PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN HEWAN, PEMOTONGAN HEWAN DAN PEREDARAN DAGING

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 11 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 18 Tahun 1998 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

1 of 5 02/09/09 11:07

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PENGELOLAAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009 BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 3 TAHUN : 1999 SERI : B.3.

PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 2 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN DAN PEMOTONGAN HEWAN

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 37 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 38 TAHUN 2000 TENTANG IZIN USAHA PEMOTONGAN HEWAN, PENJUALAN DAGING HEWAN DAN USAHA PEMOTONGAN UNGGAS

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 37 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN (DICABUT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAII TINGICAT H SURAKARTA NOMOR : 13 TAHUN : 1999 SERI : B NO : 7

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 5 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 5

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

BUPATI GIANYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 2 TAHUN 1990 TENTANG PAJAK POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU Nomor 29 Tahun 2011 Seri B Nomor 29

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 3 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANGKAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 3 Tahun 2009 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 21 TAHUN 2012 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MIMIKA,

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

LEMBARAN DAERAH KOTA SURABAYA Nomor : 1 Tahun 2005 Seri : C

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANTUL NOMOR : 3 TAHUN 1992 TENTANG PAJAK POTONG HEWAN BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BANTUL

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR : 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 17 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

PEMERINTAH KABUPATEN GAYO LUES

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BUOL TOLITOLI NOMOR : 8 TAHUN 1999 SERI D NOMOR : 3

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR: 08 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN TERNAK KELUAR DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

b. bahwa atas dasar pertimbangan tersebut di atas perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Izin Bongkar Muat Barang.

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G USAHA PEMOTONGANGAN HEWAN DAN PENYEDIAAN DAGING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 21 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 10 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Retribusi Pemeriksaan dan Penggunaan Rumah Potong Hewan dalam Wilayah kabupaten Magelang perlu disesuaikan ; b. bahwa untuk melaksanakan penyesuaian sebagaimana dimaksud huruf a, perlu ditetapkan dalam suatu Peraturan Daera. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah ; 2z 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Peternakan dan kesehatan Hewan (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 2824) ; 3. Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Pokok 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839) ; 4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran negara Nomor 3839) ; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3692) ; 6. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 295/Kpts/TN.241/5/89 tentang Pemotongan dan Penanganan Daging Babi dan Hasil Ikutannya ; 7. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 413/Kpts/TN.241/5/92 tentang Pemotongan Hewan Potong dan Penanganan Daging Serta Ikutannya ; 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata cara Pemungutan Retribusi Daerah ;

2 3 9. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang Nomor 5 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MAGELANG ( Keputusan Dewan Nomor 48 Tahun 2000 ) M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah ; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah ; c. Bupati Kepala Daerah adalah Bupati Magelang ; d. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah sesuai peraturan perundangan yang berlaku ; e. Rumah Potong Hewan adalah suatu tempat atau bangunan umum yang disediakan dan dikelola oleh Pemerintah Daerah serta digunakan untuk memotong hewan ; 4 f. Pemotongan adalah kegiatan untuk menghasilkan daging mulai dari persiapan, penyembelihan dan penyelesaian penyembelihan ; g. Penyembelihan adalah proses mematikan hewan yang dilakukan, kecuali babi, oleh juru sembelih beragama Islam dan menurut tata cara yang sesuai dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia ; h. Daging adalah bagian-bagian hewan hasil pemotongan hewan yang lazim dikonsumsi manusia, kecuali yang telah diawetkan dengan cara lain selain pendinginan ; i. Hewan Potong adalah sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, dan unggas yang biasa dimanfaatkan untuk dikonsumsi manusia yang selanjutnya disebut hewan ; j. Kandang adalah bangunan di lingkungan rumah potong hewan yang dipergunakan khusus untuk menampung hewan yang akan dipotong ; k. Surat Kesehatan Hewan adalah surat yang menerangkan tentang keadaan hewan yang telah diperiksa ; l. Jagal adalah orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan pemotongan hewan sebagai mata pencaharian ; m. Kas Daerah adalah kas daerah ; n. Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPTRD adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran yang terhutang menurut peraturan retribusi ;

