PENGANTAR TRANSPORTASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lingkungannya. Karena persepsi dan kemampuan individu pengemudi

VOLUME LALU LINTAS VOLUME LALU LINTAS. LHR dan LHRT. Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraaan yang melewati suatu titik atau garis tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4/20/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University

REKAYASA LALU LINTAS TKS Karakteristik Arus Lalu Lintas. Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 2 (dua)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

KAJIAN KEBUTUHAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG 6 KUTABLANG LHOKSEUMAWE

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

III. METODOLOGI PENELITIAN. harus tepat (dapat mengukur variabel yang diinginkan) dan dengan validitas

BAB II TINNJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. titik pada jalan per satuan waktu. Arus lalu lintas dapat dikategorikan menjadi dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR TRANSPORTASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

BAB III METODA PENELITIAN

STUDI PENGARUH PERLINTASAN SEBIDANG JALAN DENGAN REL KERETA API TERHADAP KARAKTERISTIK LALULINTAS

BAB III LANDASAN TEORI

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Transportasi merupakan bagian terpenting dari kehidupan sehari-hari, namun masih mengalami berbagai

BAB I PENDAHULUAN. terpencil yang merupakan sentral produksi pertanian. Usaha penataan ruang kota dan daerah ditujukan sebagai wadah dari fungsi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab III Metodologi Penelitian

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

BAB IV ANALISA PENELITIAN. Kebon Jeruk - Simprug dan arah Simprug - Kebon Jeruk. Total. rabu dan jum at. Pengambilan waktu dari pukul

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENYEMPITAN JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALU LINTAS JALAN (STUDI KASUS: JL. P. KEMERDEKAAN DEKAT MTOS JEMBATAN TELLO)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik suatu jalan akan mempengaruhi kinerja jalan tersebut.

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dari hasil survei inventaris jalan didapat data-data ruas Jalan Pintu Satu Senayan. Panjang. ( m )

sementara (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996).

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN. mengenai rekapitulasi untuk total semua jenis kendaraan, volume lalulintas harian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau mencapai

III. PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA A. JENIS KENDARAAN

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

Istilah-istilah dalam bidang Teknik Lalulintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan kapasitas terganggu pada semua arah.

STUDI TUNDAAN PADA PUTARAN DI DEPAN GERBANG TOL CILEUNYI

STUDI WAKTU PERJALANAN DAN TUNDAAN PADA RUAS JALAN DR. SETIABUDI

BAB II LANDASAN TEORI. permukaan air, terkecuali jalan kereta, jalan lori, dan jalan kabel. (UU No. 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan satu dengan kendaraan lainnya ataupun dengan pejalan kaki.

ANALISIS PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP KINERJA JALAN

ANALISA GELOMBANG KEJUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP ARUS LALU LINTAS DI JALAN SARAPUNG MANADO

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI

ANALISIS FLUKTUASI WAKTU PERJALANAN SAAT JAM SIBUK PADA SORE HARI DI JALAN UTAMA KELUAR KOTA MEDAN

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

Tugas I Rekayasa Lalu-Lintas Lanjut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Angkutan jalan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

BAB 2 STUDI LITERATUR

PENGANTAR TRANSPORTASI

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

PENDAHULUAN. Traffic light merupakan sebuah teknologi yang mana kegunaannya adalah untuk mengatasi antrian dan dapat mempelancar arus lalu lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KARAKTERISTIK LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN IR. H. JUANDA, BANDUNG

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas di dalamnya. Menurut Hobbs (1995), persimpangan jalan

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil. Disusun Oleh :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memancar meninggalkan persimpangan (Hobbs F. D., 1995).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum memulai penelitian perlu dibuat langkah-langkah penelitian, dimana langkah- langkah penelitian tersebut adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang serupa, sehingga arus pada suatu ruas jalan tertentu selalu bervariasi.

