BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam. dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti anak normal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA C YAYASAN SOSIAL SETYA DARMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kebutuhan dasarnya agar bisa belajar mandiri. Anak bukan. yang berbeda dengan orang dewasa (Mansur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak yang abnormal (anak peyandang cacat). Tidak semua anak

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki intelektual di bawah rata-rata. yang muncul dalam masa perkembangan (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal

BAB I PENDAHULUAN. menyandang tunagrahita adalah 2,3%. Atau 1,95% anak usia sekolah. menyadang kelainan adalah orang, jadi estimasi jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, ditandai oleh

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ringan sampai efek yang berat (Dickinson et al., 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Anak retardasi mental memperlihatkan fungsi intelektual dan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 2011). Retardasi mental juga memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak normal pada

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berfungsi secara bermakna di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. adalah lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan pengasuhan,

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Disabilitas adalah suatu bentuk akibat dari keterbatasan seseorang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak berkelainan dalam aspek mental adalah anak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL USIA SEKOLAH DI SLB NEGERI SEMARANG Herry Susanto 1 ; Tri Irmawati 2

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB V PEMBAHASAN. tunagrahita ringan dan sedang di SLB Negeri Surakarta dilakukan pada bulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO remaja adalah tahapan individu yang mengalami pubertas

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Setiap anak unik dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara umum pengertian kekerasan seksual pada anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

1.7 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 1, Februari 2010

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

HUBUNGAN RIWAYAT BBLR DENGAN RETARDASI MENTAL DI SLB YPPLB NGAWI Erwin Kurniasih Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. diberikan Allah SWT kepada manusia (Muzfikri, 2008). Keadaan akan mejadi

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan, perawatan, dan kontrol dari orang lain (Kartono, 2009). Menurut

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGANMEKANISME KOPING DAN SIKAP DALAM MENJALANKAN PROFESI NERS PADA MAHASISWA UNIVERSITASRESPATI YOGYAKARTAANGKATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang krisis baik anak maupun keluarga. Krisis hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. pada retardasi mental. Anak dengan down sindrom memiliki kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh besar pada perkembangan personal sosial anak.masuk

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah tumbuh kembang merupkan masalah yang masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya agar bisa belajar mandiri. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, tetapi merupakan individu unik yang memiliki kebutuhan spesifik yang berbeda dengan orang dewasa (Yaswardi, 2000). Mempunyai anak adalah mendapat suatu titipan tuhan, tetapi tidak semua anak terlahir dengan keadaan yang sempurna, ada pula anak yang terlahir dengan kekurangan dan mempunyai kebutuhan khusus. Anak dengan kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya. Perilaku anak-anak ini, yang antara lain terdiri dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti anak normal (Lumbantobing, 2001). Salah satu kelainan anak dengan kebutuhan khusus adalah retardasi mental. Retardasi mental merupakan suatu perkembangan intelegensi yang disebabkan oleh gangguan sejak dalam kandungan sampai masa perkembangan dini sampai sekitar lima tahun (Depdiknas, 2003). Memang anak dengan retardasi mental (RM) memiliki keterbatasan, khususnya dalam 1

2 berkomunikasi, merawat diri, serta dalam kemampuan sosial. Hal ini dikarenakan anak belajar dan berkembang jauh lebih lambat dari anak-anak seusianya. Anak-anak dengan retardasi mental membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar berbicara, berjalan, atau melakukan hal-hal sederhana semisal mengenakan pakaian (Soetjiningsih, 1998). RM merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian RM berat sekitar 0,3% dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai intelegensi di bawah 70. Sebagian sumber daya manusia tentunya mereka tidak bisa di manfaatkan karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya (Twenty fourth annual report to congress, H.S Departement of Education, 2002). Di Indonesia terdapat 1-3% penderita kelainan ini. Retardasi mental sulit diketahui karena kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan (Retardasi Mental, 2007). Terdapat 414 penderita kelainan retardasi mental di Kota Madya Yogyakarta dan 1057 di Kabupaten Sleman (Perda, 2005). Reaksi orang tua yang mengetahui bahwa anaknya menderita suatu kelainan perkembangan yaitu RM diantaranya adalah menerima secara

3 matang kenyataan yang ada, ataupun menyebunyikan kenyataan, dan ada pula keluarga yang menolak atau tidak mampu menghadapi kenyataan (Smith, 1993). Kadang kala keluarga juga merasa sulit untuk menyeimbangkan antara mendorong kemandirian dan memberikan lingkungan yang mengasuh dan suportif bagi anak retardasi mental, yang kemungkinan mengalami suatu tingkat penolakan dan kegagalan di luar konteks keluarga (Kaplan&Sadock, 1994). Anak retardasi mental dapat lahir dan berasal dari orang tua yang sehat, tanpa ada riwayat keluarga dengan keadaan serupa, keluarga harmonis, kaya, dengan intelektual dan berpendidikan, tanpa pandang bulu. Banyak faktor yang berperan dan berinteraksi. Beraneka ragam kesulitan dapat dialami oleh orang tua beserta keluarganya dalam merawat anak retardasi mental dan juga menghadapi lingkungan yang sering tidak suportif. Orang tua yang mempunyai anak RM akan merasa sangat terbebani secara fisik maupun mental saat harus merawat anak yang mengidap retardasi mental. Orang tua kadang kala mengalami stress sehingga perlu dibantu mengidentifikasi rasa marah dan bersalah yang mungkin timbul dalam situasi seperti ini (Yulius, 2000). Sedangkan menurut Litman (1974), cit Friedman (1998) dalam memandang peran orang tua yang sangat penting dan tersebar luas seorang pelaku penyembuh dan perawan dalam ruang lingkup keluarga. Dengan demikian peran orang tua sangatlah penting dalam proses perawatan anak

