Perencanaan dan Simulasi Jaringan LTE ( Long Term Evolution ) di kota Pekanbaru

dokumen-dokumen yang mirip
Perencanaan Jaringan LTE TDD (Time Division Duplex) 2300 MHz di Kota Pekanbaru

PERENCANAAN JARINGAN LTE FDD 1800 MHZ DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN ATOLL

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) TIME DIVISION DUPLEX (TDD) 2300 MHz DI SEMARANG TAHUN

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) TIME DIVISION DUPLEX (TDD) 2300 MHz DI SEMARANG TAHUN

ABSTRACT. Keywords : LTE, planning capacity, Planning Coverage, Average Signal Level

Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda


Studi Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Pada Spektrum 1800 MHz Area Kota Bandung Menggunakan Teknik FDD, Studi Kasus PT.

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) 1800 MHz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)1800 Mhz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

Perancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi MHz di Provinsi Papua Barat

ABSTRACT. : Planning by Capacity, Planning by Coverage, Okumura-Hatta, Software Atoll

Wireless Communication Systems. Faculty of Electrical Engineering Bandung Modul 14 - Perencanaan Jaringan Seluler

Perencanaan Cell Plan di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Menggunakan Software Mapinfo

Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERANCANGAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI WILAYAH KOTA BANDA ACEH DENGAN FRACTIONAL FREQUENCY REUSE SEBAGAI MANAJEMEN INTERFERENSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN SKRIPSI ANALISIS DAN OPTIMASI KUALITAS JARINGAN TELKOMSEL 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI AREA PURWOKERTO

ANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN

ABSTRAK. Kata kunci : LTE-Advanced, signal level, CINR, parameter, dense urban, urban, sub urban, Atoll. ABSTRACT

Analisis Pengaruh Penggunaan Physical Cell Identity (PCI) Pada Perancangan Jaringan 4G LTE

ANALISIS OPTIMASI COVERAGE JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) TDD PADA FREKUENSI 2300 MHZ DI WILAYAH DKI JAKARTA

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung. Tabel 3.1. Jadwal kegiatan Penelitian

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

Simulasi Perencanaan Site Outdoor Coverage System Jaringan Radio LTE di Kota Bandung Menggunakan Spectrum Frekuensi 700 MHz, 2,1 GHz dan 2,3 GHz

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih


ANALISIS PERFORMANSI PERENCANAAN LTE-UNLICENSED DENGAN METODE SUPPLEMENTAL DOWNLINK DAN CARRIER AGGREGATION DI WILAYAH JAKARTA PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. (browsing, downloading, video streaming dll) dan semakin pesatnya kebutuhan

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 3145

Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom, Bandung


3.6.3 X2 Handover Network Simulator Modul Jaringan LTE Pada Network Simulator BAB IV RANCANGAN PENELITIAN

e-proceeding of Engineering : Vol.1, No.1 Desember 2014 Page 111

Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)

Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center)

ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI JARINGAN UPLINK 4G-LTE DENGAN METODE INNERLOOP POWER CONTROL DI PT TELKOMSEL

ANALISIS PERFORMANSI PENERAPAN CARRIER AGGREGATION DENGAN PERBANDINGAN SKENARIO SECONDARY CELL PADA PERANCANGAN JARINGAN LTE-ADVANCED DI DKI JAKARTA

Perancangan Jaringan LTE (Long Term Evolution) Indoor di Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis

ANALISIS PENGARUH MODEL PROPAGASI DAN PERUBAHAN TILT ANTENA TERHADAP COVERAGE AREA SISTEM LONG TERM EVOLUTION MENGGUNAKAN SOFTWARE ATOLL

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION MENGGUNAKAN METODE SOFT FREQUENCY REUSE DI KAWASAN TELKOM UNIVERSITY

ANALISIS PERENCANAAN LTE-ADVANCED DENGAN METODA CARRIER AGGREGATION INTER-BAND NON-CONTIGUOUS DAN INTRA-BAND NON- CONTIGUOUS DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Analisis Perencanaan Integrasi Jaringan LTE- Advanced Dengan Wifi n Existing pada Sisi Coverage

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE

Wireless Communication Systems Modul 9 Manajemen Interferensi Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN Analisis Hasil Pengukuran di Area Sekitar UMY

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PERANCANGAN CAKUPAN AREA LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI DAERAH BANYUMAS

Universitas Kristen Maranatha

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G

Gambar 1 1 Alokasi Penataan Ulang Frekuensi 1800 MHz[1]

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERENCANAAN LAYANAN DATA JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) INDOOR PADA TERMINAL 3 KEBERANGKATAN ULTIMATE BANDARA SOEKARNO-HATTA

PERENCANAAN DAERAH CAKUPAN enodeb JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) FREKUESNI 1800 MHz DI KOTA BOGOR

