BAB 3 METODOLOGI. Analisis ketahanan..., Niken Swastika, FT UI, Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DATA DAN ANALISIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

Deskripsi SEMEN CEPAT GEOPOLIMER DAN METODA PEMBUATANNYA

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga

PENGARUH PERAWATAN DAN UMUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER BERBASIS ABU TERBANG

BAB IV METODE PENELITIAN

Hariadi Aziz E.K

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB 3 METODE PENELITIAN

Metodologi Penelitian

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

material lokal kecuali semen dan baja tulangan. Pembuatan benda uji, pengujian

KARAKTERISTIK MORTAR DAN BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

Bab III Metodologi Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

AMOBILISASI ION Pb 2+ OLEH GEOPOLIMER HASIL SINTESIS DARI ABU LAYANG PT. IPMOMI PROBOLINGGO

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO SECARA MAKSIMAL DENGAN CAMPURAN FLY ASH DALAM PEMBUATAN MORTAR GEOPOLIMER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, khususnya dalam proses produksi Semen Portland (SP).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB PEMUAIAN DALAM PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN

BAB IV ANALISIS DATA LABORATORIUM DAN DATA HASIL PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO DAN FLY ASH DENGAN MENGGUNAKAN FOAM AGENT

Cara uji berat isi beton ringan struktural

Penentuan faktor air semen ini menggunakan metode Inggris

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Amobilisasi Kation Logam Berat Cr 3+ pada Geopolimer Berbahan Baku Abu Layang PT. IPMOMI

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN A.

PENGARUH KOMPOSISI SOLID MATERIAL ABU TERBANG DAN ABU SEKAM PADI PADA BETON GEOPOLIMER DENGAN ALKALINE ACTIVATOR SODIUM SILIKAT DAN SODIUM HIDROKSIDA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ws(massa kering,gr) Perhitungan densitas benda uji beton ringan umur 21 hari. Wg(massa benda dlm air,gr)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB III METODOLOGI. 3.1.Ruang Lingkup

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Pelaksanaan Penelitian Proses pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini: Mulai

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Spesifikasi abu terbang dan pozolan lainnya untuk digunakan dengan kapur

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian

PENGARUH VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER TERHADAP NILAI SLUMP BETON GEOPOLYMER

BAB 3 METODE PENELITIAN

untuk mencapai workabilitas dan nilai slump rencana terhadap kuat tekan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya

Volume 2, Nomor 3, Agustus 2012 ISSN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB 3 METODOLOGI 3.1. Standar Pengujian Prosedur pengujian yang dilakukan pada penelitian ini berdasarkan standar yang berlaku, yaitu American Society for Testing and Materials (ASTM). Standar pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pengujian komposisi dan sifat abu terbang, metakaolin dan geopolimer meliputi : a. Uji XRF (X - Ray Flourescent) b. Uji XRD (X - Ray Difraction) 2. Pengujian perendaman air laut ASTM D1141-90 3. Pengujian kuat tekan ASTM C39 4. Pengujian atom yang larut dan dianalisis AAS 5. Karakterisasi geopolimer berupa uji Difraksi sinar X (XRD) 3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: cetakan kubus dengan ukuran 15x15x15 cm 3, pengaduk beton, dan sembilan bak perendam,, gelas ukur 1 Liter, ember plastik, dan plastik film. Selain itu, juga digunakan oven, mesin uji tekan, concrete mixer volume 35 dm 3, cetakan kubus ukuran 15x15x15 cm 3, Spektrofotometer serapan atom (AAS), dan X-Ray Power difraktogram (XRD). Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain abu terbang yang berasal dari PLTU Suralaya, metakaolin diolah dari kaolin belitong, semen Portland (Ordinary Portland Cement Type 1) dari Semen Gresik, pasir silika dan kerikil dari adimix, serta natrium hidroksida (NaOH) teknis, natrium silikat (waterglass) teknis, bahan air laut ASTM, dan aquades berasal dari PT Harumsari Suryaampuh Jakarta.

