BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang ada di Asia Tenggara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber pendapatan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber utama penerimaan yang potensial untuk negara dalam. membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. objek pajaknya, seiring dengan meningkatnya perekonomian dan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan sangatlah penting. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional secara bertahap, terencana, dan berkelanjutan. Untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negeri berasal dari penjualan migas dan nonmigas serta pajak. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut tertuang dalam Anggaran Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara berkewajiban mendahulukan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian suatu negara dapat dilihat dari sumber-sumber penerimaan baik

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemitro (1990:2) dalam buku Perpajakan: Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan, maka tidak terlepas dari pembahasan mengenai sumber

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal tersebut dilakukan dengan menerapkan self assessment system dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu. yang berguna bagi kepentingan bersama Waluyo (2008:2).

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rutin dan Pengeluaran Pembangunan. Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur sumber penerimaan dan pengeluaran negara. Rencana keuangan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsungnya pembangunan yang berkesinambungan. Pemerintah melalui Dirjen

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1, Pajak adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kemakmuran rakyatnya secara adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada zaman orde baru mengandalkan penerimaan negara pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. langsung kepada Kantor Wilayah. KPP Sumedang merupakan salah satu Kantor

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bertahap, berencana, dan berkesinambungan menurut arah

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia memerlukan dana yang jumlahnya setiap tahun semakin meningkat. Perkembangan perekonomian global, ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor tersebut diperlukan dana yang tidak sedikit jumlahnya, dan ironisnya akhir-akhir ini pemerintah terlihat sangat sibuk dalam membenahi sektor penerimaan negara yang jumlah defisitnya mencapai angka puluhan milyar rupiah. Peningkatan penerimaan luar negeri berupa ekspor dan penerimaan dalam negeri, terutama penerimaan pajak sangat penting mengingat fungsi pajak yang salah satunya adalah sebagai fungsi budgetair, yaitu pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai penegeluaran-pengeluarannya, dari penerimaan dikedua sektor tersebut diharapkan akan tercapai fundamental ekonomi yang kuat, yang dilandasi oleh kemandirian pembiayaan negara. Salah satu sumber dana pembiayaan yang menjadi andalan utama pemerintah adalah sektor penerimaan pajak. Berikut ini adalah data penerimaan negara Indonesia yang tertuang dalam APBN selama periode 5 (lima) tahun terakhir: 1

2 Tabel 1.1 Perkembangan Pendapatan Negara Tahun 2007-2011 (Triliun Rupiah) Penerimaan Penerimaan Negara Hibah Perpajakan Bukan Pajak Tahun Realisasi Realisasi Realisasi % % % APBN APBN APBN 2007 491,0 69,4% 215,1 30,4% 1,7 0,2% 2008 658,7 67,1% 320,6 32,7% 2,3 0,2% 2009 619,9 73,0% 227,2 26,8% 1,7 0,2% 2010 723,3 72,7% 268,9 27,0% 3,0 0,3% 2011 873,9 72,2% 331,5 27,4% 5,3 0,4% JUMLAH 3.366,8 71,0% 1.363,3 28,7% 14 0,3% Sumber: Nota Keuangan dan RAPBN (Data Diolah Kembali) Dalam tabel di atas, dapat diketahui bahwa sumber pendapatan negara yang berasal dari penerimaan pajak memiliki kontribusi rata-rata sebesar 71,0% dibandingkan dengan penerimaan bukan pajak yang hanya 28,7%. Ini berarti pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling potensial bagi kelangsungan pembagunan negara Indonesia. Penerimaan pajak meningkat seiring dengan meningkatnya perekonomian dan taraf hidup suatu bangsa. Salah satu sumber pendapatan adalah dana yang dihimpun dari rakyat itu sendiri melalui pemungutan dana dari rakyat atas kepemilikan sebuah objek yang dikenal dengan pajak. Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar di negara Indonesia. Pada Pajak dalam negeri diklasifikasikan oleh pemerintah ke dalam beberapa bentuk pajak yang dikenakan berdasarkan kepemilikan objek dari Wajib Pajak. Pajak dalam negeri meliputi Pajak Penghasilan (PPh) dari sektor migas dan non migas, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