DAFTAR ISTILAH. Besarnya transfer data dalam komunikasi digital per satuan waktu. Base transceiver station pada teknologi LTE Evolved Packed Core

SIMULASI DAN ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI PADA LTE FEMTOCELL BERBASIS SOFT FREQUENCY REUSE

Pengaruh Penggunaan Skema Pengalokasian Daya Waterfilling Berbasis Algoritma Greedy Terhadap Perubahan Efisiensi Spektral Sistem pada jaringan LTE

HALAMAN PERNYATAAN. : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

EVALUASI EFISIENSI PERANGKAT BASE STATION MENGGUNAKAN DRIVE TEST PADA ANTENA SINGLE-BAND DAN MULTI-BAND

Journal of Informatics and Telecommunication Engineering

BAB IV PERHITUNGAN EIRP SISTEM MULTI NETWORK

Analisis Jaringan LTE Pada Frekuensi 700 MHz Dan 1800 MHz Area Kabupaten Bekasi Dengan Pendekatan Tekno Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penggunaan Spektrum Frekuensi [1]

Jl. Telekomunikasi, Dayeuh Kolot Bandung Indonesia

PERANCANGAN JARINGAN INDOOR 4G LTE TDD 2300 MHZ MENGGUNAKAN RADIOWAVE PROPAGATION SIMULATOR

ANALISA PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION INDOOR DI STASIUN GAMBIR ANALYSIS OF LONG TERM EVOLUTION INDOOR NETWORK PLANNING IN GAMBIR STATION

Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom 3

Analisis Simulasi Vertical Handover dari LTE ke Wi-Fi n pada Layanan Video Streaming

ANALISIS KINERJA PACKET SCHEDULING MAX THROUGHPUT DAN PROPORTIONAL FAIR PADA JARINGAN LTE ARAH DOWNLINK DENGAN SKENARIO MULTICELL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK

ANALISIS SIMULASI VERTICAL HANDOVER DARI LTE KE WI-FI n PADA LAYANAN VIDEO STREAMING

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan informasi dan komunikasi terus

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.3 December 2016 Page 4537

ANALISIS NILAI LEVEL DAYA TERIMA MENGGUNAKAN MODEL WALFISCH-IKEGAMI PADA TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) FREKUENSI 1800 MHz

Indra Surjati, Yuli Kurnia Ningsih & Hendri Septiana* Dosen-Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti

Analisa Performansi Sinyal EVDO di Area Boundary Pada Frekuensi 1900 MHz

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 267 / DIRJEN / 2005 TENTANG

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD

BAB I PENDAHULUAN. menuntut agar teknologi komunikasi terus berkembang. Dari seluruh

Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL

Analisis Kinerja Metode Power Control untuk Manajemen Interferensi Sistem Komunikasi Uplink LTE-Advanced dengan Femtocell

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Alokasi frekuensi 2300 MHz di Indonesia [4]

Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay

Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

Perencanaan dan Simulasi Jaringan LTE ( Long Term Evolution ) di kota Pekanbaru Andes Firmawan*, Linna Oktaviana Sari** *Alumni Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 2293 Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau E-mail: dudux.disini@gmail.com Abstract The development of information and communication technologies growing more rapidly, as well as wireless communications technology. At the same time, the need for information is also greater with the higher mobility. Technology Long Term Evolution (LTE) is believed to be able to answer that question.lte is a technology developed by 3GPP as the development of mobile communication technology before. In theory LTE in this thesis is to make an LTE network simulation based methods duplex Frequency Division Duplex (FDD) with a frequency of 1 in the city of Pekanbaru using software Atoll. In this paper used the method of planning coverage to support the model propagated COST-231 hata are in use by means of simulation.the simulation results show Pekanbaru require at least 99 LTE site that is covered Ratio Signal (RS) and Carrier to Interference Noise Ratio (CINR) of at least 9. The results of the simulation throughput, customers who successfully connected to the network at a bandwidth of 5 amounted to 2. and to a frequency of 1 by.4, while for a frequency of 15 at.4, and to a frequency of 2 by. Keywords: LTE, Atoll, Bandwidth, Coverage Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 21 1

