TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2015

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2012

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

BADAN PUSAT STATISTIK

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU MARET 2016

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

BERITA RESMI STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2015

ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2015

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

BPS PROVINSI LAMPUNG

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU UTARA SEPTEMBER 2014

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2017

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2015

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014

Transkripsi:

BPS PROVINSI DKI JAKARTA Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan September 2015 sebesar 368,67 ribu orang (3,61 persen). Dibandingkan dengan Maret 2015 (398,92 ribu orang atau 3,93 persen), jumlah penduduk miskin turun sebesar 30,25 ribu atau turun 0,32 poin. Sedangkan dibandingkan dengan September 2014 dengan jumlah penduduk miskin sebesar 412,79 ribu orang (4,09 persen), jumlah penduduk miskin turun 44,12 ribu atau turun 0,48 poin. Garis Kemiskinan (GK) bulan September 2015 sebesar Rp 503.038 per kapita per bulan, lebih tinggi dari Garis Kemiskinan Maret 2015 sebesar Rp 487.388 per kapita per bulan dan dari Garis Kemiskinan September 2014 sebesar Rp 459.560 per kapita per bulan. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan September 2015 sebesar 65,14 persen (Rp 327.678), sedangkan sumbangan Garis Kemiskinan Non Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 34,86 persen (Rp 175.361). Keadaan kemiskinan bulan September 2015 dibandingkan dengan keadaan Maret 2015 dan September 2014. TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2015 Angka kemiskinan (P 0) turun 0,32 poin (Maret-September 2015) dan 0,48 poin 2014-September 2015). (September Rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (P 1) mengalami penurunan sebesar 0,243 poin (0,517 pada Maret 2015 menjadi 0,274 pada September 2015) dan 0,326 poin (0,600 pada September 2014 menjadi 0,274 pada September 2015). Ketimpangan pengeluaran penduduk miskin (P 2) turun sebesar 0,060 poin dari 0,104 menjadi 0,044 selama kurun Maret-September 2015 dan turun sebesar 0,087 poin dari 0,131 menjadi 0,044 selama kurun September 2014-September 2015. No.04/01/31/Th. XVIII, 04 Januari 2016 1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan September 2014 Maret 2015 September 2015 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan September 2015 sebesar 368,67 ribu orang (3,61 persen). Dibandingkan dengan Maret 2015 (398,92 ribu orang atau 3,93 persen), jumlah penduduk miskin turun sebesar 30,25 ribu atau turun 0,32 poin. Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.04/01/31/Th. XVII, 04 Januari 2016 1

Sedangkan dibandingkan dengan September 2014 dengan jumlah penduduk miskin sebesar 412,79 ribu orang (4,09 persen), jumlah penduduk miskin turun 44,12 ribu atau turun 0,48 poin. Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin di DKI Jakarta September 2014 - Maret 2015 - September 2015 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah Persentase Bulan Bukan penduduk penduduk Makanan Total Makanan miskin (000) miskin (1) (2) (3) (4) (5) (6) September 2014 297.543 162.017 459.560 412,79 4,09 (64,75%) (35,25%) (100%) Maret 2015 319.595 167.793 487.388 398,92 3,93 (65,57%) (34,43%) (100%) September 2015 327.678 175.361 503.038 368,67 3,61 (65,14%) (34,86%) (100%) Sumber: Susenas September 2014, Maret 2015, dan September 2015 2. Perubahan Garis Kemiskinan September 2014 Maret 2015 September 2015 Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh besarnya Garis Kemiskinan (GK), karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama September 2014 Maret 2015 September 2015, Garis Kemiskinan naik sebesar 3,21 persen dari Maret s/d September 2015 (dari Rp 487.388 per kapita per bulan menjadi Rp 503.038 per kapita per bulan) dan naik sebesar 9,46 persen dari September 2014 s/d September 2015 (dari Rp 459.560 per kapita per bulan menjadi Rp 503.038 per kapita per bulan). Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non- Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Namun demikian, selama periode Maret September 2015, sumbangan GKM terhadap GK mengalami perubahan yaitu mengalami penurunan sebesar 0,43 poin. Komoditi yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras. Pada bulan September 2015, sumbangan pengeluaran beras terhadap Garis Kemiskinan Makanan sebesar 22,84 persen. Selain beras, barang-barang kebutuhan pokok lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan adalah rokok kretek filter (9,67 persen), daging ayam ras (6,50 persen), telur ayam ras 2 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 04/01/31/Th.XVIII, 04 Januari 2016

(5,17 persen), susu bubuk (5,04 persen), mie instan (4,32 persen), roti (3,87 persen), tempe (2,99 persen), dan kopi bubuk dan kopi instan (sachet) (2,86 persen), serta ikan kembung (2,80 persen). Gambar 1. Sepuluh Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar Terhadap Garis Kemiskinan Makanan beserta Kontribusinya (%), September 2015 Gambar 2. Sepuluh Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar Terhadap Garis Kemiskinan Non Makanan beserta Kontribusinya (%), September 2015 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.04/01/31/Th. XVII, 04 Januari 2016 3

Untuk komoditi bukan makanan, komoditi barang/jasa yang mempunyai peranan terbesar adalah perumahan (34,16 persen), listrik (10,84 persen), pendidikan (8,60 persen), angkutan (8,05 persen), bensin (6,46 persen), perlengkapan mandi (4,02 persen), air (2,97 persen), barang kecantikan (2,95 persen), dan pakaian jadi anak-anak (2,63 persen), serta pakaian jadi laki-laki dewasa (2,44 persen). 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin, dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Tabel 2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di DKI Jakarta, September 2014 Maret 2015 September 2015 Bulan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) (1) (2) (3) September 2014 0,600 0,131 Maret 2015 0,517 0,104 September 2015 0,274 0,044 Perubahan: Maret 2015 September 2015-0,243-0,060 September 2014-September 2015-0,326-0.087 Pada periode Maret September 2015 maupun September 2014-September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) menunjukkan penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun sebesar 0,243 poin dari 0,517 pada Maret 2015 menjadi 0,274 pada September 2015, dan turun sebesar 0,326 poin dari 0,600 pada September 2014 menjadi 0,274 pada September 2015. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun 0,060 poin dari 0,104 menjadi 0,044 (Maret-September 2015), dan turun sebesar 0,087 poin dari 0,131 menjadi 0,044 (September 2014- September 2015). Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung meningkat dan mendekati garis kemiskinan, serta ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin rendah. 4 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 04/01/31/Th.XVIII, 04 Januari 2016

Gambar 3. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di DKI Jakarta, 2012 2015 (Maret dan September) 4. Penjelasan Teknis dan Sumber Data Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. a. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan, kecuali untuk DKI Jakarta yang seluruh wilayahnya merupakan daerah perkotaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. b. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkal per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain-lain). c. Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar Non-Makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.04/01/31/Th. XVII, 04 Januari 2016 5

d. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2013 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2013. Jumlah sampel Susenas di DKI Jakarta sebanyak 1.300 rumah tangga sehingga data kemiskinan dapat disajikan hingga tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan. 6 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 04/01/31/Th.XVIII, 04 Januari 2016

BPS PROVINSI DKI JAKARTA Informasi lebih lanjut hubungi: Ir. Sri Santo Budi Muliatinah, MA Kepala Bidang Statistik Sosial Telepon : 021-42877301 ext 4010-4013 Fax : 021-3152004 E-mail : bps3100@bps.go.id Homepage: http://jakarta.bps.go.id/ Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.04/01/31/Th. XVII, 04 Januari 2016 7