4 retardasi mental. Orang tua perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaanan anaknya yang mengalami retardasi mental. Disamping itu orang tua harus diberi penjelasan bagaimana menangani atau merawat anak dengan retardasi mental dirumah. Karena terdapat perbedaan dalam merawat anak normal dengan anak yang mengalami retardasi mental. Terdapat perbedaan kemampuan anak sehingga orang tua harus lebih paham bagaimana merawat anak retardasi mental (Soetjiningsih, 2000). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis di Yayasan Sosial Wiyata Dharma II Lembaga Pendidikan Luar Biasa C Sleman terdapat 56 siswa. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara dengan guru kelas didapat informasi bahwa di SLB C Wiyata Dharma II Sleman ada keluhan dari orang tua murid yang mengatakan mengalami kesulitan dalam merawat anak retardasi mental. Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa orang tua murid yang sedang menjemput anak mereka dan mendapatkan hasil bahwa ada kesulitan dalam merawat anak dengan retardasi mental dibandingkan dengan merawat anak mereka yang normal. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental di SLB C Wiyata Dharma II Sleman.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan pokok penelitian ini adalah: Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental di SLB C Wiyata Dharma II Sleman C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental. 2. Tujuan Khusus Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental, yaitu : a. Diketahui pengaruh faktor psikologis terhadap kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental. b. Diketahui pengaruh faktor pengetahuan terhadap kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental. c. Diketahui pengaruh faktor ekonomi terhadap kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental. d. Diketahiu pengaruh faktor kepercayaan orang tua terhadap kelahiran anak terhadap kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental.

6 e. Diketahui pengaruh faktor lingkungan fisik dan sosial sebagai terhadap kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental. D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dalam ilmu keperawatan jiwa dan anak terutama mengenai kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2. Secara praktis a. Bagi institusi SLB C Wiyata Dharma II Sleman supaya dapat menindak lanjuti dari hasil penelitian sehingga dapat meningkatkan kemampuan orang tua dalam merawat anak RM b. Bagi masyarakat umum yaitu adanya peningkatan dalam penerimaan anak dengan retardasi mental yang ada di lingkungan sekitarnya. c. Bagi dunia keperawatan, dapat memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan orang tua dalam merawat anak RM sehingga dapat diaplikasikan pada saat konseling dan pengarahan kepada masyarakat. d. Bagi keluarga yang mempunyai anak dengan RM supaya dapat memperlakukan secara wajar dan mendukung adanya perbaikan bagi anak RM.

7 e. Bagi peneliti sendiri dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan orang tua dalam merawat anak retardasi mental yang merupakan pengalaman yang berharga untuk bekal masa depan. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penderita RM pernah dilakukan antara lain: 1. Penelitian Atmoko (1998) yang berjudul Hubungan Beberapa faktor Resiko pada Ibu dan Anak dengan Kejadian Retardasi Mental pada penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa faktor resiko yang bermakna terhadap kejadian retardasi mental yaitu faktor pada ibu yakni, umur ibu kurang 20 tahun dan lebih dari 30 tahun serta ibu yang mempunyai kelainan persalinan/kehamilan dan faktor pada anak. Anak yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Sedangkan faktor proses persalinan, lama persalinan, urutan kelahiran dan umur kehamilan saat anak dilahirkan tidak mempunyai pengaruh bermakna terhadap kejadian RM. Penelitian ini menggunakan Case Control pengambilan data dengan menggunakan kuisioner kepada orang tua anak subyek penelitian untuk kasus berjumlah 78 anak RM yang bersekolah di SDN Catur Tunggal 1 Depok Sleman.Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah pada subyek penelitian yaitu pada anak RM sedangkan

8 perbedaannya terletak pada rancangan penelitian, variabel penelitian serta lokasi penelitian 2. Eka (2004) dengan judul Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemampuan Sosialisasi Anak Retardasi Mental mendapatkan hasil bahwa terdapat hubugan agak rendah antara pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak RM. Penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional non eksperimen dengan metode analitik korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dengan Kuisioner pola asuh orang tua dan wawancara mendalam dan melakukan observasi kemampuan sosialisasi anak RM. Subyek penelitian sebanyak 42 orang tua dan anak RM yang bersekolah di SLB-C 1 Gondomanan Jogjakarta. Persamaan penilaian ini dengan penilaian yang akan dilakukan penulis ialah pada subyek penilaian yaitu pada anak RM. Sedang perbedaannya terletak pada rancangan penilaian, variabel penilaian serta lokasi penilaian. 3. Lestari (2004) dengan judul Hubungan Antara Kemampun Berbahasa dengan Kemampuan Sosialisasi Anak Retardasi Mental di Panti Asih Pakem Sleman Jogjakarta, mendapatkan hasil bahwa ada hubungan antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan bersosialisasi anak RM umur sosial 3 dan 5 tahun di Panti Asih Sleman Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif analitik korelasi yang mencari hubungan antara variabel. Subyek dari penelitian ini adalah anak yang mengalami retardasi mental di Panti Asih Pakem, tidak mengalami ketunaan baik tuna

9 rungu, tuna netra maupun tuna wicara dan memiliki umur sosial antara 3-6 tahun. Jumlah subyek yang diteliti sebanyak 14 anak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengobservasi kemampun berbahasa dan kemampuan bersosialisasi anak dengan menggunakan rating scale. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah pada subyek penelitian yaitu pada anak RM, sedang perbedaan terletak pada racangan penelitian, variabel penelitian serta lokasi penelitian.