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

STUDI KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN TOL RUAS PASTEUR BAROS

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. DATA PENELITIAN. Beberapa data primer yang diperoleh melalui survei langsung di lapangan meliputi kondisi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bundaran Boulevard Kelapa Gading mempunyai empat lengan masing-masing lengan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penarik (attractive) dan kawasan bangkitan (generation) yang meningkatkan tuntutan lalu lintas (

II. TINJAUAN PUSTAKA. meskipun mungkin terdapat perkembangan permanen yang sebentar-sebentar

III. METODE PENELITIAN. mengemukakan secara teknis tentang metoda-metoda yang digunakan dalam

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Transkripsi:

PENGANTAR TRANSPORTASI KARAKTERISTIK LALU LINTAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

Interrupted flow PENDAHULUAN Uninterrupted flow

PENDAHULUAN Karakteristik dasar arus lalu lintas adalah arus, kecepatan dan kerapatan Karaktersitik ini dapat diamati dengan cara makroskopik atau mikroskopik Karakteristik Lalu Lintas Mikroskopik Makroskopik Arus Waktu antara (time headway) Tingkat arus (flow rate) Kecepatan Kecepatan individu Kecepatan rata-rata kerapatan Jarak antara (distance head way) Tingkat kerapatan

VOLUME DAN TINGKAT ARUS Menurut US HCM volume lalu lintas didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang melewati satu titik pada suatu ruas jalan dalam suatu waktu tertentu Volume ini dapat dinyatakan dalam kerangka tahunan, harian, jam-an ataupun satuan yang lebih kecil. tingkat arus (rate of flow) yang didefinisikan sebagai tingkat lalu lintas kendaraan ekivalen jam-an yang melewati satu titik pada suatu ruas jalan dalam suatu waktu yang lebih kecil dari 1 jam, biasanya 15 menit

VOLUME DAN TINGKAT ARUS apabila pengamatan suatu volume adalah 200 kendaraan per 15 menit Maka dinyatakan dalam tingkat arus adalah 200 x 4 = 800 kendaraan/jam, meski dalam kenyataannya 800 kendaraan /jam tidak diamati dalam 1 jam sebenarnya. Jadi 800 kendaraan/jam adalah tingkat arus eksisting untuk interval 15 menit.

VARIASI ARUS LALU LINTAS HARIAN Tingkat arus lalu lintas bervariasi terhadap hari dalam satu minggu yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang memiliki jadwal tetap dalam satu minggu Lalu lintas Harian rata-rata tahunan (LHRT) atau average annual daily traffic (AADT) adalah volume lalu lintas 24 jam rata-rata di suatu lokasi tertentu selama 365 hari penuh, yaitu jumlah total kendaraan yang melintasi lokasi dalam satu tahun dibagi 365 hari. Lalu lintas hari kerja rata-rata tahunan (LHKRT) atau average annual weekday traffic (AAWT) adalah volume lalu lintas 24 jam rata-rata pada hari kerja selama 365 hari penuh.

Variasi bulanan dalam volume lalu lintas

Variasi harian untuk berbagai jenis fasilitas jalan

VARIASI ARUS LALU LINTAS HARIAN Lalu lintas harian rata-rata (LHR) atau average daily traffic (ADT) adalah volume lalu lintas 24 jam rata-rata di suatu lokasi untuk periode waktu kurang dari satu tahun. Apabila AADT dihitung satu tahun, maka ADT mungkin dihitung selama 6 bulan, satu minggu bahkan selama 2 hari. Lalu lintas hari kerja rata-rata (LHKR) atau average weekday traffic (AWT) adalah volume lalu lintas 24 jam rata-rata pada hari kerja selama periode kurang dari satu tahun penuh

Tingkat arus lalu lintas jam-jaman berkaitan erat dengan kegiatan manusia Jam dalam hari dengan volume jam tertinggi disebut peak hour yang umumnya dinyatakan dalam volume per arah. Jalan harus dirancang agar dapat melayani volume lalu lintas pada saat peak hour pada arah tertentu Dalam perencanaan, volume jam puncak biasanya dihitung dari proyeksi AADT. Namun, AADT tidak dapat digunakan secara langsung untuk perencanaan karena adanya variasi bulanan, harian,jam-jaman dan pola lalu lintas berdasarkan pembagian VARIASI LALU LINTAS JAM- JAMAN arah yang sangat besar.

