BAB I PENDAHULUAN. di bidang pendidikan dan pengajaran. Pemerintah dewasa ini khususnya

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Thalaba Pendidikan Indonesia Vol. 1, No. 2, September 2017, 13-18

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Melalui pendidikan, dapat diperoleh hal-hal baru yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003, telah di gariskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. mengetengahkan tanggung jawab sebagai pendidik. Dimana pendidik adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia secara individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Firman Allah dalam surah al-alaq ayat 1-5 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan, dimana anak didik belajar. Proses belajar di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di era globalisasi seperti saat ini. (Rudiono, 2010)

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya mendapatkan perlakuan yang sama seperti siswa normal. Siswa SLB

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui pendidikan yang akan menghasilkan manusia-manusia. pembangunan yang cerdas dan terampil. Di dalam tahap MPR RI. No.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan menempati posisi yang sangat penting. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam membentuk generasi masa mendatang. Hal tersebut sebagaimana

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Dari rumusan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu. menghadapi segala perubahan dan permasalahan pada kemajuan jaman yang

HUBUNGAN ANTARA KETELADANAN PENDIDIK DALAM INTERAKSI EDUKATIF DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Pres, 2002), hlm Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri 1

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

ini bisa dirasakan ketika sebuah lembaga pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar baik, sehingga dapat

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. memanusiakan dirinya dan orang lain. Melalui pendidikan pula manusia mudah

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. berbenah di segala bidang. Salah satunya adalah melalui dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran hakikatnya dalah usaha sadar dari seorang guru dalam rangka menjapai tujuan yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

PENDAHULUAN. seperti dirumuskan dalam Undang Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini sedang dihadapkan pada dua masalah besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Iptek). Persepsi masyarakat ini kiranya telah mampu memobilisasi

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam bidang IPA yang juga telah berlangsung dengan pesat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berakar pada kebudayaan Indonesia berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perilaku seseorang atau masyarakat, dari suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri terhadap aspek-aspek kehidupan dan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keunggulan suatu bangsa tidak lagi tertumpu pada kekayaan alam,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern sekarang, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat serta menyentuh pada semua aspek kehidupan manusia tak terkecuali di bidang pendidikan dan pengajaran. Pemerintah dewasa ini khususnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pemerintah telah mengusahakan peningkatan mutu pendidikan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi. Di antaranya adalah penyempurnaan kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1984, kemudian disempurnakan lagi menjadi kurikulum 1994 dan seterusnya hingga saat ini muncul kurikulum 2006. Selain itu, dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara yang ditetapkan dengan ketetapan MPR No IV/MPR/1978, 1 pada bagian agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dinyatakan antara lain: Pendidikan sangat penting dan harus dimengerti oleh semua umat manusia terutama dalam rangka mewujudkan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan nasional: Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa 1 USPN: undang-undang pendidikan nasional (http://www.putra-putri-indonesia.com/tujuanpendidikan-nasional.html)

2 pada Tuhan Yang Maha Esa. Berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian, disiplin, bekerja keras, tanggung jawab, cerdas, terampil, sehat jasmani dan rohani. 2 Dengan pembangunan manusia seutuhnya di Indonesia menghendaki keselarasan antar bangsa, serta keselarasan kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat. Hal ini kita dapat lihat dengan fenomena yang ada, apabila terlalu mementingkan kehidupan di dunia maka akan lupa kehidupan kita kelak yaitu kehidupan akhirat. Begitu juga sebaliknya, apabila kita terlalu mementingkan kehidupan akhirat yang akhirnya mengabaikan kehidupan dunia juga kurang baik. Dari itu perlu keseimbangan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat sesuai dengan harapan bangsa di dalam membangun dan menciptakan manusia seutuhnya. Dalam peningkatan mutu pendidikan pemerintah selalu berusaha semaksimal mungkin untuk terbentuknya pendidikan yang berkualitas, pendidikan yang mampu berperan dalam persaingan global di era masa kini. Salah satu bentuk konkrit usaha pemerintah tersebut dengan mengadakan penataran guruguru bidang studi, pengadaan buku-buku paket, dan menambah sarana dan prasarana untuk kegiatan proses belajar mengajar. Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, proses memberikan, bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terjadi proses siswa 2 Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,.( Bandung: Sinar Baru Algensindo 1984), hlm:29