3.3 Prosedur Penelitian 18 3.3.1 Persiapan Abu terbang Abu terbang berbentuk serbuk abu-abu gelap. Abu terbang yang disimpan dalam waktu yang lama pada udara yang lembab mengakibatkan butirannya tidak homogen. Oleh karena itu, serbuk abu terbang perlu diayak menggunakan saringan no 200 agar didapatkan permukaan butir yang lebih homogen. Permukaan butir yang lebih luas mempermudah reaksi geopolimerisasi sehingga kuat tekan yang dihasilkan lebih optimal. Abu terbang tidak perlu pemanasan sebelumnya. 3.3.2Pembuatan Metakaolin Metakaolin diolah dari kalsinasi kaolin pada suhu 750 o C selama 2 jam. Tujuan kalsinasi atau pemanasan tersebut adalah menguapkan H 2 O dan pelepasan ikatan OH pada kaolin sehingga mengubah kaolin yang kristalin menjadi lebih amorf. Oleh karena itu, proses ini disebut dehidroksilasi kaolin. Proses ini menggunakan oven kontinyu yang ada di Departemen Metalurgi Material FTUI (Gambar 3.1) Gambar 3.1 Oven Kontinyu OSTEK RSK 2506 3.3.3 Analisis Bahan baku Seluruh bahan baku yang digunakan harus dianalisis untuk mengetahui komposisis dan sifatnya. Analisa komposisi kimia dari metakaolin dan abu terbang dilakukan dengan metode XRF. Analisa XRF dapat dilakukan untuk sampel kering dan komposisi makro dapat dilakukan dengan lebih tepat. Analisa

XRF dilakukan di Program Studi Ilmu Material Departemen Fisika, FMIPA UI, Salemba. Analisa sifat amorf metakaolin dan abu terbang dilakukan dengan XRD melalui teknik Wide Angle X-Ray Scattering (WAXS). Radiasi monokromatik yang digunakan adalah CuKα (λ=1,54056å). Benda uji XRD berupa serbuk dengan ukuran kurang dari 10 mikron. Hasil analisa yang didapatkan adalah grafik 2Ө vs intensitas. Sifat amorf dapat dilihat dari kenaikan pola (hump) pada 2Ө antara 20 o 30 o. Analisa XRD dilakukan di Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Tangerang. Sedangkan analisa AAS dilakukan untuk mengetahui komposisi natrium silikat (water glass). 3.3.4 Penyiapan agregat Tiga jenis beton yang akan dibuat, yaitu beton Portland, beton geopolimer abu terbang, dan beton geopolimer metakaolin menggunakan agregat kasar dan agregat halus agar seluruh matriks terisi. Agregat halus yang digunakan adalah pasir silika dan harus lolos saringan no 4. Agregat kasar yang digunakan adalah kerikil (Gambar 3.2). Agregat perlu diuji nilai specific gravity, absorption, dan fine modulus yang dibutuhkan dalam perhitungan campuran beton. Gambar 3.2 Agregat berupa pasir silika dan kerikil 3.3.5 Pembuatan Beton Portland Beton semen Portland dibuat sebagai pembanding. Bahan pembuatannya adalah semen Portland (Ordinary Portland Cement Type 1), agregat halus, dan agregat kasar diaduk dengan pengaduk beton (concrete mixer) selama 3 menit. Setelah tercampur, tambahkan air dan diaduk kembali selama 4 menit. Komposisi seluruh

bahan didesain mempunyai kuat tekan 40 Mpa (Lampiran 1). Masing-masing beton dicetak dengan bekisting kubus dengan ukuran 15x15x15 cm 3 yang telah diolesi oli. Saat penuangan bahan ke dalam cetakan, cetakan diisi tiap sepertiga bagian dan digetarkan menggunakan mesin penggetar. Permukaan yang sudah terisi dibuat rata. Beton dibiarkan pada suhu ruang dan cetakan dilepaskan 24 jam kemudian. Pemeliharaan (curing) beton Portland selama 28 hari di air. Perendaman dalam air laut buatan dan aquades dilakukan setelah 28 hari pembuatan beton Portland. Uji perendaman menggunakan aquades dan air laut ASTM untuk beton Portland (Chalee dan Jaturapitakkul, 2009). 3.3.6 Pembuatan Beton Geopolimer Beton geopolimer dibuat dari prekursor dan larutan alkalin. Prekursor yang digunakan adalah metakaolin dan abu terbang. Larutan alkalin disiapkan terlebih dahulu dan dibuat dari campuran NaOH dan Na-silikat (water glass). NaOH yang berbentuk pelet dilarutkan dalam air dan didiamkan sampai reaksi eksotermis selesai atau larutan mulai mendingin. Larutan NaOH ditambahkan ke larutan Na-silikat dan diaduk sampai merata. Proses pelarutan menggunakan wadah plastik (Wallah &Rangan, 2006). Beton dibuat dari prekursor metakaolin atau abu terbang. Beton merupakan campuran pasta, agregat halus, agregat kasar, dan air. Seluruh bahan ditimbang dan disiapkan terlebih dahulu. Pembuatan beton geopolimer adalah; prekursor (metakaolin atau abu terbang) dalam jumlah tertentu diaduk bersama kerikil dan pasir dalam mesin pengaduk beton (concrete mixer) selama sekitar 3 menit. (Gambar 3.3). Bahan kering tersebut diberi larutan alkalin secara bertahap. Pengadukan dilanjutkan selama 4 menit sampai homogen. Masing-masing beton dicetak dengan bekisting kubus dengan ukuran 15x15x15 cm 3, yang telah bersih dan dilapisi plastik agar memudahkan pelepasan dan air tidak menguap secara drastis. Saat penuangan bahan ke dalam cetakan, cetakan diisi tiap sepertiga bagian dan digetar agar gelembung udara dapat keluar (Gambar 3.4). Permukaan yang sudah terisi dibuat rata. Beton dibiarkan pada suhu ruang dan cetakan dilepaskan satu hari kemudian. Geopolimer dicuring pada temperatur ruang dan kondisi kering selama 2 minggu dan 1 minggu, masing-masing geopolimer abu

