenggalek tak terkecuali untuk pembelajaran Muatan Lokal Aswaja/Ke-NU-an sebagai mata pelajaran khas lembaga pendidikan Nahdlatul Ulama. Kurikulum Madrasah, secara prosedural sebagai rangkaian Setelah penyusunan mata pelajaran Muatan Lokal Aswaja/Ke-NU-an dalam perencanaan pembelajaran mata pelajaran Muatan Lokal Aswaja/Ke-NU-an, lembaga dan guru mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Aswaja/Ke-NU-an dari LP Ma arif NU menjadi perangkat pembelajaran yang berupa Program Tahunan, Program Semester, Silabus dan RPP mata pelajaran Aswaja/Ke-NU-an sesuai instruksi dari kepala Madrasah. meskipun menurut data yang peneliti dapatkan, dalam implementasinya belum optimal sepenuhnya karena berbagai hal seperti masalah waktu mengajar yang belum lama serta tidak adanya contoh langsung dalam pembuatan perangkat pembelajaran. Untuk alasan yang terakhir tersebut peneliti menemukan bahwa untuk pembuatan perangkat pembelajaran Aswaja/Ke-NU-an di MTs As Syafi iyah Pogalan, Trenggalek memang benar-benar harus dibuat oleh guru masing-masing dan Silabus ataupun RPP maupun perangkat yang lainnya tidak dapat ditunjukkan kepada guru yang lain, hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Kepala 4 Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator (Semarang: RaSAIL Media group, 2007), 44.

92 Madrasah bahwa untuk dokumen RPP dan silabus haruslah dibuat oleh gurunya masing-masing secara individual. Dari data diatas diketahui bahwa pembelajaran Muatan Lokal Aswaja/Ke-NU-an di MTs As Syafi iyah Pogalan, Trenggalek juga memakai perangkat pembelajaran sesuai instruksi Kepala Madrasah. Namun, pembuatan perangkat pembelajaran tersebut belum bisa optimal sepenuhnya dikarenakan berbagai hal yang salah satunya adalah perangkat pembelajaran harus benar-benar dibuat oleh guru yang bersangkutan secara individu. Menurut peneliti, disatu sisi hal tersebut akan berdampak positif yakni menjaga keaslian serta kreatifitas pembuatan perangkat pembelajaran karena guru Aswaja/Ke-NU-an tidak hanya akan mencontoh milik guru lain atau sekolah lain melainkan harus membuat sendiri perangkat pembelajarannya hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa guru yang bersangkutanlah yang mengerti keadaan serta segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pembelajarannya sehingga guru nantinya diharapkan benar-benar bisa merencanakan dan menjalankan pembelajaran yang optimal bagi peserta didiknya demi tercapainya tujuan pembelajaran. Namun, disisi lain dengan prosedur pembuatan perangkat pembelajaran yang harus dikerjakan oleh masing-masing guru Aswaja/Ke- NU-an seperti tersebut diatas berpotensi akan menimbulkan keengganan kepada guru untuk membuat sendiri perangkat pembelajaran dan akhirnya pembelajaran dilakukan tanpa menggunakan perangkat pembelajaran yang juga berarti pembelajaran berlangsung tanpa konsep yang jelas dan

93 sistematis dari guru. Disinilah mutlak dibutuhkan kesadaran dari setiap guru bahwa pendidikan akan berhasil dan sesuai harapan guru ketika pembelajaran juga direncanakan dan dikelola secara optimal termasuk dalam hal perencanaan pembelajarannya. Upaya menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pembuatan perencanaan pembelajaran Aswaja/Ke-NU-an juga harus dilakukan diantaranya melalui peran Kepala Madrasah serta optimalisasi kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) Aswaja. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Aswaja/Ke-NU-an di MTs As Syafi iyah Pogalan, Trenggalek Penyampaian materi pelajaran dari guru kepada peserta didik dalam sebuah pembelajaran adalah sebuah keniscayaan, oleh karenanya dibutuhkan cara penyampaian yang tepat. Proses pembelajaran dapat dikatakan sulit mencapai hasil manakala guru tidak menggunakan metode yang tepat dalam penyampaian pembelajarannya. Oleh karena itu, guru hendaknya menguasai, mengetahui dan memahami berbagai metode pengajaran, baik kelebihan maupun kelemahannya agar pembelajaran dapat berjalan secara optimal. 5 Berikut sebelas metode mengajar yang hendaknya dikuasai guru sebagai upaya untuk menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. a. Metode Ceramah (Al-Mau idhoh) b. Metode Tanya Jawab (Al-As ilah wa ajwibah) c. Metode Diskusi (An-Nisaqy) d. Metode Pemberian Tugas 5 Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator (Semarang: RaSAIL Media group, 2007), 55.