3 belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan atau sikap. MI Almusthofa Wates sebagai salah satu lembaga pendidikan yang sangat menjunjung keberhasilan pembelajaran, sehingga siswa yang diharapkan mampu menjadi seorang yang multidimensi yang berlandaskan agama. Usaha untuk seperti itu banyak dilakukan oleh lembaga terkait, seperti pemenuhan sarana prasarana, media pembelajaran dan guru yang profesional dengan harapan akan mampu menciptakan pengelolaan pembelajaran dengan baik, yang pada akhirnya akan menjadikan lembaga yang berkualitas. Namun selain itu, banyak permasalahan-permasalahan pembelajaran yang terjadi di sekolah. Seperti, rendahnya prestasi belajar siswa, malas belajar, dan tidak terlalu mementingkan sekolah, mereka lebih memilih bermain dari pada harus belajar. Permasalahan seperti itu rata-rata dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan. Hal itu yang kemudian menjadi tanggungjawab pihak sekolah dan guru untuk selalu memperbaiki keadaan tersebut, agar siswa mampu menjadi manusia yang berpengetahuan dan bermoral tinggi yang berlandaskan agama. Jika diteliti, permasalahan-permasalahan tersebut muncul dari keseharian siswa di kelas IV. Di MI Almusthofa Wates tempat penelitian ini banyak sekali ditemukan permasalahan. Seperti dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Pada pelajaran ini, siswa kurang antusias dan kurang peduli terhadap apa yang disampaikan guru, mereka lebih mementingkan hal lain dari pada belajar, seperti menggambar, bicara sendiri dengan teman di dekatnya. Hal itu tentu sangat

4 mengganggu dan tidak memungkinkan untuk memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal. Dalam kondisi yang demikian, tentu akan sangat berpengaruh terhadap prestasi atau hasil belajar siswa. Jika kondisi seperti ini tidak secepatnya ditanggulangi, maka sangat mungkin kualitas lembaga akan menjadi menurun, karena salah satu indikator keberhasilan lembaga adalah mampu mencetak lulusan yang baik, sesuai dengan yang diharapkan oleh lembaga tersebut. Metode dalam proses belajar mengajar merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Perumusan tujuan dengan sejelas-jelasnya merupakan syarat terpenting sebelum guru menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Apabila guru dalam memilih metode mengajar kurang tepat akan menyebabkan kekaburan tujuan yang akan digunakan dalam mengajar. Menurut Arifin, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana dalam penyampaian materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. 3 Tanpa metode, status materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efisien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan. Selain itu guru dituntut untuk mengetahui serta menguasai beberapa metode dengan harapan guru tidak hanya menguasai secara teori tetapi guru dituntut memilih metode yang tepat untuk mengoperasionalkan dalam proses belajar mengajar dengan baik. Jadi guru dituntut untuk benar-benar mengetahui dan mengerti metode yang cocok dalam proses belajar mengajar, yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa. Dan akhirnya pendidikan bisa mencapai tujuan yang diinginkan serta mendapatkan hasil yang maksimal. 3 Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Askara 2006). hlm:25

5 Dalam proses belajar mengajar metode demonstrasi mutlak digunakan, karena seorang guru tidak hanya mengandalkan informasi ilmu, tanpa hasil yang sesuai dengan kurikulum yang sudah ada. Guru yang profesional akan menuntut suatu hubungan integral antara keselarasan materi dan praktek yang sudahdijelaskan oleh guru terhadap siswa. Guru akan mengetahui sejauh mana siswa bisa mempraktekkan atau mendemonstrasikan materi yang telah diberikan sehingga siswa dapat mengaplikasikan sikapnya dalam kehidupan. Menurut Daradjat metode demonstrasi itu sendiri adalah metode yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Jadi metode demonstrasi, guru dan murid memperlihatkan kepada seluruh anggota kelas tentang suatu proses, misalnya bagaimana cara shalat yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Penggunaan metode demonstrasi diharapkan dapat memberikan pengaruh positif bagi siswa dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa menyebar, yang berarti ada prestasi belajar siswa itu tinggi dan ada pula yang rendah. Dengan bervariasinya prestasi belajar siswa akan memotivasi guru untuk mengupayakan peningkatan prestasi belajar siswa dengan berbagai macam cara. Pada peningkatan prestasi belajar siswa bukan hanya peran guru yang dibutuhkan tetapi siswa sendirilah yang dituntut peran aktif dalam proses belajar mengajar. Salah satu hal yang penting dimiliki oleh siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya adalah penguasaan bahan pelajaran. Siswa yang kurang menguasai bahan pelajaran akan mempunyai nilai yang lebih rendah bila