1. PENDAHULUAN Di era sekarang ini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berkembang semakin pesat, begitu juga dengan teknologi komunikasi wireless. Bersamaan dengan itu, kebutuhan konsumen terhadap informasi juga semakin besar dengan mobilitas yang semakin tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah layanan komunikasi bergerak yang dapat menunjang kebutuhan konsumen, dengan cost yang rendah namun dapat bekerja dengan hasil yang lebih optimal. Teknologi Long Term Evolution (LTE) diaykini dengan kemampuannya dapat menjawab perrtanyaan tersebut. LTE sendiri adalah sebuah teknologi yang dikembangkan oleh 3GPP (The Third Generation Project) sebagai pengembangan untuk teknologi komunikasi bergerak. LTE disebut sebut sebagai evolusi dari GSM / EDGE dan UMTS / HSDPA dengan kemampuan pengiriman data hingga 3 Mbps untuk downlink dan 5Mbps untuk uplink. Pererencanaan jaringan LTE di kota Pekanbaru diusulkan karena di pekanbaru belum adanya penerapan teknologi LTE. Simulasi perancangan jaringan sendiri dilakukan menggunakan software radio planning atoll. atoll merupakan sebuah perangkat lunak yang dapat digunakan untuk mendesain sebuah jaringan telekomunikasi. Berdasarkan uraian latar belakang kasus diatas, maka dilakukan sebuah perencanaan jaringan LTE dengan studi kasus wilayah Kota Pekanbaru. Perencanaan LTE sendiri di spesifikasikan dengan frekuensi 1, dengan metode duplex FDD. Perencanaan menggunakan perangkat lunak radio planning atoll. COST-231 hata adalah model propagansi yang digunakan untuk perencanaan. Model ini dipilih karena di nilai lebih sesuai dengan hasil yang di inginkan. Hasil presentasi perencanaan berbasis simulai ini juga dapat menjadi bahan gambaran bagi suatu operator dalam implementasi di lapangan. 2. METODE PENELITIAN 2.1 Diagram Alir Penelitian Berikut adalah diagram alir penelitian dari perencanaan jaringan LTE di Kota Pekanbaru. Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Simulasi model jaringan Analisis dan Pengujian Metode Jaringan Apakah Analisa dan Pengujian sudah sesuai Laporan Akhir Penelitian Selesai Ya Tidak Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 2.2 Perencanaan model jaringan Yang pertama dilakukan adalah menghitung link budget, perhitungan link budget ini dilakukan untuk mengetahui nilai MAPL (Maximum Allowable Path Loss) antara UE dan enodeb. Tid Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 21 2

Tabel 3.1 General Parameter skenario 1 Link budget Operating Band() Data Rate (Kbps) Allocated RB Allocated Subcarriers Formula FDD 5 DL a 1 UL b 12 c 3 d 2 3 Tabel 3.2 Transmitter skenario 1 Link budget Formula FDD 5 DL UL Tx RF Power E 4 23 Tx Antenna Gain (dbi) F 1 Feeder Loss per m (db/m) G, Feeder lenght (m) H 5 Feeder Loss (db) i = g x h 3 EIRP j= e + f- i 1 23 Tabel 3.3 Receiver skenario 1 Link budget kt (dbm/hz) Thermal noise per Subcarrier Aggregate Thermal noise Noise Figure (db) Required SINR at Cell Edge (db) Fast Fade Margin (db) Rx Sensitivity Rx Antenna Gain (dbi) Formula k = 1 log (k x T) l = k + 1 log(15khz) m = l + 1 log(d) FDD 5 DL UL -14-132,2-132,2-113, -11, n 4 o -4,13-5,11 p q = m + n + o + p - 111, -11, R 1 Rx RF Line Loss (db) Effective Rx Sensitivity Geometry Factor (db) Cell load () Interference Margin (db) Body Loss (db) S 3 t = q - r +s -111, -132, U V 5 5 w = -1 log (1 - SINR.v/u),93,3 X Selanjutnya adalah perhitungan MAPL (Maximum Allow Path loss). Downlink, MAPL = 1 (-111,) -,93 + = 11, db Uplink, MAPL = 23 (-132,),3 + = 155, db Dari skenario Link budget diatas didapatkan hasil nilai MAPL sebesar 11, untuk downlink dan 155, untuk uplink. Berdasarkan nilai MAPL yang didapatkan kemudian dipilih nilai MAPL terendah untuk mencari radius sel dari frekuensi 5. Nilai ini kemudian akan dihitung menggunakan rumus COST-231 hata. Tabel 3.4 Perhtungan radius sel skenario 1 Parameter Urban Suburban Rural Min MAPL 155, 155, 155, Building Penetration 1 12 1 Loss (db) Standart Deviation Outdoor (db) Cell Edge Probability 5 5 5 Shadowing Margin 5,3 5,3 4,9 (db) Path Loss per clutter type (db) 132,1 13,1 14,3 Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 21 3