94 e. Metode Demonstrasi (At-Tathbig) f. Metode Karya Wisata g. Metode Kerja Kelompok h. Metode Bermain Peran i. Metode Dialog (Hiwar) j. Metode Bantah-membantah (Al- Mujadalah) dan k. Metode Bercerita (Al- Qisash) 6 Selain metode, Aspek yang tak kalah penting dalam sebuah pembelajaran adalah penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik. Oleh karenanya pemilihan serta pengembangan materi menjadi sangat penting demi keberhasilan proses pembelajaran itu sendiri 7. Dalam pembelajaran konvensional, sering guru menentukan buku teks sebagai satusatunya sumber materi pelajaran namun sebenarnya buku teks bukanlah satu-satunya sumber bahan belajar. Setidaknya ada tiga alasan mengapa guru harus mencari sumber materi pelajaran diluar buku teks, yaitu: a. Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat menuntut guru untuk selalu mencari informasi yang terbaru sebagai sumber belajar b. Kemajuan teknologi memungkinkan materi disampaikan dalam bentuk yang lain misalkan CD, kaset dan lain sebagainya. c. Tuntutan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), menuntut siswa agar tidak hanya menguasai teori saja, akan tetapi bagaimana informasi 6 Suparlan, Menjadi Guru Efektif (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005),38. 7 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), 141-142.

95 tersebut dapat dikembangkan sesuai kebutuhan siswa dan lingkungannya. Ketiga alasan tersebut yang semestinya membuka wawasan baru bagi guru untuk menyajikan materi pembelajaran diluar buku teks. 8 Dalam pelaksanaannya, pembelajaran Aswaja/Ke-NU-an di MTs As Syafi iyah Ngetal, Pogalan berdasarkan data yang didapatkan oleh peneliti dalam pembelajaran dikelas tidak menggunakan banyak variasi strategi pembelajaran kebanyakan hanyalah ceramah dan tanya jawab saja dan terkadang diskusi antara guru dan peserta didik yang sesekali dikembangkan dengan memakai cerita-cerita berkaitan dengan materi yang disampaikan serta praktik amaliyah. Dalam pelaksanaan pembelajarannya juga didukung dengan kegiatan penunjang berupa pembiasaan yang telah ditetapkan oleh pihak guru dan lembaga sesuai dengan amaliyah Nahdlatul Ulama seperti Tahlil bersama, Sholawatan bersama, Dzikir dengan suara yang dinyaringkan secara bersama-sama yang dibimbing dan diajarkan oleh guru mata pelajaran Muatan Lokal Aswaja/Ke-NU-an. Dari temuan peneliti tersebut dapat diketahui bahwa meskipun pembelajaran didalam kelas tidak memakai strategi yang variatif, namun telah memakai strategi dan metode pembelajaran yang efektif yakni pembelajaran kontekstual yang berusaha mencapai tujuan yang ingin dicapai dengan mempraktekkan secara langsung subtansi pembelajaran Aswaja/Ke- NU-an baik didalam kelas yang berupa pembelajaran formal maupun diluar 8 Ibid, 146-147.