Maka perlu dikonversikan ke volume perancangan per arah atau directional design hour volume (DDHV) dengan persamaan : VJRA D k LHRT VJRA LHRT k D = volume jam perencanaan per arah = lintas harian rata-rata tahunan = proporsi lalu lintas harian yang terjadi selama periode puncak = proporsi dari lalu lintas jam puncak yang bergerak dalam arah puncak VARIASI LALU LINTAS JAM- JAMAN

Tingkat arus juga bervariasi di dalam periode satu jam dimana terdapat pola acak, konstan dan diantaranya keduanya. Variasi dalam satu jam dapat diperoleh dengan mencatat pengamatan volume untuk interval 5 menit, 10 menit ata 15 menit. Volume yang diamati selama periode kurang dari satu jam umumnya dinyatakan dalam tingkat arus. VARIASI LALU LINTAS KURANG DARI SATU JAM

VOLUME DAN TINGKAT ARUS Volume 1 jam penuh adalah : 4200 kendaraan/jam Tingkat arus pada periode terburuk : 4800 kendaraan/jam

VOLUME DAN TINGKAT ARUS Hubungan antara volume jam dan tingkat arus maksimum di dalam jam didefinisikan sebagai faktor jam puncak (peak hour factor /PHF) PHF = volume jam puncak tingkat arus maksimum Untuk periode 15 menit, persamaan di atas menjadi PHF q60 4 q 15 Dimana q 15 = tingkat arus puncak 15 menit q 60 = tingkat arus jam

VOLUME DAN TINGKAT ARUS Peak hour factor menjelaskan pola bangkitan pada suatu ruas jalan. Apabila nilai PHF diketahui, maka dapat digunakan untuk mengetahui tingkat arus maksimum dalam satu jam berdasarkan volume satu jam penuh : v V PHF Dimana v V = tingkat arus maksimum dalam satu jam (kend/jam) = volume dalam satu jam (kend/jam)

Kecepatan (Speed) Kecepatan didefinisikan sebagai besarnya pergerakan dalam jarak tertentu terhadap suatu waktu. Kecepatan merupakan kebalikan dari waktu yang digunakan untuk menempuh jarak tertentu atau S d t Dimana S d t = kecepatan (km/jam) = jarak tempuh (km) = waktu tempuh (jam atau detik) Waktu tempuh didefinisikan sebagai waktu yang digunakan untuk melintas suatu segmen/ruas jalan

Kecepatan rata-rata waktu (Time mean speed) -- TMS Yaitu kecepatan rata-rata semua kendaraan yang melewati suatu titik atau lajur pada suatu periode waktu tertentu. d t i i TMS n Kecepatan rata-rata ruang (space mean speed) SMS Yaitu kecepatan rata-rata semua kendaraan mengisi suatu ruas atau segmen lajur pada periode waktu tertentu SMS i d ti n nd t i i Dimana d n t i = jarak yang dilalui = jumlah kendaraan yang diamati = waktu kendaraan ke i untuk melewati seksi jalan tersebut.

TMS = 50.6 ft/s SMS = 1000/19.8 = 50.4 ft/s

CONTOH SOAL : Tiga kendaraan melalui ruas sepanjang 1 km pada sebuah jalan raya dan pengamatan berikut telah dilakukan : Kendaraan A = 1.5 menit 0.025 jam/km = 40 km/jam Kendaraan B = 1.7 menit 0.0283 jam/km = 35.33 km/jam Kendaraan C = 1.9 menit 0.0316 jam/km = 31.65 km/jam Berapakah kecepatan tempuh rata-rata ketiga kendaraan tersebut! waktu tempuh rata rata = 0.025 + 0.0283 + 0.0316 3 = 0.0283 jam/km kecepatan tempuh rata rata = 1 0.0283 = 35.33 km/jam space mean speed

CONTOH SOAL : Tiga kendaraan melalui sebuah penunjuk jarak dengan kecepatan 40 ; 35.33; 31.65 km/jam. Berapa kecepatan waktu rata-rata dari 3 kendaraan tersebut? kecepatan rata rata waktu = 40 + 35.33 + 31.65 3 = 35. 66 km/jam time mean speed KESIMPULAN : Kecepatan rata-rata waktu adalah rata-rata aritmatik dari kecepatan spot/sesaat, sedangkan rata-rata ruang adalah rata-rata harmonisnya.

