Mariyatin et al., Efektivitas Antibakteri Ekstrak Daun sirih Merah (Piper Crocatum) Dan Sirih...

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA. Acandra, 2010, Sirih Merah, Obat Beragam Penyakit, Kompas, 11 Maret 2010,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

ABSTRAK. Kata Kunci : Streptococcus mutans, avokad, in vitro.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

Efektivitas lumatan daun sirih hijau dibandingkan dengan povidine iodine sebagai alternatif obat luka

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

PERBEDAAN DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Escherichia coli DENGAN Staphylococcus.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

PERBEDAAN EFEKTIFITAS ANTIBAKTERI ANTARA EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH

Vrita Auliya Afria Sendy, Daya Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Merah (Pipper crocatum) Terhadap

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL TANAMAN YODIUM

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratories dengan rancangan. penelitian The Post Test Only Control Group Design.

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Pembimbing I : Widura, dr., MS. Pembimbing II : Yenni Limyati, dr., Sp.KFR., S.Sn., M.Kes. Selly Saiya, 2016;

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

DAYA HAMBAT EKSTRAK SABUT KELAPA (COCOS NUCIFERA) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN KATUK (SAUROPUS ANDROGYNUS L.) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS SECARA IN VITRO

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadirachta indica A. Juss) TERHADAP Enterococcus faecalis

PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Pseudomonas aeruginosa DENGAN METODE DISK DAN SUMURAN

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

UJI AKTIVITAS BAKTERI METODE DIFUSI SUMURAN. Oleh: REZQI NURJANNAH P

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ratih Mahanani Santoso, Daya Antibakteri Ekstrak Daun Pare (Momordica charantia) terhadap Streptococcus viridans

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari harapan. Hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP Escherichia coli DAN Bacillus subtilis SECARA IN VITRO

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

Lampiran 1. Tanaman sirih dan daun sirih. Tanaman sirih. Daun sirih segar. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membentuk saluran akar gigi untuk mencegah infeksi berulang. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile,

PENGARUH EKSTRAK METANOL DAUN SIRSAK (ANNONA MURICATA) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI SALMONELLA TYPHI SECARA IN VITRO. Putu Nanda Pramadya P.

ABSTRAK. AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUNGA CENGKEH DAN PARUTAN LIDAH BUAYA TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO

Irmanita Wiradona Erni Mardiati Sulur Joyo Sukendro

ABSTRAK EFEKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BINAHONG

ABSTRAK. Pembimbing II : Dr. Savitri R. Wardhani, dr., SPKK

EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE MERAH. (Zingiber officinale Roscoe var. rubrum) TERHADAP CACING. Ascaris suum Goeze SECARA IN VITRO

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

DAYA HAMBAT DEKOKTA KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Muhamad Rinaldhi Tandah 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol

EFEKTIFITAS DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PARE (Momordica charantia) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Enterococcus faecalis

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

Rumusan masalah Apakah ada efek antibakteri Aloe vera terhadap Enterococcus faecalis sebagai bahan medikamen saluran akar?

PERBEDAAN EFEKTIFITAS ANTARA KEJU CHEDDAR DAN YOGHURT PLAIN TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS SECARA IN VITRO

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

Kata kunci: Infusa Siwak, Staphylococcus aureus, konsentrasi, waktu kontak.

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB III METODE PENELITIAN

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SAWO (Manilkara zapota) TERHADAP BAKTERI Eschericia coli, dan Staphylococcus aureus SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

PENGARUH AIR PERASAN BUAH JERUK NIPIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kersen. (Muntingia calabura L.) Terhadap Bakteri Klebsiella pneumoniae TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan Candida albicans Pada Plat Resin Akrilik telah dilakukan bulan

DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dari kesehatan umum (Ramadhan dkk, 2016). Kesehatan gigi dan

DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KENDALI (Hippobroma longiflora [L] G. Don.) TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus mutans