terbang dan geopolimer metakaolin. Uji perendaman dilakukan setelah beton geopolimer setelah geopolimer selesai curing. Perendaman menggunakan aquades dan air laut ASTM untuk masing-masing geopolimer berbahan abu terbang dan berbahan metakaolin. Selain itu, ada geopolimer yang disimpan kering (tanpa perendaman) sebagai pembanding. Gambar 3.3 Campuran Bahan Kering Sebelum Diberi Larutan Alkalin Untuk Geopolimer Abu Terbang (kiri) dan Geopolimer Metakaolin (kanan) Gambar 3.4 Beton basah yang dimasukkan dalam cetakan dan digetarkan 3.3.7 Uji Perendaman Air Laut ASTM Lingkungan air laut disimulasikan dengan air laut buatan sesuai standar ASTM D 1141-90. Komposisi bahan penyusun air laut buatan dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan beberapa bahan kimia tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.5. Air laut yang diperlukan untuk merendam 12 kubus geopolimer abu terbang, 12 kubus geopolimer metakaolin, dan 12 kubus beton portland. Total kebutuhan air laut ASTM adalah 60 liter.

Prosedur pembuatan 60 liter air laut ASTM adalah sebagai berikut; Bahan kering NaCl dan Na 2 SO 4 dalam jumlah tertentu dilarutkan dalam air sebanyak 8-9 L. Setelah itu, tambahkan larutan stok no 1 sebanyak 1,2 L dan diaduk. Kemudian tambahkan larutan stok no 2 sebanyak 600 ml. Pastikan volume larutan yang dihasilkan adalah 60 L dan diaduk kembali. Ukur ph larutan dan atur ph sampai 8,2 dengan menambah beberapa mililiter NaOH 0,1 N. air laut ASTM digunakan untuk merendam beton dan menutup seluruh permukaan beton dengan tinggi minimal 1 cm diatas permukaan beton (Gambar 3.6). Tabel 3.1. Bahan air laut ASTM D 1141-90 No Bahan Jumlah satuan 1 Volum Hasil 10 Liter NaCl 245.34 gram Na2SO4 anhidrat 40.94 gram Air 10 Liter stok no 1 0.2 Liter stok no 2 0.1 Liter 2 Volume Stok no 1: 7 Liter MgCl2.6H20 3889 gram CaCl2 anhidrat 405.6 gram SrCl2.6H20 14.8 gram Air 7 Liter 3 Volume Stok no 2 7 Liter KCl 486.2 gram NaHCO3 140.7 gram KBr 70.4 gram H3BO3 19 gram NaF 2.1 gram Air 7 Liter Gambar 3.5 Beberapa Bahan Kimia p.a Untuk Air Laut ASTM

Gambar 3.6 Wadah Penyimpanan Perendam 3.3.8 Pengukuran Kuat Tekan Pengukuran kuat tekan beton semen Portland, geopolimer berbahan metakaolin dan geopolimer berbahan abu terbang dilakukan dengan menggunakan mesin uji tekan seperti dapat dilihat pada Gambar 3.7. Pengukuran kuat tekan dilakukan di laboratorium struktur dan material Departemen Teknik Sipil FTUI, Depok. Sampel yang digunakan adalah beton berukuran 15x15x15 cm 3. Pemastian ulang ukuran sampel dilakukan dengan jangka sorong. Setiap uji kuat tekan menggunakan 3 benda uji agar didapatkan kuat tekan rata-rata. Pengukuran kuat tekan dilakukan setelah 7, 28, 56 dan 90 hari perendaman di air destilasi, air laut buatan, dan kering (tanpa perendaman) pada masing-masing geopolimer metakaolin, geopolimer abu terbang, dan beton Portland. Data yang didapatkan dari pengujian ini adalah beban maksimum yang mampu diterima benda uji sebelum mengalami kerusakan. Beban maksimum (kg) tersebut dikalkulasikan dengan luas permukaan sampel (cm 2 ) menjadi kuat tekan (MPa).