3 o. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungutan atau pemotongan retribusi ; p. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang ; q. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perijinan dari pemerintah daerah ; 5 r. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjunya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda ; s. Penyidik Pegawai Negeri sipil adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu dalam lingkungan Pemerintah yang diberi wewenang khusus oleh Undang Undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah yang memuat ketentuan pidana ; t. Pemotongan Hajat adalah pemotongan hewan yang tidak dijadikan usaha atau pencaharian ; u. Pemotongan Ritual Keagamaan / adat-istiadat adalah pemotongan yang merupakan bentuk ritual keagamaan / adat istiadat. BAB II IJIN JAGAL Pasal 2 (1) Jagal harus mendapat ijin dari Bupati Kepala Daerah yang memuat nama, jenis hewan yang dipotong, dan tempat tinggal pemohon. (2) Ijin Jagal yang dimaksud pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah ini, berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali. Pasal 3 (1) Tatacara memperoleh ijin jagal sebagaimana pasal 2 Peraturan Daerah ini sebagai berikut : Pemohon mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati Kepala Daerah lewat Kepala Dinas peternakan dengan mengisi formulir permohonan dilampiri : a. Foto copy Kartu Tanda Penduduk bagi pemohon perorangan ; atau Foto copy akta Pendirian perusahaan bagi pemohon badan hukum ; b. Rekomendasi / saran pertimbangan dari Camat setempat ; 6 c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi pemohon berbadan hukum ; d. Bagi pemohon yang melakukan pemotongan di luar Rumah Potong Hewan pemerintah, melampirkan gambar / denah tata letak bangunan dan Ijin HO. Dan atau lokasi. Pasal 4 (1) Permohonan Ijin Jagal dapat ditolak karena : a. Tidak memenuhi syarat teknis peternakan ; b. Bertentangan dengan ketertiban / kepentingan umum ; c. Tidak memiliki Ijin HO dan atau Ijin Lokasi bagi jagal yang melakukan pemotongan di luar Rumah Pemotongan Hewan pemerintah. (2) Penolakan permohonan Ijin Jagal dimuat dalam Surat dengan disertai alasannya. (1) Ijin Jagal dapat dicabut kembali apabila : Pasal 5

4 a. Tidak memenuhi lagi persyaratan teknis yang telah ditentukan ; b. Tidak menunjukkan kegiatan usaha dalam waktu satu tahun berturut-turut ; c. Melanggar peraturan yang berlaku. (2) Pencabutan Ijin Jagal dilakukan oleh Bupati Kepala Daerah atau Pejabat yang diberi wewenang untuk itu Pasal 6 Ijin Jagal yang telah diberikan sebagaimana pasal 2 Peraturan Daerah ini tidak boleh dilimpahkan kepada pihak lain. BAB III NAMA, OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB RETRIBUSI Pasal 7 Retribusi ini bernama Retribusi Rumah Potong Hewan. Pasal 8 Obyek Retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas Rumah Potong Hewan meliputi : a. Penyewaan Kandang ; b. Pemeriksaan Kesehatan Hewan sebelum dipotong ; c. Pemakaian tempat pemotongan ; d. Pemakaian tempat pelayuan daging ; e. Pemeriksaan kesehatan hewan setelah dipotong. Pasal 9 Subyek Retribusi adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan fasilitas Rumah Potong Hewan. Pasal 10 Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan fasilitas Rumah Potong Hewan sebagaimana tersebut dalam Pasal 8 Peraturan Daerah ini. BAB IV GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 11 (1) Retribusi Rumah Potong Hewan adalah jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah atas rumah Potong Hewan dan perlengkapan dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pemotongan hewan. 7 (2) Retribusi yang dimaksud pasal 11 ayat (1) termasuk golongan retribusi jasa usaha. 8 BAB V CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 12 Tingkat Penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan, jenis ternak serta jumlah ternak yang akan dipotong. BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR

5 DAN BESARNYA TARIP RETRIBUSI Pasal 13 Prinsip penetapan Tarip retribusi Rumah Pemotongan Hewan didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagai pengganti biaya administrasi, biaya pembangunan, perawatan Rumah Pemotongan hewan, kebersihan dan pelayanan pemotongan hewan. Pasal 14 (1) Struktur tarip digolongkan berdasarkan jenis pelayanan, jenis dan jumlah ternak ; (2) Struktur dan besarnya tarip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut : a. Biaya pemotongan tiap ekor : - Sapi, kerbau, kuda, sebesar Rp. 15.200,- - Kambing dan domba sebesar Rp. 2.000,- - Babi sebesar Rp. 25.000,- - Unggas sebesar Rp. 50.000,- b. Pemeriksaan kesehatan hewan tiap ekor : - Sapi, kerbau, kuda sebesar Rp. 4.000,- - Kambing dan domba besar sebesar Rp. 1,350,- - Babi sebesar Rp. 4.000,- - Unggas sebesar Rp. 50,- 9 c. Pemeriksaan daging ulang : - Sapi, babi, kerbau, kuda per kilogram Rp. 450,- - Kambing, domba per kilogram sebesar Rp. 250,- - Unggas per ekor sebesar Rp. 50,- (3) Penghitungan tarip retribusi sebagaimana tercantum dalam penjelasan peraturan daerah ini yuang merupakan bagian tak terpisahkan dari peraturan daerah ini. (4) Hasil retribusi sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini harus disetorkan ke Kas Pemerintah Daerah. BAB VII SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PEMERIKSAAN Pasal 15 (1) Setiap hewan yang akan dipotong harus diperiksa kesehatannya terlebih dahulu oleh petutgas. (2) Setiap hewan yang akan dipotong, kecuali unggas harus memenuhi syarat : a. Disertai Surat Kepemilikan ; b. Disertai bukti pembayaran retribusi ; c. Untuk hewan betina dinyatakan dalam keadaan tidak bunting dan sudah tidak produktif oleh petugas pemeriksaan ; d. Dalam pemeriksaan sebagaimana ayat (1) pasal ini dinyatakan diijinkan untuk dipotong paling lama 24 (dua puluh empat) jam setelah pemeriksaan dilakukan; e. Diistirahatkan di kandang penampungan paling sedikit 12 (dua belas) jam sebelum pemotongan. (3) Dalam hal pemotongan darurat, syarat-syarat tersebut pada ayat (2) huruf d dan e pasal ini tidak perlu dipenuhi. 10 Pasal 16

6 Pemotongan darurat sebagaimana dimaksud pasal 10 ayat (3) Peraturan Daerah ini, dilakukan dalam hal hewan : a. Menderita kecelakaan yang membahayakan jiwanya ; b. Membahayakan keselamatan manusia atau harta benda. Pasal 17 Apabila penyembelihan darurat dilakukan di luar Rumah Potong Hewan maka dalam waktu paling lama 1 (satu) jam setelah hewan dipotong segera dilakukan pemeriksaan post mortem. Pasal 18 Setelah hewan dipotong dan sudah tidak bergerak dan darahnya berhenti mengalir serta dilakukan penyelesaian pemotongan, petugas pemeriksa akan melakukan pemeriksaan post mortem. Pasal 19 Pada saat pemeriksaan post mortem petugas pemeriksa mempunyai wewenang untuk mengiris, membuang sepenuhnya bagian-bagian daging yang tidak layak konsumsi, mengambil daging untuk keperluan pemeriksaan mendapat / laboratorium serta memerintahkan pemusnahan daging yang dilarang diedarkan untuk dikonsumsi. Pasal 20 Dalam pemeriksaan post mortem, petugas pemeriksa berdasarkan syarat-syarat teknis kesehatan hewan, menyatakan bahwa daging tersebut : a. Dapat diedarkan untuk dikonsumsi ; b. Dapat diedarkan untuk dikonsumsi dengan syarat sebelum diedarkan; c. Dapat diedarkan untuk dikonsumsi dengan syarat selama peredaran ; d. Dilarang diedarkan untuk dikonsumsi. 11 Retribusi dipungut di wilayah Daerah. BAB VIII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 23 BAB IX TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 24 (1) Retribusi dipungut menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang disamakan ; (2) Pemungutan retribusi dilakukan di tempat dan pada hari pelayanan oleh petugas pemungut ; (3) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktu atau kurang bayar, dikenakan sanksi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari besarnya retribusi yang terutang atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD ; (4) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktu atau kurang bayar, petugas pemungut memberi Surat Teguran atau surat lain yang sejenis ; (5) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal diterimanya Surat sebagaimana dimaksud ayat (4) di atas, wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

7 Pasal 25 Hasil penerimaan retribusi harus disetor ke Kas Daerah dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati Kepala Daerah. 12 BAB X PENGURANGAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 26 (1) Bupati Kepala Daerah berdasarkan permohonan dapat memberikan pengurangan atau pembebasan retribusi ; (2) Permohonan keringanan atau pembebasan retribusi untuk pemotongan ritual keagamaan / adat istiadat dapat dilakukan secara kolektif atau perwakilan ; (3) Tata cara pemberian pengurangan atau pembebasan retribusi, sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, ditetapkan oleh Bupati Kepala Daerah. BAB XI KETENTUAN LARANGAN Pasal 27 (1) Dilarang memotong hewan selain di Rumah Potong Hewan kecuali mendapat ijin dari pejabat yang berwenang ; (2) Dilarang melakukan pemotongan, pengangkutan, penjualan atau tindakan lain yang menyebabkan bercampurnya babi, daging babi, serta hasil ikutannya ke dalam daging hewan potong lainnya. (3) Dilarang mengedarkan daging sebelum mendapat ijin dan tanda cap dari petugas pemeriksaan daging. (4) Larangan dalam ayat (1) pasal ini dikecualikan untuk pemotongan darurat, pemotongan hajat dan pemotongan ritual keagamaan / adat istiadat, dengan mengindahkan peraturan yang berlaku. 13 BAB XII PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN Pasal 28 (1) Pelaksanaan atas Peraturan Daerah ini diserahkan kepada Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Magelang. (2) Pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini diserahkan kepada kepala Inspektorat Wilayah. BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 29 (1) Semua penyimpangan dari Peraturan Daerah ini adalah pelanggaran.