3 Bangunan (BPHTB), penerimaan Bea Cukai maupun pajak-pajak lainnya. Setiap jenis pajak memiliki kontribusi yang berbeda-beda terhadap kas pemerintah (Amina, 2013). Saat ini pendapatan pajak penghasilan meningkat rata-rata 16,0% per tahun pada periode 2007-2011. Pendapatan PPh terdiri atas pendapatan PPh migas dan pendapatan nonmigas dengan kontribusi rata-rata 18,2% dan 81,8%. Dalam APBNP 2012, pendapatan PPh ditargetkan sebesar Rp. 513,7 triliun, yang terdiri atas pendapatan PPh migas sebesar Rp. 67,9 triliun dan pendapatan PPh nonmigas sebesar Rp. 445,7 triliun. Memerhatikan realisasi semester 1 tahun 2012 yang mencapai Rp. 233,6 triliun atau 45,5% dari target APBNP 2012, realisasi pendapatan pajak penghasilan pada tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp. 299,0 triliun (97,1% dari target APBNP 2012) (www.anggaran.depkeu.go.id). PPh Migas memiliki kontribusi dalam pendapatan negara. Berikut adalah data Perkembangan Realisasi Pendapatan PPh migas 2007-2011: Tabel 1.2 Perkembangan Pendapatan PPh Migas Tahun 2007-2011 (Triliun Rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011 Uraian Real. % thd Rea. % thd Rea. % thd Rea. % thd Rea. PPh Minyak Bumi PPh Gas Alam PPh Migas Lainnya % thd Total Total Total Total Total 16,3 37,0 29,6 38,5 18,4 36,7 22,8 38,8 25,9 40,6 27,3 62,0 47,4 61,5 31,7 63,3 36,0 61,2 47,2 64,5 0,4 1,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Jumlah 44,0 100,0 77,0 100,0 50,0 100,0 58,9 100,0 73,1 100,0 Sumber: Nota Keuangan dan RAPBN (Data Diolah Kembali)

4 Dalam tabel di atas, dapat diketahui bahwa pendapatan PPh migas meningkat rata-rata 13,5% per tahun pada periode 2007-2011. Pendapatan PPh migas terdiri atas pendapatan PPh minyak bumi dan PPh gas bumi dengan kontribusi rata-rata sebesar 37,5% dan 62,5 %. Salah satu jenis pajak yang ditetapkan pemerintah adalah Pajak Penghasilan yaitu pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak atas penghasilan dalam bagian tahun pajak. Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan salah satu pajak langsung yang dipungut pemerintah pusat atau negara yang berasal dari pendapatan rakyat. Dari berbagai jenis pajak penghasilan yang ada, Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan salah satu pajak yang memberikan kontribusi besar bagi Negara (Dewi, 2010). Aturan pelaksaannya adalah dengan dikeluarkannya Keputusan Direktorat Jendral Pajak No. KEP- 545/PJ/2000 tentang petunjuk pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan orang pribadi.

5 Beikut adalah data Perkembangan Pendapatan PPh Nonmigas tahun 2007-2011: Tabel 1.3 Perkembangan Pendapatan PPh Nonmigas Tahun 2007-2011 (Triliun Rupiah) Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi PPh Pasal 21 20,3 20,6 19,5 18,6 18,6 PPh Pasal 22 2,0 2,0 1,6 1,6 1,4 PPh Pasa 22 Impor 8,6 10,0 7,2 7,9 7,9 PPh Pasal 23 8,1 7,2 6,0 5,5 5,2 PPh Pasal 22/29 0,8 1,4 1,3 1,2 0,9 Pribadi PPh Pasal 25/29 41,6 42,5 45,0 44,1 44,1 Badan PPh Pasal 26 7,5 5,9 6,9 7,7 7,6 PPh Final dan Fiskal 11,1 10,3 12,6 13,5 14,2 PPh Non Migas Lainnya 0,01 0,01 0,0 0,0 0,0 Sumber: Nota Keuangan dan RAPBN (Data Diolah Kembali) Tabel 1.3 menunjukkan bahwa perkembangan pendapatan PPh Pasal 21 mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena Pajak Penghasilan Pasal 21 tidak semua orang dapat dikenakan pajak hanya dapat dikenakan kepada orang pribadi yang telah berpenghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Kebijakan-kebijakan atau peraturan-peraturan yang selalu mengalami perubahan akan menjadi penyebab penurunan dari pendapatan Pajak Penghasilan Pasal 21 ini.