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar dan menggantinya dengan bahan pengisi. Perawatan saluran akar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGHAMBATAN EKSTRAK BUBUK TEH HIJAU TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI YOGURT DAN BAKTERI PATOGEN SKRIPSI

Transkripsi:

Efektivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crocatum) dan Sirih Hijau (Piper Betle L.) sebagai Bahan Alternatif Irigasi Saluran Akar (The Efectiveness of Red Piper Betle (Piper Crocatum) Leaf and Green Piper Betle (Piper Bettle L) Leaf Extracts as Root Canal Irrigation Alternative Materials) Hafida Mariyatin, Ekiyantini Widyowati, Sri Lestari Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 Email: lestariwit@yahoo.co.id Abstract Background: Root canal irrigation is one, of important in endodonti treatment because if ignored can lead to failure. Hydrogen peroxide (H 2 ) is one of irrigation solution is often used. To reduce the effects of toxicity of root canal irrigation, it can be used for alternative materials canal irrigation are safe to use. One is piper betle plant. Based on previous research phytochemical test, the piper betle leaf has anti-bacterial effect. Purpose: This study aimed to determine the antibacterial effect, difference antibacterial effect and effectiveness of red piper betle leaf extract and green piper betle leaf compared with H 2 solution to Streptococcus viridans. Methods: This study is an experimental laboratory with research design post only control design. This study uses pitting. Each petridish divided into 6 holes, spilled A H 2, B e distilled water, C red piper betle leaf extract, D green piper betle leaf extract, E leaf extract a red piper betle and F green piper betle leaf extract. All incubated for 24 hours at 37 C and the inhibition zone diameter measured. Results: The results showed significant difference between the extracts of green and red piper betle. Statistical test with Mann Whitney test showed a significant difference between each group except H 2 and green piper betle extract. Conclusions and Recommendations: Conclusions from this research are green piper betle leaf extract and red piper betle leaf extract can inhibit the growth of bacteria S. viridans. There were significant differences antibacterial effect between green piper betle leaf extract and red piper betle leaf extract with H 2 to S. Viridans. Green piper betle leaf extract effective as an antibacterial against S. viridans. Need more research on the use of green piper betle leaf extract and red piper betle leaf extract as an alternative material of root canal irrigation. Keywords: antibacterial, red piper betle leaf, green piper betle leaf, H 2, root canal irrigation e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September, 2014 556