Operating Band 1 1 1 () enodeb Height (m) 3 3 3 UE Height (m) 1,5 1,5 1,5 Log d -,1,3, cell radius/d,94 2,4,3 (km) Hexagon radius (km),39 1,24 3,1 Tabel 3.5 merupakan hasil perhitungan radius sel dan hexagon radius dari semua skenario link budget. Tabel 3.5 Radius Sel seluruh skenario Bandwidth () Cell Radius (km) urban Suburban Rural 5,95 2,49,3 1,44 2,,159 15,53 1,99,23 2,5 1,94,9 Tabel 3. RSRP seluruh skenario parameter EIRP DL EIRP DL subcarrier Min MAPL (db) Shadowin g (db) RSRP 5 Bandwidth 1 15 2 1 1 1 1 42,43 41,1 39,42 3,1 155, 154, 152, 152, 4 5,3 5,3 5,3 5,3-11 -11,2-11,1-119,2 2.3 Konfigurasi Parameter Software 2.3.1 Peta Digital Pada perencanaan dengan software network planning dibutuhkan peta digital sebagai dasar dari sebuah perencanaan, hal ini bertujuan agar hasil yang didapatkan sesuai dengan kondisi dilapangan. Peta yang digunakan adalah peta digital kota pekanbaru. Gambar 3.5 Peta digital yang digunakan Peta yang digunakan pada perencanaan LTE di kota Pekanbaru adalah peta elevasi dan peta tata lahan. Peta elevasi unuk menentukan apakan sinyal terhalang ketinggian tanah atau bukit. Sedangkan peta tata lahan digunakan untuk menentukan jenis propagansi yang digunakan sesuai daerah morfologi suatu dareah, sehingga dapat ditentukan jenis propagansi apa yang akan digunakan, apakan propagansi jenis urban, suburban, atau rural. 3.3.2 Konfigurasi Parameter Jaringan Konfigurasi parameter jaringan merupakan lanjutan konfigurasi parameter yang telah ada sebelumnya pada data link budget. Tetapi konfigurasi parameter jaringan kali ini merupakan konfigurasi input-an untuk software atoll. Tabel 3. Feeder Nama Loss per lenght (db/m) Connector reception loss (db) Connector transmission loss (db) /",,5,5 Untuk feeder menggunakan jenis /. Untuk nilai yang ada pada feeder loss mengacu pada standar nilai yang ada pada atoll. Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 21 4

Tabel 3. Antena Nama 5deg 1dBi Tilt 1 Gain (dbi) Beam width Fmin () Fmax () 1 5 11 191 Sama seperti feeder, antena juga mengacu pada standar yang tersedia pada atoll untuk frekuensi 1. Tabel 3.9 Frequency Band Nama 1 FDD- 5 1 FDD- 1 1 FDD- 15 1 FDD- 2 Duplexing method DL start UL start Frequen Frequen cy () cy () RB FDD 15 11 FDD 15 11 5 FDD 15 11 5 FDD 15 11 1 Tabel 3.1 Template enodeb Nama Number of sector Height (m) Max Power Hexagon Radius (m) Rural 3 3 4 31 suburban 3 3 4 124 urban 3 3 4 39 3.4 Peta Trafik Penduduk Peta trafik disini berguna untuk simulsi monte carlo dan ini hanya bertujuan untuk menguji throughput. Peta trafik ini merupakan peta ditribusi calon pengguna untuk layanan LTE dipekanbaru pada tahun 21. Untuk nilai penetrasi sebesar dari total jumlah penduduk Pekanbaru, ini didasarkan pada pengguna jaringan hanya akan berada pada rentang usia tertentu dan juga alat komunikasi yang digunakan tertentu. Pekabaru terdiri dari 12 kecamatan dengan luas wilayah dan kepadatan penduduk yang berbedabeda. Mengacu pada data BPS kota Pekanbaru tahun 213 (BPS Kota Pekanbaru, 213). Tabel 3.12 calon pelanggan LTE kota Pekanbaru 21 Kecamatan Tampan Payung Sekaki Bukit Raya Marpoyan Damai Tenayan Raya Lima Puluh Sail Pekanbaru Kota Sukajadi Senapelan Rumbai Rumbai Pesisir tahun (pt) 21 235, 1193 1294 4,5 11 2,2 1453,9 4,92 14,5 3153,5 551,91 42,44 294,4 2,1 1195 Penetrasi Estima si Pelang gan LTE 21 5944, 4 2945 3231, 1 4153, 1 4334, 2 1199, 2 291,1 53,4 1313, 9 1193, 1 2123, 215, 54 2999 Pelang gan LTE per km2 95,52 9,21 14, 14,5 4, 9 292, 1929, 1 3335, 3494,1 4 1532, 19,3 2 13, 4 13, Selanjutnya setiap kecamatan di kelompokkan lagi berdasarkan hasil tabel pelanggan LTE per km2 berdasarkan daerah morfologinya Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 21 5