Gambar 3.7 Mesin Penguji Kuat Tekan 3.3.9 Analisis atom yang Larut Pengujian Pelarutan dilakukan untuk mengetahui fasa padat geopolimer yang terlarut pada air perendam (aquades dan air laut). Analisis ini merupakan parameter kerusakan yang mungkin terjadi pada beton geopolimer. Analisis dilakukan pada hasil rendaman geopolimer metakaolin dan geopolimer abu terbang yang berumur 90 hari pada masing-masing air laut dan aquades. Total analisis pada 4 sampel. Larutan yang digunakan untuk merendam tersebut dianalisis AAS untuk mengetahui komposisi dan atom apa sajakah yang terlarut (Xu dkk, 2006; Astutiningsih & Liu, 2006). Bentuk alat AAS diperlihatkan pada gambar 3.8 Gambar 3.8 Visual Alat Spektroskopi Serapan Atom (AAS)

3.3.10 Analisis Sifat Kimia 3.3.10.1 Analisis bahan penyusun geopolimer. Bahan penyususn geopolimer yang perlu diketahui sifat dan komposisinya adalah serbuk abu terbang, serbuk kaolin dan metakaolin, serta natrium silikat. Sifat amorf abu terbang diselidiki dengan analisis XRD. Perubahan sifat yang terjadi pada kaolin menjadi metakaolin menggunakan uji XRD. Komposisi kimia Na-Silikat menggunakan AAS. 3.3.10.2 Difraksi Sinar X Analisis difraksi sinar X(X-Ray Difractometer, XRD) dilakukan untuk mengetahui sifat amorf pada abu terbang dan metakaolin. Selain itu, XRD juga digunakan untuk mengetahui senyawa/fasa yang terbentuk dalam geopolimer yang terpapar air laut. Pecahan binder dihaluskan kemudian diletakkan dalam cetakan yang tersedia. sampel bisa juga sudah berbentuk serbuk seperti abu terbang dan kaolin. Radiasi monokromatis CuKα pada 2θ antara 10 o 90 o. Analisis difraksi sinar X dilakukan di Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Tangerang. Analisis dilakukan pada binder yang berumur minimal 90 hari perendaman di air laut buatan dan kondisi kering pada masing-masing geopolimer abu terbang dan geopolimer metakaolin 3.3.11 Diagram alir penelitian Geopolimer dibuat dari dua jenis prekursor, yaitu abu terbang dan metakaolin. Larutan alkalin dibuat dari NaOH dan Na-silikat yang diaduk dan dituang ke dalam prekursor dan dicampur sampai homogen dan ditambahkan agregat serta diaduk kembali. Pasta dicetak dan dikeringkan sehari sebelum direndam. Benda uji yang terdiri dari beton Portland, geopolimer abu terbang, dan geopolimer metakaolin yang sudah disiapkan direndam dalam air laut ASTM, aquadest, dan kering (tanpa direndam). Seluruh benda uji dianalisa kuat tekan, atom yang larut, sifat amorf dan senyawa yang terbentuk (XRD). Diagram alir penelitian ini dijelaskan pada Gambar 3.9.

Prekursor Geopolimer: o Abu terbang Suralaya jenis F o Metakaolin hasil pembakaran kaolin mesh 325 + Agregat kasar dan agregat halus Larutan alkalin: NaOH teknis + Larutan waterglass teknis Karakterisasi o XRF o XRD Pencampuran beton geopolimer Proses pengerasan suhu ruang Analisa komposisi o AAS o XRF Beton semen Portland Geopolimer abu terbang Geopolimer metakaolin Perendaman masing-masing menggunakan o Air laut ASTM o Air aquades o kering Pengujian masing-masing perendaman: o Uji tekan (setelah 7, 28, 56, 90 hari) o Uji atom yang larut (umur 90 hari) o Karakterisasi XRD Data akhir Pembahasan Kesimpulan Gambar 3.9. Diagram Alir Penelitian