Abstrak Latar Belakang: Tindakan irigasi saluran akar merupakan salah satu tahap perawatan endodonti yang penting sebab jika diabaikan dapat menyebabkan kegagalan perawatan. Hidrogen peroksida (H 2 ) adalah salah satu bahan irigasi yang sering digunakan. Untuk mengurangi efek toksisitas bahan irigasi saluran akar, maka dapat digunakan bahan alternatif irigasi saluran akar yang aman digunakan. Salah satunya adalah tanaman sirih. Berdasarkan uji fitokimia pada penelitian sebelumnya, bahwa daun sirih memiliki efek anti bakteri. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antibakteri, perbedaan Hafida besar Mariyatin, daya antibakteri Ekiyantini serta Widyowati, keefektifan Sri Lestari ekstrak daun sirih merah dan sirih Pendidikan hijau dibandingkan Dokter Gigi, dengan Fakultas larutan Kedokteran H 2 Gigi, Universitas terhadap Streptococcus Jember (UNEJ) viridans. Metode: Penelitian ini merupakan Jln. Kalimantan penelitian 37, eksperimental Jember 68121 laboratoris dengan rancangan penelitian post only control design. Email: lestariwit@yahoo.co.id Penelitian ini menggunakan metode sumuran. Pada masing-masing petridish dibagi menjadi 6 lubang sumuran, pada sumuran A ditetesi H 2, sumuran B ditetesi akuades, sumuran C ditetesi ekstrak daun sirih merah, sumuran D ditetesi ekstrak daun sirih hijau, sumuran E ditetesi ekstrak daun sirih merah dan sumuran F ditetesi ekstrak daun sirih hijau. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C dan dilakukan pengukuran diameter zona hambat Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara ekstrak sirih hijau dan sirih merah. Uji statistik dengan uji beda Mann Whitney menunjukkan perbedaan yang bermakna diantara masing-masing kelompok kecuali H 2 dan sirih hijau. Kesimpulan dan Saran: Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ekstrak daun sirih hijau dan ekstrak daun sirih merah dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. viridans. Terdapat perbedaan yang bermakna antara daya antibakteri ekstrak daun sirih hijau dan ekstrak daun sirih merah dengan larutan H 2 terhadap S. viridans. Ekstrak daun sirih hijau konsentrasi paling efektif sebagai antibakteri terhadap S. viridans. Perlu penelitian lebih lanjut tentang penggunaan ekstrak daun sirih hijau dan ekstrak daun sirih merah sebagai alternatif pengganti bahan irigasi saluran akar. Kata Kunci: antibakteri, daun sirih hijau, daun sirih merah, H 2, irigasi saluran akar Pendahuluan Tahapan penting dalam perawatan saluran akar gigi yang terinfeksi adalah preparasi, isasi dan pengisian [1]. Pada tahapan preparasi diperlukan cairan irigasi yang berfungsi membuang sisa-sisa jaringan nekrotik, sehingga semua kotoran yang berada di dalamnya akan ikut mengalir keluar bersama dengan cairan irigasi [2]. Pembersihan saluran akar yang baik dengan menggunakan bahan irigasi yang tepat mampu membersihkan lapisan smear dengan toksisitas minimal dan akan meningkatkan keberhasilan perawatan [3]. Pada penelitian terdahulu ditemukan beberapa spesies diantaranya streptococci, micrococci, dan sejumlah kecil bakteri anaerob pada infeksi saluran akar maupun penyakit periradikular. Bakteri anaerob meliputi 90% dari bakteri penyebab infeksi saluran akar. Organisme yang paling sering diisolasi dari saluran akar adalah streptococus alfa-hemolitik, seperti misalnya Streptococcus viridans [4]. Hidrogen peroksida (H 2 ) dianggap dapat mengeluarkan debris karena mempunyai aksi O- nascent berbusa namun tidak terbukti karena ternyata peningkatan debridement tidak terjadi. Hal ini disebabkan karena terbatasnya daya antibakteri dari bahan ini [2]. Dan hidrogen peroksida toksik terhadap sel [5]. Untuk mengurangi efek toksisitas bahan irigasi saluran akar, maka dapat digunakan bahan alternatif irigasi saluran akar yang aman digunakan. Salah satu tanaman yang dimungkinkan dapat digunakan sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar adalah tanaman sirih, yang khasiat daunnya telah banyak digunakan. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September, 2014 557