Tabel 3.13 Pembagian daerah morfologi berdasarkan kecamatan Urban Suburban Rural Bukit Raya Marpoyan Damai Lima Puluh Sail Pekanbaru Kota Sukajadi Senapelan Tampan Payung Sekaki Tenayan Raya Rumbai Rumbai Pesisir Selanjutnya konfigurasi layanan LTE. untuk layanan LTE digunakan 5 layanan data, yaitu Video Streaming, VoIP, Video Confrencing, Internet Access, dan dwonload/upload. Setiap pelanggan diasumsikan menggunakan perangkat UE berupa mobile terminal dengan kategori kelas 3. Tabel 3.14 Karakteristik layanan LTE Nama Prio rity Min TD( DL) (kbp s) Min TD( UL) (kbp s) Max TD( DL) (kbp s) Max TD( UL) (kbp s) VoIP 4 1 1 1 1 Intern et Acces 1 153 153 s Video Strea 2 122 14 235 122 ming Video Confr 3 34 34 ence Downl oad / Uploa d 49 24 Berdasarkan Tabel 3.14, Pada video streaming, bit rate yang digunakan mengacu pada codec H.24. Sedangkan pada VoIP, bit rate yang digunakan mengacu pada codec G.2. Pada video conferencing, bit rate yang digunakan mengacu pada codec H.323. Pada web browsing, bit rate yang digunakan mengacu pada Huawei mlab 214 (Huawei Technologies, 214). Dan untuk file transfer, bit rate yang digunakan merupakan asumsi dari kebutuhan pelanggan yaitu 2 Mbps (Yusuf Setiawan, 21). Tabel 3.15 Karakteristik pelanggan LTE Service Calls/h our UL volume (kbps) DL volume (kbps) VoIP,21 3 3 Video Confren cing Video Streami ng Internet Access Downlo ad / Upload,19 4 4,23 4.32.4,59 14.4 2.,43 3.4. Selanjutnya adalah data tentang kepadatan pelanggan untuk setiap daerah morfologi di kota Pekanbaru. Dalam skripsi ini diasumsikan semua pelanggan bermobilitas pedestrian (3 km/jam). Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Kepadatan daerah morfologi Daerah Morfologi Urban Suburban Rural Mobility Pedestrian Pedestrian Pedestrian 3.5 Peletakkan enodeb Density (km²) 1.1 2 19 Sebelum melakukan peletakkan enodeb, peta digital dikelompokkan berdasarkan daerah morfologinya dengan Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 21

warna tertentu, yaitu warna biru tua untuk daerah urban, warna biru muda untuk daerah sub-urban, dan warna kuning untuk daerah rural. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 3. Urban Suburban Rural Gambar 3. Pembagian daerah morfologi Setelah mengelompokkan peta berdasarkan jenis morfologi maka selanjutnya dilakukan peletakkan enodeb sesuai dengan daerah morfologinya. Tabel 4.1 enodeb seluruh skenario Bandwidth () Total enodeb Urb an Jumlah enodeb ( kelas ) Sub urban Rur al 5 99 9 13 1 111 9 14 15 13 14 1 9 2 143 11 1 1 3.2 Simulasi Prediksi Cakupan Sinyal Level Cara kerja simulasi ini adalah dengan cara melakukan prediksi cakupan sinyal pada sisi transmitter. Atoll menghitung berdasarkan path loss, target area cakupan nantinya akan tercakupi oleh beberapa prediksi berdasarkan jumlah site yang telah di letakkan pada peta digital. Berikut adalah gambar hasil simulasi prediksi sinyal level untuk skenario bandwidth 5. Gambar 3.9 Peletakkan enodeb 3. Hasil Dan Analisa 3.1 Analisis Simulasi Prediksi Cakupan Atoll menyediakan beragam aplikasi dan analisis secara otomatis, salah satunya adalah prediksi untuk cakupan. Simulasi prediksi cakupan adalah salah satu kemampuan atoll untuk memprediksi cakupan sinyal pada suatu daerah. prediksi cakupan berupa prediksi cakupan sinyal level dan prediksi cakupan level CINR downlink dan CINR uplink. Gambar 4.1 Simulasi prediksi sinyal level skenario skenario 1 Berikut adalah grafik simulasi prediksi sinyal level. Dimana persentase nilai sinyal level tertinggi berada pada range 95 dbm sampai -1 dbm, yaitu dengan cakupan sebesar 32. dari seluruh area Pekanbaru. Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 21