8 (2) Pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini diancam kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah). BAB XIV KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 30 Selain oleh pejabat Penyidik Umum penyidikan atas tindak pidana sebagaimana pasal 29 Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Pasal 31 Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud Pasal 30 Peraturan Daerah ini berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana ; 14 b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian atau melakukan pemeriksaan ; c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal ; d. Melakukan penyitaan benda atau surat-surat ; e. Mengambil sidik jari atau memotret seseorang ; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaan perkara ; h. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan ; i. Menghentikan penyidikan setelah mendapat bahwa tidak cukup bukti adanya tindak pidana ; j. Membuat berita acara atas pelaksanaan dah hasil penyidikan yang selanjutnya diserahkan kepada penyidik umum. BAB XV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 32 (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah atau ketentuan lain di bawahnya yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi. (2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku secara efektif selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah ditetapkan. 15 BAB XVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 33 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya, akan diatur kemudian oleh Bupati Kepala Daerah. Pasal 34

9 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Disahkan di Kota Mungkid. Pada tanggal 22 Maret 2000 BUPATI MAGELANG TTD. DRS. H. HASYIM AFFANDI Diundangkan dalam Lembaran Daerah Nomor 7 Tahun 2000 Tanggal 22 Maret 2000 Seri B ; Nomor 2 Sekretaris Daerah, Ttd. Drs. H. SOLECHAN AS. Pembina Utama Muda NIP. 500 034 460 16 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN I. PENJELASAN UMUM. Dengan disahkannya Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di menjadi tidak sesuai lagi dengan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu dalam rangka meningkatkan laju pelaksanaan pembangunan daerah, maka diperlukan penyediaan dana yang cukup yang antara lain berasal dari Pendapatan Asli Daerah. Retribusi Rumah Pemotongan Hewan menurut Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 merupakan Retribusi Daerah, untuk itu maka Peraturan Daerah yang mengatur tentang Retribusi Potong Hewan perlu disesuaikan dengan perundangan yang berlaku agar mampu meningkatkan pendapatan Asli Daerah dari sector retribusi Daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 huruf a s/d. f : Cukup jelas. Pasal 1 huruf g : Yang dimaksud penyembelihan menurut tata cara sesuai Fatwa Majelis Ulama Indonesia adalah, penyembelihan hewan dilakukan dengan antara lain : - Membaca Basmallah sebelumnya ; 17

10 Pasal 1 huruf h s/d. s : Cukup jelas. - Memutus jalan nafas (hulqum) ; - Memutus jalan makanan (mari ) - Memutus jalan nadi (wadajain). Dengan demikian daging (termasuk daging unggas) yang berasal dari pemotongan di luar tata cara sebagaimana pengertian pada pasal 1 huruf (g) Peraturan Daerah ini, kecuali daging babi, dilarang diedarkan dan diperjualbelikan. Penyimpangan dari ketentuan ini adalah pelanggaran. Pasal 1 huruf t : Pemotongan hajat adalah pemotongan untuk hajat keluarga, missal : perkawinan, khitanan, dan lain-lain. Pasal 1 huruf u : Pemotongan darurat dilaksanakn dalam hal hewan yang bersangkutan : a. Menderita kecelakaan yang membahayakan jiwanya ; b. Membahayakan manusia dan atau harta benda. 18 Pasal 1 huruf v : Pemotongan ritual keagamaan / adat istiadat adalah pemotongan yang hanya pemotongan itu sendiri merupakan ritual keagamaan / adat istiadat, missal pemotongan untuk ibadah Idhul Adha, sedangkan pemotongan karena dagingnya diperlukan pada upacara keagamaan / adat-istiadat tidak termasuk dalam pengertian ini. Pasal 2 s/d 13 : Cukup jelas. Pasal 14 : Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997, tentang Retribusi Daerah, prinsip dan sasaran dalam penetapan tariff retribusi jasa usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar. Memperhatikan hal tersebut didapat rumus penentuan tarif sebagai berikut : Investasi ----------------------- + Biaya operasional + biaya perawatan umur ekonomis TARIF= ----------------------------------------------------------------------------- Volume Pelayanan 19 Dari rumus penghitungan tarif tersebut di atas dapat dilakukan penghitungan tarif sebagai berikut : 1. Penghitungan tarif sapi, kerbau, dan kuda : - Investasi RPH = Rp. 300.000.000,- - Umur ekonomis = 15 tahun - Biaya operasional = Rp. 1.000.000,- - Biaya pemeliharaan = Rp. 2.000.000,- - Volume pelayanan = 1.200 ekor.