Kecepatan sesaat (spot speed) Kecepatan sesaat dapat diketahui dengan suatu metode survey Ketika kecepatan diukur dari suatu titik yang ditentukan, hasil dari distribusi kecepatan dapat ditentukan Kecepatan rata-rata (average or time mean speed), kecepatan rata-rata semua kendaraan yang melalui lokasi selama periode waktu pengamatan Standar deviasi, perbedaan rata-rata antara kecepatan yang diamati dengan kecepatan rata-rata selama periode pengamatan Kecepatan ke 85 persentil, kecepatan dibawah 85% perjalanan kendaraan Median, kecepatan pada 50% distribusi kecepatan semua kendaraan yang diamati Kecepatan ke 15 persentil, kecapatan dibawah 15% perjalanan kendaraan Pace, kenaikan kecepatan 10 mi/h pada proposri tertinggi kecepatan yang diamati

Cara perhitungan adalah : 1) Menentukan distribusi berdasarkan penggolongan kecepatan, kemudian dipersentasikan berdasarkan urutan kecepatan terendah sampai tertinggi n % 100 i N Dimana n = jumlah frekuensi kendaraan pada kelompok kecepatan i N= total sampel kendaraan yang diamati 2) Menghitung persentasi kumulatif kendaraan dibawah kecepatan tertinggi pada kelompok kelompok kecepatan % kumulatif 100 3) Kemudian dibuat grafik dari persentasi kumulatifnya 1 X N n i

4) Menentukan mean speed dengan rumus : x i n S N i i Dimana ni Si N x = frekuensi pengamatan pada kelompok kecepatan = kecepatan tengah dari kelompok ke i = todal sampel kendaraan = kecepatan rata-rata 5) Menentuan median speed dengan menentukan P 50 6) Menentukan modal speed, yaitu kecepatan yang paling sering muncul selama pengamatan 7) Menentukan standar deviasi yang menjelaskan bagaimana data tersebar terhadap nilain rata-rata 2 xi x s N 1 8) Menentukan kecepatan 85% persentile dan 15 persentil dari grafik kumulatif, tujuannya adalah bagaimana menjelaskan kondisi dimana batas kecepatan tertinggi dan terendah yang paling masuk akal menurut pengemudi

Kerapatan (density) Kerapatan merupakan karakteristik makroskopik fundamental dari arus lalu lintas Kerapatan didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang menggunakan suatu panjang jalan, pada umumnya 1 km dan satu lajur jalan Kerapatan lalu lintas bervariasi dari nol ( tidak ada kendaraan di suatu lajur sepanjang 1 km) sampai nilai yang menyatakan antrian kendaraan yang cukup rapat dan tidak dapat bergerak atau macet (biasanya 115 156 kendaraan /km). Menentukan kebebasan bermanuver SULIT DIUKUR!!!

persen okupansi kerapatan. Persen okupansi didefinisikan sebagai persen waktu dipakainya suatu titik atau penggal jalan (umumnya digunakan lajur tunggal), nilainya bervariasi dari 0% sampi 100%. Kerapatan dapat diperkirakan dari persen okupansi dengan rumus k L v 10 L D % OCC Dimana : k L v L D %OCC = kerapatan (kendaraan per km lajur) = panjang rata-rata kendaraan (m) = panjang daerah pengamatan (meter) = persen okupansi

Spacing didefinisikan sebagai jarak antara dua kendaraan yang berurutan di dalam suatu aliran lalu lintas yang diukur dari bemper depan ke bemper depan kendaraan di belakangnya. Headway adalah waktu antara dua kendaraan yang berurutan ketika melalui sebuah titik suatu jalan. kerapatan rata rata(k), kend/mil = 5280 ( ft mil ) spacing rata rata s, ft/kend headway rata rata, (h) detik/kend = spacing rata rata s, ft/kend kecepatan rata rata v, ft/detik tingkat arus rata rata(q), kend/jam = 3600, detik/jam headway rata rata(h), detik/kend

Lane occupancy atau tingkat hunian lajur Biasanya digunakan untuk pengawasan jalan tol. Jika dapat dihitung panjang dari badan kendaraan pada suatu bagian jalan dan menghitung rasio : R = jumlah panjang kendaraan panjang bagian jalan = L i D Nilai R dibagi dengan panjang rata-rata sebuah kendaran untuk memperoleh kepadatan (k) CONTOH : Empat kendaraan dengan panjang 18,20,21 dan 22 ft berada di suatu jalan tol dengan panjang 500 ft. Berapakah pengisian lajur dan kepadatan jalan tol tersebut?

