BAB I PENDAHULUAN. manusia melupakan tugasnya sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi ini.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus di bentuk untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perubahan sikap dan perilaku. Perubahan sikap dan perilaku itulah yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali nilai-nilai dalam

BAB I PENDAHULUAN. akan dibutuhkan anak dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Keluarga

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MORAL SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 95/I OLAK KECAMATAN MUARA BULIAN SKRIPSI OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. dipercayai tentang diri sendiri akan membentuk kepribadian diri dalam berkreasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dalam keluarga (pendidikan informal), sekolah (pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional variabel dalam

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi, menjadi tantangan serius bagi dunia pendidikan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dasar tingkah laku siswa. Salah satu karakter yang harus

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dimana ia dituntut untuk melakukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dari semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan. sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. semua orang, terutama menjadi guru maupun lingkungan masyarakat. Karena

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan merupakan anugerah Allah Subhanahuwatallah yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanyaan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Republik Indonesia, pendidikan nasional berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang di buat keluarganya dapat mempengaruhi anak begitupun

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. laki-laki, perempuan dan menciptakan serta membesarkan anak-anak. Jadi

POLA ASUH OTORITATIF SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DALAM SETTING KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dari ketiga subjek pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB V PENUTUP. analisis bahasan utama pada tesis ini ada tiga hal yaitu: 1. Bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. Siswa-siswi yang sedang berada di tingkat pendidikan SMA. seringkali menjadi kekhawatiran bagi orang tua dan guru, karena

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan gerakan, tidak sekedar sikap atau ucapan. berusaha mewujudkan dalam perbuatan dan tindakan sehari hari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Minat belajar yang tergambarkan dari motivasi belajar siswa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. menuntun pikiran dan perilaku seseorang. Dengan demikian, maka kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Siapakah saya? Apa potensi saya? Apa tujuan yang ingin saya capai di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik merupakan dasar dari pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:16),

BAB II LANDASAN TEORI

MENGEMBANGKAN TANGGUNG JAWAB PADA ANAK C3.2.SPOT.010

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

POLA PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA OLEH : ADE JUWAEDAH. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB VI PENUTUP. Pada bab ini dipaparkan tentang kesimpulan yang ditarik dari temuan

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh

SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER FIS UNY

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

anak didik selalu menjadi persoalan dalam proses pendidikan.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia terlahir sebagai makhluk yang paling sempurna. Terkadang manusia melupakan tugasnya sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi ini. Sikap atau perilaku dari manusia sendiri selalu berubah-ubah sehingga mengakibatkan adanya ketidak nyamanan dalam menjalankan kehidupan seharihari. Sebagai manusia yang berbangsa dan bertanah air, seharusnya memiliki karakter yang baik yang menjunjung tinggi nilai kehidupan. Menurut Raka (2009: 231-232) adapun berbagai macam karakter diantaranya kejujuran, rasa tanggung jawab, semangat belajar, disiplin diri, kegigihan, apresiasi terhadap kebinekaan, semangat berkonstribusi, dan optimis. Ada berbagai macam bentuk karakter yang dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupan ini. Seperti yang dijelaskan oleh Mutohir (2011: 50) bahwa ada enam pilar karakter yang harus dimiliki oleh seseorang yaitu jujur, hormat, tanggung jawab, berperilaku adil, peduli dan beradab. Sebagai manusia yang dipercayakan oleh Allah SWT seharusnya seseorang memiliki sikap yang dapat dipercaya juga. Dari berbagai karakter salah satu yang harus dimiliki adalah sikap jujur. Jujur adalah sikap yang ditunjukkan dengan keterbukaan dan tidak saling menipu satu sama lain. Hal ini diperkuat oleh Mutohir (2011: 50), ia berpendapat bahwa jujur merupakan suatu sikap terbuka, dapat dipercaya dan apa adanya. 1