Berdasarkan uji fitokimia pada penelitian sebelumnya, bahwa daun sirih memiliki efek anti bakteri. Sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid, tanin dan minyak atsiri. Daun sirih hijau mengandung 4,2% minyak atsiri, kavikol dan tanin [6]. Pada penelitian trial yang dilakukan penulis sebelumnya digunakan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi serial,, 25% dan 12,5%. Hasil yang didapatkan yaitu konsentrasi dan merupakan konsentrasi terbaik. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai perbedaan efektivitas antibakteri ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) konsentrasi dan dan ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) konsentrasi dan terhadap S. viridans. Penelitian ini diharapakan dapat meningkatkan manfaat dan nilai ekonomis daun sirih. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian post only control design. Pembuatan ekstrak daun sirih dilakukan dengan cara daun sirih sebanyak 100 gr dicuci sampai bersih kemudian ditiriskan untuk menghilangkan sisa air cucian. Setelah itu daun sirih diletakkan di atas baki dan diangin-anginkan pada suhu ruangan hingga daun layu selama kurang lebih 3 hari kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 40 C sampai kering. Apabila sudah kering, daun dihaluskan dengan cara digiling menggunakan blender hingga menjadi serbuk. Serbuk yang diperoleh kemudian dilarutkan dengan menggunakan etanol 96% sebanyak 1,5 lt sampai seluruh bagian terendam. Larutan disaring menggunakan corong Buchner, sehingga didapatkan ekstrak dalam bentuk cair. Ekstrak cair tersebut kemudian diuapkan sampai bebas dari pelarut etanol dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 40 C selama 3 jam, sehingga menjadi ekstrak berbentuk kental sebanyak 29,2 gr. Pada penelitian ini digunakan ekstrak daun sirih merah dengan konsentrasi dan. Untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak daun sirih diambil dari sediaan ekstrak daun sirih. Untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak daun sirih dilakukan pengenceran dengan menggunakan rumus persamaan [7]. Metode pengujian yang digunakan adalah metode sumuran yaitu membuat lubang pada agar padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Pada petridish yang telah berisi media dengan S. viridans dibuat 6 lubang sumuran menggunakan sedotan plastik berdiameter 5 mm dengan kedalaman lubang ± 4 mm. Kemudian pada sumuran A ditetesi H 2, sumuran B ditetesi akuades, sumuran C ditetesi ekstrak daun sirih merah konsentrasi, sumuran D ditetesi ekstrak daun sirih hijau konsentrasi, sumuran E ditetesi ekstrak daun sirih merah konsentrasi dan sumuran F ditetesi ekstrak daun sirih hijau konsentrasi. Berdasarkan hasil trial maka, masing-masing sumuran ditetesi sebanyak 10 µl dengan menggunakan mikropipet. Semua perlakuan dilakukan di dalam laminar flow untuk mencegah kontaminasi dengan lingkungan luar. Petridish yang telah diberi perlakuan dimasukkan dalam desikator untuk mendapatkan suasana fakultatif anaerob, kemudian diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37 C. Setelah itu dilakukan pengukuran diameter zona hambat dengan menggunakan jangka sorong. Penelitian ini dilakukan selama 7 hari [8]. Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini dilakukan uji Kolmogorov Smirnov dan uji Levene Test. Hasil menunjukkan data tidak berdistribusi normal dan homogen dimana nilai p 0,05 sehingga uji statistik dilanjutkan dengan uji statistik non parametrik untuk menguji ada tidaknya perbedaan antar kelompok menggunakan uji beda Kruskall Wallis dan Mann Whitney. Hasil uji Kruskall Wallis dan Mann Whitney menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antar kelompok dimana nilai p 0,05. Hasil uji beda Kruskall Wallis dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Hasil Uji Kruskall Wallis No Sampel SD Signifikansi 1 H 2 43,661 0,000* 2 Akuades 44,262 0,000* 3 Sirih merah 44,671 0,000* 4 Sirih hijau 29,888 0,000* 5 Sirih merah 38,995 0,000* 6 Sirih hijau 38,534 0,000* Keterangan : * : nilai signifikansi p 0,05 (ada perbedaan yang bermakna) Berdasarkan hasil Kruskall Wallis diperoleh nilai signifikansi p 0,05. hasil tersebut menunjukkan pada masing-masing kelompok perlakuan memiliki perbedaan yang bermakna. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September, 2014 558