11 300.000.000,- ---------------- + 1.000.000,- + 2.000.000,- 15 TARIF = --------------------------------------------------- = Rp. 19.200,- 1.200 2. Penghitungan tarif pemotongan unggas : - Investasi = Rp. 70.000.000,- - Umur ekonomis = 15 tahun - Biaya operasional = Rp. 500.000,- - Biaya pemeliharaan = Rp. 500.000,- - Volume pelayanan = 1.700 ekor. 70.000.000,- ---------------- + 500.000,- + 500.000,- 15 TARIF = --------------------------------------------------- = Rp. 3.350,- 1.700 20 3. Penghitungan tarif pemeriksaan daging ulang : - Biaya Investasi = Rp. 5.000.000,- - Umur ekonomis = 5 tahun - Biaya operasional = Rp. 120.000,- - Biaya pemeliharaan = Rp. 1.200.000,- - Volume pelayanan = 4000 kg. 5.000.000,- ------------ + 120.000,- + 600.000,- 5 TARIF = ------------------------------------------------ = Rp. 450,- 4.000 4. Penghitungan tarif pemotongan unggas : - Biaya investasi = Rp. 5.000.000,- - Umur ekonomis = 5 tahun - Biaya operasional = Rp. 1.800.000,- - Biaya pemeliharaan = Rp. 1.800.000,- - Volume pelayanan = 100.000 ekor. 5.000.000,- -------------- + 1.800.000,- + 1.800.000,- 5 TARIF = --------------------------------------------------- = Rp. 50,- 1.000.000

12 Pasal 15 s/d 16 : Cukup jelas. 21 Pasal 17 : Pada penyembelihan darurat maka pemilik hewan harus segera membawa hewan yang dipotong ke Rumah Potong Hewan atau menghubungi petugas agar paling lama 1 (satu) jam setelah pemotongan hewan bisa dilakukan pemeriksaan post mortem, yaitu pemeriksaan setelah pemotongan untuk kesehatan daging secara utuh dan untuk menentukan apakah daging memenuhi syarat atau aman untuk dikonsumsi atau tidak. Pasal 18 s/d 25 : Cukup jelas. Pasal 26 : Bupati Kepala Daerah berdasarkan permohonan seorang atau badan atau lembaga bisa memberikan pengurangan atau pembebasan retribusi pemotongan. Misal : pemotongan hewan qurban. Pasal 27 : Cukup jelas. Pasal 28 : cukup jelas. Pasal 29 ayat (1) : Cukup jelas. Pasal 29 ayat (2) : Ancaman kurungan atau denda sebagaimana dimaksud pasal 29 ayat (2), dapat dirinci berdasarkan tingkat pelanggarannya, sebagai berikut : 22 Macam Pelanggaran Ancaman Sanksi maksimal Kurungan Denda 1. Melakukan usaha jagal tanpa ijin. 30 hari Rp. 100.000,- 2. Memotong hewan di luar RPH tanpa ijin. 15 hari Rp. 50.000,- 3. Memotong hewan tanpa disertai surat 15 hari Rp. kepemilikan yang jelas. 100.000,- 4. Memotong hewan betina produktif 60 hari Rp. (bunting) 5. Mengedarkan daging tanpa ijin dan yang dilarang diedarkan atau belum memenuhi syarat. 6. Mengedarkan daging yagn disembelih tidak sesuai dengan peraturan. 7. Melakukan pemotongan, pengangkutan, penjualan atau tindakan lain yang menyebabkan bercampurnya daging babi serta hasil ikutannya ke dalam daging hewan potong lain. 200.000,- 60 hari Rp. 200.000,- 60 hari Rp. 200.000,- 60 hari Rp. 200.000,- 8. Tidak membayar retribusi. 15 hari Rp. 100.000,- 9. Melakukan lebih dari satu masam 3 hari Rp. pelanggaran. 300.000,-

13 Pasal 30 s/d 31 : Cukup jelas. Pasal 32 : Cukup jelas. Pasal 33 s/d 34 : Cukup jelas.