33, 3, 2,2 22,4 19, 1, 14 11,2,4 5, 2, -12-115 -11 Gambar 4.2 Histogram Sinyal Level skenario 1 Tabel 4.2 Prediksi cakupan sinyal level estimasi skenario 1 Coverage by Signal level >=-5 >=- >=-5 >=-9 >=-95 >=-1 >=-15 >=-11 >=-115 >=-12 of cover ed area Surface (km2) of Populatio n 1,533 9,55 1,53,5 4,52, 2,91 9 32,4 51,2 1 4,34 9 99,99 99,99 131,3 2 2,3 32,32 3 531,15 3 2,92 32,4 51,2 4,34 29,9 99,99 29, 99,99 1 29,1 99,99 1 29,1 99,99 Tabel 4.3 Hasil prediksi sinyal level seluruh skenario Bandwidth -15-1 -95 Average signal level Coverage () 5 Mhz -9,41 dbm 1 1-93,91 dbm 1 15 Mhz -,32 dbm 1 2 Mhz -,21 dbm 1-9 -5 - -5 - -5 - Best 3.3 Simulasi Prediksi Cakupan Level CINR 3.3.1 Simulasi Prediksi Cakupan CINR downlink Cara kerja nya adalah dengan cara melakukan prediksi cakupan sinyal pada sisi transmitter berdasarkan nilai downlink CINR atau (carrier to interference-noise ratio). Atoll menghitung berdasarkan path loss, target area cakupan nantinya akan tercakupi oleh beberapa prediksi berdasarkan jumlah site yang telah di letakkan pada peta digital. Berikut adalah gambaran hasil simulasi prediksi sinyal CINR downlink untuk skenario bandwidth 5. Gambar 4.3 Simulasi prediksi cakupan SINR DL skenario 1 Berikut adalah grafik simulasi prediksi CINR Downlink. 13,2 12 1, 9,,4,2 4, 3, 2,4 1,2 - - -4-2 2 4 1 12 Gambar 4.4 Histogram cakupan CINR DL skenario 1 14 1 1 2 22 24 2 2 3 32 34 PDSCH C/(I+N) (db) Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 21

Tabel 4.4 Prediksi cakupan CINR DL level skenario1 Coverage by CINR DL Surface (km2) of covered area of Population (db) >=3 19,5 3 3,3 (db) >=2 31,2 5 4,9 (db) >=2 51,4,2,1 (db) >=24, 12,3 12,32 (db) >=22 1,3 1 1,9 (db) >=2 135,33 21,5 21,49 (db) >=1 15,45 2,3 2,3 (db) >=1 199,3 31, 31,4 (db) >=14 239,44 3 3,2 (db) >=12 29, 4 45,99 (db) >=1 353,3 5,1 5,1 (db) >= 432,1,,2 (db) >= 514,913 1, 1, (db) >=4 52,5 9,4 9,3 (db) >=2 5,5 91,9 91,92 (db) >= 592,345 94,1 94, (db) >=-2,33 9,3 9,2 (db) >=-4 1,49 9,2 9,21 (db) >=- 2,1 99,4 99,43 (db) >=- 2,242 99,4 99,44 Bandwidth Average CINR DL level (db) Coverage CINR DL () 5 Mhz 19, db 99,4 1 1, db 9,3 15 Mhz 1,3 db, 9 2 Mhz 1,1 db,4 4.3.2 Simulasi Prediksi Cakupan CINR Uplink Cara kerja prediksi cakupan CINR uplink adalah menghitung nilai sinyal pada sisi transmitter berdasarkan nilai Uplink CINR. Atoll menghitung berdasarkan path loss, target area cakupan nantinya akan tercakupi oleh beberapa prediksi berdasarkan jumlah site yang telah di letakkan pada peta digital. Berikut adalah hasil untuk skenario 1 bandwidth 5. Gambar 4.5 Simulasi prediksi cakupan CINR UL skenario 1 21, 19, 1 1,2 14,4 12, 1, 9,2 5,4 3, 1, - - -4-2 2 4 1 12 14 1 1 2 22 24 2 2 3 32 34 PUSCH & PUCCH C/(I+N) (db) Tabel 4.5 Hasil prediksi CINR DL level seluruh skenario Gambar 4. Histogram cakupan CINR UL skenario 1 Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 21 9

Tabel 4. Prediksi cakupan CINR UL level skenario 1 Coverage by CINR UL (db) >=14 (db) >=12 (db) >=1 (db) >= (db) >= (db) >=4 (db) >=2 (db) >= (db) >=-2 (db) >=-4 (db) >=- (db) >=- Surface (km2) of covered area of Population,3 9, 14,3 14,33 22,2 35 34,9 22,2 35 34,9 3,34 4, 4,9 32,43 5, 5,55 441,52,1,11 512,25 1,3 1,34 5,5 93,3 93,29 2,5 99,4 99,44 2,5 99,4 99,44 2,5 99,4 99,44 Tabel 4. Hasil prediksi CINR UL level seluruh skenario Bandwidth Average CINR DL level (db) Coverage CINR DL () 5,5 db 99,4 1,9 db 9,3 15, db, 9 2,3 db,4 3.4 Simulasi Monte Carlo Simulasi monte carlo seperti sebelumnya dijelaskan pada bab II adalah simulasi untuk melakukan analisis kapasitas jaringan, simulasi ini memodelkan suatu trafik telekomunikas sesuai dengan distribusi pelanggan yang realistis, path loss, dan layanan yang disediakan.simulasi ini juga bertujuan untuk menguji kehandalan pada simulasi sebelumnya, yaitu simulasi prediksi cakupan. Berikut pada gambar 4. adalah hasil simulasi kota Pekanbaru untuk skenario 1 bandwidth 5. Gambar 4. Hasil simulasi Monte Carlo skenario 1 Keterangan : 1. Connected DL+UL : Sedang melakukan downlink dan uplink. 2. Connected DL : Sedang melakukan downlink. 3. Connected UL : Sedang melakukan uplink. 4. Inactive : dalam keadaan tidak aktif. 5. No Coverage : Tidak mendapatkan best server area.. No Service : Tidak mendapatkan bearer.. Scheduler Saturation : Tidak berada Pada list Scheduling.. Resource Saturation : Semua resource pada suatu sel telah habis digunakan user lain. Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 21 1