Tabel 2. Hasil Uji Mann Whitney hari ke-1 Tabel 5. Hasil Uji Mann Whitney hari ke-4 H 2-0,000* 0,001* 0,138* 0,001* 0,003* H 2-0,000* 0,001* 0,495 0,001* 0,001* 0,001* 0,000* - 0,001* 0,012* 0,001* 0,318 0,000* 0,001* - 0,001* 0,001* 0,001* 0,000* 0,012* 0,001* - 0,001* 0,003* 0,000* 0,001* 0,001* 0,001* - 0,001* 0,000* - 0,001* 0,001* 0,001* 0,495 0,000* 0,001* - 0,001* 0,001* 0,001* 0,000* 0,001* 0,001* - 0,001* 0,001* 0,000* 0,001* 0,001* 0,001* - Tabel 3. Hasil Uji Mann Whitney hari ke-2 Tabel 6. Hsil Uji Mann Whitney hari ke-5 H 2-0,000* 0,001* 0,674 0,001* 0,002* H 2-0,027 0,666 0,332 0,751 0.002* 0,027* - 0,004* 0,000* 0,000* 0,000* 0,001* 0,000* - 0,001* 0,001* 0,001* 0,674 0,000* 0,001* - 0,001* 0,001* 0,001* 0,000* 0,001* 0,001* - 0,001* 0,002* 0,000* 0,001* 0,001* 0,001* - 0,666 0,004* - 0.570 0.003* 0.001* 0,332 0,000* 0,057-0,093 0,007* 0,751 0,000* 0,003* 0,093-0,001* 0,002* 0,000* 0,001* 0,007* 0,001* - Tabel 4. Hasil Uji Mann Whitney hari ke-3 H 2-0,000* 0,001* 0,528 0,001* 0,002* Tabel 7. Hasil Uji Mann Whitney hari ke-6 0,001* 0,000* - 0,001* 0,001* 0,001* 0,528 0,000* 0,001* - 0,001* 0,002* 0,001* 0,000* 0,001* 0,001* - 0,001* 0,002* 0,000* 0,001* 0,002* 0,001* - H 2-1,000 1,000 0,011 1,000 0,000* 1,000-1,000 0,011 1,000 0,000* 1,000 1,000-0,011 1,000 0,000* 0,011 0,011 0,011-0,011 0,006* 1,000 1,000 1,000 0,011-0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,006* 0,000* - e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September, 2014 559

Tabel 8. Hasil Uji Mann Whitney hari ke-7 H 2-1,000 1,000 0,144 1,000 0,000* 1,000-1,000 0,144 1,000 0,000* 1,000 1,000-0,144 1,000 0,000* 0,144 0,144 0,144-0,144 0,004* 1,000 1,000 1,000 0,144-0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,004* 0,000* - Keterangan : : Sirih Merah : Sirih Hijau : Nilai signifikansi p 0,05 (ada perbedaan yang bermakna) Berdasarkan hasil uji Mann Whitney pada hari ke-1 hingga hari ke-4 diperoleh nilai α 0,05 yang artinya ada perbedaan yang bermakna dari masing-masing kelompok, kecuali kelompok H 2 dan ekstrak daun sirih hijau dimana α 0,05 yang artinya tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Pada hari ke-5 diperoleh nilai α 0,05 yang artinya ada perbedaan yang bermakna dari masing-masing kelompok, kecuali kelompok H 2 dan ekstrak daun sirih merah dimana α 0,05, kelompok H 2 dan ekstrak daun sirih hijau, kelompok H 2 dan ekstrak daun sirih merah, kelompok ekstrak daun sirih merah dan ekstrak daun sirih hijau, kelompok ekstrak daun sirih hijau dan ekstrak daun sirih merah tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Pada hari ke-6 dan hari ke-7 diperoleh nilai α 0,05 yang artinya ada perbedaan yang bermakna dari masing-masing kelompok, kecuali kelompok H 2 dan akuades dimana α 0,05 tidak didapatkan perbedaan yang bermakna, kelompok H 2 dan ekstrak daun sirih merah, kelompok H 2 dan ekstrak daun sirih merah, kelompok akuades dan ekstrak daun sirih merah, kelompok akuades dan ekstrak daun sirih merah serta kelompok ekstrak daun sirih merah dan ekstrak daun sirih merah tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian selama seminggu, menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih merah dan ekstrak daun sirih hijau memiliki efek antibakteri terhadap S. viridans. Secara berurutan zona hambat terbesar hingga terkecil yaitu ekstrak daun sirih hijau, kemudian diikuti dengan ekstrak daun sirih hijau, H 2, ekstrak daun sirih merah, ekstrak daun sirih merah dan aquades. Daya antibakteri adalah kemampuan suatu bahan atau obat dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi daya antibakteri yaitu konsentrasi zat antibakteri, semakin tinggi konsentrasi semakin banyak jumlah bakteri yang terbunuh[9]. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibakteri dibagi dalam lima kelompok yaitu mengganggu metabolisme sel bakteri, menghambat sintesis dinding sel bakteri, mengganggu permeabilitas membran sel bakteri, menghambat sintesis protein sel bakteri dan menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel bakteri [9]. Mekanisme penghambatan bakteri pada daun sirih dimungkinkan karena daun sirih mengandung minyak atsiri yang di dalamnya terdapat senyawa phenol yang bersifat bakterisid. Senyawa phenol apabila terjadi interaksi dengan dinding sel mikroorganisme akan terjadi denaturasi protein dan meningkatkan permeabilitas mikroorganisme. Interaksi antar mikroorganisme mengakibatkan perubahan keseimbangan muatan dalam molekul protein, sehingga terjadi perubahan struktur protein dan menyebabkan terjadinya koagulasi. Protein yang mengalami denaturasi dan koagulasi akan kehilangan aktivitas fisiologis sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Perubahan struktur protein pada dinding sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudian sel menjadi rusak [1]. Daun sirih juga mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang menganggu integritas membran sel bakteri [10]. Alkaloid juga memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme kerjanya diduga dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut[11]. Kandungan tanin pada daun sirih memiliki aktivitas antibakteri, mekanisme tanin diduga dapat mengkerutkan e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September, 2014 560

dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati [11]. Perbedaan besar zona hambat yang dihasilkan pada masing-masing konsentrasi ekstrak daun sirih kemungkinan disebabkan oleh perbedaan konsentrasi kandungan yang terdapat dalam daun sirih hijau dan daun sirih merah. Daun sirih hijau mengandung 4,2% minyak atsiri; hidroksikavicol; 7,2-16,7% kavicol; 2,7-6,2% kavibetol; 26,8-42,5% eugenol. Selain itu juga mengandung tannin [8]. Minyak atsiri pada daun sirih hijau terdiri dari kavikol 5,1 8,2%; eugenol 26,8 42,5%; flavonoid; saponin dan tanin [12]. Daun sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid, tanin dan minyak atsiri. Daun sirih merah mengandung minyak atsiri sebesar 0,727% (v/b) [13]. Secara kromatografi, minyak atsiri sirih merah mengandung kavikol, fenol dan eugenol [14]. Berdasarkan penjelasan di atas terdapat kesamaan kandungan pada daun sirih hijau dan daun sirih merah, keduanya memiliki kandungan minyak atsiri yang terdiri dari kavikol, eugenol, flavonoid dan tanin. Perbedaannya yaitu besar kandungan minyak atsiri yang terkandung dalam ekstrak daun sirih hijau dan ekstrak daun sirih merah. Kandungan minyak atsiri ekstrak daun sirih hijau lebih besar dari ekstrak daun sirih merah. Kandungan minyak atsiri pada ekstrak daun sirih hijau 1-4,2% sedangkan kandungan minyak atsiri pada ekstrak daun sirih merah sebesar 0,727% dengan demikian menunjukkan bahwa kandungan zat aktif yang terkandung dalam sirih hijau lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan zat aktif pada daun sirih merah. Kemungkinan perbedaan tersebut menyebabkan ekstrak daun sirih hijau mempunyai efektifitas antibakteri yang lebih besar dari pada ekstrak daun sirih merah terhadap S. viridans. Berdasarkan perbedaan cara kerja dalam membunuh bakteri antara ekstrak daun sirih merah, ekstrak daun sirih hijau dan H 2. Diperoleh hasil zona hambat yang berbeda. Pemberian ekstrak daun sirih merah menghasilkan zona hambat yang lebih kecil dari H 2. Hal tersebut dimungkinkan karena kandungan bahan aktif dari ekstrak daun sirih merah lebih kecil dari H 2. Pemberian ekstrak daun sirih hijau menghasilkan zona hambat yang lebih besar dari H 2. Hal tersebut dimungkinkan karena kandungan bahan aktif dari ekstrak daun sirih hijau lebih besar dari H 2. Sehingga pemberian ekstrak daun sirih hijau menghasilkan zona hambat yang lebih besar dari H 2. Dan pemberian ekstrak daun sirih merah menghasilkan zona hambat yang lebih kecil dari H 2. Kesimpulan dan Saran kesimpulan dari penelitian ini yaitu (1) Ekstrak daun sirih hijau dan ekstrak daun sirih merah konsentrasi dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. viridans. (2) Terdapat perbedaan yang bermakna antara daya anti bakteri ekstrak daun sirih hijau dan ekstrak daun sirih merah konsentrasi dan dengan larutan H 2 terhadap S. viridans. (3) Pada penelitian ini ekstrak daun sirih hijau konsentrasi paling efektif sebagai antibakteri terhadap S. viridans Daftar Pustaka [1] Cohen S & Burns RC. 2002. Pathway of the pulp. 5th ed. St Louis:Mosby : 123 [2] Walton, R.E & Torabinejad, M. 2008. Principles and Practice of Endodontics. 2nd ed. Philadelphia : W.B. Saunders Co :244 [3] Wulandari, E. 2007. Efektifitas Ekstrak Air Asam Jawa Dan Hidrogen Peroksida Sebagai Bahan Irigasi Terhadap Toksisitas Fibroblas Dan Pembersih Lapisan Smear Dinding Saluran Akar Gigi. Tesis. Surabaya. Pascasarjana Universitas Airlangga. [4] Grossman, L. I. 1995. Ilmu Endodontik dalam praktek, Alih Bahasa oleh Rafiah Abiyono Ed. Ke 11. Jakarta: EGC : 256 [5] Tarigan, R. 2004. Perawatan Pulpa Gigi (endodonti). Cetakan I, Jakarta : Widya Medika:129 [6] Hariana, A. H. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3, Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta : 86-88 [7] Sjadid, R. L. 2008. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L). Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah : 11 [8] Kusmayati & Agustini, N. W. R. 2007. Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari Mikroalga (Porphyridium cruentum). Biodiversitas. 8(1) : 48-53 [9] Pratama, A. 2011. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi ekstrak Etanolik Propolis 20%, 30%, dan 40% terhadap Daya Hambat e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September, 2014 561