96 kelas dengan pembiasaan rutin dengan tujuan agar siswa-siswi dapat betulbetul memahami ajaran dan amaliyah Nahdlatul Ulama dan agar siswa-siswi terbiasa mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama ah Nahdlatul Ulama dalam keseharian mereka. Berdasarkan data yang peneliti temukan serta dikaitkan dengan teori yang ada, dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya yang dilakukan pihak madrasah dan juga guru untuk mengajarkan serta menanamkan faham Ahlussunnah Wal Jam ah Nahdlatul Ulama telah dijalankan secara maksimal yang ditunjukkan dengan berbagai metode pembelajaran yang ditempuh. Namun, harus ada peningkatan yang konsisten dan simultan pada aspek pembelajaran Aswaja/Ke-NU-an agar dicapai hasil yang optimal juga. 3. Evaluasi Pembelajaran Aswaja/Ke-NU-an di MTs As Syafi iyah Pogalan, Trenggalek Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 58 tentang evaluasi disebutkan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Selanjutnya dalam pasal 59 disebutkan pula bahwa masyarakat dan/atau organisasi profesi dapat membentuk lembaga yang mandiri untuk melakukan evaluasi. 9 9 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2006, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Pendidikan, 17.

97 Seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diatas bahwa Penilaian hasil belajar dilakukan dengan tujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajari sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 10 Penilaian dalam proses belajar mengajar meliputi: a. Penilaian Formatif b. Penilaian Sumatif c. Pelaporan hasil evaluasi pembelajaran d. Pelaksanaan program pengayaan serta perbaikan. 11 Dalam praktiknya, penilaian mata pelajaran Aswaja/Ke-NU-an dilakukan oleh guru dengan ulangan harian sedangkan untuk penilaian dari lembaga meliputi tes blok setiap dua bulan sekali dan ujian tengah semester (UTS) serta ujian akhir sekolah (UAS). Melihat tujuan dan sistem evaluasi yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan lalu melihat sistem evaluasi pembelajaran terhadap mata pelajaran Muatan Lokal Aswaja/Ke- NU-an di MTs As Syafi iyah Ngetal, Pogalan kita dapat mengambil benang merah bahwa sistem evaluasi pendidikan nasional dan sistem evaluasi pembelajaran mata pelajaran Muatan Lokal Aswaja/Ke-NU-an di MTs As Syafi iyah Ngetal, Pogalan tidaklah menyimpang. Dalam pasal 58 misalkan, 10 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 36. 11 Ibid.

98 yang menyebutkan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan yang mana prosedur evaluasi tersebut telah dilaksanakan dalam penilaian atau sistem evaluasi pembelajaran Muatan Lokal Aswaja/Ke-NU-an di MTs As Syafi iyah Ngetal, Pogalan baik oleh guru maupun oleh lembaga madrasah dengan sistem evaluasi yang telah ditetapkan seperti Ujian Blok, Ujian Tengah Semester, dan Ujian Akhir Semester. Selanjutnya, dalam pasal 59 disebutkan bahwa masyarakat dan/atau organisasi profesi dapat membentuk lembaga yang mandiri untuk melakukan evaluasi. 12 Hal ini sesuai dengan apa yang dilaksanakan oleh LP Ma arif NU sebagai lembaga mandiri dibawah naungan Jam iyyah Nahdlatul Ulama dalam mengevaluasi pembelajaran Aswaja/Ke-NU-an dengan melaksanakan ujian Ma arif untuk seluruh madrasah Ma arif. Dari data hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa peran pemeliharaan budaya, amaliyah serta faham Ahlussunnah Wal Jama ah An- Nahdliyah yang berciri khas Nahdlatul Ulama pada jalur pendidikan dijalankan secara optimal dan sinergis antara LP Ma arif NU dengan lembaga Madrasah Ma arif melalui pelaksanaan pembelajaran Aswaja/Ke- 12 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2006, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Pendidikan, 17.

99 NU-an yang dilaksanakan secara sistematis mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada tahap evaluasi yang salah satu diantaranya adalah dilaksanakan di MTs As Syafi iyah Pogalan, Trenggalek. Meski begitu pekerjaan belumlah usai masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran Aswaja/Ke-NU-an di lembaga pendidikan Ma arif agar pembelajaran Aswaja/Ke-NU-an benar-benar mencapai hasil sesuai tujuan pendidikan Nahdlatul Ulama salah satunya seperti yang tertuang dalam Muktamar NU di Situbondo (1984) demi terciptanya generasi Nahdliyin yang memiliki modal Intelektual dan Spiritual