Berikut hasil data rata rata pelanggan yang tersambung ke jaringan dan pelanggan yang gagal tersambung. Tabel 4. Data pelanggan hasil simulasi monte carlo seluruh skenario Band width () Pelanggan yang tersam bung () Pelanggan yang gagal tersam bung () 5 39.15 2,.21 1,3 1 4.,4.411 13, 15 4.95,4.41 13, 2 31.235 1. 34 Berikut pada Tabel 4.9 adalah penjelasan lebih lanjut tentang data pelanggan yang tersambung ke jaringan dari seluruh skenario.untuk pelanggan yang tersambung ke jaringan di bagi berdasarkan pelanggan yang sedang melakukan downlink, uplink, dan downlink + uplink. Tabel 4.9 Data pelanggan tersambung seluruh skenario Band width Jumlah pelanggan yang tersambung Downlink Uplink Downlink + Uplink 5 22.92 15. 4 1 23.53 1. 4 15 23. 1.2 493 2 1. 12.194 35 Selanjutnya Tabel 4.1 adalah penjelasan data pelanggan yang gagal tersambung ke jaringan dari seluruh skenario. Untuk pelanggan yang gagal tersambung ke jaringan di bagi berdasarkan no coverage, no service, scheduler saturation dan resource saturation. Tabel 4.1 Data pelanggan gagal tersambung seluruh skenario Band width Jumlah pelanggan yang gagal tersambung N C N S S S R S 5 941 1.24 1 15 2 1.59 4.52 2.5 3.11 12.39 3.9 Keterangan : NC = No Coverage NS = No Service SS = Schedule Saturation RS = Resource Saturation Selanjutnya adalah pembagian data pelanggan tersambung berdasarkan karakteristik layanan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.11, berturut dari bandwidth 5 sampai bandwidth 2. Tabel 4.11 distribusi layanan hasil simulasi monte carlo DL/ UL Jumlah total pelanggan tesambung V C V S VoIP I A 2.1 2.213.3.4 21. 2.135 2.191.935.32 21.22 2. 2.211 9.99 5.9 2.923 1. 1.92.15 4.339 1.29 Keterangan : DL/UL = Download / Upload VC = Video Conference VS = Video Streaming VoIP = VoIP IA = Internet Access Berikutnya adalah hasil rata rata throughput pelanggan untuk setiap Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 21 11