6 Target penerimaan pajak selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, masyarakat lebih mempunyai andil yang cukup besar dalam pengisian kas negara, sebab tanpa adanya peran serta dari masyarakat maka sektor pajak tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai salah satu sumber dana pemerintah demi terlaksanannya pembangunan dan pembiayaan pemerintah. Hal ini didasarkan dari reformasi perpajakan di Indonesia yang telah dilakukan pertama kali pada tahun 1983 dimana saat itu terjadi perubahan sistem mendasar dalam pengelolaan perpajakan Indonesia dari sisitem Official Assessment ke sistem Self Assessment. Dalam sistem Self Assessment menjelaskan bahwa Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri kewajiban pajaknya. Dengan sistem ini diharapkan partisipasi aktif dari masyarakat untuk memenuhi kewajiban yang baik dan benar, dan administrasi perpajakan dapat dilakasanakan dengan baik. Di bawah ini disajikan tabel Rasio Penyampaian SPT Wajib Pajak PPh Tahun 2006-2010 : Tabel 1.4 Tabel Rasio Penyampaian SPT PPh Tahun 2006-2010 Wajib Pajak 2006 2007 2008 2009 2010 Wajib Pajak Terdaftar 4.358.014 4.805.290 7.137.023 10.682.099 15.911.576 Wajib Pajak Terdaftar SPT 3.871.823 4.231.117 6.341.828 9.996.620 14.101.933 SPT Tahunan PPh 1.240.571 1.278.290 2.097.849 5.413.114 8.202.309 Rasio Kepatuhan 32,04% 30,21% 33,08% 54,15% 58,16% Sumber : Laporan Tahunan DJP Tahun 2010

7 Tabel 1.4 membuktikan bahwa rata-rata Wajib Pajak yang menyampaikan SPT di Indonesia masih rendah hanya sekitar 42%,. Pada kenyataanya banyak Wajib Pajak terdaftar yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya disebabkan antara lain, non aktif, bubar, meninggal dunia maka muncul istilah Wajib Pajak Efektif dan Wajib Pajak Non Efektif sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ.2/1988 tentang Kriteria Wajib Pajak Efektif dan Non Efektif (Aisyah, 2013). Penerimaan pajak PPh Pasal 21 merupakan pembayaran atau iuran yang diterima dari orang pribadi melalui pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan. Penerimaan ini akan dipergunakan untuk pengeluaran pemerintah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sebagaimana maksud dari tujuan negara yaitu menyejahterakan rakyat, menciptakan kemakmuran yang berasaskan kepada keadilan sosial. Dalam usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak, antara lain fiskus melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan pajak. Ekstensifikasi ditempuh dengan meningkatkan jumlah wajib pajak yang aktif. Sedangkan, intensifikasi dapat ditempuh melalui meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, dan pembinaan kualitas aparatur perpajakan, pelayanan prima terhadap Wajib Pajak, dan pembinaan kepada para Wajb Pajak, pengawasan administratif, pemeriksaan, penyidikan dan penagihan pasif dan aktif serta penegakan hukum (Amina, 2013). Melihat peningkatan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar, ini menunjukkan peningkatan jumlah pekerja yang ada disetiap instansi, baik instansi milik negara ataupun swasta, maka seharusnya peningkatan jumlah pekerja berdampak positif

8 terhadap peningkatan jumlah Wajib Pajak. Diharapkan dari peningkatan jumlah Wajib Pajak tersebut bisa meningkatkan penerimaan pajak terutama penerimaan pajak penghasilan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: PENGARUH JUMLAH WAJIB PAJAK EFEKTIF PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN PADA KPP PRATAMA BANDUNG TEGALLEGA 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang dapat diidentifikasi: 1. Bagaimana Jumlah Wajib Pajak efektif Pajak Penghasilan Pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega? 2. Bagaimana penerimaan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega? 3. Seberapa besar pengaruh jumlah wajib pajak efektif terhadap penerimaan pajak? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ditetapkan oleh penulis dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui wajib pajak efektif Pajak Penghasilan Pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega.

9 2. Untuk mengetahui penerimaan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. 3. Untuk mengetahui besar pengaruh jumlah wajib pajak efektif PPh pasal 21 yang menyampaikan SPT terhadap penerimaan pajak. 1.4 Kegunaan Penelitian Dengan memperhatikan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan atau manfaat bagi berbagai pihak, yaitu: 1. Bagi penulis Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan analisa terhadap topik penelitian. 2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak terutama KPP Pratama Bandung Tegallega sebagai bahan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega dalam hal-hal yang menyangkut kepatuhan Wajib Pajak dan para Wajib Pajak lainnya dalam rangka memenuhi kewajiban perpajakannya. 3. Bagi Pihak Lain Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang terkait dengan topik sejenis serta dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya.

10 1.5 Lokas dan Waktu Penlitian Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tegallega yang berlokasi di Jl. Soekarno Hatta No. 216 Bandung. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai selesai.