6 dibandingkan dengan siswa yang lebih menguasai bahan pelajaran. Untuk menguasai bahan pelajaran maka dituntut adanya aktifitas dari siswa yang bukan hanya sekedar mengingat, tetapi lebih dari itu yakni memahami, mengaplikasikan, dan mengevaluasi bahan pelajaran. Pada kenyataannya pembelajaran fiqih di MI masih sebatas menyampaikan tentang keagamaan kepada siswa. Dengan penerapan metode demonstrasi dan resitasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi siswa dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan fenomena di atas sebagai gambaran problematika maka di sini penulis tertarik untuk mengangkat judul Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Keterampilan Menerapkan Tata Cara Shalat dalam Mata Pelajaran Fiqih Kelas IV pada Materi Shalat dan Rukun rukun Shalat di MI Al Musthofa Wates Lekok Pasuruan Tahun Pelajaran 2014 / 2015. B. Rumusan Masalah Dari paparan latar belakang tersebut, peneliti menemukan suatu masalah yang perlu dibahas, yaitu: 1. Bagaimana penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan keterampilan menerapkan tata cara shalat dalam mata pelajaran fiqih kelas IV di MI Al Musthofa Wates Pasuruan?

7 2. Bagaimana peningkatan keterampilan siswa pada mata pelajaran fiqih kelas IV di MI Al Musthofa Wates Pasuruan setelah menggunakan metode demonstrasi? C. Tindakan yang Dipilih Tindakan yang dipilih dalam penelitian ini, dengan menerapkan metode demontrasi maka dapat meningkatkan keterampilan menerapkan tata cara shalat dan rukun-rukun shalat pada siswa kelas IV MI Al Musthofa Wates Pasuruan. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka peneliti ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui penerapan metode demonstrasi dalam meningkatkan keterampilan menerapkan tata cara shalat dalam mata pelajaran fiqih kelas IV di MI Al Musthofa Wates Pasuruan? 2. Mengetahui peningkatan keterampilan siswa dalam menerapkan tata cara shalat di MI Al Musthofa Wates Pasuruan? E. Lingkup Penelitian Untuk membatasi permasalahan yang akan diteliti maka dibuat suatu lingkup penelitian sebagai berikut: 1. Penelitian ini difokuskan pada meningkatkan keterampilan menerapakan tata cara shalat siswa kelas IV di MI Al Musthofa Wates dengan menggunakan metode demontrasi..

8 2. Materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelajaran fiqih kelas IV pada materi shalat dan rukun rukun shalat. F. Manfaat atau Signifikansi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan keterampilan menerapkan tata cara shalat dalam mata pelajaran fiqih kelas IV di MI Al Musthofa Wates Pasuruan. Adapun secara detail kegunaan tersebut di antaranya : 1. Bagi siswa Dengan penerapan metode demonstrasi siswa dapat mengembangkan kreatifitas, tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian dalam menerapkan keterampilan di luar pengawasan guru. 2. Bagi guru Penerapan metode ini dapat membantu para guru atau peneliti dalam mengajarkan fiqihagar para siswa memiliki semangat dalam mempraktekkan pelajaran fiqih dan meningkatkan keterampilan. 3. Lembaga sekolah Penerapan metode ini, diharapkan dapat menjadi acuan untuk lembaga atau sekolah dalam kaitannya siswa untuk dapat menerapkan pelajaran fiqihdalam kehidupan sehari-hari.

9 4. Pengembang kurikulum Dalam penerapan metode ini diharapkan bagi pengembang kurikulum untuk lebih memberikan kebijakan dalam pengajaran fiqih terutama yang berhubungan dengan praktek. 5. Khasanah ilmu Dengan adanya metode ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menerapkan ajaran-ajaran Islam, khususnya dalam bidang fiqih yang berhubungan dengan masyarakat dan bangsa Indonesia.