karakteristik layanan LTE, hasil nya dapat di lihat pada tabel 4.12 Tabel 4.12 Rata Rata throughput pelanggan layanan Rata - Rata Throughput Downlink (kbps) Rata - Rata Throughput Uplink (kbps) VoIP 1 1 Video conference 1 522 Video Streaming 1.5 93 Internet Access 32, 4,5 Download / Upload 52,5 454,5 Tabel diatas adalah hasil rata rata nilai througput yang di dapatkan pada simulasi monte carlo. Untuk nilai rata rata throughput VoIP, Video Conference dan Video streaming telah mencapai nilai yang diinginkan seperti pada tabel 3.14. Sedangkan nilai rata rata throughput yang didapat internet access dan download / upload cenderung tidak sesuai yang diharapkan dan hanya memenuhi 5 dari througput permintaan. Hal ini disebabkan karena internet access dan download / upload memiliki priority yang lebih rendah sehingga kapasitas dari sistem lebih banyak digunakan oleh layanan yang lebih diprioritaskan. 4. Kesimpulan 1. Jumlah enodeb yang dibutuhkan untuk frekuensi 5 sebanyak 99 site, untuk frekuensi 1 sebanyak 111 site, untuk frekuensi 15 sebanyak 13 site, dan untuk frekuensi 2 Mhz sebanyak 143 site. 2. Hasil simulasi prediksi sinyal level untuk frekuensi 5 memberikan luas area cakupan mencapai 99,99. Untuk frekuensi 1 memberikan luas area cakupan mencapai 99,99. Sedangkan untuk frekuensi 15 memberikan luas area cakupan mencapai 99,99. Dan untuk frekuensi 2 memberikan luas area cakupan mencapai 99,9. dengan nilai RS minimal sebesar (-15 dbm) untuk semua skenario. 3. Hasil simulasi prediksi CINR level untuk frekuensi 5 memberikan luas area cakupan mencapai 99,4. Untuk frekuensi 1 memberikan luas area cakupan mencapai 9. Sedangkan untuk frekuensi 15 memberikan luas area cakupan mencapai,. Dan untuk frekuensi 2 memberikan luas area cakupan mencapai,4. dengan CINR level minimum sebesar (-,5 dbm) untuk semua skenario. 4. Hasil simulasi monte carlo menunjukkan persentase pelanggan yang sukses tersambung ke jaringan pada frekuensi 5 sebesar 2,. untuk frekuensi 1 sebesar,4. sedangkan untuk frekuensi 15 sebesar,4. dan untuk frekuensi 2 sebesar pelanggan yang tersambung ke jaringan. 5. Hasil simulasi monte carlo untuk layanan VoIP memberikan hasil ratarata nilai throughput sebesar 1 kbps untuk downlink dan uplink. Untuk layanan video conference memberikan hasil rata- rata nilai throughput sebesar 1 kbps untuk downlink dan 522 kbps untuk uplink. Untuk layanan video memberikan hasil rata- rata nilai throughput sebesar 1.5 kbps untuk downlink dan 93 kbps untuk uplink. Untuk layanan internet access memberikan hasil rata- rata nilai throughput sebesar 32, kbps untuk downlink dan 4,5 kbps untuk uplink. Dan terakhir untuk layanan download / upload memberikan hasil rata- rata nilai throughput sebesar 52,5 kbps untuk downlink dan 454,5 kbps untuk uplink. Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 21 12

4.2 Saran Untuk penelitian lebih lanjut dapat direkomendasikan untuk melakukan penelitian menggunakan metode duplex TDD, interferensi dan noise pada suatu jaringan, menggunakan frekeunsi 21, dan melakukan optimasi jaringan. Sehingga dapat menjadi pembanding kemampuan jaringan nya. DAFTAR PUSTAKA Ahmad nurholis, 214. Perancangan jaringan teknologi long term evolution (LTE) berdasarkan kapasitas sel di wilayah kabupaten jember, Skripsi Sarjana, Program Studi Teknik Elektro, Universitas Jember. Atoll User Manual Radio version 3.1.2. Atoll Technical Reference Guide version 3.2.1. Badan Pusat Statistik, 213. Profil Kependudukan Kota Pekanbaru 213. Earthexplorer.usgs.gov, ( di akses pada 2 desember 215 ) Frans Risky J, P, 214. Analisis perancangan jaringan Long Term Evolution (LTE) di wilayah kota Banda Aceh dengan Fractional Frequency Reuse sebagai manajemen interferensi, Jurnal, Program Studi Teknik Telekomunikasi, Universitas Telkom. Huawei Technologies, 214. xmbps Anytime Anywhere White Paper. I. El-Feghi, Zakaria Sulimanzubi, A.Jamil, H. Algabroun, 212. Long Term Evolution Network Planning and Performance Measurement, Jurnal, Facility of Engineering, University of Tripoli, Tripoli, Libya Jaafar A. Aldhaibani, 213. On Coverage Analysis for LTE-A Cellular Networks, Journal, School of Computer & Communication Engineering, University Malaysia Perlis (UniMAP) Lingga Wardhana, 214. Bagus Facsi Aginsa, Anton dewantoro, Isyabel Harto, Gita Mahardika, Alfin Hikmaturokhman, 4G Handbook edisi Bahasa Indonesia. Marwa Elbagir Mohammed, 214. LTE Radio Planning Using Atoll Radio Planning and Optimization Software, Jurnal International, Faculty of Engineering, EL- Neelain University, Khartoum, Sudan M Ridwan Fauzi, 215. Perencanaan jaringan LTE FDD 1 di kota Semarang menggunakan Atoll, Skripsi Sarjana, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro. Motorola, 211. LTE RF Planning Guidelines, Version 1.2. USA: Motorola. Nokia Siemens Network, 211. LTE RPESS; LTE Link Budget. Nokia Siemens Network, 211. Air Interface Dimensioning. Wisnu Hendra Pratama, 214. Analisis perencanaan jaringan Long Term Evolution (LTE) menggunakan metode frekuensi reuse 1, fractional frequency reuse dan soft frequency reuse studi kasus kota di Bandung, Jurnal, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom. Yusup Rudyanto, 21. Lapisan fisik pada teknologi long term evolution (LTE) di PT TELKOM R&D Center Bandung, Jurnal, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro. Yusuf Setiawan, 21. Perencanaan Jaringan LTE TDD 23 di Semarang Tahun 215 22. Skripsi Sarjana, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro. Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 21 13