Lane occupancy atau tingkat hunian lajur L = panjang kendaraan C = jarak antara loop-loop pada detektor LO juga dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara waktu ketika kendaraan ada doi lokasi pengamatan pada lajur lalu lintas terhadap waktu pengambilan sampel LO = waktu total ketika detektor kendaraan dilalui waktu pengamatan total = t 0 T k = LO 5280 L + C t 0 = L + C v s

Contoh : Selama periode 60 detik, sebuah detektor dilewati oleh beberapa kendaraan dengan waktu sebagai berikut : 0.34;0.38;0.4 ;0.32 dan 0.52 detik. Tentukan nilai q, k dan v. Gunakan asumsi panjang detektor loop adalaj 10 ft dan panjang rata-rata kendaraan adalah 20 ft

g c h L v g v g L c h v =gap rata-rata (detik) = panjang kendaraan rata-rata = spacing rata-rata (ft) = headway rata-rata (dtk) = kecepatan rata-rata (ft/detik)

Tahapan Survey Lalu Lintas 1. Studi pendahuluan 2. Perancangan Sampel 3. Perancangan Kuesioner 4. Survei pendahuluan 5. Pelaksanaan survei 6. Kompilasi data 7. Analisa data

Jenis Survei Volume Lalu Lintas Survei Volume Lalu Lintas Metode survei manual Surveyor berada di satu titik yang tetap di tepi jalan dan mencatat setiap kendaraan yang lewat di titik yang telah ditentukan pada formulir yang telah disiapkan dengan menggunakan alat counter dan memindahkan jumlah total pada formulir yang telah disiapkan.

Jenis Survei Volume Lalu Lintas Survei Volume Lalu Lintas Metode pencacah otomatis Apabila dibutuhkan durasi survei yang cukup lama/panjang, dapat berupa detektor yang mendeteksi kendaraan yang melintas atau berupa kamera video. Beberapa metode : pneumatic tube/selang udara, pelat elektrik, induksi putar, radar.

Pneumatic tube counter Metode pencacah otomatis dengan radar

Jenis Survei Volume Lalu Lintas Survei Pergerakan Membelok Penghitungan pergerakan membelok digunakan untuk perencanaan geometrik persimpangan, analisis pengendalian dan kapasitas simpang, studi tundaan, statistik kecelakaan dan sebagainya. Penghitungan dapat dilakukan menempatkan surveyor di tepi jalan pada setiap kaki persimpangan dengan pandangan yang cukup jelas. Apabila arus tinggi, penghitungana dapat dilakukan satu arah pergerakan yang dihitung berdasarkan jenis kendaraan.

Jenis Survei Volume Lalu Lintas Survei Kecepatan Lalu Lintas Kecepatan merupakan parameter penting untuk perancangan jalan sebagai informasi mengenai kondisi perjalanan, tingkat pelayanan dan kualitas arus lalu lintas. Spot speed (kecepatan sesaat) Dua jenis pengukuran untuk mendapatkan data kecepatan sesaat, yaitu pengukuran tak langsung dan pengukuran langsung. Disebut tak langsung karena sesungguhnya kecepatan diperkirakan dari waktu tempuh hasil pengamatan. Termasuk jenis ini adalah metode dua pengamat dan metode enoscope. Pengukuran dengan menggunakan radar speedgun adalah contoh pengukuran spot speed secara langsung.

Metode dua pengamat Tentukan jarak (antara 20 200 meter) Pengamat pertama menurunkan tangannya begitu sebuah kendaraan yang diukur kecepatannya melewatinya. pengamat kedua menjalankan stopwatch nya begitu kendaraan melewatinya dan dicatat waktu tempuh kendaraan yang diamati. KELEBIHAN : MURAH DAN SEDERHANA KEKURANGAN : KURANG TELITI, PENGUMPULAN DATA LAMBAT Metode Enoscope Mirip dengan metode dua pengamat, hanya salah satu pengamat diganti dengan alat enoscope