porphyromonas gingivalis (kajian in vitro). [serial on line]. http://drgadipratama.blogspot.com/2012/12/pe ngaruh-perbedaan-konsentrasiekstrak_11.html. [15 Januari 2013] :8 [10] Juliantina, Citra, Nirwana, Nurmasitoh, dan Bowo. 2009. Manfaat Sirih Merah (Piper Crocatum) Sebagai Agen Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Tidak diterbitkan. Laporam Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta : 6 [11] Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhimurium Terhadap Ekstrak Daun Psidium guajava L. Jurnal Bioscientiae Volume 1, Nomor 1 : 31 [12] Agustin, W. 2005. Perbedaan Khasiat Antibakteri Bahan Irigasi antara Hidrogen peroksida dan Infusum daun sirih 20% terhadap Bakteri Mix. Jurnal Man. Ked. Gigi. Vol. 38 (1) : 45-47 [13] Ngaisah S. 2007. Identifikasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (piper crocatum ruiz & pav.). Abstract. Departemen Kimia. UNS : [14] Sulistyani, N., Sasongko, H., Hertanti, M., dan Meilana, L. 2007. Aktivitas Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz And Pav) Terhadap Staphylococcus Aureus, Escherichia Coli Dan Candida Albican Serta Identifikasi Komponen Kimianya. Med Far. 6(2) : 33-39 e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September, 2014 562