2 Sikap jujur antara lain ditandai dengan mengatakan apa adanya, menepati janji mengakui kesalahan, menolak berbohong, menipu dan mencuri. Perilaku jujur dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan pribadi sendiri, lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial. Interaksi merupakan salah satu wahana seseorang dalam menumbuhkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari. Kejujuran memiliki ciri-ciri yaitu tidak berbohong, tidak mengingkar janji, tidak menipu serta mengakui kesalahan. Hal ini diperkuat oleh Raka (2009: 231-232) yang mengemukakan bahwa kejujuran dilakukan dengan kebiasaan baik yang diantaranya tidak berbohong, tidak mengambil barang yang bukan miliknya, tidak menyontek pekerjaan rumah atau PR dan ulangan harian atau ujian. Kalau merujuk kepada nilai-nilai universal cukup banyak, Lutan (dalam Mutohir, 2011: 57) mengatakan bahwa sari patinya hanya ada empat nilai moral yakni keadilan, kejujuran, tanggung jawab dan kedamaian. Ketika seseorang tidak dapat berperilaku jujur tentunya hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar. Faktor dari dalam berupa diri sendiri dan faktor dari luar berupa lingkungan yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan sosial. Lingkungan memang sangat berpengaruh terhadap kejujuran seseorang. Keluarga sebagai lingkungan yang paling penting dalam menumbuhkan dan membiasakan perilaku jujur seseorang. Sehingga keluarga merupakan faktor utama, karena di dalam keluarga terdapat orang tua yang senantiasa mengontrol perilaku anak.

3 Bahri (2004: 85) berpendapat bahwa orang tua adalah pendidik dalam keluarga. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Dari merekalah anak-anak mula-mula menerima pendidikan. Oleh karena itu bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Bahri juga menambahkan bahwa pada hakikatnya orang tua dan anak bersatu. Setiap orang tua sudah pasti mempunyai pola asuh tertentu yang berbedabeda. Ada orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter, demokratis dan permisif. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Hurlock (1973) dalam (Walgito, 2010: 218) bahwa ada 3 macam sikap atau pola asuh orang tua sebagai cara mengontrol orang tua terhadap anak yaitu sikap otoriter, demokratis dan permisif. Pendapat lain dikemukakan oleh Dharmayati (dalam Kristo, 2010: 58) mengatakan bahwa ada 3 macam jenis orang tua yang perlu diketahui, yaitu: orang tua yang serba boleh atau permisif (bebas melakukan apa saja), orang tua otokratik (keras) dan orang tua yang demokratik (setara atau seimbang). Saat ini banyak orang tua yang menggunakan pola asuh yang berbedabeda dalam mengasuh anak-anaknya agar dapat terarah dengan baik. Ketika orang tua tidak mampu menerapkan pola asuh yang tepat, maka si anak akan memiliki karakter yang kurang baik terutama perilaku jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain. Seperti pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Gorontalo, mereka memiliki tingkat kejujuran yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang suka berbohong, sering merampas barang temannya, sering menipu antar teman dan saling menyontek pekerjaan diwaktu ujian, sebagaimana informasi yang diberikan oleh seorang guru BK (Bimbingan dan Konseling) pada hari sabtu

4 tanggal 5 Oktober 2013 yang selalu memantau siswa dalam proses belajar maupun dalam kehidupan sosia, dan hasil observasi peneliti selama proses PPL pada periode September-November 2013. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti perlu melakukan penelitian dengan judul hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku jujur siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Gorontalo. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah utama dalam penelitian ini adalah: 1. Kurangnya perilaku jujur siswa di kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Gorontalo. 2. Masih ada orang tua menggunakan pola asuh yang kurang tepat (otoriter dan permisif) dalam mengasuh anak. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka dirumuskan masalah apakah terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku jujur siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Gorontalo?. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku jujur siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Gorontalo.

5 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini ada dua yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Secara teoritis dapat memperkaya kajian tentang hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku jujur siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Gorontalo. Adapun manfaat praktis yaitu: 1. Bagi orang tua: Dapat memilih dan menerapkan pola asuh yang tepat pada si anak dengan usaha mengembangkan perilaku jujur pada anak. 2. Bagi guru: Adanya rujukan yang dapat disampaikan kepada orang tua untuk menerapkan pola asuh yang tepat terhadap siswa atau anak dalam usaha mengembangkan perilaku jujur pada anak. 3. Bagi siswa: Adanya informasi pada orang tua yang mengakibatkan siswa mendapatkan pelayanan pola asuh yang tepat dari orang tua dengan usaha mengembangkan perilaku jujur pada anak.