Metode speed meter Radar meter menggunakan gelombang radio, inframerah dan gelombang ultrasonic yang dipancarkan dari alat tersebut ke kendaraan yang akan diukur kecepatannya kemudian dipantulkan kembali oleh kendaraan

Survei Waktu perjalanan Waktu perjalanan didefinisikan sebagai waktu total yang dibutuhkan kendaraan untuk menyelasaikan perjalanan tertentu, sepanjang potongan jalan atau dari asal tertentu ke tujuan tertentu. Survei waktu perjalanan dan hambatan dipergunakan untuk berbagai keperluan antara lain : menilai kualitas pelayanan rute transportasi publik, identifikasi lokasi dan penyebab kemacetan, menentukan kebutuhan lampu lalu lintas dan lainnya.

ISTILAH PENTING Waktu perjalanan : waktu yang diperlukan untuk melewati seksi jalan yang disurvei termasuk waktu berhenti karena hambatan. Hambatan : gangguan yang dialami kendaraan survei selama survei berlangsung karena kondisi lalu lintas seperti mendekati persimpangan, persilangan sebidang, sekolah dan lainnya Waktu berhenti : waktu kendaraan dalam keadaan diam (terhenti) selama survei dilakukan karena hambatan. Waktu bergerak : waktu kendaraan dalam keadaan bergerak dalam ruas jalan yang disurvei (waktu perjalanan dikurangi waktu henti)

Metode Pengamatan Bergerak 1) Kendaraan mengambang Kendaraan survei dijalankan dengan cara mensimulasikan kecepatan kendaraan rata-rata di dalam arus lalu lintas dengan mencatat dan menyeimbangkan jumlah kendaraan yang menyiap dan jumlah kendaraan yang disiap oleh kendaraan survei Metode pertama t x q. t q ij t t ij q x = waktu perjalanan yang diijinkan = waktu perjalanan yang diamati = volume rata-rata (dari survei pencacahan) = jumlah kendaraan yang menyiap jumlah kendaraan disiap

Metode kedua Metode moving car dikembangkan oleh TRRL (peneliti transportasi di Inggris), digunakan tiga orang pengamat dan seorang pengemudi untuk mengumpulkan informasi Pengemudi : mempertahankan kendaraan bergerak pada kecepatan konstan. Disarankan jumlah sampel yang diambil adalah 6 putaran (pergi pulang) sehingga didapat data sebanyak 12. Pengamat (1) : menghitung kendaraan yang disiap (A) dan kendaraan yang menyiap (B) kemudian hitung y = B-A Pengamat (2) : menghitung kendaraan berpapasan pada arus yang berlawanan (x) Pengamatan (3) : mencatat waktu perjalanan pada saat bergerak searah arus yang diamati.

Volume lalu lintas dihitung dengan rumus : q x y t a t w Dimana t a = waktu perjalanan sewaktu berjalan melawan arus yang ditinjau t w = waktu perjalanan sewaktu-waktu berjalan bersama arus yang ditinjau dan waktu perjalanan rata-rata adalah : t t w y q

CONTOH SOAL : MOVING CAR OBSERVER Survei moving car observer dilakukan di jalan dari A B dengan panjang 6,4 km sebanyak 6 kali putaran. Hasil pengamatan dilihat dalam tabel Kendaraan bergerak dari A ke B Kendaraan bergerak dari B ke A

ARUS DARI A B

ARUS DARI B A

Jadi arus rata-rata untuk kedua arah adalah = 859,93+1085,93 2 = 972,93 kend/jam Dan kecepatan rata-rata untuk kedua arah adalah = 35,72+32,4 2 = 34,06 km/jam Selain survei di atas terdapat juga survei lalu lintas lainnya seperti : survei durasi parkir, survei inventarisasi jalan, survei asal tujuan, survei angkutan umum, survei inventarisasi fasilitas transportasi dan lain-lain

HUBUNGAN ANTARA ARUS, KECEPATAN DAN KERAPATAN METODE GREENSHIELDS Kecepatan, arus dan kerapatan dari lalu lintas dihubungkan dengan persamaan : Arus = kecepatan x kerapatan Atau v = S x D Dimana : v = arus lalu lintas (kendaraan /jam) S = kecepatan ruang rata-rata (km/jam) D = kerapatan (kendaraan/jam)